Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah
berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya
layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala
berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira
besarnya, sehingga peyusun dapat menyelesaikan makalah
dengan judul ”WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI
GEOPOLITIK DI INDONESIA”.
.
Meskipun penyusun berharap isi dari makalah ini bebas dari
kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang.
Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penyusun berharap agar makalah ini bermanfaat.
Gorontalo, Mei 2013
Kelompok 3

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Secara konsepsional, wawasan nusantara (Wawasan)
merupakan wawasan nasionalnya bangsa Indonesia.
Perumusan wawasan nasional bangsa Indonesia yang
selanjutnya disebut Wawasan Nusantara, itu merupakan salah
satu konsepsi politik dalam ketatanegaraan Republik
Indonesia. Wawasan Nusantara sebagai wawasan nasionalnya
bangsa Indonesia dibangun atas pandangan geopolitik bangsa.
Pandangan bangsa Indonesia didasarkan pada konstelasi
lingkungan tempat tinggalnya yang menghasilkan konsepsi
Wawasan Nusantara. Jadi Wawasan Nusantara merupakan
penerapan dari teori geopolitik bangsa Indonesia.
Konsep Geopolitik, sesungguhnya adalah merupakan ilmu
penyelenggaraan negara yang setiap kebijakannya dikaitkan
dengan masalahmasalah geografi wilayah atau tempat tinggal
suatu bangsa. Negara Indonesia memiliki unsur-unsur
kekuatan sekaligus kelemahan. Kekuatannya terletak pada
posisi dan keadaan geografi yang strategis dan kaya sumber
daya alam. Sementara kelemahannya terletak pada wujud
kepulauan dan keanekaragaman masyarakat yang harus
disatukan dalam satu bangsa dan satu tanah air, sebagaimana
telah diperjuangkan oleh para pendiri Negara ini.
Untuk lebih jelasnya, dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik
di Indonesia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian wawasan Nusantara ?
2. Apa pengertian geopolitik itu?
3. Bagaiman wawasan nusantara sebagai geopolitik di
Indonesia?
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN WAWASAN NUSANTARA
Berdasarkan teori-teori tentang wawasan, latar belakang
filsafati, latar belakang pemikiran aspek kewilayahan, aspek
social budaya dan aspek kesejahteraan, telah membentuk satu
wawasan nasional Indonesia yang di sebut wawasan nusantara
dengan rumusan sebagai berikut:
“Wawasan Nusantara yang merupakan wawasan nasional
yang bersumber pada Pancasila dan berdasarkan Undang-
undang Dasar 1945, yaitu cara pandang dan sikap bangsa
Indonesia mengenai diri dan lingkungannya dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk menccapai tujuan nasional.”
Berdasarkan pengertian Wawasan Nusantara berdasarkan Tap.
MPR Tahun 1993 dan tentang GBHN.
2.2 PENGERTIAN GEOPOLITIK
Geopolitik berasal dari dua kata yaitu “geo” dan politik. Maka
membicarakan pengertian geopolitik tidak terlepas dari
pembahasan mengenai masalah geografi dan politik.
“Geo” artinya bumi/planet bumi. Menurut Preston E. James,
geografi mempersoalkan tata ruang yaitu sistem dalam hal
menempati suatu ruang di permukaan bumi. Dengan
demikian, geografi berkaitan dengan interrelasi antara
manusia dengan lingkungan tempat hidupnya. Politik berarti
kekuatan yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
dasar dalam menentukan alternatif kebijaksanaan nasional
untuk mewujudkan tujuan nasional.
Maka, geopolitik dapat diartikan sebagai sistem politik atau
peraturan-peraturan dalam wujud kebijaksanaan nasional yang
didorong oleh aspirasi nasional geografik (kepentingan yang
titik beratnya terletak pada pertimbangan geografi, wilayah
atau territorial dalam arti luas) suatu negara, yang apabila
dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung kepada
system politik suatu negara.
1. Perkembangan Teori Geopolitik
Istilah geopolitik semula awalnya sebagai ilmu politik yang
kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang sesuatu
yang berhubungan dengan konstelasi ciri khas negara yang
berupa bentuk, luas, letak, iklim, dan sumber daya alam suatu
negara untuk membangun dan membina negara. Para
penyelenggara pemerintah nasional hendaknya menyusun
pembinaan politik nasional berdasarkan kondisi dan situasi
geomorfologi secara ilmiah berdasarkan cita-cita bangsa.
Kemudian teori Geopolitik berkembang menjadi konsepsi
wawasan nasional bangsa. Oleh karena itu, wawasan nasional
bangsa selalu mengacu pada geopolitik. Dengan awasan
nasional suatu negara, dapat dipelajari kemana arah
perkembangan suatu negara.
2. Beberapa Pandangan para pemikir Geopolitik
Pendapat para ahli mengenai teori geopolitik kontinental yaitu
pertama dikemukakan oleh Friedrich Ratzel (1844-1904)
bahwa teori ruang yang dalam konsepsinya dipengaruhi oleh
ahli biologi Charles Darwin. Dalam teorinya, bangsa yang
berbudaya tinggi akan membutuhkan sumber daya yang tinggi
dan akhirnya mendesak wilayah bangsa yang “primitif”.
Pendapat tersebut kemudian diprtegas oleh Rudolf Kjellen
(1864-1922) dengan teori kekuatannya yang menyatakan
bahwa negara adalah satuan politik yang menyeluruh serta
sebagai satuan biologis yang memiliki intelektual yang
mampu mengeksploitasi negara “primitif” agar negaranya
mendapat swasembada.
Kemudian Karl Haushofer (1869-1946) yang pernah menjadi
atase militer di Jepang meramalkan bahwa Jepang akan
menjadi negara yang jaya didunia dimana untuk menjadi jaya
suatu bangsa harus mampu menguasai benua-benua di dunia.
Ia berpendapat bahwa pada hakekatnya dunia terbagi atas
empat kawasan benua dan dipimpin oleh negara yang unggul.
Teori ruang dan teori kekuatan merupakan hasil penelitiannya
yang dikenal dengan teori Pan Regional yaitu ruang hidup
yang “cukup”, swasembada, dan dunia dibagi menjadi empat
Pan Region dimana tipa region dipimpin oleh satu bangsa
(nation) yang unggul.
3. Wawasan Geopolitik
1. Wawasan Benua
Sir Halford Mackinder (1861-1947) mengemukakan teori
Daerah Jantung atau yang dikenal sebagai wawasan benua.
Dalam teorinya dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut:
a) Dunia terdiri atas 9/12 air, 2/12 pulau dunia (Eropa, Afrika,
Asia), dan sisanya 1/12 pulau lainnya.
b) Daerah terdiri atas Daerah Jantung (Heartland) yang
terletak di pulau dunia yaitu Rusia, Siberia, sebagian
Mongolia, Daerah Bulan Sabit Dalam (inner cresent) meliputi
Eropa Barat, Eropa Selatan, Timur Tengah, Asia Selatan, Asia
Timur, serta Daerah Bulan Sabit Luar (outer cresent) meliputi
Afrika, Australia, Amerika/benua baru.
c) Apabila suatu negara ingin menguasai dunia, harus
menguasai Dunia Jantung dan diperlukan kekuatan darat yang
memadai.
2. Wawasan Bahari
• Sir Walter Raleigh (1554-1618) dan Alfred T. Mahan (1840-
1914) dengan Teori Kekuatan Maritim yang dicanangkan oleh
Raleigh bertepatan dengan kebangkitan armada Inggris dan
Belanda yang ditandai dengan kemajuan teknologi perkapalan
dan pelabuhan, serta semangat perdagangan yang tidak lagi
mencari emas dan sutra di timur. Kemudian lahir pemikiran
hukum laut internasional setelah UNCLOS 1982 yang berlaku
sampai tahun 1994 yang disetujui melalui sidang umum PBB .
• Sir W. Raleigh : Siapa yang menguasai laut akan menguasai
perdagangan dunia/kekayaan dan akhirnya menguasai dunia.
Oleh karena itu dibutuhkan armada yang kuat. Sebagai tindak
lanjut, Inggris berusaha mnguasai pantai-pantai benua dan
paling tidak menyewanya.
• Alfred T. Mahan: Laut sebagai sumber kehidupan dimana di
laut terdapat banyak sumber daya alam, maka dilaut harus
dibangun armada laut yang kuat untuk menjaganya. Menurut
Mahan, masalah akses ke laut dan jumlah penduduk juga
harus diperhatikan karena faktor ini juga akan memungkinkan
kemampuan industri untuk kemandirian suatu bangsa dan
negara.
3. Wawasan Dirgantara
Awal abad XX merupakan kebangkitan ilmu pengetahuan
penerbangan yang dicetuskan oleh Giulio Douhet (1869-1930)
dan William Mitcel (1879-1936). Keduanya mencita-citakan
berdirinya Angkatan Udara. Dalam teorinya, dikemukakan
bahwa kekuatan udara mampu beroperasi hingga belakang
lawan dan kemenangan akhir ditentukan oleh kekuatan udara.
4. Wawasan Kombinasi
Nicholas J.Spijkman (1893-1943) yang mengemukakan Teori
Daerah Batas (Rimland theory). Teori ini dipengaruhi oleh
Mackinder dan Haushover terutama dalam membagi daerah.
Karena ia adalah bangsa Belanda yang pada dasarnya bangsa
maritim, maka menurutnya penguasa daerah jantung harus ada
akses ke laut dan hendaknya menguasai pantai Eurasia. Dalam
teorinya dikemukakan bahwa:
a) Dunia terbagi empat daerah yaitu daerah jantung
(heartland), Bulan Sabit Dalam (Rimland), Bulan Sabit Luar
dan Dunia Baru (Benua Amerika)
b) Menggunakan kombinasi kekuatan darat, laut, dan udara
untuk menguasai dunia
c) Daerah Bulan Sabit Dalam (Rimland) akan lebih besar
pengaruhnya dalam peraturan politik dunia daripada Daerah
Jantung
d) Wilayah Amerika yang paling ideal dan menjadi negara
terkuat.
2.3. WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK
INDONESIA
A. Wawasan Nasional RI
Dalam suatu wilayah yang disebut negara Pemerintah dan
rakyat memerlukan konsep berupa wawasan nasional sebagai
visi nasional untuk menjamin kelangsungan hidup, keutuhan
wilayah, dan jati diri bangsa. Istilah wawasan berasal dari kata
wawas (bahasa jawa) yang artinya melihat/memandang,
dengan akhiran –an, berarti cara lihat/cara pandang. Wawasan
nusantara adalah wawasan nasional bangsa indonesia, dimana
kondisi geografisnya adalah kepulauanyang terletak di antara
dua benua dan dua samudra.
Dalam mewujudkan arpirasi dan perjuangan, suatu negara
perlu memperhatikan tiga faktor utama :
1) Bumi dan ruang dimana bangsa itu hidup
2) Jiwa, tekat, dan semangat manusianya
3) Lingkungan sekitar
Dengan demikian, wawasan nasional ialah cara pandang suatu
bangsa yang telah menegara tentang diri dan lingkungannya
dalam eksisitensinya yang serba terhubung dengan bangsa
lain dan negara lain, dan dalam perkembangannya di
lingkungan daerah, nasional, regional, dan global.
B. Teori kekuasaan dan geopolitik
Beberapa teori paham kekuasaan dan teori geopolitik adalah :
1) Teori kekuasaan
Perumusan wawasan nasional lahir berdasarkan pertimbangan
dan pemikiran mengenai sejauh mana konsep operasional
dapat diwujudkan dan dipertanggungjawabkan. Karena itu
dibutuhkan landasan teori yang dapat mendukung rumusan
wawasan nasional.
a) Paham Machiavelli (Abad XVII)
Machiavelli adalah seorang ahli fikir dari Republik frorence
(Italia Utara). Dalam bukunya “The Prince” diuraikan cara
membentuk kekuasaan politik :
I. Dalam merebut dan mempertahankan kekuasaan segala cara
dihalalkan
II. Untuk menjaga kekuasaan suatu rezim dibenarkan politik
adu domba
III. Yang kuat pasti dapat bertahan dan menang
b) Paham Kaisar Napoleon Bonaparte (Abad XVIII)
Seorang tokoh revolusioner, ia berpendapat :
• Perang dimasa depan merupakan perang total yang
menggerakan segala daya upaya dan kekuatan nasional.
• Kekuatan politik harus di dampingi oleh kekuatan logistik
dan ekonomi nasional.
• Kekuatan juga didukung oleh keondisi sosial budaya, berupa
Iptek demi terbentuknya kekuatan Hankam.
c) Paham Jendral Clausewita (Abad XVIII)
Dalam bukunya “Von Krige” (Tentara Perang) ia nyatakan “
perang adalah merupakan kelanjutan politik dengan cara
lain” . pemikiran inilah yang membenarkan Prusia (Jerman)
berekspansi yang menimbulkan perang dunia I, dimana
kekalahan pada pihak Prusia.
d) Paham Feurbach dan Hegel
Paham materialisme Fuerbach dan teori sintesis Hegel
menimbulkan dua aliran besar Barat yang berkembang
didunia, yaitu aliran kapitalisme dan komunisme.
e) Paham Lenin (Abad XIX)
Lenin memodifikasi pahan Clausewite, yang menyatakan
“perang adalah kelanjutan politik denhan cara kekerasan”.
Bagi Leninisme/kominisme, perang, atau pertumpahan darah,
atau revolusi di seluruh dunia adalah sah dalam
mengkomunikasian suatu bangsa di dunia. Dalam “Perang
Dingin” baik unisoviet maupun RCC berlomba-lomba untyk
mengekspor paham komunis ke seluruh dunia.
f) Paham Lucian W Pye dan Sidney
Dalam bukunya “ Political Culture dan Political
Devolepment” (1972) mereka menyatakan ada unsur subjektif
danpsikologis dalam tatanan dinamika kehidupan politik suatu
bangsa. Kemantapam suatu sistem politik dapat dicapai
apabila sistem tersebut berakar pada kebudayaan politik
bangsa bersangkutan.
2) Teori-teori Geopolitik
Berasal dari kata geo = bumi, politik = kekuasaan. Secara
harfiah berarti politik yang dipengaruhi oleh kondisi dan
konstelasi geografi. Maksudnya adalah pertimbangan-
pertimbangan dasar dalam menentukan alternatif
kebijaksanaan nasional untuk mencapai tujuan nasional,
dipengaruhi geografi.
a) Pandangan ajaran Frederich Ratzal
Pada abad XIX, ia merumuskan pertama kali Ilmu Bumi
Politik secara ilmiah. Istilah Geopolitik pertama kali
dikemukakan oleh Frederich Ratzal. Pokok-pokok ajarannya :
• Pertumbuhan negara dapat dianalogikan dengan
pertumbuhan organisme, yang melalui ruang hidup.
• Negara identik dengan suatu ruang. Makin luas ruang makin
memungkinkan kelompok politik untuk berkembang.
• Berlakunya hukum alam : hanya bangsa yang unggul yang
dapat bertahan hidup.
• Semakin tinggi budaya suatu bangsa, semakin besar
kebutuhan akan dukungan sumber daya alam. Untuk ini
dibenarkan “hukum ekspansi”. Batas negara adalah bersifat
sementara.
Paham Ratzel ini menimbulkan dua aliran : Titik berat
kekuatan di darat dan di laut. Ia melihat adanya persaingan
antara kedua kekuatan ini. Maka timbulah pemikiran baru,
yang merupakan dasar-dasar suprastruktur geopolitik :
kekuatan total suatu negara harus mampu mewadahi
pertumbuhan kondisi dan kedudukan geografinya.
b) Pandangan ajaran Rudolf Kjellen
Menurutnya negara adalah suatu organisme. Esensi
ajarannya :
• Negara merupakan satuan biologis, suatu organisme hidup
yang memiliki intelektual. Untuk mencapai tujuannya
diperlukan ruang hidup yang luas.
• Negara merupakan suatu sistem politik/pemerintahan yang
meliputi bidang-bidang : geopolitik, ekonomi politik, demo
politik, dan krato politik (politik pemerintahan)
• Negara harus mampu berswasembada.
Kekuatan imperium kontinental dapat mengontrol kekuasaan
di laut.
c) Pandangan Ajaran Karl Haushofer
Pandangannya berkembang di Jerman ketika negara berada di
bawah kekuasaan Adolf Hitler (Nazi), juga berkembang di
Jepang dalam ajaran Hako Ichiu. Pokok-pokok ajarannya:
• Kekuasaan imperium daratan yang kompak akan
mengalahkan kekuatan imperium maritim.
• Beberapa negara besar di dunia akan timbul, dan akan
mengusi Eropa, Asia, Afrika, dan Asia Barat : yaitu Jerman
dan Italia, serta Jepang di Asia Timur Raya.
• Geopolitik adalah doktrin negara yang menitikberatkan soal-
soal strategi perbatasan. Ruang hidup bangsa dan tekanan-
tekanan kekuasaan dan sosial yang rasial mengharuskan
pembagian baru kekayaan alam di dunia. Geopolitik adalah
landasan bagi tindakan politik dalam perjuangan mendapatkan
ruang hidup.
Pokok-pokok teori Karl Haushofer pada dasarnya menganut
teori Rudolf Kjellen dan bersifat ekspansif.
d) Pandangan ajaran Sir Halford Mackinder
Ajarannya ialah Wawasan Benua (Kekuatan Darat). Ia
mengatakan : Barang siapa yang dapat menguasai “Daerah
Jantung” (Eropa, Asia/Erasia, ia akan dapat menguasai “Pulau
Dunia” (Eropa, Asia, Afrika); serta barang siapa yang dapat
menguasai pulau dunia akhirnya dapat menguasai dunia.
e) Pandangan ajaran Sir Walter Raleigh dan Alfred Thayer
Mahan
Gagasan mereka adalah “Wawasan Bahari” (kekuatan di
lautan) yang menyatakan : Barang siapa yang menguasai
lautan akan menguasai “perdagangan”, serta barang siapa
yang menguasai perdagangan akan menguasai “kekayaan
dunia” sehingga akhirnya menguasai dunia.
f) Pandangan ajaran W.Mitchel, A.Saversky, Giulio Douhet,
dan John Frederick Charles Fuller
Menurut mereka, kekuatan di udara justru yang paling
menentukan. Gagasan mereka adalah “Wawasan Dirgantara”.
Kekuatan udara mempunyai daya tangkis serta dapat
melumpuhkan kekuatan lawan di kandangnya sendiri.
g) Pandangan ajaran Nicholas J. Spykman
Ajaran ini menghasilkan teori daerah batas (rimland), yaitu
teori “Wawasan Kombinasi” yang menggabungkan kekuatan
darat, laut, dan udara yang disesuaikan dengan keperluan dan
kondisi suatu negara.
C. Teori Kekuasaan dan Geopolitik Indonesia
Ajaran Wawasan Nasional indonesia dikembangkan
berdasarkan teori wawasan nasional secara universal.
Wawasan tersebut dibentuk dan dijiwai oleh Paham
Kekuasaan bangsa Indonesia dan Geopolitik Indonesia.
a) Paham Kekuasaan bangsa Indonesia
Menganut paham tentang “perang dan damai” yaitu : “Bangsa
Indonesia cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan dan
kedaulatannya”. Artinya bahwa hidup di antara sesama warga
bangsa dan bersama bangsa lain di dunia merupakan kondisi
yang terus menerus perlu diupayakan. Sedangkan penggunaan
kekuatan nasional dalam wujud perang hanyalah digunakan
untuk mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan, martabat
bangsa dan integritas nasional, serta sedapat mungkin
diusahakan agar wilayah nasional tidak menjadi ajang perang.
Konsekuensinya, bangsa Indonesia harus merencanakan,
mempersiapkan, dan mendayagunakan sumber daya nasional
secara tepat dan terus menerus sesuai dengan perkembangan
zaman.
b) Geopolitik Indonesia
Pemahaman tentang negara Indonesia menganut paham
negara kepulauan, yaitu paham yang dikembangkan dari asas
archipelago yang memang berbeda dengan pemahaman
archipelago di negara-negara Barat pada umumnya. Menurut
paham Barat, laut berperan sebagai ‘pemisah” pulau.
Sedangkan menurut paham Indonesia laut adalah
“penghubung” sehingga wilayah negara menjadi satu kesatuan
yang utuh sebagai “Tanah Air” dan disebut “Negara
Kepulauan”.
D. Dasar Pemikiran Wawasan Nasional Indonesia
Wawasan Nasional Indonesia dibentuk dan dijiwai oleh
pemahaman kekuasaan bangsa Indonesia yang berdasarkan
falsafah pancasila dan oleh pandangan geopolitik Indonesia
yang berdasarkan pemikiran kewilayahan dan kehidupan
bangsa Indonesia. Karena dasar pemikiran wawasan nasional
Indonesia terdiri atas dasar pemikiran berdasarkan filsafat,
kewilayahan, sosial budaya, dan kesejarahan.
a) Dasar Pemikirian berdasarkan Falsafah Pancasila
Manusia Indonesia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang
mempunyai naluri, akhlak, dan daya pikir; sadar akan
keberadaannya yang serba terhubung dengan sesamanya,
lingkungannya, alam semesta, dan Penciptanya, yang
menumbuhkan cipta, karsa, dan karya untuk mempertahankan
eksistensinya. Nilai-nilai Pancasila tercakup dalam penggalian
dan pengembangan Wawasan Nusantara(Wawasantara).
Sila Ke-1 : Ketuhanan Yang Maha Esa
-Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa
-Hormat menghormati antar pemeluk agama dan toleransi
-Kebebasan beragama
Sila Ke-2 : Kemanusiaan yang adil dan beradab
Memberi hak dan kewajiban yang sama kepada setiap warga
negara dalam menerapkan HAM
Sila Ke-3 : Persatuan Indonesia
-Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara namun tidak
mematikan kepentingan individu, golongan, dan suku.
Sila Ke-4 : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
-Keputusan diusahakan melalui musyawarah untuk mufakat,
namun tidak menutup kemungkinan voting.
Sila Ke-5 : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
-Mengakui dan menghargai hak warga negara untuk mencapai
kesejahteraan namun tidak merugikan kepentingan orang lain.
Wawasan Nasional Indonesia menghendaki tercapainya
persatuan dan kesatuan, namun tidak menghilangkan sifat,
ciri, dan karakter kebinekaan.
b) Pemikiran berdasarkan Aspek Kewilayahan Nusantara
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pengaruh geografi
terhadap sikap dan tatalaku negara yang bersangkutan
merupakan suatu fenomena yang mutlak diperhitungkan.
(1) Hukum Laut
Dalam hukum laut internasional dikenal dua konsep yang
bertentangan, yaitu:
*Res Nullius, yang menyatakan bahwa laut tidak ada yang
mem-punyainya, dan oleh karena itu dapat dimiliki tiap-tiap
negara.
*Res Communis, menyatakan bahwa laut itu adalah milik
masyarakat du-nia dan karena itu tidak dapat dimiliki tiap-tiap
negara.
Hugo de Groot (Belanda) dalam bukunya Mare Liberium
menyatakan bahwa laut bebas untuk semua bangsa.
Grotius dalam bukunya De Jure Belli Ac Pasis (1625),
mengakui laut sepanjang pantai suata negara dapat dimiliki
sejauh yang dapat dikuasai darat.
Cornelis van Bynkershosk dalam bukunya De Dominio Maris
Di sertatio menyatakan bahwa penguasaan dari darat itu
berada sejauh yang dapat dikuasai oleh meriam dari darat,
pada waktu itu diperkirakan sejauh 3 mil.
(2) Deklarasi Juanda
Kondisi objektif geografis Nusantara merupakan untaian
ribuan pulau, terbentang di khatulistiwa berada pada posisi
silang yang strategis.
Wilayah Indonesia pada saat Proklamasi Kemerdekaan masih
mengikuti hukum laut “Territoriale Zee en Maritieme Kringen
Ordonantie” (TZEMKO) tahun 1939, dimana lebar laut
wilayah Indonesia 3 Mil dari pantai tiap pulau. Hal ini tidak
terjamin kesatuan wilayah NKRI.
Pada tanggal 13 Desember 1957 diumumkanlah Deklarasi
Juanda yang berbunyi “… berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan maka pemerintah menyatakan bahwa segala
perairan di sekitar, di antara, dan yang menghubungkan pulau-
pulau yang termasuk negara Indonesia dengan tidak
memandang luas atau lebarnya adalah bagian yang wajar
daripada wilayah daratan negara Indonesia dan dengan
demikian bagian daripada perairan pedalaman atau nasional
berada di bawah kedaulatan mutlak negara Indonesia. Lalu
lintas dalam di perairan pedalaman bagi kapal-kapal asing
dijamin selama tidak bertentangan dengan/mengganggu
kedaulatan dan keselamatan negara Indonesia. Penentuan
batas lautan territorial (yang lebarnya 12 mil) diukur dari garis
yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada
pulau-pulau negara Indonesia ….”
Tujuan inti dari deklarasi juanda antara lain adalah :
• Perwujudan bentuk wilayah Negara Kesatuan RI yang utuh
dan bulat
• Penentuan batas-batas wilayah negara Indonesia disesuaikan
dengan asas Negara kepualauan (Archipelagic State
Principles)
• Pengaturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin
keamaan NKRI
Deklarasi Juanda ini dikukuhkan dengan UU no.4/Prp/1960,
yang menyatakan :
• Laut wilayah Indonesia 12 mil diukur dari pangkal lurus
(Straight Base Line)
• Semua kepulauan dan laut yang terletak diantaranya harus
dianggap sebagai suatu kesatuan. Akibat dari UU tsb wilayah
RI berubah luasnya dari 2 juta KM2 menjadi 5 juta KM2 yang
terdiri atas + 65% wilayah laut dan + 35% wilayah darat.
Wilayah darat terdiri dari 17.508 pulau pulau besar dan kecil
dimana baru 6044 yang diberi nama.
Kepulauan Indonesia terletak pada batas-batas astronomi.
Melalui Konfrensi PBB tentang Hukum Laut Internasional
Tahun 1982, pokok pokok asas Negara kepulauan diakui dan
dicantumkan dalam konvensi PBB tentang hukum laut, yaitu
United Nation Convention on the Law of the Sea 1982
(UNCLOS). Indonesia meratifikasi UNCLOS 1982 melalui
UU no.17 tahun 1985, tanggal 31 Desember 1985. Menurut
UNCLOS hak Negara kepulauan :
• Laut Teritorial : Wilayah laut selebar 12 mil dari garis
pangkal, dihitung waktu air surut.
• Laut Dalam : semua jenis perairan yang ada di pedalaman
wilayah Negara
• Zona tambahan : wilayah laut sebesar 24 mil untuk
pengawasan bea cukai, saniter, dan sebagainya.
Berlakunya UNCLOS 1982 berpengaruh pada upaya
pemanfaatan laut bagi kepentingan kesejahteraan :
• 17 Februari 1969 dikeluarkanlah Deklarasi Landas Kontinen
yang isinya menyatakan bahwa Negara Indonesia mempunyai
penguasaan dan yurisdiksi yang eksklusif atas kekayaan
mineral dan kekayaan lainnya dalam dasar laut dan tanah
didalamnya dan dilandas kontinen Indonesia
• 21 Maret 1980 diumumkan Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia, yang lebarnya 200 mil diukur dari pangkal laut
wilayah Indonesia, dimana dinyatakan hak Indonesia atas
segala sumber daya alam di lautan termasuk dibawah
permukaan, didalam laut dan dibawahnya, serta segala
kegiatan eksploitasi , dan penelitian di ZEE indonesia.
Perjuangan penegakan kedaulatan di dirgantara, Indonesia
memanfaatkan batas GSO (Geo Stationary Orbit) yang
merupakan ketinggian + 36.000 KM, yang merupakan batas
ketinggian wilayah Indonesia di udara (Ps. 30 UU No.
20/1982).
(3) Hukum Ruang Udara/dirgantara
Hukum udara bersumber dari hukum internasional, Ps. 38
A(1) Statuta International Court
of Justice menyatakan tentang :
• Konvensi/traktat/perjanjian internasional
• hukum kebiasaan internasional
• prinsip prinsip hukum umum yang diakui oleh Negara-
negara
• ajaran/pendapat para sarjana terkemuka ahli hokum
internasional
Hukum udara adalah perangkat kaidah tentang matra udara
yang dikaitkan dengan batas yurisdiksi Negara.
Perkembangan hokum udara dimulai ketika Perang Dunia I
berakhir. Pada saat itu Negara dihadapkan pada:
• perlu penegasan konsep kedaulatan ruang udara, dan
• perlu memperketat pertahanan Negara melalui control ruang
udara
Akhirnya dicapai suatu kesepakatan :
• Demi keselamatan penerbangan perlu ditetapkan
standardisasi internasional yang berkaitan dengan prosedur
teknis penerbangan (navigasi) udara.
• Menegaskan prinsip kedaulatan yang utuh dan penuh dari
negara-negara atas ruang udara diatas wilayah nasional suatu
negara, dilangsungkan jaringan penerbangan sipil
internasional secara aman, tertib, teratur, dan nyaman.
TEORI RUANG UDARA
Didunia internasional dikenal 2 teori udara, yaitu :
1. Teori udara Bebas (Air Freedom Theory) :
• Kebebasan Udara tanpa batas : ruang udara itu bebas, dapat
digunakan oleh siapa saja. Tidak ada Negara yang mempunyai
hak dan kedaulatan di ruang udara
• Kebebasan Udara Terbatas yang dibagi menjadi 2 pula :
a. Negara Kolong (Subjacent state) berhak mengambil
tindakan tertentu untuk memelihara keamanannya.
b. Negara kolong hanya mempunyai hak terhadap zona
territorial ruang udara tertentu
2. Teori Negara berdaulat diudara (The Air Souverignity).
* Konvensi Chicago 1944
Merupakan perjanjian internasional dalam badan resmi
International Civil Aviation Organization (ICAO) : setiap
negara mempunyai kedaulatan yang utuh dan eksklusif
diruang udara diatas wilayahnya, tetapi tidak mengakui
Inocent passage (hak lintas damai), dan bagi penerbangan
komersial diperlukan izin pada antarnegara.
* Teori keamanan : Negara mempunyai kedaulatan ruang
udara sampai yang diperlukan untuk keamanan. Fauchille
memberikan ketinggian 1.500 m (1909) diturunkan menjadi
500m (1910)
* Teori penguasaan Cooper (cooper’s control theory) :
kedaulatan udara suatu Negara ditentukan oleh kemampuan
Negara tersebut untuk menguasai ruang udara secara fisik dan
ilmiah
* Teori udara Schachter : ruang udara ditentukan oleh
kemampuan udara mengapungkan pesawat/balon, yaitu
sekitar 30 mil dari permukaan bumi.
c) Pemikiran Berdasarkan Aspek Sosial Budaya
Budaya merupakan hasil kekuatan budi manusia, lengkapnya
ialah cipta, rasa, dan karya. Budaya dilahirkan dari hubungan
antar manusia yang membentuk pola pikir, pola sikap, dan
pola tindak yang merangsang hubungan sosial di antara
anggotanya.
Cipta, karsa, dan karya sangat dipengaruhi oleh lingkungan
alamiah tempat manusia hidup. Itulah sebabnya bangsa
Indonesia yang mempunyai ruang hidup dengan kondisinya
yang masing-masing membentuk karakter bangsa yang
berbeda, dari segi etnis, alam, dan pendidikan. Heterogenitas
karakter bangsa, secara budaya meliputi:
• Sistem religi/ keagamaan
• Sistem masyarakt / organisasi
• Sistem pengetahuan
• Sistem keserasian / budaya dalam arti sempit
• Sistem mata pencaharian / ekonomi, dan
• Sistem teknologi dan peralatan
Kebudayaan yang merupakan warisan, memaksa generasi
berikutnya untuk menerima dan memelihara norma-norma.
Penerimaan ada yang bersifat emosional yang mengikat
secara kuat dan sensitif sehingga dapat memicu konflik sosial,
ras, antar golongan (SARA) secara tidak rasional. Keterikatan
masyarakat dan daerahnya juga dapat membentuk sentimen
daerah yang sering dijadikan perisai terhadap
ketidakmampuan individu dalam menghadapi perubahan yang
dianggap mengancam eksistensi budayanya. Jika penerimaan
secara emosional ini terus dikembangkan, konflik konflik
akan bereskalasi menjadi konflik antar daerah yang bersifat
nasional. Untuk itulah diperlukan rekayasa sosial dalam
pembangunan karakter nasional (national and character
building), yaitu Wawasan Nusantara yang dilandasi Bhineka
Tunggal Ika.
d) Pemikiran Berdasarkan Aspek Kesejarahan
Perjuangan suatu bangsa didasarkan atas latar belakang
sejarahnya. Indonesia diawali dari negara-negara kerajaan
tradisional, misalnya Sriwijaya dan Majapahit. Rumusan
filsafah negaranya belum jelas. Yang ada baru slogan yang
ditulis Mpu Tantular : “Bhinneka Tunggal Ika tan hana
dharma mangrwa”.
Nuansa kebangsaan mulai muncul sejak tahun 1900-an
ditandai oleh lahirnya konsep baru dan modern (dasar dan
tujuannya berbeda dengan konsep lama).
Penjajahan menimbulkan penderitaan dan kepahitan, namun
menimbulkan semangat senasib sepenanggungan. Diawali
oleh Budi Oetomo (20-5-1908) yang disenut dengan
“Kebangkitan Nasional “ yang menimbulkanwawasan
kebangsaan Indonesia, yang dicetuskan oleh Sumpah Pemuda
tanggal 28-10-1928. Proklamasi Kemerdekaan 17-8-1945
Indonesia mulai menegara.
Wilayah NKRI masih berdasarkan warisankolonial Belanda,
yaitu batas wilayah perairan berdasarkan “Teritoriale Zee en
Maritime Kringen Ordonantie” tahun 1939 ialah selebar 3 mil
dari garis pangkal tiap pulau. Melalui proses perjuangan yang
panjang (±28 tahun) Indonesia berhasil mengubah batas
wilayah perairan, yaitu 12 mil dari pantai pulau-pulau terluar
(Deklarasi Juanda 13 Des 1957). Dengan demikian
terwujudlah kesatuan wilayah RI yang disebutkan dengan
istilah “Konsepsi Nusantara”, terdiri atas kata “Nusa” = pulau
dan “Antara”, yaitu yang terletak di antara dua benua dan dua
samudera. Konsepsi Nusantara mengilhami Angkatan-
angkatan dalam tubuh TNI untuk mengembangkan wawasan
berdasarkan mantranya:
*Angkatan Darat mengembangkan Wawasan Benua
*Angkatan Laut mengembangkan Wawasan Bahari
* Angkatan Udara mengembangkan Wawasan Dirgantara
Untuk menghindari ancaman terhadap kekompakan ABRI
disusunlah Wawasan Hankamnas yang terpadu dan
terintegrasi (merupakan hasil seminar Hankam I tahun 1966),
yang diberi nama Wawasan Nusantara Bahari. Pada Raker
Hankam tahun 1967, Wawasan Hankamnas dinamakan
Wawasan Nusantara. Pada bulan November 1972 Lemhannas
mengadakan pengkajian segala bahan dan data
Wawasan Nusantara untuk terwujudnya suatu wawasan
nasional. Dalam Ketetapan MPR N. IV/MPR/1973 Wawasan
Nusantara dimasukkan dalam GBHN (Bab II huruf “E”).
Perjuangan di dunia internasional untuk diakuinya wilayah
Nuasantara, sesuai dengan Deklarasi Juanda, merupakan
rangkaian perjuangan yang panjang: Dimulai sejak
Konverensi PBB tentang Hukum Laut I tahun 1958 kemudian
yang II tahun 1960, akhirnya pada konverensi III tahun 1982,
pokok-pokok asas negara kepulauan diakui dan dicantumkan
dalam UNCLOS 1982.
BAB 3
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Secara sederhana wawasan nusantara berarti cara pandang
bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya. Kita
memandang bangsa Indonesia dengan Nusantara merupakan
satu kesatuan. Jadi, hakikat Wawasan Nusantara adalah
keutuhan dan kesatuan wilayah nasional. Dengan kata lain,
hakikat Wawasan Nusantara adalah “persatuan bangsa dan
kesatuan wilayah. Wawasan Nusantara berkedudukan sebagai
visi bangsa. Wawasan nasional merupakan visi bangsa yang
bersangkutan dalam menuju masa depan. Visi bangsa
Indonesia sesuai dengan konsep Wawasan Nusantara adalah
menjadi bangsa yang satu dengan wilayah yang satu dan utuh
pula. Kedudukan Wawasan Nusantara sebagai salah satu
konsepsi ketatanegaran Republik Indonesia. Berdasarkan
fakta geografis dan sejarah, wilayah Indonesia beserta apa
yang ada di dalamnya dipandang sebagai satu kesatuan.
Pandangan atau Wawasan nasional Indonesia ini dinamakan
Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara sebagai konsepsi
geopolitik bangsa Indonesia.
3.2. SARAN
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat
terutama bagi kami penyusun (kelompok 3) sendiri dan bagi
pembaca lainnya serta menambah wawasan, khususnya
Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai