Anda di halaman 1dari 20

SKENARIO

Seorang laki-laki berusia 41 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri


punggung bawah. Dari anamnesa didapatkan bahwa nyeri sudah dirasakan sejak 4 bulan
terakhir. Seminggu terakhir nyeri dirasakan bertambah hebat dan menjalar ke bokong kiri
hingga betis dan tumit kiri. Nyeri bertambah untuk beraktivitas seperti berdiri lama dan
berjalan jauh, berkurang jika beristirahat. Tidak ada riwayat trauma maupun TBC paru, DM
disangkal. Pasien bekerja di tempat pelelangan ikan dan sering mengangkat beban berat. Dari
pemeriksaan fisik dan neurologi didapatkan tekanan darah 130/90 mmHg, frekuensi denyut
jantung 90x/menit, frekuensi nafas 18 x/menit, suhu 36 o C dan visual analog scale 8.
Vertebra lurus, deformitas (-), nyeri tekan median setinggi L5-S1. Laseque -/+ 45 0 , reflex
patella +2/+2, reflexachiles +2/-, trofi: eutrofi bilateral, tonus normal dan sensibilitas dalam
batas normal. Pasien kesulitan ketika diminta berjalan dengan ujung jari. Buang air besar dan
buang air kecil tidak ada kelainan.

STEP 1

1. visual analog scale: metode digunakan untuk penilaian intensitas nyeri,terdapat


derajat 0,4 tanpa sakit 5-44 nyeri ringan 45-74nyeri sedang 75-100 nyeri parah
2. Laseque: berupa nyeri dari persarafan sciatic pasien di baringkan dg tungkai di
luruskan dan dia ngkat dan pertahankan, normal tidak nyeri pasien supinasi panggul
di flexikan secara pasif dg keadaan lutut dan tungkai terekstensi secara maximal

STEP 7

1. Bagiama anatomi dan fungsi dari tulang belakang dan discus vertebra?
1.
2.

3. (Hubungan akar saraf spinal dengan vertebra)


KERANGKA TULANG
Komponen tulang skeletal pada regiones dorsales terutama terdiri dari vertebrae dan
discus intervertebralis terkait. Cranium, scapula, tulang-tulang pelvicum (ilium,
ischium, pubis), dan costae juga berkontribusi membentuk kerangka tulang pada
regiones dorsales dan menyediakan tempat perlekatan bagi musculi.
Vertebrae

Terdapat 33 buah vertebrae, yang terbagi ke dalam lima kelompok berdasarkan morfologi dan
lokasi (Gambar 2.1):

- Tujuh vertebrae cervicales di antara thorax dan cranium ditandai terutama oleh
ukurannya yang kecil, processus spinosus yang terbelah/bercabang dua, dan
adanya foramen di setiap processus transversus (Gambar 2.1, 2.2).
- Dua belas vertebrae thoracicae ditandai oleh adanya costae yang bersendi
kepadanya (Gambar 2.1, 2.3); costae merupakan tulang-tulang terpisah dan
berartikulasi melalui sendi synovialis dengan corpus vertebrae dan processus
transversus vertebrae terkait; meskipun semua vertebra memiliki elemen costalis,
pada daerah selain thorax elemen-elemen tersebut kecil dan tergabung ke dalam
processus transversus.
- Inferior dari vertebrae thoracicae ada lima vertebrae lumbales,yang membentuk
kerangka penyangga dinding posterior abdomen dan ditandai oleh ukurannya
yang besar (Gambar 2.1,2.4).
- Selanjutnya ada lima vertebrae sacrales yang menyatu menjadi tulang tunggal
bernama sacrum, yang bersendi dengan tulang pelvis pada kedua sisinya dan
merupakan salah satu komponen dinding pelvis.
- Inferior dari sacrum ada vertebrae coccygeae, yang bervariasi jumlahnya,
biasanya empat, menyatu menjadi tulang kecil tunggal berbentuk segitiga
bernama coccyx.
Karakteristik vertebra

Sebuah vertebra umumnya terdiri dari satu corpus vertebrae dan satu arcus vertebrae di
posterior (Gambar 2.5). Terbentang dari arcus vertebrae terdapat sejumlah processus untuk
tempat perlekatan musculus dan persendian dengan tulang yang berdekatan.

Corpus vertebrae merupakan bagian penopang berat badan dari vertebra dan dihubungkan
dengan corpus vertebrae yang berdekatan oleh discus intervertebralis dan beberapa ligamenta.
Ukuran corpus vertebrae semakin besar ke arah inferior seiring bertambahnya berat yang
ditopang.

Arcus vertebrae membentuk bagian lateral dan posterior foramen vertebrale. Foramen
vertebrale dari semua vertebrae bersama-sama membentuk canalis vertebralis, yang berisi
dan melindungi medulla spinalis. Ke arah superior, canalis vertebralis berlanjut, melewati
foramen magnum cranium, berhubungan dengan cavum cranii.

Arcus vertebrae tiap vertebra terdiri dari pediculus dan laminae

Dua buah pediculus merupakan pilar tulang yang melekatkan arcus vertebrae ke corpus
vertebrae.
LIGAMENTA
Sendi antar vertebrae diperkuat dan ditopang oleh sejumlah ligamenta, yang melintas di antara
corpus vertebrae dan komponen-komponen arcus vertebrae yang saling berhubungan.

Ligamentum Iongitudinale anterius dan posterius

Ligamentum longitudinale anterius dan posterius terdapat pada permukaan anterior dan
posterior corpus vertebrae dan membentang di sepanjang sebagian besar columna vertebralis
(Gambar 2.18).

Ligamentum longitudinale anterius melekat di superior pada basis cranii dan memanjang
ke arah inferior untuk melekat pada permukaan anterior sacrum. Pada sepanjang
perjalanannya, ligamentum longitudinale anterius melekat pada corpus vertebrae dan discus
intervertebralis.

Ligamentum Iongitudinale posterius terdapat pada permukaan posterior corpus vertebrae


dan menandai permukaan anterior canalis vertebralis. Seperti ligamentum longitudinale
anterius, ligamentum longitudinale posterius melekat di sepanjang perjalanannya pada corpus
vertebrae dan discus intervertebralis.

Bagian atas ligamentum longitudinale posterius yang

menghubungkan CII dengan aspectus intracraniale basis cranii

disebut membrana tectoria.

Ligamenta flava
Ligamenta flava, pada tiap sisi, lewat di antara laminae dua vertebrae yang berdekatan
(Gambar 2.19). Ligamenta flava tipis dan luas, terutama tersusun atas jaringan elastis dan
membentuk sebagian permukaan posterior canalis vertebralis. Tiap ligamentum flavum
berjalan di antara permukaan posterior lamina pada vertebra di bawahnya menuju permukaan
anterior lamina vertebra di atasnya, Ligamenta flava mencegah pemisahan laminae saat flexi
dan membantu extensi regiones dorsales kembali ke posisi anatomis.

Ligamentum supraspinosum dan ligamentum nuchae

Ligamentum supraspinosum menghubungkan dan berjalan di sepanjang ujung processus


spinosus dari vertebra CVII sampai sacrum (Gambar 2.20). Dari vertebra CVII ke cranium.
ligamentum supraspinosum mengalami perbedaan secara struktural dibandingkan bagian
caudalnya dan bagian yang berbeda ini dinamakan ligamentum nuchae.

Ligamentum nuchae berbentuk segitiga, memiliki struktur seperti lembaran pada bidang
sagittalis median:

 Basis segitiga melekat pada cranium, dari protuberantia occipitalis externa ke


foramen magnum.
 Apexnya melekat pada ujung processus spinosus vertebra CVII.
 Sisi sebelah dalam dari segitiga melekat pada tuberculum posterior vertebra CI dan
processus spinosus vertebrae cervicalis lainnya.
Ligamentum nuchae berperan menyangga kepala. Ligamentum nuchae membatas gerakan
flexi dan mempermudah kepala kembalike posisi anatomis. Permukaan lateral yang luas dan
tepi posterior ligamentum tersebut menyediakan tempat perlekatan musculi di dekatnya.

Ligamentum interspinosum

Ligamentum interspinosum berjalan di antara processus spinosus vertebrae yang berdekatan


(Gambar 2.21). Ligamentum interspinosum basis melekat hingga ke apex setiap processus
mulai dari spinosus menyatu dengan ligamentum serta di sebelah di supraspinosum posterior
dan dengan sebelah anterior ligamenta flava pada tiap sisi.

Gray's Basic Anatomy International Ed

2. Bagaimana struktur pinggang bawah yang dapat menyebabkan nyeri pungung bawah?

3. Mengapa nyeri bertambah hebat menjalar ke bokong betis dan tumit selama 1 minngu
terakhir? Mengapa nyeri menjalar kebawah?
Nyeri pinggang umumnya tanpa kelainan saraf, tetapi sering menyebabkan penururnan
fungsi saraf, disebut radikulopati. Radikulopati merupakan disfungsi saraf yang
menyebabkan keluhan nyeri, gangguan sensoris, kelemahan otot, penurunan reflek tendon.
Lumbar radikulopati menyebabkan keluhan sciatika. Sciatika, yaitu keluhan nyeri atau
parastesi yang menjalar dari lutut ke bawah yang didistribusikan oleh saraf
sciatika/n.ischiadicus, akibat adanya tekanan mekanis atau keradangan dari radik saraf
tersebut, akibat kelainan intraspinal.
Sumber : Putra, Tjokorda Raka. 2017. “Pendekatan Diagnosa Nyeri Pinggang”. Improving
Clinical Skills and Knowledge on Comprehensive Management of Internal Medicine in Social
Insurance Era. PKB Trigonum Sudema Ilmu Penyakit Dalam XXV.
Sciatika disebabkan oleh iritasi atau peradangan nervus (neuropati/radikulopati)
sciatic/iskhiadikus, saraf terbesar dan terpanjang dalam tubuh yang menjalar dari punggung
bawah melewati belakang sendi panggul dan bercabang hingga ke kedua belah paha, betis,
tumit dan telapak kaki. Neuropati/radikulopati sciatic dapat disebabkan oleh hernia nucleus
pulposus pada discus intervertebralis, sindroma piriformis (terjadi ketika otot piriformis)
menjadi kaku dan tegang sehingga menekan dan mengiritasi nervus sciatic, lumbar spinal
stenosis (terjadi karena penyempitan kanalis spinalis pada daerah punggung bawah yang
menekan nervus sciatic, spondilolistesis dan lain-lain.
Sumber : dr. Ashari Bahar, M.Kes, Sp.S, FINS. 2014. “Pemeriksaan Neurologik”. Departemen
Neurologi FK Universitas Hasanuddin
4. Mengapa nyeri bertambah saat berjalan jauh dan berdiri lama?

5. Mengapa pasien kesulitan berjalan dengan ujung kaki?


Adanya kerusakan pada nervus ischiadicus yang didapatkan nyeri pada L5 dan S1.
L5 : permukaan lateral dan posterior ekstremitas bawah (sebagian ibu jari, jari II-IV)
S1 : sisi lateral kaki dan kelingking kaki (jari V)
Sumber : Netter, Frank H. 2016. Atlas Anatomi Manusia Bahasa Latin/ Indonesia Edisi 6.
Jari diinervasi n. ischiadicus, jika nervusnya terganggu bisa mengganggu kerja ototnya.
Seperti m. ekstensor longus yang berfungsi ekstensi ibu jari. Maka di scenario mengalami
kesulitan
Menekan n. ischiadicus bisa menekan m. gastrocnemius (mengganggu saat jinjit) dan
m.ekstensor halucis longis (bisa mengganggu ektensor jari)

6. Mengapa Ketika pasien diminta batuk bersin dan mngejan dirasakan nyeri?
Batuk, bersin dan mengejan akan menyebabkan kontraksi otot rangka. Kontraksi ini akan
menyebabkan tekanan intra abdomen dan tekanan intra thorakal meningkat yang berakibat
terjadi pendesakan pada pembuluh darah seluruh tubuh. Pemindahan sejumlah darah dari
perifer ke jantung dan paru akan menyebabkan curah jantung meningkat 5-6 kali sehingga
tekanan arteri akan meningkat sebesar 20-60%.
Venous return yang terganggu menyebabkan resorbsi cairan serebro spinal (CSS) ke
dalam aliran darah terhambat sehingga mengakibatkan kenaikan tekanan CSS dengan agak
cepat. Peningkatan tekanan CSS ini akan diteruskan ke rongga leptomeningeal spinal. Oleh
karena pada HNP terjadi penonjolan anulus ke dalam kanalis spinalis yang menekan radiks
spinalis maka batuk, bersin, dan mengejan dapat memprovokasi timbulnya nyeri radikuler.
Sumber : Naufal, R. (2013). Hubungan Antara Intensitas Iskhialgia Dengan Disabilitas Aktivitas
Sehari-Hari Pada Pasien Hernia Nukleus Pulposus (HNP) Di Rs. Dr Moewardi Surakarta
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
7. Apa hubungan pekerjaan dengan keluhan pasien?
Mengangkat dan membawa beban dan membungkuk serta memutar menunjukkan
adanya keterkaitan dengan cidera tulang belakang (Burdorf et al., 1997). Kebanyakan
pekerjaan yang terdiri dari kombinasi mengangkat dan pergerakan lainnya seperti
mengangkat dengan memutar memiliki resiko yang besar (Battié & Bigos, 1991;
Kelsey et al.,1984; Troup, 1987). NIOSH menyatakan bahwa ada bukti yang kuat
untuk terjadinya cidera pada tulang belakang dengan pekerjaan yang mengangkat dan
pergerakan yang memaksa. Mereka juga menyatakan bahwa ada bukti yang terkait
dengan postur janggal, seperti pekerjaan fisik yang berat yang dikaitkan dengan cidera
pada tulang belakang (Bernard, 1997). Ini juga merupakan temuan bahwa perawat
dengan pekerjaan melayani yang lebih lama memiliki risiko yang lebih tinggi (Kumar,
1990; Owen et al., 1984; Stubbs et al., 1983). Faktor pekerjaan secara umum termasuk
juga forceful exertion (gerakan yang diluar jangkauan), postur janggal, dan gerakan
yang berulang. Seperti: mengangkat atau memindahkan pasien yang berat, gerakan
yang dipaksakan atau spontan, mengangkat pasien pada saat ia terjatuh dilantai.
Postur atau posisi janggal pada saat bekerja seperti membungkuk, memutar dan
menjangkau diluar jangkauan dapat menyebabkan terjadinya nyeri pada leher, bahu
dan bagian belakang. Membungkuk ketika mengangkat pasien dapat menimbulkan
beban pada otot, diskus, dan ligament pada bagian belakang bawah. Karena tekanan
pada diskus pada bagian belakang bawah meningkat, pusat atau nucleus dari diskus
dipaksa untuk keluar. Jika diskus membengkak atau robek, ini dapat merusak saraf
disekitarnya. Misalnya pada postur janggal seperti: membungkuk, memutar atau
menjangkau ketika mencuci kaki pasien pada tempat yang lebih rendah, memakaikan
baju pasien dan menempatkan pasien di tempat tidur, berdiri dan mengangkat
peralatan yang berat dalam jangka waktu yang lama.

8. Interpretasi dari pemeriksaan fisik pada scenario?


- Tekanan darah 130/90 mmHg : hipertensi
- HR 90x/menit : normal
- RR 18x/menit : normal
- Suhu 36°C : normal
- Visual analog scale 8 : nyeri mengakibatkan seseorang tidak bisa berpikir jernih, bahkan
terjadi perubahan perilaku.
- Vertebra lurus, deformitas (-) : secara normal vertebra cervical agak lordosis, vertebra
thoracal agak kifosis, vertebra lumbal agak lordosis, vertebra sacral agak kifosis.
- Nyeri tekan median setinggi L5-S1 : nyeri lumbrosakral/nyeri pinggang
- Laseque ± 45°: jika subjek merasakan nyeri menjalar dari bokong hingga ke tungkai
sesuai dengan inervasi n.ischiadicus sebelum mencapai 70° dikatakan laseque’s test
positif yang biasanya didapatkan pada penderita herniasi discus L5, S1 atau S2.
- Reflex patella +¿ 2/+2 : normal
- Reflex achilles +2/- : tidak ada reflek sama sekali
- Eutrofi bilateral, tonus normal, sensibilitas dalam batas normal: kelainan saraf tidak
menyebabkan kelainan otot dan sensoris
- Kesulitan berjalan dengan ujung jari : adanya kerusakan saraf yang menjalar ke jari kaki
- BAB dan BAK normal: refleks mengontrol buang air baik
9. Apa dx dan diagnosis banding pada seknario?
Dx : HNP
DD :
1) Neuropati diabetika (neuropati iskhiadikus/femoralis)
2) Tumor daerah lumbal
3) Fraktur vertebra lumbalis
4) Spondilosis lumbalis
5) Proses inflamasi tulang belakang di sekitar L5, S1 dan S2 (misalnya : artritis
sakroiliaka atau bursitis m. piriformis)
6) “Entrapment neuritis” dari n. iskhiadikus. Tempat proses patologik primer
diketahui dengan adanya nyeri tekan dan nyeri gerak. Nyeri tekan dapat
dibangkitkan dengan penekanan langsung pada sendi panggul, trokhantermayor,
tuber iskii dan spina iskiadika. Nyeri gerak dapat diprovokasi dengan tes Patrick
dan Gaenslen.
7) Neuritis iskiadikus primer
Bedanya dengan iskialgia diskogenik, neuritis iskiadikus primer tidak mempunyai
kaitan dengan sakit pinggang bawah kronik. Timbul akut/subakut, sering
berhubungan dengan DM, rasa nyeri dan pegal di persendian. Nyeri tekan positif
pada penekanan n. iskiadikus dan m. tibialis posterior serta m. peroneus longus.
Sumber : Naufal, R. (2013). Hubungan Antara Intensitas Iskhialgia Dengan Disabilitas Aktivitas
Sehari-Hari Pada Pasien Hernia Nukleus Pulposus (HNP) Di Rs. Dr Moewardi Surakarta
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Nyeri Punggung dan Lumbar Penyakit Disk
Penyakit lumbar disk menyebabkan punggung bawah dan akar saraf rasa sakit adalah
masalah umum yang berhubungan dengan lima vertebra lumbar dan sakrum.
Vertebra yang berdekatan bergabung dengan ligamen yang kuat di articular faset dan
badan vertebral. Tulang rawan garis articular permukaan tubuh vertebral. Disk
mengisi file
ruang antara pelat ujung kartilaginosa dan biasanya struktur fibrocartilaginous yang
tangguh. Dural itu kantung berisi akar saraf dari cauda equina dan meluas melalui
kanal tulang belakang. Saat mereka keluar dari tulang belakang kanal di setiap
segmen, tentu saja akar saraf caudad sisi sebelum melewati intervertebral foramen.
Dengan penuaan, disk terdegenerasi, fragmen, dan kehilangan sifat penganutnya. Jadi
tepat kekuatan mekanik dapat menyebabkan fragmen bergerak, biasanya
posterolateral pada titik paling tidak ligamen resistensi, di mana akar saraf keluar dari
tulang belakang. Tekanan pada akar saraf dapat menghasilkan nyeri dan neurologis
defisit. Sebagai hasil dari pergerakan abnormal pada facet joint, suatu proses
hipertrofik, osteoarthritik yang dikenal sebagai spondylosis berkembang. Pembesaran
sendi facet dengan ini proses spondylotic mempersempit foramen intervertebralis,
yang dapat menyebabkan tekanan mekanis pada pintu keluar akar saraf. Pada
beberapa orang, diameter anteroposterior kanal tulang belakang sempit, dengan lateral
yang dalam relung. Dengan demikian proses spondylotic menghasilkan spinal
stenosis, yang menyebabkan tekanan pada kantung dural dan cauda equina.

10. Bagaimana patofisiologi pada HNP?


11. Bagaiamana manifestasi klinis pada scenario?
12. Apa etiologi dan factor resiko dan scenario?
a. Usia
Usia merupakan faktor utama terjadinya HNP karena annulus
fibrosus lama kelamaan akan hilang elastisitasnya sehingga menjadi kering dan keras,
menyebabkan annulus fibrosus mudah berubah bentuk dan ruptur.
b. Trauma
Terutama trauma yang memberikan stress terhadap columna vertebralis, seperti jatuh.
Sakit pinggang akibat lesi traumatik
Lesi traumatik ialah lesi akibat trauma besar atau akibat trauma kecil yang terjadi
berkali-kali.
Trauma besar
a) Insersio otot erektor trunci terbendol : dalam hal ini nyeri lokal dapat ditunjuk oleh
penderita secara tepat dan adanya nyeri tekan merupakan konfirmasi yang nyata. Oedem
setempat atau hematoma setempat adakalanya dapat dijumpai.
b) Ruptur ligamenta interspinosus : dapat terjadi secara mutlak atau parsial. Nyeri
tajam dirasakan pada ruptur yang diperhebat pada waktu membungkuk. Penderita dapat
menunjukkan tempat ruptur secara tepat dan nyeri tekan terdapat pada tempat yang
dilokalisasi oleh penderita sendiri.
c) Fraktur korpus vertebra lumbal : korpus vertebra lumbal yang sering terkena
fraktur ialah lumbal terbawah. Pada waktu fraktur penderita merasakan nyeri setempat.
Tetapi kemudian nyeri setempat dapat disertai radiasi ke tungkai. Nyeri ini disebut
‘reffered pain’. Jika lumbal atas yang terkena fraktur ‘reffered pain’ terasa di daerah
anterior paha dan tungkai bawah. Jika lumbal bawah yang terkena fraktur ‘reffered pain’
terasa di daerah posterior tungkai atas dan bawah. Tergantung pada posisi kepingan
tulang yang patah akan didapati berbagai macam sindroma ‘low back pain’, yaitu ‘sakit
pinggang’ dengan nyeri radikular yang sungguh-sungguh, ‘sakit pinggang’ dengan
gangguan miksi, ‘sakit pinggang’ dengan paraparesis inferior ringan dst.
Trauma kecil
Sacro-iliaca strain dan lumbo-sacral strain : sendi sacro-iliaca dan lumbo-
sacral mengalami cidera terus-menerus. Kesu sendi tersebut merupakan pengemban
badan yang menanggung tugas berat, terutama bilamana perut besar dan melakukan
pekerjaan dimana sikap membungkuk diperlukan.

c. Pekerjaan
Pekerjaan terutama yang sering mengangkat barang berat dan cara mengangkat
barang yang salah, meningkatkan risiko terjadinya HNP
d. Gender
Pria lebih sering terkena HNP dibandingkan wanita (2:1), hal ini terkait pekerjaan dan
aktivitas yang dilakukan pada pria cenderung ke aktifitas fisik yang melibatkan
columna vertebralis.

13. Bagaimana pemeriksaan penunjang pemeriksaan fisik dan anamnesis pada HNP?
 Pemeriksaan radiologis
A. Foto polos vertebra
Sebaiknya dilakukan dari 3 sudut pandang yaitu AP, lateral dan oblique. Informasi
yang diperoleh dari pemeriksaan ini adalah :
1. Adanya penyempitan ruang intervertebralis dapat mengindikasikan adanya HNP
2. Skoliosis vertebra kesisi yang sehat dan berkurangnya lodorsis dapat
mengindikasikan adanya HNP
Dapat menyingkirkan kelainan patologis lainnya seperti proses metastasis, fraktur
kompresi.
B. Mielografi
Pemeriksaan radiologis untuk melihat struktur kanalis spinalis dengan memakai
kontras.
 MRI
Dapat terlihat gambaran bulging diskus (annulus intak), herniasi diskus (annulus robek)
dan dapat mendeteksi dengan baik adanya kompresi akar-akar sarf atau medulla spinalis
oleh fragmen diskus.
 Pemeriksaan neurofisiologis
Pemeriksaan EMG untuk membedakan lesi radiks dengan saraf perifer atau iritasi radiks
dengan kompresi radiks.
 Pemeriksaan laboratorium
Kadar kalsium, fosfat, alkali dan acid phosphatase serta glukosa darah perlu diperiksa
karena beberapa penyakit seperti penyakit tulang metabolik, tumor metastasis pada
vertebra dan mononeuritis diabetika dapat menimbulkan gejala menyerupai gejala HNP.
 Pungsi lumbal
Manfaat tindakan ini tidak terlalu bermakna. Bila terjadi blokade total maka dijumpai
peningkatan kadar protein LCS dan tes Queckenstedt positif.
Sumber : Naufal, R. (2013). Hubungan Antara Intensitas Iskhialgia Dengan Disabilitas Aktivitas
Sehari-Hari Pada Pasien Hernia Nukleus Pulposus (HNP) Di Rs. Dr Moewardi Surakarta
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

14. Apa tatalaksana(farmako dan non farmako) dan edukasi pada scenario?
Terapi Non Farmakologis
1) Terapi fisik pasif
Terapi fisik pasif biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri punggung bawah akut,
misalnya:
A. Kompres hangat/dingin : Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang
mudah dilakukan. Untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi. Beberapa pasien
merasakan nyeri hilang pada pengkompresan hangat, sedangkan yang lain pada
pengkompresan dingin.
B. Iontophoresis : Merupakan metode pemberian steroid melalui kulit. Steroid
tersebut menimbulkan efek anti inflamasi pada daerah yang menyebabkan nyeri.
Modalitas ini terutama efektif dalam mengurangi serangan nyeri akut.
C. Unit TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator) : Sebuah unit
transcutaneous electrical nerve stimulator (TENS) menggunakan stimulasi listrik untuk
mengurangi sensasi nyeri punggung bawah dengan mengganggu impuls nyeri yang
dikirimkan ke otak
D. Ultrasound : Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di lapisan
dalam dengan menggunakan gelombang suara pada kulit yang menembus sampai
jaringan lunak dibawahnya. Ultrasound terutama berguna dalam menghilangkan
serangan nyeri akut dan dapat mendorong terjadinya penyembuhan jaringan.
2) Latihan dan modifikasi gaya hidup
Berat badan yang berlebihan harus diturunkan karena akan memperberat tekanan ke
punggung bawah. Program diet dan latihan penting untuk mengurangi NPB pada pasein
yang mempunyai berat badan berlebihan. Direkomendasikan untuk memulai latihan
ringan tanpa stres secepat mungkin. Endurance exercisi latihan aerobit yang memberi
stres minimal pada punggung seperti jalan, naik sepeda atau berenang dimulai pada
minggu kedua setelah awaitan NPB. Conditional execise yang bertujuan memperkuat
otot punggung dimulai sesudah dua minggu karena bila dimulai pada awal mungkin akan
memperberat keluhan pasien. Latihan memperkuat otot punggung dengan memakai
alat tidak terbukti lebih efektif daripada latihan tanpa alat.

Terapi Farmakologis
A. Analgetik dan NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drug)
obat ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi sehingga
mempercepat kesembuhan. Contoh analgetik : paracetamol, Aspirin Tramadol. NSAID :
Ibuprofen, Natrium diklofenak, Etodolak, Selekoksib.
B. Obat pelemas otot (muscle relaxant)
bermanfaat bila penyebab NPB adalah spasme otot. Efek terapinya tidak sekuat NSAID,
seringkali di kombinasi denganNSAID. Sekitar 30% memberikan efek samping mengantuk.
Contoh Tinazidin, Esperidone dan Carisoprodol.
C. Opioid
Obat ini terbukti tidak lebih efektif daripada analgetik biasa yang jauh lebih aman.
Pemakaian jangka panjang bisa menimbulkan toleransi dan ketergantungan obat.
D. kortikosteroid oral
Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi. Dipakai pada kasus HNP yang berat dan
mengurangi inflamasi jaringan.
E. Anelgetik ajuvan
Terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan mekanisme nyeri pada HNP sesuai
dengan neuropatik. Contohnya : amitriptilin, Karbamasepin, Gabapentin.
F. suntikan pada titik picu
Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan campuran anastesi lokal dan
kortikosteroid ke dalam jaringan lunak/otot pada titik picu disekitar tulang punggung. Cara
ini masih kontroversi. Obat yang dipakai antara lain lidokain, lignokain, deksametason,
metilprednisolon dan triamsinolon.
Terapi operatif pada pasien dilakukan jika:
A. Pasien mengalami HNP grade 3 atau 4.
B. Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang tersisa, atau ada gangguan fungsional
setelah terapi konservatif diberikan selama 6 sampai 12 minggu.
C. Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami pasien menyebabkan keterbatasan
fungsional kepada pasien, meskipun terapi konservatif yang diberikan tiap terjadinya rekurensi
dapat menurunkan gejala dan memperbaiki fungsi dari pasien.
D. Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam waktu lama. Pilihan terapi operatif yang
dapat diberikan adalah:
1) Distectomy Pengambilan sebagian diskus intervertabralis.
2) Percutaneous distectomy : Pengambilan sebagian diskus intervertabralis dengan menggunakan
jarum secara aspirasi.
3) Laminotomy/laminectomy/foraminotomy/facetectomy : Melakukan dekompresi neuronal dengan
mengambil beberapa bagian dari vertebra baik parsial maupun total.
4) Spinal fusion dan sacroiliac joint fusion : Penggunaan graft pada vertebra sehingga terbentuk
koneksi yang rigid diantara vertebra sehingga terjadi stabilitas.

Anda mungkin juga menyukai