DISUSUN OLEH :
1. Sri Partini (SN201212)
2. Biyan Mahfudz Abrory S (SN201101)
3. Ernie Hening P (SN201121)
4. Wahyu Hermawan W (SN201227)
5. Rofi Nur R (SN201197)
6. Galih Pulung Winasis (SN201134)
A. LATAR BELAKANG
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.
Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, psikologis, dan perubahan
sosial. Menurut World Health Organizatition (WHO) remaja adalah penduduk
dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut peraturan Menteri Kesehatan RI nomor
5 tahun 2014 remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan
menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana rentang usia remaja
adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Menjadi remaja berarti menjalani
proses berat yang membutuhkan banyak penyesuaian, lonjakan pertumbuhan
badan dan pematangan organ-organ reproduksi adalah salah satu masalah besar
yang mereka hadapi, tidak terkecuali organ reproduksi yang rentan terhadap
infeksi saluran reproduksi, kehamilan, penyakit menular seksual, dan
penggunaan obat-obatan terlarang. Perasaan seksual yang menguat tak bisa tidak
dialami oleh setiap remaja meskipun kadarnya berbeda satu dengan yang lain.
Begitu juga kemampuan untuk mengendalikannya. Dalam kaitannya dengan
kesehatan reproduksi, masalah yang terpenting adalah perilaku seksual remaja
yang berakibat meningkatnya prevalensi aborsi, pernikahan usia muda, keluarga
yang tidak diharapkan, melahirkan diluar nikah, kematian ibu dan bayi, depresi
pada gadis yang terlanjur melakukan hubungan seksual, serta memberi peluang
menyebarnya penyakit menular seksual.
Program pemerintah dalam menyelesaikan masalah kesehatan reproduksi
remaja adalah dengan upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan
reproduksi juga perlu diarahkan pada masa remaja, dimana terjadi peralihan dari
masa anak menjadi dewasa, dan perubahan-perubahan dari bentuk dan fungsi
tubuh terjadi dalam waktu relatif cepat. Hal ini ditandai dengan berkembangnya
tanda seks sekunder dan berkembangnya jasmani secara pesat, menyebabkan
remaja secara fisik mampu melakukan fungsi proses reproduksi tetapi belum
dapat mempertanggung jawabkan akibat dari proses reproduksi tersebut.
Informasi dan penyuluhan, konseling dan pelayanan klinis perlu ditingkatkan
untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja ini. Berdasarkan latar
belakang tersebut dapat disimpulkan bahwa perlunya tindakan pemberian
pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja.
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi bagi remaja
selama 1 x 35 menit para remaja dapat mengetahui dan memahami
pentingnya kesehatan reproduksi bagi remaja.
1. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti kegiatan peyuluhan diharapkan peserta mampu:
a. Memahami pengertian kesehatan reproduksi
b. Mengetahui perubahan biologi, fisik, dan sosial pada remaja
c. Mengetahui perawatan kebersihan organ reproduksi remaja
d. Mengetahui perilaku remaja dan penyakit menular seks (PMS)
e. Mengetahui gizi seimbang bagi remaja
C. RANCANGAN KEGIATAN
1. Topik
Kesehatan reproduksi pada remaja.
2. Metode Pelaksanaan
Metode edukasi game kognitif proaktif dalam pelaksanaannya
tahapan-tahapannya sebagai berikut :
a. Fasilitator dan sasaran menyiapkan diri untuk melakukan permainan
edukasi.
b. Fasilitator menyiapkan media yaitu PPT dan peserta menyiapkan
kertas serta alat tulis.
c. Fasilitator menjelaskan tentang game pendidikan kesehatan reproduksi
dengan metode kognitif-proaktif kepada sasaran.
d. Fasilitator melontarkan satu topik permasalahan reproduksi pada
remaja.
e. Fasilitator meminta sasaran untuk menjawab pertanyaan dari topik
permasalahan tersebut jika dilakukan oleh seorang remaja.
f. Fasilitator meminta sasaran untuk menyimpulkan dan memaknai
apakah topik yang dibahas tadi tepat dilakukan oleh remaja atau tidak.
g. Fasilitator memberikan pemaknaan.
3. Sasaran
Remaja Karang Taruna di Desa Tegalmade
5. Jumlah Peserta
Sebanyak 5 orang
7. Setting Tempat
Keterangan :
: Fasilitator
: Peserta
: Media Zoom
8. Susunan Acara
1. Pembukaan (10 menit)
Mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
Menjelaskan maksud dan tujuan
Menjelaskan tentang game pendidikan kesehatan reproduksi
dengan metode kognitif-proaktif
Apersepsi dengan cara menggali pengetahuan yang dimiliki peserta
tentang kesehatan reproduksi
2. Pelaksanaan (20 menit)
Menjelaskan materi tentang kesehatan reproduksi (pengertian,
macam-macam, penggunaan dan efek samping alat kontrasepsi)
Pembukaan sesi game kognitif proaktif (memberikan pertanyaan-
pertanyaan kemudian sasaran menjawab dan menggali bahaya
kesehatan reproduksi
Meminta sasaran untuk menyimpulkan dan memaknai apakah topik
yang dibahas tadi tepat dilakukan oleh remaja atau tidak
Fasilitator memberikan pemaknaan
3. Penutup (5 menit)
Menutup dengan salam
9. Pembagian Tugas
a) Struktur tugas
Leader : Biyan Mahfudz
Penyaji : Ernie Hening P
Fasilitator : Rofi Nur R, Wahyu Hermawan, Galih Pulung
Notulen : Sri Partini
b) Uraian tugas
a. Leader
1. Menjelaskan tujuan bermain
2. Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
3. Menjelaskan pelaksanaan game pada sasaran
4. Mengevaluasi perasaan setelah pelaksanaan
b. Penyaji
1. Menyampaikan materi tentang kesehatan reproduksi
2. Memimpin pelaksanaan game
c. Notulen
1. Mencatat dan mengamati respon klien secara verbal dan
nonverbal
2. Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan
perilaku
3. Mencatat dan mengamati peserta aktif dari program
bermain
d. Fasilitator
1. Menyiapkan alat dan media
2. Memberi motivasi pada peserta untuk mendengarkan dan
aktif dalam pelaksanaan game
3. Mempertahankan kehadiran sasaran
MATERI PENYULUHAN
C. Perkembangan Remaja
Masa remaja ditandai dengan terjadinya berbagai proses perkembangan yang secara
global meliputi jasmani dan rohani.perkembangan jasmani terlihat dari
perkembangan bentuk tubuh dari kecil menjadi besar,sedangkan rohani tampak dari
emosi,sikap dan juga intelektual.perkembangan yang di alami remaja adalah :
Sedangkan pada anak laki-laki perubahan yang terjadi antara lain : perubahan
tulang-tulang ,testis membesar,tumbuh bulu kemaluan,perubahan
suara,ejakulasi,bulu kemaluan menjadi keriting,pertumbuhan tinggi badan mencapai
tingkat maksimum setiap tahunnya ,tumbuh rambut-rambut halus di
wajah(kumis,jenggot).,tumbuh bulu ketiak,perubahan suara,rambut di wajah
bertambah tebal dan gelap,dan tumbuh bulu dada.
Perlu disadari bersama bahwa kesehatan reproduksi tidak dapat dipisahkan dari
kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan kondisi prima
dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh perilaku hidup bersih dan
sehat. Misalnya, makan dengan menu seimbang, adanya keseimbangan antara
bekerja dan istirahat, olahraga, rekreasi, dan lainnya. Memelihata kesehatan
reproduksi (Poltekkes Depkes Jakarta 1. 2010) :
1. Penggunaan pakaian dalam
Pakaian dalam yang digunakan sebaiknya yang terbuat dari bahan yang
menyerap keringat, misalnya katun atau kaus. Kain yang tidak mnyerap
keringat akan menimbulkan rasa panas dan lembap. Kondisi ini akan
menimbulkan keyidaknyamanan bagi pemakai, serta sangat kondusif bagi
pertumbuhan jamur. Pakaian dalam yang dikenakan juga harus dalam keadaan
bersih dan ukuran yang tepat. Pakaian yang terlalu sempit atau penggunaan
karet yang berlebihanakan mengganggu kerja kulit dan menimbulkan rasa gatal.
2. Penggunaan handuk
Masyarakat Indonesia masih menggunakan handuk sebagai perlengkapan
mandi yang dipakai secara berulang, bahkan ada yang menggunkan satu handuk
secara bersamaan dalam satu keluarga. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah
handuk harus selalu dijemur setiap kali selesai dipakai. Handuk dijemur agar
terkena sinar matahari, sehingga jasad renik yang ada pada handuk mati dan
tidak menimbulkan infeksi. Sebaiknya handuk tidak digunakan lebih dari satu
minggu atau bila sudah tidak nyaman dipergunakan. Namun, walaupun dalam
satu keluarga, penggunaan handuk secara bersamaan hendaknya dihindari.
Handuk yang digunakan secara bersamaan bisa menjadi media penularan
penyakit kulit dan kelamin, misalnya scabies dan pedikulosis pubis. Scabies
disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabies var.Hominis, gejala scabies yang
utama adalah pruritis pada malam hari, karena aktivitas tungau meningkat pada
suhu kulit yang lembab dan hangat. Pedikulosis pubis disebabkan oleh kutu
Pthirus pubis. Bila kutu ini menggigit, maka tidak terilhat jelas bekas
gigitannya. Namun setelah 30 hari akan timbul pruritis, eritema, dan infeksi
sekunder.
3. Memotong bulu pubis
Alat kelamin pria dan perempuan ditumbuhi bulu. Guna memelihara
kebersihan dan kerapian, bulu-bulu pubis sebaiknya dicukur. Bagi pemeluk
agama Islam, disunahkan untuk mencukur habis bulu-bulu pubis setiap 40 hari.
Dengan mencukur bulu-bulu pubis, kebersihan bulu-bulu pubis akan selalu
terjaga, sehingga tidak menjadi media kehidupan kutu dan jasad renik, serta
aroma yang tidak sedap. Bulu pubis yang terlalu panjang dan lebat (khususnya
bagi remaja putri) akan selalu terpapar oleh urine saat buang air kecil.
4. Kebersihan alat kelamin luar
Bagi remaja putri, membiasakan diri untuk membersihkan vulva setiap
setelah buang air kecil atau buang air besar dan mengeringkan sampai benar-
benar kering sebelum mengenakan pakaian dalam adalah perilaku yang benar.
Tehnik membersihkan vukva adalah dari arah depan kebelakang. Jika perlu,
gunakan air bersih yang hangat. Bersihkan vulva dengan tidak menggunakan
cairan antiseptik secara berlebihan, karena akan merusak flora normal, yaitu
bakteri Doderlain. Kuman ini mencegah glikogen pada lender vagina menjadi
asam (Ph ± 4,5) yang bersifat bakterisida (membunuh kuman). Penggunaan
antiseptik yang berlebihan akan membunuh flora normal ini dan memberi
kesempatan bagi berkembang biaknya kuman patogenik, sehingga tubuh akan
rentan terhadap infeksi. Bagi remaja putra, glans penis juga harus dibersihkan
dari sisa urine setiap setelah buang air kecil. Khusus bagi remaja putra yang
tidak dilakukan sirkumsisi pada preputiumnya, pada saat membersihkan
preputium harus diretraksi sehingga seluruh permukaan glans penis dapat
dibersihkan. Hal ini dilakukan karena cairan urine yang mengandung urea dapat
merusak selaput lender glans penis atau menimbulkan ulserasi pada meatus
uretrae.
5. Penggunaan pembalut wanita
Pada saat haid, remaja putri harus memakai pembalut wanita yang bersih.
Pilih pembalut yang tidak berwarna dan tidak mengandung parfum (pewangi).
Hal ini dilakukan untuk mengurangi paparan zat kimia pad vulva. Setelah buang
air kecil atau buang air besar, ganti dengan pembalut yang bersih (baru). Jenis
ukuran pembalut disesuaikan dengan kebutuhannya, misalnya pada saat
menjelang haid dan mulai terasa ada keputihan yang sifatnya fisiologis, bisa
menggunakan pembalut yang berukuran kecil (pantyliner).
6. Meningkatkan imunitas
Human Papiloma Virus (HPV) adalah jasad renik yang bersifat
onkogenik (menyebabkan kanker). Wanita yang terinfeksi HPV umumnya akan
menderita kanker serviks (kanker leher rahim) dalam waktu 10-20 tahun, tetapi
pada beberapa kasus ada yang prosesnya berjalan sangat cepat yaitu hanya
dalam waktu 1-2 tahun. Semua perempuan beresiko terkena kanker serviks, dan
risiko meningkat apabila telah melakukan kegiatan seksual aktif pada usia muda
(< 20 tahun), berganti-ganti pasangan,seering mengalami kehamilan, merokok,
dan menderita penyakit menular seksual. Meningkatkan imunitas terhadap HPV
melalui vaksinasi merupakan salah satu upaya mencegah kanker serviks, yang
sangat efektif bila dilakukan oleh remaja putri sejak usia 10 tahun.
F. Perilaku Remaja dan Penyakit Menular Seks (IMS)
Penyakit kelamin (veneral disease ) sudah lama di kenal dan beberapa di
antaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonorrea. Dengan
semakin majunya ilmu pengetahuan, dan semakin banyaknya penyakit–
penyakit baru, sehingga istilah tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi
Sexually Transmitted Diseases (STD) atau Penyakit Menular Seksual (PMS).
Kemudian sejak 1998, istilah Sexually Transmitted Diseases (STD) mulai
berubah menjadi Infeksi menular seksual (IMS) agar dapat menjangkau
penderitaan asimptomatik. Infeksi menular Seksual (IMS) adalah berbagai
infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak
seksual. Semua teknik hubungan seksual baik lewat vagina, dubur, atau mulut
baik berlawanan jenis kelamin maupun dengan sesama jenis kelamin bisa
menjadi sarana penularan penyakit kelamin. Sehingga kelainan ditimbulkan
tidak hanya terbatas pada daerah genital saja, tetapi dapat juga di daerah ekstra
genital. Kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular IMS
adalah kelompok remaja sampai dewasa muda sekitar usia (15-24 tahun).
Beberapa contoh penyakit IMS (Infeksi Menular Seksual) :
1. Chlamydia atau klamidia
Klamidia merupakan infeksi menular seksual yang bisa menyerang
dubur, tenggorokan, hingga mata, penularan virus disebabakan oleh
hubungan seksual lewat dubur, tidak menggunakan pengaman saat
berhubungan intim, atau air mani yang mengenai mata dan tertelan hingga
menyebabkan klamidia di tenggorokan dan mata.
Jika tidak segera ditangani, penyakit klamidia bisa menyebabkan
masalah kesehatan jangka panjang seperti kemandulan. Diagnose klamidia
dilakukan dengan tes urin atau menyeka cairan dari area yang terinfeksi
untuk kemudian diberi perawatan dengan antibiotic.
Gejala klamidia antara lain sakit atau rasa terbakar ketika kencing,
vagina atau penis mengeluarkan cairan yang bewarna putih yang terasa
panas, darah keluar sangat banyak saat haid, rasa sakit pada bagian testis,
hubungan seksual yang terasa sakit.
2. Kutil kelamin
Infeksi menular seksual kutil kelamin merupakan penyakit yang
menyerang area kemaluan dan dubur, yang disebabkan oleh virus HPV
(Human Papilloma Virus). Kutil kelamin biasanya tidak menyebabkan
sakit, namun akan merasakan gatal atau area kemaluan menjadi kemerahan.
Terjadang penyakit kutil kelamin juga bisa menyebabkan perdarahan.
Virus HPV tidak hanya menular melalui hubungan seksual, tetapi bisa
menyebar melalui kontak kulit. Selain kutil kelamin, virus HPV juga bisa
menyebabkan kanker serviks.
3. Herpes Genital
Herpes genital disebabkan oleh herpes simplex virus (HSV). Gejalanya
bisa terlihat jika area kemaluan ada benjolan yang melepuh dan terasa sakit.
Gatal di area genital dan sakit kencing juga merupakan salah satu tandanya.
4. Kencing nanah
Bakteri penyebab peyakit kencing nanah sangat mudah ditularkan
melalui hubungan intim. Gejalanya adalah sakit atau rasa terbakar ketika
kencing, cairan yang keluar dri vagina atau penis berwarna putih
kekuningan atau bahkan kehijauan, wanita mengalami sakit di perut bagian
bawah, perdarahan saat berhubungan seksual, hingga keluar darah yang
sangat banyak ketika haid, sakit atau memar di bagian testis lelaki.
Penyakit ini juga bisa menyebabkan kemmandulan jika tidak segera
ditangani.
5. Sifilis atau raja singa
Sifilis atau raja singa disebabkan oleh infeksi bakteri. Gejala penyakit
raja singa memiliki tiga tahapan setelah terinfeksi. Tahapan pertama, tidak
akan mengalami rasa sakit apapun. Kemudian, mulai merasa nyeri di area
kemaluan dan mulut. Rasa sakitnya bisa bertahan selama 6 minggu
sebelum hilang sama sekali. Tehapan kedua terjadi gejala fisik berupa
ruam, pilek, dan rambut rontok. Tahapan terakhir biasanya terjadi setelah
bertahun-tahun terinfeksi dan semakin parah. Penyakit infeksi menular
seksual ini akan memunculkan komplikasi penyakit lainnya seperti masalah
jantung, kebutaan, hingga kelumpuhan. Dengan memerikasakan diri sejak
dini ketika gejala sifilis baru pada tahap awal, komplikasi penyakit ini bisa
dicegah.
6. HIV/AIDS
Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) biasa menular lewat
hubungan seksual tanpa pengaman. Selain itu, juga bisa tertular melalui
kontak dengan darah yang terinfeksi, seperti jarum suntik. Virus penyebab
infeksi menular seksual ini menyerang sistem kekebalan tubuh hingga
membuatnya menjadi lebih lemah. Hal ini menyebabkan penderitanya lebih
rentan terkena infeksi dan penyakit lain karena sistem imun yang lemah.
HIV tidak ada obatnya, namun dunia kedokteran telah mengembangkan
metode perawatan yang bisa membuat pengidap HIV bosa hidup lebih lama
dan memiliki kehidupan normal seperti orang pada umumnya.
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah tahapan akhir
dari infeksi virus HIV yang membuat tubuh penderitanya tidak lagi bisa
melawan virus mematikan. Orang dengan HIV biasanya tidak
menunjukkan gejala apapun.
7. Trichomoniasis
Penyakit ini disebabkan oleh parasite kecil yang disebut trichomonas
vaginalis (TV). Sangat mudah menular melalui hubungan seksual dan
banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi. Wanita
yang mengalami trichomoniasis akan mengalami rasa nyeri atau gatal di
sekitar vagina dan sakit ketika buang air kecil. Cairan vagina menjadi
berwarna kekuningan dan encer dengan bau tidak sedap. Pada pria, peyakit
ini jarang menampakkan gejalanya. Tetapi jika mengalami sakit saat buang
air kecil, cairan penis yang berwarna putih, atau kulup yang bengkak,
kemungkinan besar adalah gejala dari trichomoniasis.
8. Kutu kelamin
Kutu kelamin biasanya ditemukan pada rambut kemaluan, namun juga
bisa ditemukan pada rambut ketiak, jenggot, hingga alis. Kutu kemaluan
merayap dari rambut ke rambut dan bisa berpindah jika seseorang
melakukan kontak dengan area genital yang memiliki kutu. Gejala yang
bisa terlihat adalah rasa gatal dan ditemukan kutu atau telur kutu di rambut
kemaluan. Kutu rambut biasanya bisa diobati dengan krim khusus atau
shampoo medis untuk menghilangkannya sehingga tidak perlu mencukur
rambut kemaluan.
9. Kudis
Kudis disebabkan oleh tungau yang masuk kedalam lapisan kulit.
Menular lewat kontak fisik, pakaian, selimut atau handuk. Kudis akan
terasa sangat gatal ketika malam hari. Rasa gatalnya bisa terjadi pada area
kemaluan, diantara dua jari, ketiak, payudara, hingga pergelangan tangan
dan kaki.
Tanda dan gejala infeksi menular seksual
Gejala infeksi menular seksual (IMS) di bedakan menjadi:
1. Perempuan
a. Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus, mulut
atau bagian tubuh ang lain, tonjolan kecil – kecil, diikuti luka yang
sangat sakit disekitar alat kelamin.
b. Cairan tidak normal yaitu cairan dari vagina bisa gatal, kekuningan,
kehijauan, berbau atau berlendir.
c. Sakit pada saat buang air kecil yaitu IMS pada wanita biasanya tidak
menyebabkan sakit atau burning urination.
d. Tonjolan seperti jengger ayam yang tumbuh disekitar alat kelamin.
e. Sakit pada bagian bawah perut yaitu rasa sakit yang hilang muncul
dan tidak berkaitan dengan menstruasi bisa menjadi tanda infeksi
saluran reproduksi (infeksi yang telah berpindah kebagian dalam
sistemik reproduksi, termasuk tuba fallopi dan ovarium ).
f. Kemerahan yaitu pada sekitar alat kelamin.
2. Laki – laki
a. Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus,
mulut atau bagian tubuh yang lain, tonjolan kecil – kecil, diikuti luka
yang sangat sakit di sekitar alat kelamin.
b. Cairan tidak normal yaitu cairan bening atau bewarna berasal dari
pembukaan kepala penis atau anus. Sakit pada saat buang air kecil
yaitu rasa terbakar atau rasa sakit selama atau setelah urination.
c. Kemerahan pada sekitar alat kelamin, kemerahan dan sakit di
kantong zakar (Puspita, 2017).
G. Gizi Seimbang Bagi Remaja
Masa remaja amat penting diperhatikan karena merupakan masa transisi antara
anak-anak dan dewasa. Gizi Seimbang pada masa ini akan sangat menentukan
kematangan mereka dimasa depan. Perhatian khusus perlu diberikan kepada remaja
perempuan agar status gizi dan kesehatan yang optimal dapat dicapai. Alasannya
remaja perempuan akan menjadi seorang ibu yang akan melahirkan generasi
penerus yang lebih baik (Dedeh, 2010).
Kebutuhan energi dan zat gizi diusia remaja ditunjukkan untuk deposisi jaringan
tubuhnya. Total kebutuhan energi dan zat gizi remaja juga lebih tinggi
dibandingkan dengan rentan usia sebelum dan sesudahnya. Apalagi masa remaja
merupakan masa transisi penting pertumbuhan dari anak - anak menuju dewasa.
Gizi seimbang pada masa tersebut akan sangat menentukan kematangan mereka
dimasa depan (Dedeh dkk, 2010). Intinya masa remaja adalah saat terjadinya
perubahan-perubahan cepat, sehingga asupan zat gizi remaja harus diperhatikan
benar agar mereka dapat tumbuh optimal. Apalagi dimasa ini aktifitas fisik remaja
pada umumnya lebih banyak. Selain disibukkan dengan berbagai aktifitas
disekolah, umumnya mereka mulai pula menekuni berbagai kegiatan seperti olah
raga, hobi, kursus. Semua itu tentu akan menguras energi, yang berujung pada
keharusan menyesuaikan dengan asupan zat gizi seimbang.
Energi dan protein yang dibutuhkan remaja lebih banyak dari pada orang
dewasa, begitu juga vitamin dan mineral. Seorang remaja laki-laki yang aktif
membutuhkan 3.000 kalori atau lebih perhari untuk mempertahankan berat badan
normal. Seorang remaja putri membutuhkan 2.000 kalori perhari untuk
mempertahankan badan agar tidak gemuk. Vitamin B1, B2 dan B3 penting untuk
metabolism karbohidrat menjadi energi, asam folat dan vitamin B12 untuk
pembentukan sel darah merah, dan vitamin A untuk pertumbuhan jaringan.
Sebagai tambahan, untuk pertumbuhan tulang dibutuhkan kalsium dan vitamin D
yang cukup. Vitamin A, C dan E penting untuk menjaga jaringan-jaringan baru
supaya berfungsi optimal. Dan yang amat penting adalah zat besi terutama untuk
perempuan dibutuhkan dalam metabolism pembentukan sel-sel darah merah
(Husaini, 2016).
Kecukupan energi diperlukan untuk kegiatan sehari-hari dan proses metablisme
tubuh. Cara sederhana untuk mengetahui kecukupan energi dapat dilihat dari BB-
nya. Pada remaja perempuan usia 10-12 tahun, kebutuhan energinya sebesar 50-60
kkal/kg BB/hari, sedangkan usia 13-18 tahun sebesar 40- 50 kkal/kg BB/hari. Pada
remaja laki-laki usia 10-12 tahun, kebutuhan energiya sebesar 55-60 kkal/kg
BB/hari, sedangkan usia 13-18 tahun sebesar 45-55 kkal/kg BB/hari (Dedeh, 2010).
Kecukupan Gizi Rata-rata bagi Remaja (10-19 tahun) Per Orang Per Hari
Azhar, Akhmad. 2012. Pendidikan Seks Bagi Remaja. Yogyakarta: Mitra Pustaka
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2012. Pedoman Pengelolaan
Pusat Informasi dan Konseling remaja dan Mahasiswa (PIK R/M). Jakarta:
Direktorat Bina Ketahanan Remaja
Basri, Hasan. 2018. Remaja Berkualitas Problematika Remaja dan Solusinya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Marmi. 2013. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Poltekkes Depkes Jakarta 1. 2010. Kesehatan Remaja Problem Dan Solusinya. Jakarta:
Salemba Medika.
Puspita, Ikke Mega. 2017. Infeksi Menular Seksual. Dalam
https://drive.google.com/file/d/1l4GRv2hXYbMBb1dURxRcZZEzXvkhg7/view.
(Diakses 20 Januari 2021).
Supriyanto, W. 2015. Agar anak tumbuh sehat dan berkembang cerdas. Yogyakarta:
Cahaya Ilmu.
Yuce Nilasari. Skripsi. 2019. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja
Dengan Metode Ceramah Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Pada Siswa Smk N
1 Poncol Kabupaten Magetan. Peminatan Promosi. Kesehatan Program Studi
Kesehatan Masyarakat Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.