Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN KASUS

INFEKSI SALURAN KEMIH

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Program


Pendidikan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam di RSUD dr. Soedirman
Kebumen

Oleh :

Adela Widi Etania

14711045

Penguji :

dr. Gularso Sp.PD

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2019
UNIVERSITAS DEPARTEMEN
ISLAM ILMU PENYAKIT DALAM
INDONESIA
FAKULTAS STATUS PASIEN UNTUK UJIAN
KEDOKTERAN
Untuk Dokter Muda

Nama Dokter Muda Adela Widi Etania Tanda Tangan

NIM 14711045

Tanggal Ujian

RSUD Soedirman
Rumah sakit
Kebumen

Gelombang Periode 1/4/2019 - 15/6/2019

I. IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. R
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Umur : 48 tahun
• Alamat : Depokrejo
• Pekerjaan : Pedagang
• Agama : Islam
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal 1 Mei 2019, pukul 05.30 WIB
• Keluhan Utama : Nyeri perut
• Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut sejak 2 hari SMRS. Nyeri
dirasakan hilang timbul, ngilu dan terasa panas, saat nyeri timbul pasien
memberi skor nyeri dari 0-10 dengan nilai 6. Nyeri dirasakan terutama
didaerah perut tengah bawah dan ulu hati. Pasien belum memeriksakan diri
ke dokter ataupun meminum obat sebelumnya.
Pasien juga merasakan nyeri saat BAK, nyeri timbul berbarengan dengan
nyeri perut, 2 hari SMRS. Nyeri dirasakan terutama saat BAK, dan
membaik bila BAK selesai. Saat BAK pasien merasakan ngilu dan panas di
saluran kencing, dan tidak puas saat selesai pipis, pasien menjadi sering
pipis dan sekali keluar sedikit-sedikit. BAK berwarna kuning keruh, darah
(-), batu (-).

• Anamnesis Sistem :
- Sistem cerebrospinal : pusing (-), nyeri kepala (-), demam (-)
- Sistem kardiovaskular : dada berdebar (-)
- Sistem respirasi : sesak (-), batuk (-)
- Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nyeri perut (+),
nafsu makan biasa
- Sistem genitourinaria : Nyeri saat BAK (+)
- Sistem muskuloskeletal : badan terasa pegal (-), nyeri sendi (-)
• Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Riwayat
memiliki tensi tinggi, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit gondok,
DM, kolesterol tinggi disangkal. Riwayat opname sebelumnya disangkal.
• Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa sebelumnya.
Riwayat keluarga memiliki tensi tinggi, penyakit jantung, penyakit ginjal,
penyakit gondok, DM, kolesterol tinggi disangkal.
• Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan :
Pasien bekerja sebagai pedagang di pasar. Dari subuh hingga sore pasien
menghabiskan waktu di pasar untuk berjualan. Pasien mengaku, selama
bekerja dari subuh hingga sore pasien jarang minum, kira-kira hanya 3-4
gelas sehari. Karena dipasar kamar mandi jauh, pasien mengaku sering
menahan BAKnya. Pasien mengatakan saat membersihkan alat kelamin
setelah BAK, tidak terlalu memperhatikan arah membersihkannya.
Pasien makan 2 kali sehari, siang saat dipasar dan malam saat dirumah.
Pasien mengatakan, lingkungan pasar kurang bersih, terdapat banyak
sampah dan lalat. Di lingkungan rumah pasien, tidak terdapat kandang,
tetapi terdapat tumpukan sampah dihalaman samping rumah. Pasien
mengaku tidak terlalu memperhatikan cuci tangan menggunakan sabun
sebelum dan sesudah makan.
Pasien tidak merokok dan meminum alkohol. Pasien mengaku jarang
berolahraga, dan tidak banyak pikiran/masalah.
III. PEMERIKSAAN TANDA VITAL
Dilakukan pada tanggal : 1-4 Mei 2019

• Tekanan darah : 172/108 , 170/93 , 169/99 , 183/69 mmHg


• Frekuensi denyut nadi : 105 , 83 , 76 , 88 x/menit
• Frekuensi nafas : 18 , 20 , 22, 20 x/menit
• Suhu tubuh : 36,5 ; 36,4 ; 36 ; 36,3 °C
IV. PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK
A. Keadaan Umum
• Keadaan Umum : Cukup, Sakit sedang
• Kesadaran : E4V5M6, Composmentis
• Berat Badan : 58 kg
• Tinggi Badan : 155 cm
• IMT : 24,14 (Overweight)
B. Kepala
1. Mata : CA -/-, SI -/-
2. Hidung : Dalam batas normal
3. Mulut : Typhoid tongue (-)
4. Telinga : Dalam batas normal
C. Leher
1. Inspeksi : leher simetris, benjolan (-)
2. Palpasi : Pembesaran getah bening (-), peningkatan JVP (-)
D. Thoraks
1. Pulmo
a) Inspeksi : Bentuk dada normal, Simetris (+), Retraksi (-),
Ketinggalan gerak pernafasan (-)
b) Palpasi : Nyeri tekan (-), Ekspansi dada simetris (+), Fremitus
taktil teraba normal (+)
c) Perkusi : Sonor semua lapang paru (+)
d) Auskultasi : Suara dasar vesikuler semua lapang paru (+), Suara
tambahan paru (-)
2. Cor
a) Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
b) Palpasi : Ictus cordis tak teraba
c) Perkusi : Batas kanan atas (SIC 2 linea parasternal dextra), Batas
kanan bawah (SIC 4 line parasternal dextra), Batas pinggang
jantung (SIC 2 linea parasternal sinistra), Batas apeks jantung (SIC
5 linea midclavicula sinistra)
d) Auskultasi : S1-S2 tunggal (+), reguler (+), murmur (-), gallop (-),
ekstrasistol (-)
E. Abdomen
a) Inspeksi : Dinding abdomen tampak datar, distensi (-), luka (-),
simetris (+)
b) Auskultasi : BU 15x/menit
c) Perkusi : Timpani diseluruh lapang abdomen
d) Palpasi : Nyeri tekan (+) di regio epigastrik dan suprapubik. Tak teraba
massa, hepar tak teraba, lien tak teraba, ren tak teraba, nyeri ketok
ginjal (-), undulasi (-).
F. Ekstremitas : Akral hangat (+), Edem (-)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium Darah

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi

Hemoglobin 14,8 g/dL 11,7 - 15,5

Leukosit (H) 15,3 10^3/ul 3,6 - 11

Hematokrit 43 % 35 - 47
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Eritrosit (H) 5,4 10^6/uL 3,8 - 5,2

Trombosit 279 10^3/ul 150 - 440

MCH 28 pg 26 - 34

MCHC 35 g/dL 32 - 36

MCV (L) 79 fL 80 - 100

Eosinofil (L) 0,9 % 2-4

Basofil 0,2 % 0-1

Netrofil (H) 84,2 % 50 - 70

Limfosit (L) 8 % 22 - 40

Monosit 6,7 % 2-8

Kimia Klinik

Gula Darah Sewaktu (H) 187 mg/dL 80 - 110

Ureum 28 mg/dL 10 - 50

Creatinin (L) 0,59 mg/dL 0,6 - 1,1

SGOT 18 U/L <31

SGPT 17 U/L <32

Sero Imunologi

S. Typhi O Negatif Negatif

S. Typhi H Pos 1/200 Negatif

S. Paratyphi O-A Negatif Negatif

S. Paratyphi O-B Negatif Negatif

HBsAg Rapid Negatif Negatif

B. Laboratorium Urin

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Makroskopis

Warna Kuning Kuning

Kejernihan Agak Keruh Jernih


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Kimia

Glukosa urine Negatif Negatif

Bilirubin urine Negatif Negatif

Keton Negatif Negatif

Berat jenis 1,025 1,003 - 1,025

Darah Pos (1+) Negatif

PH 6 4,6 - 8,5

Protein urin Pos (2+) Negatif

Urobilinogen 0,3 0,2 - 1

Nitrit Urine Negatif Negatif

Leukosit Esterase Pos (2+) Negatif

Sedimen

Eritrosit urine 2-4 /lpb 0-1

Leukosit 20-25 /lpb 0-5

Epitel Squamous 1-3 Neg/Pos

Epitel Tubulus Negatif Negatif

Epitel Transisional Negatif Negatif

Kristal Negatif Negatif

Silinder Negatif Negatif

Bakteri Urin Positif Negatif

VI. DAFTAR MASALAH PASIEN


A. Masalah Aktif
- Nyeri Perut, Nyeri saat BAK, Tidak puas saat pipis, Urin kuning keruh
- Tekanan darah meningkat, IMT overweight, Nyeri Tekan Abdomen
regio epigastrik dan suprapubik
- Leukositosis (15,4); Widal S.typhi H (+) 1/200; Hematuria (1+) dengan
eritrosit urine 2-4/lpb; Proteinuria (+2), Leukosit Esterase (2+),
Leukosituria dengan jumlah leukosit 20-25/lpb; Bakteriuria (+)
B. Masalah Pasif
- Kurang minum, Sering menahan BAK, Tinggal dan bekerja di
lingkungan kurang bersih
VII.DIAGNOSIS
• Infeksi Saluran Kemih
• Hipertensi stage II
VIII.TERAPI
• IVFD Asering 20 tpm
• Inf. Siprofloksasin 2 x 200 mg
• Inj. Ketorolac 2 x 30 mg (k/p)
• Inj. Ranitidin 2 x 50 mg
• PO. Amlodipin 0 - 0 - 10 mg
TINJAUAN PUSTAKA
“Infeksi Saluran Kemih”

I. Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang menggambarkan
keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin. Bakteriuria bermakna bila
menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme (MO) murni lebih dari 105 colony
forming units (cfu/ml) pada biakan urin. Bakteriuria bermakna dapat tanpa
disertai gejala klinis yang disebut bakteriuria asimtomatik, maupun disertai
gejala klinis yang disebut bakteriuria simtomatik. Bahkan pada beberapa
pasien, gejala klinis terlihat tanpa disertai bakteriuria bermakna (negatif palsu).
Negatif palsu pada pemeriksaan dapat disebabkan karena, pasien telah
mendapatkan terapi antimikroba, terapi diuretika, banyak minum, waktu
pengambilan sampel tidak tepat, peranan bakteriofag, dan ditemukannya piuria
bermakna (neutrofil urin >10/lpb) (Sukandar, 2014).
II. Klasifikasi
A. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
1. Perempuan
• Sistitis : gejala klinis ISK disertai bakteriuria bermakna
• Sindrom uretra akut (SUA) : gejala klinis ISK tanpa disertai MO pada
urin (steril)
2. Laki-laki
• Sistitis
• Prostatitis
• Epidimidis
• Uretritis
B. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas
1. Pieolonefritis Akut : inflamasi parenkim ginjal akibat infeksi bakteri
2. Pielonefritis Kronik : infeksi berkepanjangan pada parenkim ginjal
yang ditandai dengan obstruksi saluran kemih dan refluks vesikouruter
dengan atau tanpa bakteriuria kronik, sering diikuti pembentukan
jaringan ikat parenkim ginjal.
III. Epidemiologi
Perempuan dengan usia lebih dari 65 tahun cenderung menderita ISK
dibandingkan laki-laki. Prevalensi bakteriuri asimtomatik lebih sering
ditemukan pada perempuan. Prevalensi selama periode sekolah 1% meningkat
menjadi 5% selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi
asimtomatik meningkat mencapai 30%, baik laki-laki maupun perempuan bila
disertai faktor predisposisi seperti pada tabel dibawah ini (Tabel 3.1)
(Sukandar, 2014).

Tabel 3.1. Faktor Predisposisi (Pencetus) ISK

Litiasis

Obstruksi saluran kemih

Penyakit ginjal polikistik

Nekrosis papilar

Diabetes mellitus pasca transplantasi ginjal

Nefropati analgesik

Penyakit Sikle-cell

Senggama

Kehamilan dan peserta KB dengan tablet progesteron

Kateterisasi

Peningkatan insiden ISK pada wanita meningkat seiring bertambahnya usia,


beberapa dipengaruhi karena beberapa keadaan, terutama peningkatan pada
Wanita usia 18-30 tahun (koitus-disebut juga honeymoon cystitis, dan
kehamilan). Tingkat infeksi juga tinggi pada wanita postmenopause karena
prolaps vesika urinaria (VU) dan uterus yang menyebabkan tidak sempurnanya
pengosongan VU; tidak adanya estrogen dengan adanya perubahan pada flora
vagina (umunya, tidak adanya lactobacili), yang memudahkan terjadinya
kolonisasi bakteri gram negatif aerob seperti E.coli di periuretral; dan
meningkat dengan penyakit lainnya seperti diabetes (Brusch, 2018).
IV. Etiologi

Tabel 4.1 Mikroorganisme yang paling sering sebagai penyebab ISK

Gram negatif Gram positif

Famili Genus Spesies Famili Genus Spesies

Enterobacter Escherichia Coli Micrococcac Staphylococ Aureus


iaceae Klebsiella Pneumoniae eae cus
Oxytosa

Proteus Mirabilis Streptococc Streptococc Fecalis


Vulgaris eae us Enterococcu
s

Enterobacter Cloacea
Aerogenes

Providencia Rettgeri
Stuartii
Morganella Morganii

Citrobacter Freundii
Diversus

Serratia Morcescens

Pseudomon Pseudomon Aeruginosa


adaceae as

V. Patogenesis
Patogenesis bakteriuri asimtomatik menjadi bakteriuri simtomatik dengan
presentasi klinis ISK tergantung dari (Sukandar, 2014) :
1. Peranan Patogenisitas Bakteri
Escherichia coli merupakan MO, flora saluran cerna yang paling sering
diisolasi dari pasien dengan infeksi simtomatik maupun asimtomatik.
Penelitian melaporkan lebih dari 170 serotipe 0 (antigen) E.coli yang
patogen. Bakteri patogen dari urin dapat menyebabkan manifestasi klinis
tergantung dari beberapa faktor lainnya, yaitu perlengketan mukosa oleh
bakteri, faktor virulensi, dan variasi fase faktor virulensi.
Perlengketan bakteri pada permukaan mukosa saluran kemih diperantarai
oleh fimbriae (tipe 1, P dan S). Umumnya, P fimbriae akan melekat dengan
P blood group antigen yang terdapat pada sel epitel saluran kemih atas dan
bawah. Selain fimbriae, kemampuan perlekatan MO juga tergantung dari
organ non fimbrial adhesions (DR haemaglutinin atau DFA component of
DR blood group); fimbrial adhesions (AFA-1 dan AFA-III), M-adhesions,
G-adhesions dan curli adhesions.
Sifat patogenesitas lain dari E. Coli juga disebabkan oleh toksin, yaitu 𝛂-

haemolisin, cytotoxic necrotizing factor-1 (CNF-1), dan iron uptake system


(aerobactin dan enterobaction). Terdapat juga beberapa sifat uropatogenik
MO, seperti resistensi serum, sekuestrasi besi, pembentukan hidroksat dan
antigen K. Gen virulensi dikendalikan oleh faktor luar seperti suhu, ion besi,
osmolaritas, pH, dan tekanan oksigen. Faktor virulensi lain yaitu variasi fase
dari MO, dimana bakteri mampu mengalami perubahan bergantung pada
respon faktor luar, sehingga ketahanan hidup bakteri berbeda dalam
kandung kemih dan ginjal.
2. Peranan Faktor Tuan Rumah (host)
Faktor bakteri dan status saluran kemih pasien mempunyai peranan
penting untuk kolonisasi bakteri pada saluran kemih. Kolonisasi bakteri
sering mengalami eksaserbasi bila Sudah terdapat kelainan struktur anatomi
saluran kemih. Dilatasi saluran kemih (pelvis, ureter) yang sering terjadi
pada kehamilan tanpa obstruksi saluran kemih dapat menyebabkan
gangguan proses klirens normal dan sangat peka terhdap infeksi. Zat
makanan dari bakteri makin meningkat, diikuti refluks MO dari VU ke
ginjal. Endotoksin (lipid A) dari bakteri mampu menghambat peristaltik
ureter. Refluks vesikoureter biasanya sementara, dan membaik bila
diberikan antibiotik.
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan kepekaan terhadap
ISK, yaitu :

Genetik Biologis Perilaku Lainnya

Status non Kelainan Senggama Operasi urogenital


sekretorik kongenital
Genetik Biologis Perilaku Lainnya

Antigen golongan Urinary tract Penggunaan Terapi estrogen


Darah ABO obstruction
diafragma,
Riwayat infeksi kondom,
saluran kemih spermisida,
sebelumnya
penggunaan
Diabetes
antibiotik terkini
Inkontinensia

Normalnya, baik pada laki-laki maupun perempuan, urin selalu steril


karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Uretro distal
merupakan tempat kolonisasi MO nonpatogenik fastidious gram positif dan
gram negatif. ISK terjadi bila invasi MO assending dari uretra ke dalam VU.
Pada beberapa pasien tertentu, MO dapat invasi mencapai ginjal, dimana
proses ini dipermudah dengan refluks vesikoureter. Proses invasi MO
melalui hematogen sangat jarang ditemukan, kemungkinan terjadi pada
lanjutan bakterimia. Ginjal diduga menjadi lokasi infeksi lanjutan dari
septikemi atau endokarditis akibat stafilokokus aureus, yang disebut
Nephritis Lohlein. Penelitian mengatakan, pieolnefritis akut, merupakan
akibat dari invasi hematogen dari infeksi sistem gram negatif (Sukandar,
2014).
VI. Manifestasi Klinis
1. Pielonefritis Akut (PNA)
Pielonefritis akut ditandai oleh menggigil, demam (>38°C), nyeri pada
daerah pinggang yang diikuti dengan bakteriuria dan piuria yang
merupakan kombinasi dari infeksi bakteri akut pada ginjal. PNA sering
didahului gejala ISK bawah (sistitis) (Seputra et.al., 2015).
2. ISK Bawah (Sistitis)
Sistitis ditandai dengan gejala iritatif berupa disuria, frekuensi, urgensi,
berkemih dengan jumlah urin yang sedikit, dan kadang disertai nyeri
suprapubik. Sistitis ditandai dengan adanya leukosituria, bakteriuria,
nitrit, atau leukosit esterase positif pada urinalisis. Bila dilakukan
pemerisaan kultur urin positif (Seputra et.al., 2015).
3. Sindrom Uretra Akut (SUA)
SUA sering ditemukan pada perempuan usia antara 20-50 tahun. SUA
hanya ditandai dengan disuri dan sering kencing, disertai cfu/ml urin
<105; sering disebut sistitis abakterialis. SUA dibagi menjadi 3 kelompok
pasien, yaitu (Sukandar, 2014) :
a) Kelompok pasien dengan piuria, biakan urin dapat diisolasi E.coli
dengan cfu/ml urin 103-105. Sumber infeksi berasal dari kelenjar
peri-uretral atau uretra sendiri. Memberikan respons baik terhadap
antibiotik standar (ampisilin).
b) Kelompok pasien leukosituria 10-50/lpb dan kultur urin steril. Kultur
khusus ditemukan Chlamydia trachomatis atau bakteri anaerob.
c) Kelompok ketiga pasien tanpa piuria dan biakan urin steril.
4. ISK Rekuren
ISK rekuren terdiri dari 2 kelompok, yaitu (Sukandar, 2014):
a) Re-infeksi, umumnya episode infeksi dengan interval >6 minggu
dengan MO yang berlainan.
b) Relapsing infection, setiap kali infeksi disebabkan MO yang sama,
disebabkan sumber infeksi tidak mendapat terapi yang adekuat.
VII.Komplikasi ISK
Komplikasi ISK tergantung dari tipe, yaitu (Sukandar, 2014) :
1. ISK Sederhana. ISK akut tipe sederhana (sistitis) yaitu non-obstruksi
dan bukan perempuan hamil, merupakan penyakit ringan (self limited
disease) dan tidak menyebabkan akibat lanjut jangka lama.
2. ISK tipe Komplikasi. Termasuk ISK selama kehamilan (Tabel 7.1). ISK
pada DM, berhubungan dengan komplikasi emphysematous cystitis,
pielonefritis yang terkait spesies kandida dan infeksi gram-negatif
lainnya.
Tabel 7.1. Morbiditas ISK Selama Kehamilan

Kondisi Risiko Potensial

Basiluria Asimtomatik (BAS) tidak Pieolenfritis -> Penurunan LFG

diobati Bayi prematur

Anemia

Pregnancy-induced hypertension

ISK Trimester IIi Bayi mengalami retardasi mental

Pertumbuhan bayi lambat

Cerebral palsy
Fetal death

VIII.Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Urin
Analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa putar, kultur
urin, serta jumlah kuman/mL urin merupakan protokol standar untuk
pendekatan diagnosis ISK. Bahan untuk pemeriksaan urin harus segar
dan sebaiknya diambil pagi hari. Bahan urin dapat diambil dengan cara
punksi suprapubik, kateterisasi dan urin porsi tengah. Bahan urin yang
paling mudah diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampun dalam
wadah bermulut lebar dan steril. Ketepatan diagnosis ISK dapat
dilakukan dengan cara menurunkan kontaminasi bakteri ketika sampel
urin diambil (Seputra et.al., 2015).
2. Renal Imaging Procedures
Investigasi lanjutan ini dilakukan berdasarkan indikasi tertentu, seperti
pada ISK kambuh, pasien laki-laki, gejala urologik (kolik ginjal, piuria,
hematuria), hematuria persisten, MO jarang (pseudomonas spp dan
proteus spp), ISK berulang dengan interval ≤6 minggu, dan sebagainya.
Pemeriksaan dapat berupa USG, Radiografi (foto polos abdomen,
pielografi IV, micturating cystogram), dan Isotop scanning (Sukandar,
2014).
IX. Tatalaksana
1. ISK Bawah
• Intake cairan yang banyak, minimal 2 liter/hari, bila fungsi ginjal normal
• Menjaga higienitas genitalia eksterna
• Antibiotik yang adekuat, selama 1-7 hati
- Trimeptoprim Sulfametoksazol (tidak boleh pada masa awal
kehamilan)
- Fluorokuinolon
- Amoxcillin-Clavulanate
- Cefpodoxime
2. ISK Atas
• Pasien dengan pielonefritis akut pada umunya membutuhkan rawat inap
untuk memelihara status hidrasi, dan terapi antibiotik parenteral paling
sedikit 48 jam. Waktu pemberian antibiotik berkisar antara 10-14 hari.
• Indikasi Rawat inap pasien dengan pielonefritis, yaitu :
- Kegagalan mempertaankan hidrasi normal atau toleransi terhadap
antibiotik oral
- Pasien sakit berat atau debilitasi
- Terapi antibiotik oral selama rawat jalan mengalami kegagalan
- Diperlukan investigasi lanjutan
- Faktor predisposisi untuk ISK tipe komplikasi
- Komorbiditas seperti kehamilan, DM, usia lanjut
• Terapi antibiotik IV sebagai terapi awal selama 48 - 72 jam sebelum
diketahui MO menurut The Infectious Disease Society of America
sebagai berikut :
- Fluorokuinolon
- Amiglikosida dengan atau Tanpa ampisilin
- Sefalosporin dengan spektrum luas dengan atau tanpa
aminoglikosida

DAFTAR PUSTAKA

Brusch, J. L. (2018) ‘Urinary Tract Infection (UTI) and Cystitis (Bladder


Infection) in Females’, Medscape.
Seputra, K. P. et al. (2015) Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia
Pria. 2nd edn. Surabaya: Ikatan Ahli Urologi Indonesia.
Sukandar, E. (2014) ‘Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa’, in Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. 6th edn. Jakarta: Interna Publishing.

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Kasus IGD - SNAKE BITE
    Laporan Kasus IGD - SNAKE BITE
    Dokumen37 halaman
    Laporan Kasus IGD - SNAKE BITE
    Leny Purnamasari
    Belum ada peringkat
  • Journal
    Journal
    Dokumen28 halaman
    Journal
    Leny Purnamasari
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Kasus
    Manajemen Kasus
    Dokumen28 halaman
    Manajemen Kasus
    Leny Purnamasari
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Kasus
    Manajemen Kasus
    Dokumen16 halaman
    Manajemen Kasus
    Leny Purnamasari
    Belum ada peringkat
  • Rekap Kinerja Isip 2021
    Rekap Kinerja Isip 2021
    Dokumen1 halaman
    Rekap Kinerja Isip 2021
    Leny Purnamasari
    Belum ada peringkat
  • F1-F6 NNNN
    F1-F6 NNNN
    Dokumen7 halaman
    F1-F6 NNNN
    Leny Purnamasari
    Belum ada peringkat
  • CVNJ
    CVNJ
    Dokumen31 halaman
    CVNJ
    Leny Purnamasari
    Belum ada peringkat
  • F4
    F4
    Dokumen3 halaman
    F4
    Leny Purnamasari
    Belum ada peringkat
  • F3
    F3
    Dokumen1 halaman
    F3
    Leny Purnamasari
    Belum ada peringkat
  • F1 Leny Print
    F1 Leny Print
    Dokumen20 halaman
    F1 Leny Print
    Leny Purnamasari
    Belum ada peringkat
  • F2
    F2
    Dokumen4 halaman
    F2
    Leny Purnamasari
    Belum ada peringkat
  • F1 Leny Print
    F1 Leny Print
    Dokumen20 halaman
    F1 Leny Print
    Leny Purnamasari
    Belum ada peringkat
  • F1 Leny
    F1 Leny
    Dokumen17 halaman
    F1 Leny
    Leny Purnamasari
    Belum ada peringkat
  • f4 f5
    f4 f5
    Dokumen4 halaman
    f4 f5
    Leny Purnamasari
    Belum ada peringkat
  • f1 - f6 Leny
    f1 - f6 Leny
    Dokumen20 halaman
    f1 - f6 Leny
    Leny Purnamasari
    Belum ada peringkat