Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 3

Dosen pengampu Nyayu Nina Putri C, M.Kep

Disusun oleh :

Annisa Putri P (219052)


Della Marsela (219056)
Deni Ramdani (219057)
Musopi Nuriyah (219070)
Novianti Latifah (219074)
Nurazizah Hanifah (219076)
Sandi Sopian (219082)
Zaki Arif Sholeh (219094)

PROGRAM STUDI S1-2B

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JABAR

BANDUNG

2021
Kasus Tutorial KMB3

Seorang laki-laki 40 tahun dirawat di ruang bedah dengan rencana operasi. 6 bulan sebelumnya ketika
sedang mengendarai sepeda motor, klien mengalami kecelakaan lalu lintas tunggal dengan menabrak
pohon . Setelah kejadian klien merasakan nyeri yang hebat di kaki kanan dan tidak bisa untuk digerakan.
Klien masih dapat menggerakan jari kaki dan terdapat vulnus laceratum di area tungkai kanan bawah dan
lengan kanan. Dengan. Klien lalu dibawa ke tukang reparasi tulang dengan alasan takut.
3 hari sebelum masuk RS, kondisi kaki klien tidak kunjung membaik. Klien berjalan dengan
menggunakan tongkat, kaki kanan mengalami pemendekan dengan nyeri yang hebat terutama ketika
digerakan. Luka terbuka di area pangkal paha semakin melebar disertai dengan adanya penonjolan tulang.
Hasil pengkajian: Kesadaran pasien compos mentis, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi napas 20x/menit,
suhu 37,80C. Hasil pemeriksaan awal menunjukan klien oedema (+) terutama di pertengahan paha,
deformitas (+), krepitasi (+), hambatan rotasi external serta adanya pemendekan di tungkai kanan. Nyeri
tekan (+) terutama di pertengahan paha, nadi dorsalis pedis teraba, CRT <2 detik. Saat ini klien
dipuasakan untuk persiapan pemasangan skeletal traksi.
Hasil rontgen femur dextra AP/Lateral: community fracture di femur dextra 1/3 media
Hasil Laboratorium:
Hb: 10,1 GDS: 145 mg/dL
Tr: 180.000 Ur/Cr dbn, OT/PT dbn
Leuko: 7500

Selama 3 hari perawatan klien diberikan terapi:


IVFD NaCl 0.9%: D5 2:1/24 jam
Tramadol 3x1
Paracetamol 3x1gr
Omeprazol 1x1
Skin traction 5kg

1
STEP 1 (Mencari kata yang tidak dimengerti pada kasus dan menjawab)

1. Vulnus raceratum (zaki)


2. Oedema (deni)
3. Deformitas (della)
4. Krepatasi (nurazizah)
5. Rotasi eksternal (Musopi)
6. CRT (Novianti)
7. Pemasangan skeletal traksi (sandi)
8. GDS (annisa)
9. Community fracture (Deni)
10. IVFD (Musopi)
11. Hb (Nurazizah)

Menjawab pertanyaan Step 1

1. Vulnus laceratum adalah terjadinya gangguan kontinuitas suatu jaringan sehingga terjadi
pemisahan jaringan yang semula normal kemudian luka robek terjadi akibat kekerasan yang
hebat sehingga memutuskan jaringan. Adapun ruptur adalah robek atau koyaknya jaringan
secara paksa. (Novianti menjawab pertanyaan zaki)
2. Edema adalah penumpukan cairan dalam ruang di antara sel tubuh. Edema dapat terjadi di
seluruh bagian tubuh, namun yang paling jelas terlihat pada lengan atau tungkai. Edema terjadi
saat cairan di pembuluh darah keluar ke jaringan sekelilingnya. (sandi mrnjawab pertanyaan
deni)
3. Deformitas adalah perubahan bentuk pada kaki atau suatu kondisi kelainan bentuk secara
anatomi dimana struktur tulang berubah dari bentuk yang seharusnya. (Musopi menjawab
pertanyaan Della)
4. Krepitasi adalah suara pada persendian yang disebabkan oleh gesekan yang terjadi pada
persendian ( Annisa menjawab pertanyaan nurazizah)
5. Rotasi eksternal atau rotasi lateral adalah gerakan lengan atau kaki menjauh dari garis tengah
tubuh Anda. ( Zaki menjawab pertanyaan musopi)
6. Tabung sinar katoda (CRT) adalah tabung hampa yang berisi senapan elektron (sumber elektro
n)dan sebuah layar fluorescent, dengan internal atau eksternal sarana untuk mempercepat danm

2
embelokkan berkas elektron, yang digunakan untuk membuat gambar dalam bentuk cahayayan
g dipancarkan dari neon layar. (zaki menjawab pertanyaan novianti)
7. Traksi skeletal merupakan tindakan yang digunakan untuk menangani fraktur femur, tibia
humerus, dan tulang leher (Nurazizah menjawab pertanyaan sandi )
8. GDS merupakan kadar gula darah yang diambil kapan saja alias tidak memperhatikan waktu
makan, jadi setiap saat di luar puasa dan dua jam setelah makan. ( Della menjawab
pertanyaan annisa)
9. Communnity fracture adalah ketika cidera menyebabkan tulang hancur menjadi setidaknya tiga
buah fragmen tulang. (Novianti Latifah menjawab pertanyaan deni)
10. Infus disebut juga dengan Intravenous Fluid Drops (IVFD), diartikan sebagai jalur masuk
cairan melalui pembuluh vena. Meski pada kenyataannya cairan infus meiliki jenis yang
macam macam, sehingga tidak serta merta dikatan bahwa infus adalah makanan pengganti bagi
orang sakit. (della menjawab pertanyaan musopi)
11. Hb / Hemoglobin merupakan komponen dalam sel darah merah yang berperan penting untuk
mengikat oksigen dalam darah (Musopi menjawab pertanyaan nurazizah)

STEP 2 (Membuat pertanyaan singkat dari kasus)


1. Mengapa klien merasakan nyeri yang hebat di kaki kanan dan tidak bisa untuk digerakan( zaki)
2. Mengapa terdapat vulnus laceratum di area tungkai kanan bawah dan lengan kanan klien ( zizah )
3. Mengapa Luka terbuka di area pangkal paha semakin melebar disertai dengan adanya penonjolan
tulang (Musopi)
4. Mengapa kaki kanan pasien mengalami pemendekan dan nyeri yang hebat? (Della)

STEP 3 (Menjawab pertanyaan step 2)


1. Karena pada klien terdapat vulnus laceratum (luka robek) diarea tungkai kanan yang mana
didapat pada saat klien mengalami kecelakaan menabrak pohon, vulnus laceratum ini terjadi
gangguan kontiunitas suatu jaringan sehingga terjadi pemisahan jaringan yang semula normal jadi
luka robek, luka tersebut terjadi/didapat karena klien terkena benda tumpul (tidak tajam) yg
mungkin terkena bagian dari kendaraan bermotor pada saat mengalami kecelakaan menabrak
pohon (novi menjawab pertanyaan zaki)
2. Karena terdapat luka terbuka yang diakibatkan oleh benda tumpul sehingga mengakibatkan
robeknya jaringan lunak. (annisa menjawab pertanyaan nurazizah)
3. Karena pada saat klien dibawa ke reparasi tulang kondisi kaki klien tak kunjung membaik yang
membuat lukanya semakin melebar, juga pada klien terjadi deformitas tulang akibat kecelakaan
menabrak pohon, yaitu terjadi perubahan bentuk pada kaki kanan dimana struktur tulang berubah
bentuk yang seharusnya normal jadi menonjol (Nurazizah menjawab pertanyaan musopi )
4. Otot dapat mengalami spasme dan menarik fragmen fraktur keluar posisi. Kelompok otot yang
besar dapat menciptakan spasme yang kuat bahkan mampu menggeser tulang besar, seperti
femur. Walaupun bagian proksimal dari tulang patah tetap pada tempatnya, namun bagian distal

3
dapat bergeser karena faktor penyebab patah maupun spasme pada otot-otot sekitar. Fragmen
fraktur dapat bergeser ke samping, pada suatu sudut (membentuk sudut), atau menimpa segmen
tulang lain. Fragmen juga dapat berotasi atau berpindah.sehingga kemungkinan bisa
menyebabkan pemendekan pada kaki dan mengakibatkan nyeri yang hebat (Musopi Menjawab
pertanyaan della)

STEP 4 (mind mapping)

Manifestasi Penatalaksanaan
definisi FRaktur
Fraktur Fraktur

Klasifikasi Pencegahan
Etiologi Fraktur
Fraktur Fraktur
a. Pengkajian

b. Analisa data
Patofisiologi Komplikasi Asuhan c. Diagnose
Fraktur Fraktur Keperawatan keperawatan

e. Intervensi
keperawatan

STEP 5 (LO)

4
KONSEP PENYAKIT

1. Definisi
Fraktur dapat terjadi di bagian ekstremitas atau anggota gerak tubuh yang disebut dengan
fraktur ekstremitas. Fraktur ekstremitas merupakan fraktur yang terjadi pada tulang yang
membentuk lokasi ekstremitas atas (tangan, lengan, siku, bahu, pergelangan tangan, dan bawah
(pinggul, paha, kaki bagian bawah, pergelangan kaki). Fraktur dapat meimbulkan pembengkakan,
hilangnya fungsi normal, deformitas, kemerahan, krepitasi, dan rasa nyeri (Ghassani, 2016).

2. Etiologi
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
1) Cedera Traumatik Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara
spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit
di atasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,
misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
2) Fraktur Patologik Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
a. Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan
progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul
sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang
mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan kegagalan absorbsi
Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
3) Secara Spontan
Disesbabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan
orang yang bertugas dikemiliteran.

3. Patofisiologi
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur terbuka bila terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit (Smelter dan
Bare, 14 2002). Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah ke
dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan.
Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel- sel darah putih dan sel anast
berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut aktivitas osteoblast
terangsang dan terbentuk tulang baru umatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsidan
sel- sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluh
darah atau penekanan serabut syaraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak di tangani
dapat menurunkan asupan darah ke ekstrimitas dan mengakibatkan kerusakan syaraf perifer. Bila
tidak terkontrol pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah
total dan berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut syaraf maupun jaringan otot.
Komplikasi ini di namakan sindrom compartment (Brunner dan Suddarth, 2002 ).

5
4. Manifestasi Klinis
Menurut Lewis (2006)
1) Nyeri, dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme otot,
tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.
2) Bengkak /edema, Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa (protein plasma)
yang terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
3) Memar / ekimosis, Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di
jaringan sekitarnya.
4) Spasme otot, Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi disekitar fraktur.
5) Penurunan sensasi, Terjadi karena kerusakan syaraf, tertekannya syaraf karena edema.
6) angguan fungsi, Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau spasme otot,
paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf.
7) Mobilitas abnormal, Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi
normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.
8) krepitasi, Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang digerakkan.
9) Deformitas, Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan
pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan menyebabkan
tulang kehilangan bentuk normalnya.

5. Klasifikasi Fraktur
Fraktur dapat diklasifikasikan menjadi fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur
tertutup memiliki kulit yang masih utuh diatas lokasi cedera, sedangkan fraktur terbuka dicirikan
oleh robeknya kulit diatas cedera tulang. Kerusakan jaringan dapat sangat luas pada fraktur
terbuka, yang dibagi berdasarkan keparahannya (Black dan Hawks, 2014) :
a. Derajat 1 : Luka kurang dari 1 cm, kontaminasi minimal
b. Derajat 2 : Luka lebih dari 1 cm, kontaminasi sedang 11
c. Derajat 3 : Luka melebihi 6 hingga 8 cm, ada kerusakan luas pada jaringan lunak, saraf,
tendon, kontaminasi banyak. Fraktur terbuka dengan derajat 3 harus sedera ditangani karena
resiko infeksi.

6. Komplikasi fraktur
Menurut Wahid (2013) komplikasi fraktur dibedakan menjadi komplikasi awal dan lama yaitu:
a. Komplikasi awal
1) Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstremitas yang
disebabkan oleh tindakan emergency splinting, perubahan posisi pada yang sakit,
tindakan reduksi dan pembedahan.
2) Kompartemen syndrom.
Kompartement sindrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan
oleh odema atau peredaran arah yang menekan otot, tulang, saraaf dan pembuluh darah.
Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat.
3) Fat embolism syndrom

6
Kompilasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES
terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah
dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah yang ditandai dengan gangguan
pernafasan, takikardi, hipertensi, takipneu dan demam.
4) Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedik infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk kedalam. Ini biasanya
terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena pengunaan bahan lain dalam
pembedahan seperti pin dan plat .
5) Avaskuler nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AV) terjadi karena aliran daarah ke tulang rusak atau terganngu
yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman Ischemia.
6) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler
yang bisa menyebakan menurunnya oksigenasi.
b. komplikasi lanjut.
Biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun setelah terjadinya fraktur paada pasien
yang telah menjalani proses pembedahan. Menurut kutipan dari Smeltzer dan Bare (2013),
komplikasi ini dapat berupa:
1) Komplikasi pada sendi seperti kekakuan sendi yang menetap dan penyakit degeneratif
sendi pasca trauma.
2) Komplikasi pada tulang seperti penyembuhan fraktur yang tidak normal (delayed union,
mal union, non union).
3) Komplikasi pada otot seperti atrofi otot dan rupture tendon lanjut.
4) Komplikasi pada syaraf seperti tardy nerve palsy yaitu saraf menebal akibat adanya
fibrosis intraneural.
c. Komplikasi post operasi fraktur Menurut Appley (2010), hal-hal yang dapat terjadi pada
pasien post operasi fraktur adalah:
1) Deep vein trombosis, sumbatan pada vena akibat pembentukan thrombus pada lumen
yang disebabkan oleh aliran darah yang statis, kerusakan endotel maupun
hiperkoagubilitas darah. Hal ini diperberat oleh imobilisasi yang terlalu lama setelah
operasi akibat nyeri yang dirasakan. Thrombosis akan berkembang menjadi penyebab
kematian pada operasi apabila thrombus lepas dan terlepas oleh darah kemudian
menyumbat daerah vital seperti jantung dan paru. Kemungkinan thrombosis lebih besar
pada pengunaan ortose secara general dari pada local maupun lumbal.
2) Stif Joint (kaku sendi), kekakuan terjadi akibat oedem, fibrasi kapsul, ligament, dan otot
sekitar sendi atau perlengketan dari jaringan lunak satu sama lain. Hal ini bertambah jika
immobilisasi berlangsung lama dan sendi dipertahankan dalam posisi ligament
memendek, tidak ada latihan yang akan
3) berhasil sepenuhnya merentangkan jaringan ini dan memulihkan gerakan yang hilang.
Sepsis, teralirnya baksil pada sirkulasi daraah sehingga dapat mengakibatkan infeksi.

7. Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada klien dengan fraktur tertutup adalah sebagai berikut :
1) Terapi non farmakologi, terdiri dari :

7
a. Proteksi, untuk fraktur dengan kedudukan baik. Mobilisasi saja tanpa reposisi, misalnya
pemasangan gips pada fraktur inkomplet dan fraktur tanpa kedudukan baik.
b. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips. Reposisi dapat dalam anestesi umum atau
lokal.
c. Traksi, untuk reposisi secara berlebihan.
2) Terapi farmakologi, terdiri dari :
a. Reposisi terbuka, fiksasi eksternal.
b. Reposisi tertutup kontrol radiologi diikuti interial.
Terapi ini dengan reposisi anatomi diikuti dengan fiksasi internal. Tindakan pada
fraktur terbuka harus dilakukan secepat mungkin, penundaan waktu dapat mengakibatkan
komplikasi. Waktu yang optimal untuk bertindak sebelum 6-7 jam berikan toksoid, anti
tetanus serum (ATS) / tetanus hama globidin. Berikan antibiotik untuk kuman gram
positif dan negatif dengan dosis tinggi. Lakukan pemeriksaan kultur dan resistensi kuman
dari dasar luka fraktur terbuka. (Smeltzer, 2001).

1. Pencegahan Fraktur
Cara-cara alami untuk mencegah patah tulang belakang, termasuk mengambil suplemen
kalsium, mendapatkan lebih banyak vitamin D, berhenti merokok, mencegah jatuh, dan
melakukan latihan menahan beban dan membangun kekuatan. Kamu juga dapat minum obat
untuk menghentikan atau memperlambat osteoporosis.
1) latihan menahan beban dan membangun kekuatan
Latihan adalah komponen kunci dari pendekatan tulang yang kuat. Terapis fisik
yang baik dapat membantu individu dengan nyeri punggung dan / atau kelainan
bentuk tulang belakang dan mengembangkan program penguatan tulang belakang
yang aman, serta efektif untuk membantu mencegah patah tulang belakang baru.
2) Olahraga
Tidak dapat disangkal, olahraga dapat membantu menguatkan otot inti (otot
punggung dan perut bagian bawah) yang dapat mendukung tulang belakang dan
mengurangi tekanan pada punggung bagian bawah.
3) Posisi Tidur yang Benar
Saat terbaring, semua struktur di tulang belakang yang telah bekerja keras
sepanjang hari akhirnya memiliki kesempatan untuk bersantai dan diremajakan.
Untuk memanfaatkan waktu ini sebaik-baiknya, kamu memerlukan kasur dan bantal
yang memungkinkan tulang belakang beristirahat dengan nyaman dan nyaman.
4) Menggunakan sepatu yang baik
Sepatu yang gunakan juga berkaitan dengan topangan pada tulang belakang.
Apakah kamu berjalan untuk berolahraga atau hanya untuk mencapai tujuan, sepatu
yang kamu kenakan memainkan peran penting dalam mendukung punggung bagian
bawah.
Sepatu yang baik memberikan dasar yang mendukung yang membantu tulang
belakang dan tubuh tetap selaras. Misalnya, pastikan area sepatu yang pas dengan
bagian belakang tumit pas, tapi tidak terlalu kencang, karena pas di tumit
mencegah overpronation atau supinasi, ataupun terlalu banyak menggulung kaki ke
luar atau di dalam.
5) Postur tubuh

8
Postur tubuh yang benar adalah cara sederhana, tapi sangat penting untuk
menjaga banyak struktur rumit di punggung dan tulang belakang tetap sehat. Ini lebih
dari sekadar estetika postur yang baik dan dukungan punggung sangat penting untuk
mengurangi insiden dan tingkat nyeri punggung dan nyeri leher. Dukungan punggung
sangat penting bagi pasien yang menghabiskan banyak waktu duduk di kursi kantor
atau berdiri sepanjang hari.

Konsep Asuhan Keperawata

1. PENGKAJIAN
A. Anamnesa
Nama :
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : bisa untuk semua jenis kelamin
Status mariental :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku bangsa :
Alamat :
No. Medrec :
No. Rawat :
Dx. Medis : fraktur
Tgl. Masuk :
Tgl. Pengkajian :

Penanggung jawab
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Hubungan dengan pt :

a) Keluhan utama :
Nyeri pada daerah yang terjadi trauma akibat kecelakaan
b) Riwayat kesehatan sekarang :
Biasanya klien datang dengan keluhan akibat kecelakaan atau trauma lain.
c) Riwayat kesehatan masa lalu :
Pengkajian yang perlu di tanyakan, meliputi riwayat hipertensi, diabetes
melitus, dan penyakit jantung, apakah pernah mengalami fraktur sebelumnya,
pengobatan pada saat sakit.

d) Riwayat kesehatan keluarga :

9
Faktor genetik tidak termasuk pada timbulnya penyakit fraktur kecuali
klien yang menderita diabetes pada keluarga akan menyebabkan komplikasi.
e) Pemeriksaan fisik :
1) Tanda-tanda vital
a. Keadaan umum : compos mentis
b. Kesadaran : *kualitatif : CM s/d Coma, *kuantitatif: GCS
c. Tekanan darah : normalnya tekanan darah 120/80
d. Nadi : nadi normalnya 60-100x/mnt (biasanya nadi meningkat)
e. Suhu : suhu normalnya 36−37,5o C
f. RR : pernafasan normalnya 16-24x/mnt (tergantung jenis frakturnya
apabila klien trauma panggul terjadi sesak nafas, karena adanya perubahan
pada sistem pernafasan di sertai banyaknya perdarahan dan syok, klien
trauma panggul berat biasanya akan mengalami ARDS atau gagal nafas
akut)
2) Antropometri
BB= kg
TB= cm

3) Pemeriksaan sistematika/persistem
a) Sistem pernafasan
Pada pemeriksaan sistem pernapasan, di dapatkan bahwa klien fraktur
tidak mengalami kelainan pernafasan kecuali jika klien trauma panggul
terjadi sesak nafas, karena adanya perubahan pada sistem pernafasan di
sertai banyaknya perdarahan dan syok, klien trauma panggul berat
biasanya akan mengalami ARDS atau gagal nafas akut.
b) Sistem kardiovaskuler
- Inspeksi : mukosa bibir lembab, tidak terdapat kelenjar getah bening,
tidak terdapat distensi vena jugularis, tidak terdapat clubbing finger.
- Palpasi : CRT<2 detik, biasanya nadi meningkat
- Perkusi : bunyi ICS 1-6 sebelah kiri pekak
- Auskultasi : S1 dan S2 tidak terdapat suara tambahan
- Apabila pada klien fraktur cidera panggul sedang dan berat hasil
pemeriksaan

10
c) Sistem pencernaan
- Inspeksi : mukosa bibir ananemis, tidak terdapat stomatitis, turgor
kulit abdomen elastis, bentuk abdomen simetris
- Auskultasi: bunyi bising usus normal 8-12x/menit
- Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada area abdomen, tidak terdapat
asites
- Perkusi: Bunyi perkusi abdomen timpani
d) Sistem persyarafan
Nervus I (olfaktorius) : klien dapat mencium bau-bauan
Nervus II (optikus) :klien dapat melihat pada jarak 2m
Nervus III (okula motorius) : klien dapat menggerakan bola
mata kesamping atas
Nervus IV (traklearis) : klien dapat menggerakkan bola
mata ke atas dan kebawah normal
Nervus V (trigeminus) : pada kornea mata mengkibatkan
kurang/ hilangnya reflek kedip
Nervus VI (abdusen) : klien dapat menggerakkan bola
mata ke samping
Nervus VII (facialis) : klien dapat membedakan rasa
manis dan asin
Nervus VIII (akustikus) : pendengaran klien baik saat
ditanya oleh pengkaji
Nervus IX (glosofaringeus) : klien dapat menelan dengan
baik
Nervus X (vagus) : klien dapat membuka mulutnya
dengan baik
Nervus XI (spinal accesory) : klien lemah mengangkat bahu
kanan dan kiri (jika terjadi pada
fraktur klavikula)
Nervus XII (hipoglesal) :pergerakan klien lemah dan tidak
bebas
e) Sistem penglihatan

11
Bentuk mata simetris,warna sklera putih, tidak adanya kelainan
pada mata, kurangnya reflek mengedipkan mata, tidak dapat merapatkan
mata (lagophthalmos).
f) Sistem pendengaran
Bentuk telinga simetris, tidak adanya nyeri tekan, tidak terdapat
serumen, fungsi pendengaran baik
g) Sistem perkemihan
Tidak adanya nyeri tekan
h) Sistem muskuloskeletal
Kerusakan fungsi motorik kekuatan otot yang terjadi trauma
dapat menjadi lemah/ lumpuh dan lama-lama ototnya mengecil (atropi)
jika tidak langsung di tangani dengan baik.
i) Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran getah bening, dan tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
j) Sistem integumen
Biasanya pada fraktur terbuka terdapat luka, perdarahan
A. Data Psikologis
1. Status emosi
Klien mampu mengontrol emosinya, jika marah klien memilih untuk diam
2. Kecemasan klien
Tingkat kecemasan klien sedang
3. Konsep diri
a. Citra tubuh : klien menyukai bagian bentuk tubuhnya yaitu mata
b. Identitas diri : klien merasa senang menjalani profesinya
c. Peran : peran klien di dalam keluarganya ( mis: ayah , ibu, anak)
d. Ideal diri : klien berharap penyakit di deritanya bisa cepat sembuh
e. Harga diri:
B. Data Sosial
1. Pola komunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan jelas
2. Pola interaksi
Pasien berinteraksi dengan keluarga dan perawat dengan baik dan jelas
C. Data Psikospiritual

12
Kaji apakah ada dampak yang timbul pada klien, seperti ketakutan akan kecacatan,
rasa cemas, rasa ketidakmampuan melakukan aktivitas secara optimal, dan gangguan
citra diri.
D. Data penunjang
1) X-ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur
a) Tomografi
b) Mielografi
c) Artrografi
2) Scan tulang: memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak
3) Arteriogram: dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler
4) Hitung darah lengkap: hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada
perdarahan; peningkatan lekosit sebagai respon terhadap peradangan
5) Kretinin: trauma otot menigkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal
6) Elektromiograf: terdapat kerusakan kondusif saraf akibat fraktur
7) Atroskopi: di dapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang
berlebihan
8) Indium imaging: pada pemeriksaan ini adanya di dapatkan infeksi pada tulang
9) MRI: Menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur

2. Analisa Data

13
N Data Etiologi Masalah keperawatan
o
1. DS: Fraktur Nyeri akut
Klien mengatakan
nyeri yang hebat di Cedera sel
kaki kanan dan tidak
bisa untuk digerakan Degranulasi sel mast
DO:
Hasil pengkajian Pelepasan mediator kimia
awal menunjukan
klien edema + , Edema
Nyeri tekan
Nyeri akut
2. DS: Diskontinuitas tulang Kerusakan integritas
Pasien mengatakan
kulit
cemas karna terdapat
luka pada kulitnya Perubahan jaringan sekitar
yang tidak normal. Laserasi kulit
DO:
Luka terbuka di area
pangkal paha Kerusakan integritas kulit

3. DS: Fraktur Hambatan mobilisasi


Klien mengatakan
fisik neuromuscular,
tidak bisa
menggerakan kaki Pemendekan tungkai kanan nyeri, terapi restriktif
kanan
(imobilisasi)
DO:
Klien berjalan Hambatan mobilisasi fisik
dengan
menggunakan
tongkat

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut b.d agen injuri fisik, spasme otot, gerakan fragmen tulang edema,
cedera jaringan lunak pemasangan traksi.
2) Kerusakan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,
sekrup)
3) Hambatan mobilisasi fisik b.d kerusakan rangka neuromuscular, nyeri, terapi
restriktif (imobilisasi)

4. RENCANA KEPERAWATAN

14
NO Dx Keperawatan NOC NIC
1. Nyeri akut b.d agen injuri Setelah dilakukan tindakan - Lakukan pengkajian nyeri
fisik, spasme otot, gerakan keperawatan selama 2x 24 secara komprehensif termasuk
fragmen tulang edema jam diharapkan nyeri lokasi, karakteristik, durasi,
teratasi dengan frekuensi, kualitas dan faktor
Kriteria hasil : presipitasi
- Pasien mampu - Observasi reaksi nonverbal dari
mengontrol nyeri ketidaknyamanan
- Melaporkan bahwa nyeri - Gunakan komunikasi terapeutik
berkurang dengan untuk mengetahui pengalaman
menggunakan manajemen nyeri pasien
nyeri - Ajarkan tekhnik relaksasi
kepada pasien
- Kolaborasi pemberian analgetik
untuk mengurangi nyeri
2. Kerusakan integritas kulit b.d Setelah dilakukan tindakan - Jaga kebersihan kulit agar
fraktur terbuka keperawatan selama 2x 24 tetap kering dan bersih
jam diharapkan kerusakan
integritas kulit pasien dapat - Anjurkan pasien
teratasi dengan menggunakan pakaian
Kriteria Hasil: yang longgar
- Integritas kulit yang
baik bisa dipertahankan - Monitor aktivitas dan
(sensasi, elastisitas, mobilisasi pasien
temperatur, hidrasi,
pigmentasi) tidak ada - Ganti balutan, bersihkan
luka/lesi area sekitar jahitan atau
- Menunjukan staples , menggunakan
pemahaman dalam lidi kecil
proses perbaikan kulit
dan mencegah terjadinya
cidera ulang
3. Hambatan mobilisasi fisik b.d Setelah dilakukan tindakan - Monitoring vital sign
kerusakan rangka keperawatan selama 2x 24 sebelum/sesudah latihan dan

15
neuromuscular, nyeri, terapi jam diharapkan pasien lihat respon pasien saat latihan
restriktif (imobilisasi) dapat beraktivitas seperti - Kaji kemampuan pasien dalam
biasa dengan mobilisasi
Kriteria hasil: - Dampingi dan bantu pasien saat
- Pasien meningkat dalam mobilisasi dan bantu penuhi
aktivitas fisik kebutuhan
- Mengerti tujuan dari - Berikan alat bantu jika klien
peningkatan mobilisasi memerlukan
Memverbalisasikan
perasaan dalam
meningkatkan kekuatan
dalam kemampuaan
berpindah

16

Anda mungkin juga menyukai