Anda di halaman 1dari 9

General Learning Objective :

Setelah aktivitas tutorial, mahasiswa mampu menjelaskan terkait konsep Penetapan Kejadian
Luar Biasa (KLB)

KASUS
Pada awal bulan Desember 2019, Dokter
Praktek Swasta di Desa Blahkiuh melalui
surveilan pasif mendapatkan 4 pasien dewasa
dengan gejala yang hampir sama yaitu
demam, sakit kepala, mual muntah dan sesak
nafas. Kasus semakin meningkat di
pertengahan bulan Desember 2019 sehingga
mencapai 10 kasus. Di lain pihak, poliklinik
Puskesmas I Abiansemal juga mendapatkan
kasus yang serupa dan pasien semua berasal
dari desa Blahkiuh. Hingga akhir bulan
Desember 2019, kasus mencapai 21 kasus,
baik dewasa dan lansia. Dari informasi yang
didapat tersebut, Kepala Puskesmas
Abiansemal I memutuskan untuk melaporkan
hal ini ke Dinas Kesehatan Kabupaten
Badung dan mendapatkan feedback positif
dari petugas P2 Dnikes. Petugas P2 Dinkes
memberi arahan untuk segera melakukan
penelusuran epidemiologi sesuai dengan
tahapan ke Desa tersebut dengan melakukan
surveilans aktif menyebarkan kuesioner pada
semua pasien yang terlaporkan dan
melakukan pemeriksaan laboratorium yang
spesifik untuk memastikan apakah kasu
merupakan kasus KLB karena saat ini laporan
kasus yang sama juga telah dilaporkan
dibeberapa negara di dunia

Tutor action Clinical Reasoning Discussion &

1
Learning Topic

Trigger : Identify cues : Step 1 :


- Petugas kesaehatan mengimplentasikan Discussion point:
penelususran epidemiologi melalui Anticipated student response : - Istilah yang tidak
surveilan pasif dan aktif untuk penetapan - Penelusuran KLB diketahui : surveilan
status KLB aktif, surveilan pasif,
- Pada kurun waktu beberapa hari dalam 1 penelusuran
bulan ada laporan kasus yang serupa di epidemiologi, satus
wilayah dea blahkiuh KLB

KLB :……………………………………….

KLB merupakan suatu kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemilogis
pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu atau terjadinya penyakit menular
yang mengalami peningkatan dua kali atau lebih dari periode sebelumnya (Chin, 2006).

Key emphasis of the caseu Problem definition : Step 2 :


1. Definisi dan konsep surveilan dan Mahasiswa semester .. Discussion point
KLB melakukan field trip ke 1. Kenapa ada kegitan
2. Tujuan kegiyan surveilan dalam Puskesmas Abiansemal I. Di surveilan aktif dan
penetapan KLB Puskemas, mereka melihat pasif dalam penetapan
3. Proses pelaksanaan penelusuran petugas kesehatan yang status KLB ?
kasus dalam penetapan KLB memegang program surveilan 2. Tidak dijelaskan status
kesehtan di populasi dan KLB dalam kasus?
program penatalaksanaan
bencana melakukan respon
cepat terhadap laporan kasus
yang diterima di populasi.
Pihak puskesmas menyiapkan
melakukan penelusuran
epidemiologi ke lapangan
melalui surveilans aktif . hasil
penelususran awal dilaporkan
ke pihak Dinas Kesehtan
Kabupaten Badung terhadap
temuan kasus. Dinas
Kesehatan KAbupaten
BAdung selanjutnya
memberikan feedback kepada
pihak Puskemas dan
jajarannya menindaklanjuti
dengan melakukan
penelusuran epidemiologi
untuk memaastikan kejadia
KLB
Step 3 :
Mahasiswa mendiskusikan problem di step 2 (Brainstorming)
1. Apa saja tujuan surveilan aktif dan pasif dalam penetapan status KLB ?
2. Kenapa petugas kesehtan dalam kasusu belum menetapkan status KLB?

2
Hipotesis :
1. surveilns kesehtan aktif maupun pasif berperan sebagai alarm dini untuk penetapan status
KLB
2. penetapan status KLB dilakukan berdarkan perundang undangan yang berlaku
3. yang memiliki hak dalam penetapan KLB adalah kepada daerah
kabupaten/provinsi/kementrian kesehatan
Tutor activity : setelah mahasiswa memberikan hipotesis Step 4 :
1. Mahasiswa mendiskusikan
Jika anda memiliki hipotesis seperti yang telah anda problem di step 3 secara mendalam
sebutkan, kira-kira data penunjang apa yang akan anda kemudian memberikan hipotesis
perlukan untuk penetapan KLB ? sementara.
2. Student activity : (discuss)
Add information : (diberikan jika diminta oleh
mahasiswa, jika tidak diminta tutor mengarahkan) Problem yang muncul dan akan
didiskusikan lagi oleh mahasiswa
setelah memperoleh data tambahan

Tutor action : Step 5: Formulating Learning


1. Apakah yang terjadi pada kasus diatas ? Issues (Sesuai dengan LO/ TIK)
2. Bagaimana tindakan petugas kesehatan ? Mahasiswa memberikan hipotesis
- Menginformasikan sumber belajar yang berkaitan akhir /diagnosis kerja
dengan scenario (pokok)
- Mengingatkan setiap mahasiswa agar mencari LO. Mahasiswa menentukan learning
objective:
- Hasil pencarian LO akan di cross check pada 1. Definisi dan konsep surveilan
pertemuan berikutnya kesehtan dalam penetapan KLB
2. Definisi KLB
3. Standar penetapan KLB
4. Tujuan dan manfaat Penetapan
KLB
5. Proses pelaksanaan
penelusuran epdemiologi dalam
penetapan KLB
6. Siapa yang berhak menetapkan
status KLB

Step 6 : Self Directed Learning

LAMPIRAN MATERI SKENARIO 1 :

1. Definisi dan konsep surveilan kesehtan dalam penetapan KLB


Surveilans Kesehatan didefinisikan sebagai kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus
menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan dan
kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah

3
kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efisien. Surveilans Kesehatan diselenggarakan agar dapat
melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data, dan diseminasi kepada pihak-pihak terkait yang membutuhkan.

Konsep baru tentang surveilans penyakit diperkenalkan oleh Alexander Langmuir pada tahun
1963. tidak setiap pencatat kejadian sakit dan mati dalam masyarakat dapat dianggap sebagai
kegiatan surveilans. Semua kegiatan surveilans harus mulai dengan adanya indikasi masalah
kesehatan yang akan timbul relevan dan penting serta dapat diambil tindakan pencegahan, terapi,
dan rehabilitasi. Beberapa tindakan surveilans yang dilakukan WHO (World Health
Organisation) antara lain surveilans malaria, cacar, campak, dan demam berdarah. Namun seperti
dikatakan oleh Langmuir bahwa surveilans bukan berarti pengendalian. Harus dibedakan slapa
yang melakukan tindakan sebagai tindak lanjut hasil surveilans (aktivitas pengendalian) dengan
petugas yang mengumpulkan data surveilans.

2. Definisi KLB
KLB merupakan suatu kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemilogis
pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu atau terjadinya penyakit menular
yang mengalami peningkatan dua kali atau lebih dari periode sebelumnya (Chin, 2006).

3. Standar penetapan KLB


Penetapan Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut PERMENKES RI No. 1501 tahun 2010
suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan Kejadian Luar Biasa (KLB) apabila memenuhi
salah satu kriteria sebagai berikut:

1. “Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal

pada suatu daerah;

2. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus

selama tiga (3) kurun waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis
penyakitnya;

3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya;

4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali
atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya;

5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan perbulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan

4
dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata- rata jumlah kejadian kesakitan perbulan pada
tahun sebelumnya;

6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan
dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang
sama; dan

7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih disbanding satu periode sebelumnya dalam kurun
waktu yang sama”.

4. Tujuan dan manfaat Penetapan KLB


1. Memperoleh kejadian luar biasa berdasarkan variabel orang tempat dan waktu
2. menetapkan sumber dan cara (pola) penularan penyakit
3. merumuskan cara / tindakan untuk menghentikan kejadian luar biasa.

Menurut PMK No. 1501 ttg “Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Menimbulkan Wabah”
(2010). Penetapan status KLB bisa dilakukan oleh kepala dinas kesehatan daerah atau kepala
dinas kesehatan provinsi atau menteri, tergantung cakupan wilayah yang KLB. Maka setelah
dilakukan penetapan KLB ditetapkanlah penanggulangan, yang mencakup penyelidikan,
pencegahan dan vaksinasi, pemusnahan penyebab penyakit, penanganan jenazah, hingga
penyuluhan. Daerah wajib membentuk tim gerak cepat untuk melakukan penanggulangan
terpadu hingga ke akar-akarnya.

5. Proses pelaksanaan penelusuran epdemiologi dalam penetapan KLB


1. Menegakan atau memastikan Diagnosis
Untuk membuat penghtungan kasus secara teliti guna keperluan analisis di tahapan
berikutnya maka perlu memastikan diagnosis dari kasus-kasus yang dilaporkan terhadap
KLB yang dicurigai. Langkah ini penting karena adanya kemungkinan kesalahan dala
diagnosis, memastikan adanya tersangka atau adanya orang yang mempunyai sindroma
tertentu, serta informasi bukan kasus (kasus-kasus yang dilaporkan tetapi diagnosisnya tidak
dapa dipastikan) harus dikeluarkan dari informasi kasus yang digunakan untuk memastikan
ada/tidaknya suatu KLB. Kriteria tanda atau gejala suatu penyakit seperti pada daftar
dibawah dapat dipertimbangkan untuk menetapkan diagnosis lapangan. Selanjutnya dapat
ditetapkan orang-orang yang memenuhi kriteria/gejala berdasarkan diagnosis lapangan dapa
dikategorikan sebagai kasus, sebaliknya orang-orang yang tidak memenuhi kriteria/gejala

5
dapat dikeluarkan dari kasus.
2. Memastikan terjadinya KLB
Dalam membandingkan insiden penyakit berdasarkan waktu harus diingat bahwa beberapa
penyakit dalam keadaan basa (endemis) dapat bervariasi menurut waktu (pola temporal
penyakit). Tujuan tahap ini adalah untuk memastikan apakah adanya peningkatan kasus yang
tengah berjalan memang benar-benar berbeda dibandingkan dengan kasus biasa terjadi pada
populasi yang dianggap mempunyai risiko terinfeksi. Apabila insidens yang tengah berjalan
secara menonjol melebihi insidens yang biasa maka biasanya dianggap terjadi KLB.
3. Menghitung jumlah kasus/angka insidens yang tengah berjalan
Apabila disurigai terjadinya suatu KLB, harus dilakukan perhitungan awal dari kasus-kasus
yang tengah berjalan (orang-orang yang infeksinya atau keracunannya terjadi dalam periode
KLB)untuk memastikan adanya frekuensi kasus baru yang berlebihan. Konfirmasi hasil
pemeriksaan penunjang sering memerlukan waktu yang lama, oleh karena pada penyelidikan
KLB pemastian diagnostic ini sangat diperlukan untuk keperluan identifikasi kasus dan
kelanjutan penyelidikan ini maka pada tahap inii paling tidak dibuat distribusi frekuensi
gejala klinis. Cara menghitung distribusi frekuensi dari tanda-tanda gejala-gejala yang ada
pada kasus sebagai berikut : buat daftar gejala yang ada pada ksus, hitung persen kasus yang
mempunyai gejala tersebut, dan susun kebawah menurut urutan frekuensinya. Laporan
kesakitan yang diterima oleh dinas kesehatan segera dapat diolah untuk perhitungan kasus.
Disamping catatan Dinas Kesehatan, sumber-sumber tambahan lain seperti dokter, rumah
sakit atau klinik, dan laboratorium penting untuk diperhitungkan. Wawancara juga perlu
untuk menuntun kepada penemuan sumber infeksi, atau kontak yang menjadi sakit karena
penularan dari kasus yang diwawancarai.
4. Menggambarkan karakteristik KLB
KLB dapat digambarkan menurut variabel waktu, tempat dan orang. Hal ini dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat disusun hipotesis mengenai sumber, cara penularan, dan
lamanya KLB berlangsung. Untuk dapat merumuskan hipotesis-hipotesis yang diperlukan,
informasi awal yang dikumpulkan dari kasus-kasus harus diolah sedemikian rupa sehingga
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
Variabel waktu :
1) Kapan periode yang tepat dari KLB ini?
2) Kapan periode paparan (exposure) yang paling mungkin?
3) Apakah KLB ini bersifat ”common source” atau ’propagated source' atau keduanya?

6
5. Mengidentifikasikan Sumber dari Penyebab Penyakit dan Cara Penularannya
Untuk mengidentifikasikan sumber dan cara penularan dibutuhkan lebih dari satu kali siklus
perumusan dan pengujian hipotesis. Hipotesis adalah adalah suatu pernyataan, keadaan atau
asumsi "dugaan yang terbaik" dari peneliti, dengan menggunakan informasi yang tersedia,
yang menjelaskan terjadinya suatu peristiwa.

6. Mengidentifikasikan Populasi yang Mempunyai Peningkatan Risiko Infeksi


Apabila sumber dan cara penularan telah dipastikan, maka orang-orang yang mempunyai
risiko paparan yang meningkat harus ditentukan, dan tindakan-tindakan penanggulangan
serta pencegahan yang sesuai harus dilaksanakan. Siapa yang sesungguhnya mempunyai
risiko paparan meningkat tergantung pada penyebab penyakit, sifat sumbernya, cara
penularannya, dan berbagai ciri-ciri orang- orang rentan yang meningkatkan
kemungkinannya terpapar.

7. Melaksanakan tindakan penanggulangan


Apabila ciri-ciri umum dari populasi resiko tinggi telah telah di gambar kan seperti pada
tabel di atas, maka perlu ditentukan tindakan penanggulangan dan pencegahan mana yang
sesuai untuk populasi yang bersangkutan. Tindakan penanggulangan tentu dapat dimulai
tahap diagnosis kasus. Contohnya, seperti pemberian globulin serum imun pada anggota
keluarga kasus Hepatitis A. Penerapan tindakan penanggulangan yang peraktis dan efisien
secara cepat merupakan cara paling berharga untuk menilai keberhasilan Penyelidikan
epidemiologi.
8. Laporan penyelidikan kejadian luar biasa
Tujuan pokok dari laporan penyelidikan ialah untuk meningkatkan kemungkinan agar
pengalaman dan penemuan-penemuan yang diperoleh dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.

6. Siapa yang berhak menetapkan status KLB

Menurut pasal 7 PMK no. 1501, Kepala dinas Kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas
Kesehatan provinsi, atau Menteri dapat menetapkan daerah dalam keadaan KLB, apabila
suatu daerah memenuhi salah satu kriteria ditetapkan dalam keadaan KLB yang disebutkan
dalam pasal 6 PMK no. 1501.
Kepala dinas Kesehatan kabupaten/kota atau kepala dinas Kesehatan provinsi menetapkan

7
suatu daerah dalam keadaan KLB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di wilayah kerjanya
masing-masing dengan menerbitkan laporan KLB sesuai contoh formulir yang terlampir.

Tutor action : SESSION 2 Step 7: reporting


Jika ada data tambahan lagi bisa Review of learning issues from session
diberikan. Mengecek resources 1 Discussion point :
yang dicari oleh mahasiswa (EBM) Review hasil diskusi sesi 1 dan tujuan Menjawab learning
- Tutor mengecek kesiapan belajar. Melengkapi diskusi sesi 1 objective
terhadap LO yang dicari oleh dengan hasil belajar mandiri. pertemuan 1.
mahasiswa (sampling

REFERENCES :

………………

8
MINI KUIS SKENARIO 1
NAMA :
NIM :

1. Surveilans epidemiologi bermanfaat untuk:


A. Secara umum Surveilans Kesehatan diperlukan untuk menjamin tersedianya data dan
informasi epidemiologi sebagai dasar menghitung besarnya biaya pelayanan
kesehatan
B. Menjamin tersedianya data dan informasi epidemiologi untuk pengambilan keputusan
dalam manajemen kesehatan, memantau trend penyakit, mendeteksi KLB /out break,
menentukan prioritas program untuk perencanaan sampai evaluasi.
C. Meminimalkan kebutuhan riset di bidang kesehatan karena membutuhkan banyak
biaya, menemukan tatalaksana medis yang efektif pada kejadian wabah,
D. Mendeteksi penyakit baru, Menemukan vaksin pada sertiap penyakit yang belum
ditemukan obatnya
2. Pengumpulan data dalam system surveilans epidemiologi dapat dilakukan dengan metode
pasif dan aktif, yang mempunyai pengertian yaitu:
A. Pengumpulan data secara aktif jika semua komponen surveilans epidemiologi
dikerjakan secara aktif oleh petugas kesehatan di semua jenjang pelayanan
kesehatan
B. Jika sebagian dari komponen system surveilans tidak dikerjakan oleh petugas,
misalnya nalisis data tidak dikerjakan itu berarti merupakan pengumpulan data
secara pasif.
C. Petugas menunggu data dari laporan masyarakat atau dari jenjang dibawahnya
merupakan pengumpulan data yang sifatnya pasif. Sedangkan bila
petugas/pengumpul secara langsung mendatangi sumber data merupakan
pengumpulan data yang sifaknya aktif
D. Bila petugas meberikan respon umpan balik terhadap data yang dilaporkan maka itu
disebut metode aktif, sedangkan disebut metode pasif bila laporan tidak direspon

3. Berikut penetapan KLB berdasarkan Permenkes RI No.1501/Menkes/Per/10/2010


A. Timbulnya suatu penyakit yang sudah pernah terjadi sebelumnya
B. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 1 tahun berturut-turut menurut
jenis penyakitnya
C. Peningkatan kejadian kesakitan 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya
D. Jumlah penderita baru dalam peiode 1 bulan menunjukkan 1 kali dibandingkan
dengan angka rata” jumlah kejadian kesakitan perbulan pada tahun sebelumnya

Anda mungkin juga menyukai