Anda di halaman 1dari 2

Alat Ukur Panjang

A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam alat ukur panjang.
2. Mahasiswa dapat mengetahu cara penggunaan dan membaca alat ukur panjang (mistar,
jangka sorog, dan mikrometer sekrup).
3. Mahasiswa dapat membaca dan menulis skala dengan benar dan hasil pengukuran atau
perhitungan.

B. Dasar Teori
Pengukuran adalah suatu teknik dalam meningkatkan suatu bilangan pasa suatu sifat
fisis dengan membandingkannya dengan suatu besaran strandar. Saat melakukan
pengukuran harus berhati-hati agar tidak menghasilkan gangguan seminimal mungkin
terhadap system yang diamati. Selain itu juga dapat diamati dengan kesalah eksperimental
karena kesempurnaan yang tidak terelakan dalam alat ukur atau karena batasan yang ada,
yang terdapat didalam alat indera (Alonso, 2002 : 24 dalam Rizal Hatmu 2015).
Suatu pengukuran selalu disertai dengan ketidakpastian. Beberapa penyebab ketidak
pastian adalah adanya nilai skala terkecil (NST), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol,
kesalahan pegas, adanya gesekan, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter dan alat
lingkungan yang saling mempengaruhi serta keterampilan pengamat sehingga sangat sulit
mendapatkan milai sebenarnya suatu besaran. Dalam fisika pengukuran merupakan suatu
yang sangat vital. Suatu pengamatan terhadap besaran fisis harus melalui pengukuran
(Gunada, 2014 : 5 dalam Rizal Hatmu 2015).
Sebagai contoh pengukuran besaran panjang dengan menggunakan mistar (penggaris),
jangka sorong dan mikrometer sekrup. Ketiga alat ukur ini memiliki ketelitian berbeda-beda.

Gambar 1. Mistar (penggaris)

Mistar atau penggaris merupakan alat ukur panjang yang sering di gunakan. Pada
umumnya, mistar memiliki skala terkecil 1 mm atau 0,1 cm. Mistar mempunyai ketelitian
pengukuran 0,5 mm, yaitu sebesar setangah dari skala terkecil yang dimiliki oleh mistar.
Pada saat melakukan pengukuran pada mistar, hendaknya arah pandangan tepat pada tempat
yang diukur. Artinya arah pandangan tegak lurus dengan skala peda mistar dan benda yang
diukur. Jika pandangan mata tertuju pada arah yang kurang tepat, maka akan menyebabkan
nilai hasil pengukuran menjadi lebih besar atau lebih kecil. Kesalah pengukuran semacam
ini disebut kesalahan paralaks (Nuracmadani S, 2009 : 8).
Gambar 2. Jangka Sorong

Jangka sorong merupakan alat ukur yang memiliki 2 bagian utama, yaitu rahang tetap
dan rahang geser. Skala panjang yang terdapat pada rahang tetap merupakan skala utama,
sedangkan skala pendek yang terdapat pada rahang geser merupakan skala nonius atau
vernier (Nuracmadani S, 2009 : 8).
Skala utama pada jangka sorong memiliki skala dalam cm dan mm. Sedangkan skala
nonius pada jangka sorong memiliki 9 mm dan di bagi dalam 10 skala, sehingga beda satu
skala nonius dengan satu skala pada skala utama adalah 0,1 mm atau 0,01 cm (Nuracmadani
S, 2009 : 8). Tingkat ketelitian pada jangka sorong cukup tinggi, yaitu berkisar 0,01 mm
sampai 0,05 mm.

Gambar 3. Mikrometer Sekrup

Mikrometer sekrup juga merupakan alat ukur panjang, biasanya sering digunakan untuk
mengukur benda-benda tipis dan menukur diameter benda-benda bulat yang kecil seperti
tebal kertas dan diameter kawat. Mikrometer sekrup memiliki dua bagian, yaitu poros tetap
dan poros ulir. Skala panjang yang terdapat pada poros tetap merupakan skala uutama,
sedangkan skala panjang yang terdapat pada poros ulir merupakan skala nonius
(Nuracmadani S, 2009 : 8).
Skala utama mikrometer sekrup mempunyai skala dalam mm, sedangkan skala
noniusnya terbagi dalam 50 bagian. Satu bagian pada skala nonius mempunyai nilai 1/50 ×
0,5 mm atau 0,01 mm. Jadi mikrometer sekrup mempunyai tingkat ketelitian paling tinggi
dari mistar dan jangka sorong, yaitu 0,01 mm (Nuracmadani S, 2009 : 8).

C. Alat dan bahan


D. Prosedur percobaan
E. Tabel pengamatan

Anda mungkin juga menyukai