Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Candi Borobudur merupakan sebuah candi Budha yang berlokasi di Borbudhur,


Magelang, Jawa Tengah. Candi yang memiliki bentuk stupa ini didirikan oleh penganut
agama Buddha Mahayana sekitar abad ke 8 masehi pada masa pemerintahan warga
Syailendra. Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia.

Umumnya dikatakan, bahwa pembangunan candi ini dimaksudkan untuk


memuliakan raja yang telah wafat yang kemudian bersatu kembali dengan dewa yang
menjadi asal raja tersebut. Dengan Candi merupakan ungkapan yang mendalam atas rasa
hormat terhadap keluhuran orang tua dan kesadaran terhadapa kebesaran agama.

Candi Borobudur kemudian menjadi salah satu dari beberapa hasil kebudayaan
yang berada di Indonesia. Candi Borobudur memiliki daya tarik pariwisata dalam bidnag
budaya di dalamnya tersimpan nilai sejarah, sumber ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika
melihat dari perspektif ekonomi pariwisata, candi Borobudur merupakan aset budaya
yang menguntungkan secara ekonomi.

Sesuai dengan pernyataan di atas, bila di lihat dari karakteristiknya, Borobudur


merupakan salah satu peninggalan kepurbakalaan pada masa lalu, sehingga termasuk
dalam wilayah pariwisata untuk jenis kebudayaan (Cultural Tourism). Sebagai salah satu
warisan budaya yang berada di Indonesia, sudah selayaknya keberadaan Borobudur
senantiasa selalu dilestarikan dan dilindungi. Ditinjau dari sisi lain, Borobudur yang
menjadi salah satu destinasi wisata di Indonesia, maka keberadaannya juga perlu
dipublikasikan dan diarahkan menjadi warisan budaya internasional yang sangat layak
untuk dikunjungi, sehingga unsur kepariwisataan menjadi bagian yang tidak dapat
dilepaskan dan melekat kuat pada Borobudur. Beberapa upaya telah mulai dikembangkan
ke arah pariwisata budaya yang lebih luas, salah satunya yaitu dengan menghadirkan
Sendratari Ramayana dengan jadwal rutin yang sudah ditentukan.

Pada tulisan ini akan membahas analisis Daya Tarik Wisata dengan Analisis
Siklus Hidup pada Candi Borobudur. Analisis konsep siklus hidup menunjukkan bahwa
daerah tujuan wisata senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu, dan
kemajuannya dapat dilihat melalui tahapan-tahapan dari pengenalan hingga penurunan.
Selain itu tulisan ini akan menganilisis Dampak dan kapasitas daya dukung baik dari segi
sosial budaya, ekonomi, dan lingkungan.

1
PEMBAHASAN

A. Analisis Daya Tarik Wisata


1. Analisis Siklus Hidup
Siklus hidup area wisata mengacu pada pendapat Buttler dalam Pitana (2005)
terbagi atas tujuh fase yaitu:
a. Tahapan exploration ( penemuan)

Gambar 1, candi borbudur saat pertama kali ditemukan

Candi Borobudur ditemukan pada tahun 1814, Sir Thomas Stanford


Raffles yang sedang mengunjungi Semarang mendapat laporan tentang
sejumlah besar temuan batu-batu yang berukir di sebuah bukit yang termasuk
dalam wilayah Bumisegoro, Karesidenan Magelang. Bukit yang banyak
menyimpan batu terukir itu, penduduk setempat diyakini sebagai sisa-sisa
bangunan candi yang disebut budur. Setelah menerima laporan, Raffles
kemudian memerintahkan Cornelius yang merupakan asistennya untuk
mengadakan penlitian. Pada pertama kali ditemukan candi Borobudur masih
berupa bukit yang dipenuhi oleh pohon rindang serta semak belukar.
Akhirnya Cornelius melakukan pembersihan besar-besaran dilakukan di
candi Borobudur di tahun 1817, 1825 dan 1835. Sejak saat itu, upaya
penyelamatan dalam ditemukannya candi Borobudur segera dilakukan, baik
oleh pemerintah kolonial, pihak-pihak swasta dan para pengagum
peninggalan purbakala. Pada masa itu upaya yang dilakukan masih terbatas
pada pembuatan laporan, pemberitaan, pengambilan foto, penggambaran,
penelitian, dan penerbitan. Pada tahap ini atraksi pariwisata berupa warisan
budaya candi masih snagat asli dan belum dikembangkan. Belum ada fasilitas
penunjang dan aksesbillitas terbilang masih sulit karena berada di atas bukit.

2
Kunjungan wisata dalam jumlah kecil yang terbatas pada ilmuwan serta
pengagum peninggalan benda purbakala.
b. Involvement phase (pelibatan)
Pada tahun 1969 aksesbilitas jalan untuk menguhubungkan antar
daerah lain menjadi perhatian khusus. Jalan penghubung Borbudur dengan
Palbapang, Mungkid, Slaman sudah mulai dilakukan pengaspalan walaupun
masih seadanya. Sebelum tahun 1969 transportasi yang ada untuk ke
Brobudur memakai Dokar. Lalu pada tahun 1970-an mulaia da transportasi
berupa bus Ramayana. Di fase ini belum terdapat sebuah lembaga yang
secara khusus mempromosikan pariwisata di candi Borobudur. Di daerah
sekitar pun masih di dominasi oleh sawah padi yang cukup besar
pengahsilannya. Untuk penerimaan tamu agung sendiri, masih menggunakan
kantor kecamatan Borobudur sebelum kantr candi dibangun. Kegiatan
eknonimi serta sosial masyarakat masih berkutat di area perswahan dan
pertanian.
c. Development phase (pengembangan)
Lingkungan candi Borobudur sebelum tahun 1980 merupakan
kawasan padat yang tidak teratur sama sekali. Dengan adanya pemukiman
penduduk, pertokokan, perkantoran, sekolah, hotel dsb, dengan keadaan yang
tidak teratur secara langsung dan tidak langsung akan mengurangi
keangungan serta keindahan Candi Borobudur. Di sisi lain daya tarik wisata
menjadi tidak teratur. Maka dari itu untuk upaya pemeliharaan banguna serta
lingkungan sekitarnya maka dibentuklah sebuah lembaga yang bernama PT.
Taman Wisata Candi Borobudur dan Prambanan. Lembaga ini lahir
berdasarkan kesadaran budaya yang menyangkut permasalahan untuk
penyelematan, pengamanan, serta pelestarian peninggalan sejarah dan
warisan budaya. Selain itu, sebagai sumber inspirasi, kebanggan nasinal dan
pemanfaatn warisan budaya, antara lain supaya pengunjung dapat mengenal
dan mengagumi peninggalan budaya yang ada.
Maka dari itu dibangunlan fasilitas-fasilitas penunjang seperti museum
arkeologi, perkantoran, restoran, taman, kios suvenir, pusat peneranganm
pusat penelitian Borobudur, pusat konservasi batu, dsb. Pada dasarnya Master
Plan dari Cndi Borobudur dibagi menjadi 5 zona:
 Zone 1 = Daerah halaman candi (sanctuary).

3
 Zone 2 = Daerah Taman.
 Zone 3 = Daerah Pemukiman.
 Zone 4 = Daerah yang masih diawasi
 Zone 5 = Daerah yang dimungkinkan masih ada tinggalan arkeologi
Terbentuknya PT. Taman Wisata Candi Borbudur juga bergerak dalam
bidang marketing seperti tiket, promosi, dan acara untuk menarik
wisatawan.
d. Consolidation phase (konsolidasi)
Fase konsolidasi pada objek wisata candi Borobudur terjadi pasca
selesainya pemugaran yang terjadi pada tahun 1983. Puncak kunjungan
pariwisata mengalami kenaikan drastis. Hal ini akibat pemberitaan di koran
mengenai bahwa candi Borobudur adalah tempat tujuan pariwisata.
Pemberitaan ini mengakibatkan peningkatan jumlah pariwisata yang ada.
Sejumlah 1.082.363 wisatawan tercatat pada tahun 1985, dan pada tahun
1985 tercatat 1.080.565 telah berkunjung ke candi Borobudur.
e. Stagnation phase (stagnasi)
Angka pengunjung wisata di candi Borobudur meningkat pesat hingga
2,5 juta pengunjung setiap tahunnya dan 80% di dominasi oleh wisatawan
domestik pada pertengahan tahun 1990-an. Meningkatnya jumlah wisatawan
karena pada tahun 1991 UNESCO memasukkan Candi Borobudur ke dalam
daftar Situs Warisan Dunia, dengan ini promosi pada obyek wisata Candi
Borobudur meningkat pesat. Akan tetapi pada tahap ini pembangunan
pariwisata dikritik tidak melibatkan msyarakat setempat hingga beberapa
konflik lokal terjadi.
Pada 2003, penduduk dan wirausaha skala kecil di sekitar Borobudur
menggelar pertemuan dan protes dengan pembacaan puisi, menolak rencana
pemerintah provinsi yang berencana membangun kompleks mal berlantai tiga
yang disebut 'Java World'.Upaya masyarakat setempat untuk mendapatkan
penghidupan dari sektor pariwisata Borobudur telah meningkatkan jumlah
usaha kecil di sekitar Borobudur.Akan tetapi usaha mereka untuk mencari
nafkah seringkali malah mengganggu kenyamanan 7 pengunjung.Misalnya
pedagang cenderamata asongan yang mengganggu dengan bersikeras menjual
dagangannya; meluasnya lapak-lapak pasar cenderamata sehingga saat
hendak keluar kompleks candi, pengunjung malah digiring berjalan jauh

4
memutar memasuki labirin pasar cenderamata.Jika tidak tertata maka semua
ini membuat kompleks candi Borobudur semakin semrawut.

f. Decline phase (penurunan)


Pada tahun 2006 terjadi gempa berkekuatan 6,2 skala richte yang
mengguncang pesisir Jawa Tengah. Bencana alam ini menghancurkan
kawasan dengan korban terbanyak di Yogyakarta, akan tetapi Borobudur
tetap utuh. Dengan bantuan UNESCO pada tahun yang sama batu peringatan
pemugaran diletakkan.
Penurunan terjadi di tahun 2011 karena pada tahun tersebut
merupakan pasca terjadinya bencana erupsi Gunung Merapi yang
menyebabkan Candi Borobudur tertutup abu vulkanik.
g. Rejuvenation phase (peremajaan)
Tahun 2017 terjadi peningkatan kunjungan wisatawan sebanyak
20.000 hingga 850.000 pengunjung setiap tahunnya. Sejak dikelola tahun
1980, candi ini telah menerima beberapa penghargaan dari berbagai pihak,
yang terbaru adalah penghargaan dari UNESCO dan PBB pada tahun 2017
berupa “Penghargaan Memory of The World (MoW)” atas arsip dokumentasi
warisan dunia (Konvservasi Borobudur).

NO TAHUN PERISTIWA
1 1991 Tepatnya pada tanggal 1 3 Desember 1991, Komplek
Candi Borobudur dimasukkan dalam Daftar Warisan
Dunia UNESCO dengan nomer registrasi 248 yang
kemudian diperbaharui menjadi 592
2 2005 Pada Tanggal 31 Agustus 2005, untuk pertama kalinya
dilaksanakan Mahakarya Borobudur, dan dilaksanakan
rutin setiap 1 (satu) tahun sekali hingga sekarang
3 2009 Membangun website Borobudur dengan alamat
www.borobudurpark.com
4 2011 Promosi Borobudur di tingkat ASEAN
5 2011 Diusulkan untuk masuk dalam Guinness World
Records .
6 2011 Membangun Web site borobudurwisata.com pada
bulan Agustus, di bawah otoritas Unit Taman wisata
Borobudur. Saat penelitian ini ditulis, Website tersebut

5
sementara mas ih da lam pengembangan dan saat ini
berfungsi sebagai sarana ticketing online.
7 2012 Pada tanggal 14 sampai 1 5 Oktober 2012
dilaksanakan kegiatan Travel Mart and Expo, yaitu
untuk memperkenalkan produk-produk wisata Jawa
tengah terhadap pelaku-pelaku pariwisata baik dalam
maupun luar negeri
8 2012 Tepatnya pada tanggal 16 Oktober 2012 Borobudur
resmi masuk dalam daftar Guinness World Records
sebagai candi Buddha terbesar di dunia yang masih
difungsikan
9 2013 Bulan Maret-April 2013 Lomba logo untuk olahraga
lari dengan tema Borobudur 10K.
10 2013 Pelaksanaan Borobudur 10K dengan peserta dari
dalam dan luar negeri
11 Sampai Tetap digunakan sebagai tempat ibadah untuk
sekarang perayaan Hari Raya Waisak setiap tahun
Tabel 1, peristiwa besar promosi candi borobudur

B. Analisis Dampak Pariwisata


1. Sosial Budaya
Dampak sosial yang muncul akibat perkembangan pariwisata Borobudur
adalah munculnya paguyuban orang-orang yang seprofesi. Pahuyuban ini
muncul pasca pemugaran candi Borobudur untuk mengatasi meningktnya
persaingan karena jumlah profesi yang serupa mulai muncul meningkat.
Perlahan banyak profesi khas warga lokal yaitu bertani mulai tergantikan
menjadi pekerjaan yang khas dengan adanya obyek pariwisata seperti berdagang,
penyawaan wisma/hotel, dan tur guide. Dengan adanya paguyuban diharapkan
bisa menengahi masalah akibat persaingan sesama profesi. Selain berdampak
pada kegiatan profesi, dampak sosial yang dirasa antara lain tingginya tingkat
pendidikan warga lokal. Jika sebelumnya warga lokal hanya bergelar tamatan
SR / SD, dengan meningkatnya juga tingkat pendidikan warga sekitar menjadi
minimal lulusan SMA hingga perguruan tinggi.
2. Ekonomi
Kegiatan destinasi wisata Candi Borobudur telah mampu memberikan
pengaruh berupa dampak ekonomi bagi kegiatan ekonomi pariwisata masyarakat

6
sekitar Candi Borobudur. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan destinasi
pariwisata Candi Borobudur memberikan pengaruh terhadap ekonomi
masyarakat sekitar berupa efek pengganda yang terdiri dari dampak langsung,
tidak langsung, dan lanjutan.

3. Lingkungan
Keputusan pemerintah menjadikan Candi Borobdur sebagai objek wisata
budaya membawa dampak positif terhadap bangunan dan situsnya, perlindungan
dan pelestarian sumber daya budaya ini semakin diperhatikan. Pemintakatan
(zonasi) yang dilakukan di situs Candi Borobudur merupakan salah satu upaya
untuk melindungi Candi Borobudur dari kerusakan baik yang disebabkan oleh
faktor manusia dan binatang maupun fatktor alam. Candi Borobudur dibagi
menjadi tiga zone yaitu; Zone I adalah zone inti yang di dalamnya tidak boleh
didirikan bangunan kecuali pos penjagaan, zone II adalah zone penyanggah
berfungsi sebagai sabuk hijau pengaman, dan zone III adalah zone
pengembangan yang diperuntukkan untuk kegiatan ekonomi dan perkantoran
pengelola objek.

C. Analisis Kapasitas Daya Dukung


Menurut UNWTO (1984:4) dalam Kennell (2017), menyebutkan bahwa
daya dukung pariwisata (Tourism Carrying Capacity) merupakan jumlah maksimum
orang yang dapat mengunjungi suatu tempat wisata pada saat yang sama tanpa
menyebabkan kerusakan lingkungan fisik, ekonomi, sosial budaya, dan penurunan
kualitas yang tidak dapat diterima terhadap kepuasan pegunjung. Beberapa upaya
sudah dilakukan oleh pengelola Candi Borobudur untuk mengelola pengunjung
kunjungan wisata, antara lain:
a. Pembatasan pengunjung
Upaya ini dilakukan dengan tujuan untuk melindungi kawasan inti candi tidak
penuh sesak dengan wisatawan, serta untuk menjaga kelestarian inti candi. Pada
tahun 2009 di saat angka pengunjung sedang mengalami peningkatan, rat-rata
2500 orang berada di kawasan inti candi. Banyaknya wisatawan yang

7
menumpuk di kawasan inti candi secara tidak langsung dapat menimbulkan
kerusakan ataupun akan mengganggu kelestarian candi.
b. Penambahan aksi
Penambahan aksi dilakukan untuk menanggulangi sesaknya pengunjung di inti
candi. Contoh atraksi yang ditambahkan antara lain atraksi gajah tunggang,
kereta taman dan juga atraksi kesenian budaya yang hanya dilakukan pada akhir
pekan dan hari libur nasional maupun musim liburan. Penambahan atraksi ini
dilakukan dengan tujuan pembatasan pengunjung yang pada umumnya langsung
menuju ke kawasan inti candi.
c. Pembatasan Waktu Untuk Rombongan
Aturan seperti ini pernah dilakukan sebelumnya tetapi karena kendala
pengunjung yang semakin meningkat, aturan seperti ini dirasa kurang optimal.
Sayangnya, sistem ini hanya bisa di jalankan ketika low season dimana jumlah
pengunjung tidak setinggi pada saat high season. Akhirnya karena kendala yang
ada, aturan ini ditiadakan.
d. Pembentukan Balkondes (Balai Konservasi Desa)
Balkondes atau Balai Konservasi Desa merupakan program bentukan BUMN
yang dibentuk sesuai arahan Presiden Republik Indonesia. Program Balkondes
ini sendiri sesuai dengan harapan Presiden Republik Indonesia agar
dimanfaatkan sebagai sebuah etalase bagi perekonomian daerah. Tujuan ini
dimaksudkan agar wisatawan yang datang ke kawasan Candi Borobudur tidak
langsung menuju candi mengingat banyaknya wisatawan yang datang agar bisa
dialihkan menuju ke Balkondes-Balkondes yang ada. Selain untuk penyebaran
wisatawan, program Balkondes ini berdampak positif bagi masyarakat desa.
Dengan adanya program ini, masyarakat desa bisa menunjukan kekhasan desa
itu sendiri dan sangat mungkin untuk menarik wisatawan untuk datang.

KESIMPULAN

Siklus hidup area wisata mengacu pada pendapat Buttler dalam Pitana (2005) terbagi atas
tujuh fase yaitu:
a. Tahapan exploration ( penemuan)

8
Pada fase ini area di candi borobudur masih berupa perpohonan rindang dan
semak belukar. Promosi untu pariwisata juga belum dilakukan, fasilitas
penunjang juga belum ada.
b. Involvement phase (pelibatan)
Pada tahap ini wisata candi borobudur hanya terkenal di area lokal dan sekitar.
Hal ini karena promosi yang ada masih minim dan masih belum terbukanya area
untuk wisata. Dimana pada fase ini area candi borobudur masih terjadi
pemugaran dan penelitian. Untuk fasilitas seperti akses jalan sudah ada namun
terbatas.
c. Development phase (pengembangan)
Pada tahap ini lahan sekitar candi borobudur mulai dibagi oleh zonasi
untuk mengatur kawasannya. Untuk upaya pemeliharaan banguna serta
lingkungan sekitarnya maka dibentuklah sebuah lembaga yang bernama PT.
Taman Wisata Candi Borobudur dan Prambanan.
d. Consolidation phase (konsolidasi)
Pada tahap ini terjadi puncak kunjungan pariwisata mengalami kenaikan drastis.
Hal ini akibat pemberitaan di koran mengenai bahwa candi Borobudur adalah
tempat tujuan pariwisata. Pemberitaan ini mengakibatkan peningkatan jumlah
pariwisata yang ada.
e. Stagnation phase (stagnasi)
Karena angka kunjungan pariwisata yang meningkat pesat di area candi
borobudur, pada tahap ini pembangunan pariwisata dikritik tidak melibatkan
msyarakat setempat hingga beberapa konflik lokal terjadi.
f. Decline phase (penurunan)
Penurunan terjadi di tahun 2011 karena pada tahun tersebut merupakan pasca
terjadinya bencana erupsi Gunung Merapi yang menyebabkan Candi Borobudur
tertutup abu vulkanik.
g. Tahun 2017 terjadi peningkatan kunjungan wisatawan sebanyak 20.000 hingga
850.000 pengunjung setiap tahunnya.

DAFTAR PUSTAKA

Fitri I, 2018. Candi Borobudur Sebagai Objek Wisata Unggulan Kota Magelang.
Domestic Case Study Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta.

9
Arief Syaifuddin , Joni Purwohandoyo, 2019. Pengaruh Perkembangan Pariwisata
Terhadap Karakteristik Ekonomi Masyarakat Di Sekitar Candi Borobudur. Jurnal
Geografi Gea, Volume 19, Nomor 1, April 2019.

Islam, Muh Ariffudin, 2013. Peran Brand Borobudur Dalam Pariwisata Dan World
Heritage. Jurnal Pengakajian Dan Penciptaan Seni Dewa Ruci. Vol. 8 No. 3,
Desember 2013

10

Anda mungkin juga menyukai