Oleh :
14711045
Penguji :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
UNIVERSITAS DEPARTEMEN
ISLAM ILMU PENYAKIT DALAM
INDONESIA
FAKULTAS STATUS PASIEN UNTUK UJIAN
KEDOKTERAN
Untuk Dokter Muda
NIM 14711045
Tanggal Ujian
RSUD Soedirman
Rumah sakit
Kebumen
I. IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. R
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Umur : 48 tahun
• Alamat : Depokrejo
• Pekerjaan : Pedagang
• Agama : Islam
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal 1 Mei 2019, pukul 05.30 WIB
• Keluhan Utama : Nyeri perut
• Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut sejak 2 hari SMRS. Nyeri
dirasakan hilang timbul, ngilu dan terasa panas, saat nyeri timbul pasien
memberi skor nyeri dari 0-10 dengan nilai 6. Nyeri dirasakan terutama
didaerah perut tengah bawah dan ulu hati. Pasien belum memeriksakan diri
ke dokter ataupun meminum obat sebelumnya.
Pasien juga merasakan nyeri saat BAK, nyeri timbul berbarengan dengan
nyeri perut, 2 hari SMRS. Nyeri dirasakan terutama saat BAK, dan
membaik bila BAK selesai. Saat BAK pasien merasakan ngilu dan panas di
saluran kencing, dan tidak puas saat selesai pipis, pasien menjadi sering
pipis dan sekali keluar sedikit-sedikit. BAK berwarna kuning keruh, darah
(-), batu (-).
• Anamnesis Sistem :
- Sistem cerebrospinal : pusing (-), nyeri kepala (-), demam (-)
- Sistem kardiovaskular : dada berdebar (-)
- Sistem respirasi : sesak (-), batuk (-)
- Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nyeri perut (+),
nafsu makan biasa
- Sistem genitourinaria : Nyeri saat BAK (+)
- Sistem muskuloskeletal : badan terasa pegal (-), nyeri sendi (-)
• Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Riwayat
memiliki tensi tinggi, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit gondok,
DM, kolesterol tinggi disangkal. Riwayat opname sebelumnya disangkal.
• Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa sebelumnya.
Riwayat keluarga memiliki tensi tinggi, penyakit jantung, penyakit ginjal,
penyakit gondok, DM, kolesterol tinggi disangkal.
• Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan :
Pasien bekerja sebagai pedagang di pasar. Dari subuh hingga sore pasien
menghabiskan waktu di pasar untuk berjualan. Pasien mengaku, selama
bekerja dari subuh hingga sore pasien jarang minum, kira-kira hanya 3-4
gelas sehari. Karena dipasar kamar mandi jauh, pasien mengaku sering
menahan BAKnya. Pasien mengatakan saat membersihkan alat kelamin
setelah BAK, tidak terlalu memperhatikan arah membersihkannya.
Pasien makan 2 kali sehari, siang saat dipasar dan malam saat dirumah.
Pasien mengatakan, lingkungan pasar kurang bersih, terdapat banyak
sampah dan lalat. Di lingkungan rumah pasien, tidak terdapat kandang,
tetapi terdapat tumpukan sampah dihalaman samping rumah. Pasien
mengaku tidak terlalu memperhatikan cuci tangan menggunakan sabun
sebelum dan sesudah makan.
Pasien tidak merokok dan meminum alkohol. Pasien mengaku jarang
berolahraga, dan tidak banyak pikiran/masalah.
III. PEMERIKSAAN TANDA VITAL
Dilakukan pada tanggal : 1-4 Mei 2019
Hematologi
Hematokrit 43 % 35 - 47
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
MCH 28 pg 26 - 34
MCHC 35 g/dL 32 - 36
Limfosit (L) 8 % 22 - 40
Kimia Klinik
Ureum 28 mg/dL 10 - 50
Sero Imunologi
B. Laboratorium Urin
Makroskopis
Kimia
PH 6 4,6 - 8,5
Sedimen
I. Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang menggambarkan
keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin. Bakteriuria bermakna bila
menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme (MO) murni lebih dari 105 colony
forming units (cfu/ml) pada biakan urin. Bakteriuria bermakna dapat tanpa
disertai gejala klinis yang disebut bakteriuria asimtomatik, maupun disertai
gejala klinis yang disebut bakteriuria simtomatik. Bahkan pada beberapa
pasien, gejala klinis terlihat tanpa disertai bakteriuria bermakna (negatif palsu).
Negatif palsu pada pemeriksaan dapat disebabkan karena, pasien telah
mendapatkan terapi antimikroba, terapi diuretika, banyak minum, waktu
pengambilan sampel tidak tepat, peranan bakteriofag, dan ditemukannya piuria
bermakna (neutrofil urin >10/lpb) (Sukandar, 2014).
II. Klasifikasi
A. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
1. Perempuan
• Sistitis : gejala klinis ISK disertai bakteriuria bermakna
• Sindrom uretra akut (SUA) : gejala klinis ISK tanpa disertai MO pada
urin (steril)
2. Laki-laki
• Sistitis
• Prostatitis
• Epidimidis
• Uretritis
B. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas
1. Pieolonefritis Akut : inflamasi parenkim ginjal akibat infeksi bakteri
2. Pielonefritis Kronik : infeksi berkepanjangan pada parenkim ginjal
yang ditandai dengan obstruksi saluran kemih dan refluks vesikouruter
dengan atau tanpa bakteriuria kronik, sering diikuti pembentukan
jaringan ikat parenkim ginjal.
III. Epidemiologi
Perempuan dengan usia lebih dari 65 tahun cenderung menderita ISK
dibandingkan laki-laki. Prevalensi bakteriuri asimtomatik lebih sering
ditemukan pada perempuan. Prevalensi selama periode sekolah 1% meningkat
menjadi 5% selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi
asimtomatik meningkat mencapai 30%, baik laki-laki maupun perempuan bila
disertai faktor predisposisi seperti pada tabel dibawah ini (Tabel 3.1)
(Sukandar, 2014).
Litiasis
Nekrosis papilar
Nefropati analgesik
Penyakit Sikle-cell
Senggama
Kateterisasi
Enterobacter Cloacea
Aerogenes
Providencia Rettgeri
Stuartii
Morganella Morganii
Citrobacter Freundii
Diversus
Serratia Morcescens
V. Patogenesis
Patogenesis bakteriuri asimtomatik menjadi bakteriuri simtomatik dengan
presentasi klinis ISK tergantung dari (Sukandar, 2014) :
1. Peranan Patogenisitas Bakteri
Escherichia coli merupakan MO, flora saluran cerna yang paling sering
diisolasi dari pasien dengan infeksi simtomatik maupun asimtomatik.
Penelitian melaporkan lebih dari 170 serotipe 0 (antigen) E.coli yang
patogen. Bakteri patogen dari urin dapat menyebabkan manifestasi klinis
tergantung dari beberapa faktor lainnya, yaitu perlengketan mukosa oleh
bakteri, faktor virulensi, dan variasi fase faktor virulensi.
Perlengketan bakteri pada permukaan mukosa saluran kemih diperantarai
oleh fimbriae (tipe 1, P dan S). Umumnya, P fimbriae akan melekat dengan
P blood group antigen yang terdapat pada sel epitel saluran kemih atas dan
bawah. Selain fimbriae, kemampuan perlekatan MO juga tergantung dari
organ non fimbrial adhesions (DR haemaglutinin atau DFA component of
DR blood group); fimbrial adhesions (AFA-1 dan AFA-III), M-adhesions,
G-adhesions dan curli adhesions.
Sifat patogenesitas lain dari E. Coli juga disebabkan oleh toksin, yaitu 𝛂-
Anemia
Pregnancy-induced hypertension
Cerebral palsy
Fetal death
VIII.Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Urin
Analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa putar, kultur
urin, serta jumlah kuman/mL urin merupakan protokol standar untuk
pendekatan diagnosis ISK. Bahan untuk pemeriksaan urin harus segar
dan sebaiknya diambil pagi hari. Bahan urin dapat diambil dengan cara
punksi suprapubik, kateterisasi dan urin porsi tengah. Bahan urin yang
paling mudah diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampun dalam
wadah bermulut lebar dan steril. Ketepatan diagnosis ISK dapat
dilakukan dengan cara menurunkan kontaminasi bakteri ketika sampel
urin diambil (Seputra et.al., 2015).
2. Renal Imaging Procedures
Investigasi lanjutan ini dilakukan berdasarkan indikasi tertentu, seperti
pada ISK kambuh, pasien laki-laki, gejala urologik (kolik ginjal, piuria,
hematuria), hematuria persisten, MO jarang (pseudomonas spp dan
proteus spp), ISK berulang dengan interval ≤6 minggu, dan sebagainya.
Pemeriksaan dapat berupa USG, Radiografi (foto polos abdomen,
pielografi IV, micturating cystogram), dan Isotop scanning (Sukandar,
2014).
IX. Tatalaksana
1. ISK Bawah
• Intake cairan yang banyak, minimal 2 liter/hari, bila fungsi ginjal normal
• Menjaga higienitas genitalia eksterna
• Antibiotik yang adekuat, selama 1-7 hati
- Trimeptoprim Sulfametoksazol (tidak boleh pada masa awal
kehamilan)
- Fluorokuinolon
- Amoxcillin-Clavulanate
- Cefpodoxime
2. ISK Atas
• Pasien dengan pielonefritis akut pada umunya membutuhkan rawat inap
untuk memelihara status hidrasi, dan terapi antibiotik parenteral paling
sedikit 48 jam. Waktu pemberian antibiotik berkisar antara 10-14 hari.
• Indikasi Rawat inap pasien dengan pielonefritis, yaitu :
- Kegagalan mempertaankan hidrasi normal atau toleransi terhadap
antibiotik oral
- Pasien sakit berat atau debilitasi
- Terapi antibiotik oral selama rawat jalan mengalami kegagalan
- Diperlukan investigasi lanjutan
- Faktor predisposisi untuk ISK tipe komplikasi
- Komorbiditas seperti kehamilan, DM, usia lanjut
• Terapi antibiotik IV sebagai terapi awal selama 48 - 72 jam sebelum
diketahui MO menurut The Infectious Disease Society of America
sebagai berikut :
- Fluorokuinolon
- Amiglikosida dengan atau Tanpa ampisilin
- Sefalosporin dengan spektrum luas dengan atau tanpa
aminoglikosida
DAFTAR PUSTAKA