Candi Borobudur kemudian menjadi salah satu dari beberapa hasil kebudayaan
yang berada di Indonesia. Candi Borobudur memiliki daya tarik pariwisata dalam bidnag
budaya di dalamnya tersimpan nilai sejarah, sumber ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika
melihat dari perspektif ekonomi pariwisata, candi Borobudur merupakan aset budaya
yang menguntungkan secara ekonomi.
Pada tulisan ini akan membahas analisis Daya Tarik Wisata dengan Analisis
Siklus Hidup pada Candi Borobudur. Analisis konsep siklus hidup menunjukkan bahwa
daerah tujuan wisata senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu, dan
kemajuannya dapat dilihat melalui tahapan-tahapan dari pengenalan hingga penurunan.
Selain itu tulisan ini akan menganilisis Dampak dan kapasitas daya dukung baik dari segi
sosial budaya, ekonomi, dan lingkungan.
1
PEMBAHASAN
2
Kunjungan wisata dalam jumlah kecil yang terbatas pada ilmuwan serta
pengagum peninggalan benda purbakala.
b. Involvement phase (pelibatan)
Pada tahun 1969 aksesbilitas jalan untuk menguhubungkan antar
daerah lain menjadi perhatian khusus. Jalan penghubung Borbudur dengan
Palbapang, Mungkid, Slaman sudah mulai dilakukan pengaspalan walaupun
masih seadanya. Sebelum tahun 1969 transportasi yang ada untuk ke
Brobudur memakai Dokar. Lalu pada tahun 1970-an mulaia da transportasi
berupa bus Ramayana. Di fase ini belum terdapat sebuah lembaga yang
secara khusus mempromosikan pariwisata di candi Borobudur. Di daerah
sekitar pun masih di dominasi oleh sawah padi yang cukup besar
pengahsilannya. Untuk penerimaan tamu agung sendiri, masih menggunakan
kantor kecamatan Borobudur sebelum kantr candi dibangun. Kegiatan
eknonimi serta sosial masyarakat masih berkutat di area perswahan dan
pertanian.
c. Development phase (pengembangan)
Lingkungan candi Borobudur sebelum tahun 1980 merupakan
kawasan padat yang tidak teratur sama sekali. Dengan adanya pemukiman
penduduk, pertokokan, perkantoran, sekolah, hotel dsb, dengan keadaan yang
tidak teratur secara langsung dan tidak langsung akan mengurangi
keangungan serta keindahan Candi Borobudur. Di sisi lain daya tarik wisata
menjadi tidak teratur. Maka dari itu untuk upaya pemeliharaan banguna serta
lingkungan sekitarnya maka dibentuklah sebuah lembaga yang bernama PT.
Taman Wisata Candi Borobudur dan Prambanan. Lembaga ini lahir
berdasarkan kesadaran budaya yang menyangkut permasalahan untuk
penyelematan, pengamanan, serta pelestarian peninggalan sejarah dan
warisan budaya. Selain itu, sebagai sumber inspirasi, kebanggan nasinal dan
pemanfaatn warisan budaya, antara lain supaya pengunjung dapat mengenal
dan mengagumi peninggalan budaya yang ada.
Maka dari itu dibangunlan fasilitas-fasilitas penunjang seperti museum
arkeologi, perkantoran, restoran, taman, kios suvenir, pusat peneranganm
pusat penelitian Borobudur, pusat konservasi batu, dsb. Pada dasarnya Master
Plan dari Cndi Borobudur dibagi menjadi 5 zona:
Zone 1 = Daerah halaman candi (sanctuary).
3
Zone 2 = Daerah Taman.
Zone 3 = Daerah Pemukiman.
Zone 4 = Daerah yang masih diawasi
Zone 5 = Daerah yang dimungkinkan masih ada tinggalan arkeologi
Terbentuknya PT. Taman Wisata Candi Borbudur juga bergerak dalam
bidang marketing seperti tiket, promosi, dan acara untuk menarik
wisatawan.
d. Consolidation phase (konsolidasi)
Fase konsolidasi pada objek wisata candi Borobudur terjadi pasca
selesainya pemugaran yang terjadi pada tahun 1983. Puncak kunjungan
pariwisata mengalami kenaikan drastis. Hal ini akibat pemberitaan di koran
mengenai bahwa candi Borobudur adalah tempat tujuan pariwisata.
Pemberitaan ini mengakibatkan peningkatan jumlah pariwisata yang ada.
Sejumlah 1.082.363 wisatawan tercatat pada tahun 1985, dan pada tahun
1985 tercatat 1.080.565 telah berkunjung ke candi Borobudur.
e. Stagnation phase (stagnasi)
Angka pengunjung wisata di candi Borobudur meningkat pesat hingga
2,5 juta pengunjung setiap tahunnya dan 80% di dominasi oleh wisatawan
domestik pada pertengahan tahun 1990-an. Meningkatnya jumlah wisatawan
karena pada tahun 1991 UNESCO memasukkan Candi Borobudur ke dalam
daftar Situs Warisan Dunia, dengan ini promosi pada obyek wisata Candi
Borobudur meningkat pesat. Akan tetapi pada tahap ini pembangunan
pariwisata dikritik tidak melibatkan msyarakat setempat hingga beberapa
konflik lokal terjadi.
Pada 2003, penduduk dan wirausaha skala kecil di sekitar Borobudur
menggelar pertemuan dan protes dengan pembacaan puisi, menolak rencana
pemerintah provinsi yang berencana membangun kompleks mal berlantai tiga
yang disebut 'Java World'.Upaya masyarakat setempat untuk mendapatkan
penghidupan dari sektor pariwisata Borobudur telah meningkatkan jumlah
usaha kecil di sekitar Borobudur.Akan tetapi usaha mereka untuk mencari
nafkah seringkali malah mengganggu kenyamanan 7 pengunjung.Misalnya
pedagang cenderamata asongan yang mengganggu dengan bersikeras menjual
dagangannya; meluasnya lapak-lapak pasar cenderamata sehingga saat
hendak keluar kompleks candi, pengunjung malah digiring berjalan jauh
4
memutar memasuki labirin pasar cenderamata.Jika tidak tertata maka semua
ini membuat kompleks candi Borobudur semakin semrawut.
NO TAHUN PERISTIWA
1 1991 Tepatnya pada tanggal 1 3 Desember 1991, Komplek
Candi Borobudur dimasukkan dalam Daftar Warisan
Dunia UNESCO dengan nomer registrasi 248 yang
kemudian diperbaharui menjadi 592
2 2005 Pada Tanggal 31 Agustus 2005, untuk pertama kalinya
dilaksanakan Mahakarya Borobudur, dan dilaksanakan
rutin setiap 1 (satu) tahun sekali hingga sekarang
3 2009 Membangun website Borobudur dengan alamat
www.borobudurpark.com
4 2011 Promosi Borobudur di tingkat ASEAN
5 2011 Diusulkan untuk masuk dalam Guinness World
Records .
6 2011 Membangun Web site borobudurwisata.com pada
bulan Agustus, di bawah otoritas Unit Taman wisata
Borobudur. Saat penelitian ini ditulis, Website tersebut
5
sementara mas ih da lam pengembangan dan saat ini
berfungsi sebagai sarana ticketing online.
7 2012 Pada tanggal 14 sampai 1 5 Oktober 2012
dilaksanakan kegiatan Travel Mart and Expo, yaitu
untuk memperkenalkan produk-produk wisata Jawa
tengah terhadap pelaku-pelaku pariwisata baik dalam
maupun luar negeri
8 2012 Tepatnya pada tanggal 16 Oktober 2012 Borobudur
resmi masuk dalam daftar Guinness World Records
sebagai candi Buddha terbesar di dunia yang masih
difungsikan
9 2013 Bulan Maret-April 2013 Lomba logo untuk olahraga
lari dengan tema Borobudur 10K.
10 2013 Pelaksanaan Borobudur 10K dengan peserta dari
dalam dan luar negeri
11 Sampai Tetap digunakan sebagai tempat ibadah untuk
sekarang perayaan Hari Raya Waisak setiap tahun
Tabel 1, peristiwa besar promosi candi borobudur
6
sekitar Candi Borobudur. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan destinasi
pariwisata Candi Borobudur memberikan pengaruh terhadap ekonomi
masyarakat sekitar berupa efek pengganda yang terdiri dari dampak langsung,
tidak langsung, dan lanjutan.
3. Lingkungan
Keputusan pemerintah menjadikan Candi Borobdur sebagai objek wisata
budaya membawa dampak positif terhadap bangunan dan situsnya, perlindungan
dan pelestarian sumber daya budaya ini semakin diperhatikan. Pemintakatan
(zonasi) yang dilakukan di situs Candi Borobudur merupakan salah satu upaya
untuk melindungi Candi Borobudur dari kerusakan baik yang disebabkan oleh
faktor manusia dan binatang maupun fatktor alam. Candi Borobudur dibagi
menjadi tiga zone yaitu; Zone I adalah zone inti yang di dalamnya tidak boleh
didirikan bangunan kecuali pos penjagaan, zone II adalah zone penyanggah
berfungsi sebagai sabuk hijau pengaman, dan zone III adalah zone
pengembangan yang diperuntukkan untuk kegiatan ekonomi dan perkantoran
pengelola objek.
7
menumpuk di kawasan inti candi secara tidak langsung dapat menimbulkan
kerusakan ataupun akan mengganggu kelestarian candi.
b. Penambahan aksi
Penambahan aksi dilakukan untuk menanggulangi sesaknya pengunjung di inti
candi. Contoh atraksi yang ditambahkan antara lain atraksi gajah tunggang,
kereta taman dan juga atraksi kesenian budaya yang hanya dilakukan pada akhir
pekan dan hari libur nasional maupun musim liburan. Penambahan atraksi ini
dilakukan dengan tujuan pembatasan pengunjung yang pada umumnya langsung
menuju ke kawasan inti candi.
c. Pembatasan Waktu Untuk Rombongan
Aturan seperti ini pernah dilakukan sebelumnya tetapi karena kendala
pengunjung yang semakin meningkat, aturan seperti ini dirasa kurang optimal.
Sayangnya, sistem ini hanya bisa di jalankan ketika low season dimana jumlah
pengunjung tidak setinggi pada saat high season. Akhirnya karena kendala yang
ada, aturan ini ditiadakan.
d. Pembentukan Balkondes (Balai Konservasi Desa)
Balkondes atau Balai Konservasi Desa merupakan program bentukan BUMN
yang dibentuk sesuai arahan Presiden Republik Indonesia. Program Balkondes
ini sendiri sesuai dengan harapan Presiden Republik Indonesia agar
dimanfaatkan sebagai sebuah etalase bagi perekonomian daerah. Tujuan ini
dimaksudkan agar wisatawan yang datang ke kawasan Candi Borobudur tidak
langsung menuju candi mengingat banyaknya wisatawan yang datang agar bisa
dialihkan menuju ke Balkondes-Balkondes yang ada. Selain untuk penyebaran
wisatawan, program Balkondes ini berdampak positif bagi masyarakat desa.
Dengan adanya program ini, masyarakat desa bisa menunjukan kekhasan desa
itu sendiri dan sangat mungkin untuk menarik wisatawan untuk datang.
KESIMPULAN
Siklus hidup area wisata mengacu pada pendapat Buttler dalam Pitana (2005) terbagi atas
tujuh fase yaitu:
a. Tahapan exploration ( penemuan)
8
Pada fase ini area di candi borobudur masih berupa perpohonan rindang dan
semak belukar. Promosi untu pariwisata juga belum dilakukan, fasilitas
penunjang juga belum ada.
b. Involvement phase (pelibatan)
Pada tahap ini wisata candi borobudur hanya terkenal di area lokal dan sekitar.
Hal ini karena promosi yang ada masih minim dan masih belum terbukanya area
untuk wisata. Dimana pada fase ini area candi borobudur masih terjadi
pemugaran dan penelitian. Untuk fasilitas seperti akses jalan sudah ada namun
terbatas.
c. Development phase (pengembangan)
Pada tahap ini lahan sekitar candi borobudur mulai dibagi oleh zonasi
untuk mengatur kawasannya. Untuk upaya pemeliharaan banguna serta
lingkungan sekitarnya maka dibentuklah sebuah lembaga yang bernama PT.
Taman Wisata Candi Borobudur dan Prambanan.
d. Consolidation phase (konsolidasi)
Pada tahap ini terjadi puncak kunjungan pariwisata mengalami kenaikan drastis.
Hal ini akibat pemberitaan di koran mengenai bahwa candi Borobudur adalah
tempat tujuan pariwisata. Pemberitaan ini mengakibatkan peningkatan jumlah
pariwisata yang ada.
e. Stagnation phase (stagnasi)
Karena angka kunjungan pariwisata yang meningkat pesat di area candi
borobudur, pada tahap ini pembangunan pariwisata dikritik tidak melibatkan
msyarakat setempat hingga beberapa konflik lokal terjadi.
f. Decline phase (penurunan)
Penurunan terjadi di tahun 2011 karena pada tahun tersebut merupakan pasca
terjadinya bencana erupsi Gunung Merapi yang menyebabkan Candi Borobudur
tertutup abu vulkanik.
g. Tahun 2017 terjadi peningkatan kunjungan wisatawan sebanyak 20.000 hingga
850.000 pengunjung setiap tahunnya.
DAFTAR PUSTAKA
Fitri I, 2018. Candi Borobudur Sebagai Objek Wisata Unggulan Kota Magelang.
Domestic Case Study Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta.
9
Arief Syaifuddin , Joni Purwohandoyo, 2019. Pengaruh Perkembangan Pariwisata
Terhadap Karakteristik Ekonomi Masyarakat Di Sekitar Candi Borobudur. Jurnal
Geografi Gea, Volume 19, Nomor 1, April 2019.
Islam, Muh Ariffudin, 2013. Peran Brand Borobudur Dalam Pariwisata Dan World
Heritage. Jurnal Pengakajian Dan Penciptaan Seni Dewa Ruci. Vol. 8 No. 3,
Desember 2013
10