I. TUJUAN
Mempelajari pengaruh beberapa senyawa kimia terhadap enzim
pemetabolisme obat dengan mengukur efek farmakologinya.
diamati lama waktu sampai terjadoi hypnosis serta lama waktu tidur
karena phenobarbital dengan parameter righting refleks
IV. DATA PENGAMATAN
waktu
reflek balik
no perlakuan onset durasi keterangan
pemberian badan
hilang kembali
1 inhibitor 07.18 07.45 16.15 27 510 redistribusi 08.40-09.04
2 inhibitor 07.25 07.49 16.15 24 506 redistribusi 09.06-09.28
3 inhibitor 07.24 07.40 12.35 16 295
4 inhibitor 07.25 07.47 16.15 22 508 redistribusi 08.30-08.57
5 inhibitor 07.20 07.48 16.15 28 507
6 inhibitor 07.35 07.53 10.50 18 117 redistribusi 09.20-10.35
7 inhibitor 07.20 07.37 10.11 17 94 redistribusi 07.40-07.45
8 inhibitor 07.30 08.15 10.03 45 108
9 inhibitor 07.28 08.40 10.25 72 105
10 inhibitor 07.30 07.54 10.46 24 112
Pemberian intraperitoneal:
a. Pada mencit no I:
Konsentrasi larutan stok 50 mg / ml
Dosis = 80 mg / kg BB
Mg obat = 80 mg / kg x 29,3 . 10-3 kg
= 2,34 mg
Volume pemberian = dosis x 1 ml
stok
= 2,34 mg x 1ml
50 mg
= 0,05 ml
e. Pada mencit no V:
Konsentrasi larutan stok 50 mg/ml
Dosis = 80 mg/kg BB
Mg obat = 80 mg/kg x 33,1 . 10-3 kg
= 2,65 mg
Volume pemberian = dosis x 1 ml
stok
= 2,65 mg x 1 ml
50 ml
= 0,05 ml
VI. PEMBAHASAN
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak)
menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu.
Dalam proses metabolisme dapat terjadi metabolisme obat berupa induksi atau
inhibisi enzim metabolisme, terutama enzim CYP (cytochrome P450). Induksi berarti
peningkatan sintesis enzim metabolisme pada tingkat transkripsi sehingga terjadi
peningkatan kecepatan metabolisme obat yang menjadi substrat enzim yang
bersangkutan.
(Syarif, Amir,dkk.1995. Farmakologi dan Terapi edisi V, hal 8)
Pada praktikum kali ini induktor yang digunakan adalah luminal pada dosis 80
mg/kg BB.
Fenobarbital merupakan obat yang larut dalam lemak yang dapat menginduksi
sintesis enzim metabolisme di hati dan mukosa saluran cerna. Obat ini dapat
menginduksi hampir semua isoenzim CYP. Jika metabolit yang terjadi sedikit atau
tidak mempunyai efek farmakologik, maka zat penginduksi mengurangi efek obat,
sehingga dosis obat perlu ditingkatkan karena terjadi toleransi farmakokinetik, hal ini
yang memungkinkan mencit pada percobaan induksi ada yang tidak tidur. Efek
induksi tersebut dapat hilang apabila penggunaan penginduksi tersebut dihentikan.
(Syarif, Amir,dkk.1995. Farmakologi dan Terapi edisi V, hal 866)
Sedangkan untuk inhibitor obat yang digunakan adalah simetidin.
Berkebalikan dengan luminal, simetidin dapat menghambat sitokrom P450 sehingga
menurunkan aktivitas enzim mikrosom hati, sehingga obat lain yang merupakan
substrat enzim tersebut akan terakumulasi bila diberikan bersamaan dengan
simetidin. Dan luminal adalah obat yang metabolismenya dipengaruhi oleh simetidin.
(Syarif, Amir,dkk.1995. Farmakologi dan Terapi edisi V, hal 283)
Inhibisi enzim metabolisme sendiri hambatannya terjadi secara langsung,
dengan akibat peningkatan kadar obat yang menjadi substrat dari enzim yang
dihambat juga terjadi secara langsung. Untuk mencegah terjadinya toksisitas,
diperlukan penurunan dosis obat yang bersangkutan bahkan tidak boleh diberikan
bersama penghambatnya (kontraindikasi) jika akibatnya membahayakan. Hambatan
pada umumnya bersifat kompetitif (karena merupakan substrat dari enzim yang
sama), tetapi dapat juga nonkompetitif (bukan substrat dari enzim yang bersangkutan
atau ikatannya irreversibel).
(Syarif, Amir,dkk.1995. Farmakologi dan Terapi edisi V, hal 8)
Melihat dari interaksi yang terjadi apabila penggunaan inhibitor bersamaan
dengan obat yang terpengaruhi metabolismenya dengan inhibitor tersebut, hal tersebut
yang menjelaskan kenapa durasi yang lama terjadi pada mencit yang diberi simetidin.
Perlu dijadikan perhatian bahwa sustrat isoenzim CYP merupakan obat
dengan margin of safety yang sempit, maka hambatan metabolismenya akan
menyebabkan efek toksisk sehingga dosis substrat harus diturunkan jika hendak
diberikan bersama penghambatnya (kontraindikasi) karena akumulasi obat substrat
berakibat membahayakan.
(Syarif, Amir,dkk.1995. Farmakologi dan Terapi edisi V, hal 866)
VII. KESIMPULAN
Karena bereaksi setelah terjadi proses metabolisme, maka pemberian induktor
dan inhibitor sangat berpengaruh pada durasi waktu tidur mencit, sedangkan untuk
onset seharusnya memberikan hasil yang hampir sama karena cara pemberiannya
sama.
Apabila terdapat mencit yang tidak tidur dimungkinkan telah terjadi toleransi
terhadap obat yang diberikan.
Inhibitor merupakan senyawa yang menghambat proses metabolisme,
sedangkan induktor merupakan senyawa yang meningkatkan aktivitas dan kapasitas
enzim pemetabolisme.
Dari praktikum tersebut diperoleh hasil :
No Perlakuan Rerata Onset Rerata Durasi
1 Inhibitor 27.3 286.2
2 Induktor 36.6 120.6
3 Kontrol 65.8 268.2