Anda di halaman 1dari 38

Pengertian Wawasan Nasional 

     Wawasan Nasional adalah cara pandang suatu bangsa


yang telah menegara tentang diri dan lingkungannya dalam
eksistensinya yang serba terhubung (interaksi & interelasi)
serta pembangunannya di dalam bernegara di tengah-tengah
lingkungannya baik nasional, regional, maupun global. 
          Suatu negara dan bangsa akan terikat erat apabila ada
pemahaman yang mendalam tentang perbedaan dalam negara
atau bangsa itu sebagai anugrah, yang pada akhirnya akan
memperkaya khasana budaya negara atau bangsa tersebut.
Disamping itu, perbedaan ini merupakan satu titik yang sangat
rentan terhadap perpecahan jika tidak diberikan pemahaman
wawasan nasional dan wawasan nusantara yang tepat bagi
bangsa dan negara. Dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara keanekaragaman (pendapat, kepercayaan,
hubungan, dsb) memerlukan suatu perekat agar bangsa yang
bersangkutan dapat bersatu guna memelihara keutuhan
negaranya.
 Suatu bangsa dalam menyelengarakan kehidupannya tidak
terlepas dari pengaruh lingkungannya, yang didasarkan atas
hubungan timbal balik atau kait-mengait antara filosofi
bangsa, idiologi, aspirasi, dan cita-cita yang dihadapkan pada
kondisi sosial masyarakat, budaya dan tradisi, keadaan alam
dan wilayah serta pengalaman sejarah. Upaya pemerintah dan
rakyat menyelengarakan kehidupannya, memerlukan suatu
konsepsi yang berupa Wawasan Nasional yang dimaksudkan
untuk menjamin kelangsungan hidup, keutuhan wilayah serta
jati diri. 
 PAHAM KEKUASAAN
 paham kekuasaan yang kita kenal selama ini memberikan
suatu impuls untuk menciptakan suatu formula pengaturan
kenegaraan yang sejatinya membutuhkan  koreksi di berbagai
sisi.
 dibawah ini adalah beberapa paham kekuasaan yang kita
kenal:
 1. machiavelli
 paham ini memandang harus adanya suatu kekuatan politik
yang besar guna mempertahankan kedigdayaan suatu negara.
ada beberapa cara untuk memelihara stabilitas politik yaitu:
 – penghalalan  segala cara untuk mempertahankan dan
merebut  kekuasaan
 – menjaga eksistensi kekuasaan rezim, termasuk
membenarkan politik Devide Et Impera
 – pertahanan politik dengan adu kekuatan, siapa yang kuat
dia yang bertahan dan sebaliknya siapa yang lemah dia yang
tersingkir
 2. paham kaisar Napoleon Bonaparte
 Napoleon merupakan penganut paham Machiavelli, dia
menambahkan bahwasannya untuk mempertahankan suatu
negara diperlukan dukungan penuh dari kondisi sosial budaya
berupa penciptaan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
mampu melahirkan kondisi pertahanan dan keamanan yang
solid.
 3. Jenderal Causewitz
 pandangan ini adalah suatu dasar dari perang dunia I dimana
perang dianggap sebagai suatu hal yang harus dilakukan untuk
mempertahankan kekuasaan dan pencapaian tujuan nasional
suatu negara. paham ini pula yang melegitimasi usaha
ekspansi Rusia dalam memperluas kekuasaannya.
 TEORI-TEORI GEOPLOTIK 
1). Riederich Ratzel
 There is in this small planet, sufficient space for only one
great state. itulah semboyan dari frederich Ratzel yang
terkenal. teori menyatakan bahwa :
 

Pertumbuhan negara dapat dianalogikan (disamakan) dengan


pertumbuhan organisme (mahluk hidup) yang memerlukan
ruang hidup, melalui proses lahir, tumbuh, berkembang,
mempertahankan hidup tetapi dapat juga menyusut dan mati.
Negara identik dengan suatu ruang yang ditempati oleh
kelompok politik dalam arti kekuatan. Makin luas potensi
ruang makin memungkinkan kelompok politik itu tumbuh
(teori ruang)
Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
tidak terlepas dari hukum alam. Hanya bangsa yang unggul
yang dapat bertahan hidup terus dan langgeng.
Semakin tinggi budaya bangsa semakin besar kebutuhan atau
dukungan sumber daya alam. Apabila tidak terpenuhi maka
bangsa tsb akan mencari pemenuhan kebutuhan kekayaan
alam diluar wilayahnya (ekspansi). Apabila ruang hidup
negara (wilayah)sudah tidak mencukupi, maka dapat diperluas
dengan mengubah batas negara baik secara damai maupun
dengan kekerasan/perang.
 2.) James Burnham
James Burnham adalah seorang pionir dalam pengembangan
geopolitik antikomunisme sebuah aksioma geopolitik bahwa
jika ada satu daya berhasil mengatur [Eurasia] Heartland dan
hambatan luar, kekuatan itu pasti akan menguasai dunia.”
3.) Karl Haushofer (1896-1946)
 pendapat ini berkembang di Jerman dinawah kekuasaaan
Adolf Hitler, berkembang pula di Jepang berupa ajaran Hako
Ichiu yang berlandaskan mliterisme dan paham fasisme.
pokok teori Haushofer yaitu:
 

   Suatu bangsa dalam mempertahankan hidupnya tidak


terlepas dari hukum alam, sehingga hal ini menjurus pada
ekspansionisme. 
   Kekuasaan imperium daratan yang kompak akan dapat
menandingi kekuasaan imperium Maritim dalam penguasaan
laut. 
     Beberapa negara besar dunia akan menguasai Eropa,
Afrika, Asia Barat, Asia Timur Raya.
 1.      Paham Kekuasaan Bangsa Indonesia
 Bangsa Indonesia yang berfalsafah dan berideologi Pancasila
menganut paham tentang perang dan damai:”Bangsa
Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta kemerdekaan.”
Wawasan nasional bangsa Indonesia tidak mengembangkan
ajaran tentang kekuasaan dan adu kekuatan, karena hal
tersebut mengandung benih-benih persengketaan dan
ekspansionisme.
               Ajaran wawasan nasional bangsa Indonesia
menyatakan bahwa: ideologi digunakan sebagai landasan idiil
dalam menentukan politik nasional, dihadapkan pada kondisi
dan konstelasi geografi Indonesia dengan segala aspek
kehidupan nasionalnya. Tujuannya adalah agar bangsa
Indonesia dapat menjamin kepentingan bangsa dan negaranya
di tengah-tengah perkembangan dunia. 
 2. Geopolitik Indonesia
                Pemahaman tentang kekuatan dan kekuasaan yang
dikembangkan di Indonesia didasarkan pada pemahaman
tentang paham perang dan damai serta disesuaikan dengan
kondisi dan konstelasi geografi Indonesia. Sedangkan
pemahaman tentang Negara Indonesia menganut paham
Negara kepulauan, yaitu paham yang dikembangkan dari asas
archipelago yang memang berbeda dengan pemahaman
archipelago di negara-negara Barat pada umumnya.
 Perbedaan yang esensial dari pemahaman ini adalah bahwa
menurut paham Barat, laut berperan sebagai “pemisah” pulau,
sedangkan menurut paham Indonesia laut adalah
“penghubung” sehingga wilayah Negara menjadi satu
kesatuan yang utuh sebagai “Tanah Air” dan disebut Negara
Kepulauan.
 3. Dasar Pemikiran Wawasan Nasional Indonesia
                Dalam menentukan, membina, dan mengembangkan
wawasan nasionalnya, bangsa Indonesia menggali dan
mengembangkan  dari kondisi nyata yang terdapat di
lingkungan Indonesia sendiri. Wawasan Nasional Indonesia
dibentuk dan dijiwai oleh pemahaman kekuasaan bangsa
Indonesia yang berlandaskan pemikiran kewilayahan dan
kehidupan bangsa Indonesia. Karena itu, pembahasan latar
belakang filosofis sebagai dasar pemikiran pembinaan dan
pengembangan wawasan nasional Indonesia ditinjau dari:
         Latar belakang pemikiran berdasakan falsafah
Pancasila.
         Latar belakang pemikiran aspek kewilayahan
Nusantara.
         Latar belakang pemikiran aspek sosial budaya bangsa
Indonesia.
         Latar belakang pemikiran aspek kesejarahan bangsa
Indonesia.
 http://www.sarjanaku.com/2010/10/wawasan-nusantara.html
 WAWASAN NASIONAL 
 Wawasan Nasional, yang di Indonesia disebut sebagai
Wawasan Nusantara, pada dasarnya merupakan cara pandang
terhadap bangsa sendiri. Kata “wawasan” berasal dari kata
“wawas” yang bearti melihat atau memandang (S. Sumarsono,
2005).
 Setiap Negara perlu memiliki wawasan nasional dalam usaha
menyelenggarakan kehidupannya. Wawasan itu pada
umumnya berkaitan dengan cara pandang tentang hakikat
sebuah Negara yang memiliki kedaulatan atas wilayahnya.
Fokus pembicaraan pada unsur kekuasaan dan kewilayahan
disebut “geopolitik”.
 Dalam konteks teori, telah berkembang beberapa pandangan
geopolitik seperti dilontarkan oleh beberapa pemikir di bawah
ini dalam S. Sumarsono (2005, hal 59-60)
 
Pandangan/ajaran Frederich Ratzel
Negara merupakan sebuah organisme yang hidup dalam suatu
ruang lingkup tertentu, bertumbuh sampai akhirnya menyusut
dan mati
Negara adalah suatu kelompok politik yang hidup dalam suatu
ruang tertentu.
Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya
sebuah bangsa tidak bisa lepas dari alam dan hukum alam.
Semakin tinggi budaya suatu bangsa maka semakin besar
kebutuhannya akan sumber daya alam.
Pandangan/ajaran Rudolf Kjellen
Negara merupakan suatu organisme biologis yang memiliki
kekuatan intelektual yang membutuhkan ruang untuk bisa
berkembang bebas.
Negara merupakan suatu sisem politik (pemerintahan)
Negara dapat hidup tanpa harus bergantung pada sumber
pembekalan dari luar. Ia dapat berswasembada dan
memanfaatkan kemajuan kebudayaan dan teknologinya
sendiri untuk membangun kekuatannya sendiri.
 
LATAR BELAKANG FILOSOFIS WAWASAN
NUSANTARA
 Wawasan Nusantara merupakan sebuah cara pandang
geopolitik Indonesia yang bertolak dari latar belakang
pemikiran sebagai berikut ((S. Sumarsono, 2005)
 

Latar belakang pemikiran filsafat Pancasila


Latar belakang pemikiran aspek kewilayahan Indonesia
Latar belakang pemikiran aspek sosial budaya Indonesia
Latar belakang pemikiran aspek kesejarahan Indonesia
 Latar belakang pemikiran filsafat Pancasila menjadikan
Pancasila sebagai dasar pengembangan Wawasan Nusantara
tersebut. Setiap sila dari Pancasila menjadi dasar dari
pengembangan wawasan itu.
 

Sila 1 (Ketuhanan yang Mahaesa) menjadikan Wawasan


Nusantara merupakan wawasan yang menghormati kebebasan
beragama
Sila 2 (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab) menjadikan
Wawasan Nusantara merupakan wawasan yang menghormati
dan menerapkan HAM (Hak Asasi Manusia)
Sila 3 (Persatuan Indonesia) menjadikan Wawasan Nusantara
merupakan wawasan yang mengutamakan kepentingan
bangsa dan negara.
Sila 4 (Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan)
menjadikan Wawasan Nusantara merupakan wawasan yang
dikembangkan dalam suasana musyawarah dan mufakat.
Sila 5 (Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia)
menjadikan Wawasan Nusantara merupakan wawasan yang
mengusahakan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
 Latar belakang pemikiran aspek kewilayahan Indonesia
menjadikan wilayah Indonesia sebagai dasar pengembangan
wawasan itu. Dalam hal ini kondisi obyektif geografis
Indonesia menjadi modal pembentukan suatu negara dan
menjadi dasar bagi pengambilan-pengambilan keputusan
politik. Adapun kondiri obyektif geografi Indonesia telah
mengalami perkembangan sebagai berikut.
 

Saat RI merdeka (17 Agustus 1945), kita masih mengikuti


aturan dalam Territoriale Zee En Maritime Kringen
Ordonantie tahun 1939 di mana lebar laut wilayah Indonesia
adalah 3 mil diukur dari garis air rendah dari masing-masing
pantai pulau Indonesia.
Dengan aturan itu maka wilayah Indonesia bukan merupakan
kesatuan
Laut menjadi pemisah-pemecah wilayah karena Indonesia
merupakan negara kepulauan
Indonesia kemudian mengeluarkan Deklarasi Djuanda (13
Desember 1957) berbunyi: ”…berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan maka pemerintah menyatakan bahwa segala
perairan di sekitar, di antara, dan yang menghubungkan pulau-
pulau yang termasuk negara Indonesia dengan tidak
memandang luas atau lebarnya adalah bagian-bagian yang
wajar daripada wilayah daratan negara Indonesia, dan dengan
demikian bagian daripada perairan pedalaman atau nasional
berada di bawah kedaulatan mutlak negara Indonesia. Lalu
lintas yang damai di perairan pedalaman in bagi kapal-kapal
asing dijamin selama dan sekedar tidak bertentangan
dengan/mengganggu kedaulatan dan keselamatan negara
Indonesia. Penentuan batas lautan teritorial (yang lebarnya 12
mil) diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung
yang terluar pada pulau-pulau negara Indonesia….”
Jadi, pulau-pulau dan laut di wilayah Indonesia merupakan
satu wilayah yang utuh, kesatuan yang bulat dan utuh
Indonesia kemudian mengeluarkan UU No 4/Prp Tahun 1960
tentang Perairan Indonesia yang berisi konsep kewilayahan
Indonesia menurut Deklarasi Djuanda itu
Maka Indonesia mempunyai konsep tentang Negara
Kepulauan (Negara Maritim)
Dampaknya: jika dulu menurut Territoriale Zee En Maritime
Kringen Ordonantie tahun 1939 luas Indonesia adalah kurang
lebih 2 juta km2 maka menurut Deklarasi Djuanda dan UU
No 4/prp Tahun 1960 luasnya menjadi 5 juta km2 (dimana
65% wilayahnya terdiri dari laut/perairan)
Pada 1982, Konferensi PBB tentang Hukum Laut
Internasional III mengakui pokok-pokok asas Negara
Kepulauan (seperti yang digagas menurut Deklarasi Djuanda)
Asas Negara Kepulauan itu diakui dan dicantumkan dalam
UNCLOS 1982 (United Nation Convention on the Law af the
Sea)
Dampak dari UNCLOS 1982 adalah pengakuan tentang
bertambah luasnya ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dan
Landas Kontinen Indonesia
Indonesia kemudian meratifikasi UNCLOS 1982 melalui UU
No 17 Tahun 1985 (tanggal 31 Desember 1985)
Sejak 16 November 1993 UNCLOS 1982 telah diratifikasi
oleh 60 negara dan menjadi hukum positif sejak 16 November
1994.
Perjuangan selanjutnya adalah perjuangan untuk wilayah
antariksa nasional, termasuk GSO (Geo  Stationery Orbit)
Jadi wilayah Indonesia adalah (Prof. Dr. Priyatna dalam S.
Sumarsono, 2005, hal 74)
Wilayah territorial 12 mil dari Garis Pangkal Laut
Wilayah ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) 200 mil dari Pangkal
Laut
Wilayah ke dalam perut bumi sedalam 40.000 km
Wilayah udara nasional Indonesia setinggi 110 km
Batas antariksa Indonesia
Tinggi = 33.761 km
Tebal GSO (Geo  Stationery Orbit) = 350 km
Lebar GSO (Geo  Stationery Orbit) = 150 km
 Latar belakang pemikiran aspek sosial budaya Indonesia
menjadikan keanekaragaman budaya Indonesia menjadi bahan
untuk memandang (membangun wawasan) nusantara
Indonesia. Menurut Hildred Geertz sebagaimana dikutip
Nasikun (1988), Indonesia mempunyai lebih dari 300 suku
bangsa dari Sabang sampai Merauke. Adapun menurut
Skinner yang juga dikutip Nasikun (1988) Indonesia
mempunyai 35 suku bangsa besar yang masing-masing
mempunyai sub-sub suku/etnis yang banyak.
 Latar belakang pemikiran aspek kesejarahan Indonesia
menunjuk pada sejarah perkembangan Indonesia sebagai
bangsa dan negara di mana tonggak-tonggak sejarahnya
adalah:
 

20 Mei 1908 = Kebangkitan Nasional Indonesia


28 Okotber 1928 = Kebangkitan Wawasan Kebangsaan
melalui Sumpah Pemuda
17 Agustus 1945 = Kemerdekaa Republik Indonesia
 PENGERTIAN WAWASAN NUSANTARA
 Pengertian Wawasan Nusantara adalah sebagai berikut
 

Menurut GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) yang


ditetapkan MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) pada
tahun 1993 dan 1998: Wawasan Nusantara yang merupakan
wawasan nasional yang bersumber pada Pancasila dan UUD
1945 adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam
menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara untuk mencapai tujuan nasional
Menurut Kelompok Kerja Wawasan Nusantara yang dibuat di
LEMHANAS 1999: Wawasan Nusantara adalah cara pandang
dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya
yang sebaberagam dan bernilai strategis dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional
 Konsep tentang Wawasan Nusantara merupakan
pengembangan dan sintesa dari konsep-konsep sebagai
berikut
 

Konsep ”Wawasan Benua” yang dikembangkan TNI AD RI


Konsep ”Wawasan Bahari” yang dikembangkan TNI AL RI
Konsep ”Wawasan Dirgantara” yang dikembagkan TNI AU
RI
Konsep ”Wawasan Hankamnas” yang dikembangkan untuk
menjaga kekompakan ABRI
Konsep ini adalah hasil Seminar Hankam I tahun 1966 yang
diberi nama ”Wawasan Nusantara Bahari” di mana dijelaskan
bahwa ”Wawasan Nusantara merupakan konsepsi dalam
memanfaatkan segala dorongan (motives) dan rangsangan
(drives) dalam usaha mencapai aspirasi-aspirasi bangsa dan
tujuan negara Indonesia”.
Pada Raker Hankam tahun 1967 ”Wawasan Hankamnas”
dijadikan sebagai ”Wawasan Nusantara”
Pada 1973 Wawasan Nusantara dijadikan Ketetapan MPR No
IV/MPR/1973 tentang GBHN dalam Bab II Huruf E.
 Landasan Wawasan Nusantara adalah
 

Landasan Idiil = PANCASILA


Landasan Konstitusional = UUD 1945
 Unsur dasar Konsepsi Wawasan Nusantara ada 3 yaitu (S
Sumarsono, 2005, hal 85)
 

WADAH (CONTOUR). Wadah kehidupan bermasyarakat,


berbangsa, dan bernegara meluputi seluruh wilayah Indonesia
yang memiliki kekayaan alam dan penduduk dengan aneka
ragam budaya.
ISI (CONTENT). Adalah aspirasi bangsa yang berkembang di
masyarakat dan cita-cita serta tujuan nasional yang terdapat
dalam Pembukaan UUD 1945.
TATA LAKU (CONDUCT). Adalah hasil interaksi antara
”wadah” dan ”isi” yang terdiri dari tatalaku batiniah dan
lahiriah.
 Asas-asas Wawasan Nusantara adalah (S Sumarsono, 2005,
hal 87)
 

Kepentingan yang sama


Keadilan
Kejujuran
Solidaritas
Kerjasama
Kesetiaan
 KEDUDUKAN, FUNGSI, TUJUAN
 Kedudukan Wawasan Nusantara berada di dalam HIRARKI
PARADIGMA NASIONAL sebagai berikut (S Sumarsono,
2005, hal 87)
 

Hirarki I = Landasan Idiil = PANCASILA sebagai falsafah,


ideologi bangsa, dasar negara
Hirarki II = Landasan Konstitusional = UUD 1945
Hirarki III = Landasan Visional = Wawasan Nusantara
Hirarki IV = Landasan Konsepsional = Ketahanan Nasional
Hirarki V = Landasan Operasional = GBHN (Garis-garis
Besar Haluan Negara)
 Fungsi Wawasan Nusantara adalah sebagai pedoman,
motivasi, dorongan, dan rambu-rambu dalam menentukan
segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan bagi
penyelenggaraan negara di tingkat pusat dan daerah maupun
bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (S Sumarsono,
2005, hal 90)
 Tujuan Wawasan Nusantara adalah mewujudkan
NASIONALISME yang tinggi di segala aspek kehidupan
rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan
nasional dari pada kepentingan individu, kelompok, golongan,
suku, atau daerah (S Sumarsono, 2005, hal 90)
 SIKAP & KONTRIBUSI KRISTEN: SUATU
PENGANTAR
 Dikutip dari buku Haryadi Baskoro berjudul ”Panggilan
menjadi Agen-agen Transformasi” (Yogyakarta: Pena
Persada, 2009).
 Alkitab menandaskan bahwa transformasi tidak hanya bisa
terjadi pada level individu, tetapi juga masyarakat-bangsa.
Perubahan tidak eksklusif pada individu. Kasih Tuhan
ditujukan juga kepada komunitas, suku, bangsa, dan
keseluruhan dunia yang berdosa ini (Santoso, 2003). Hal itu
sangat jelas dari perintah Yesus: “Karena itu pergilah,
jadikanlah semua BANGSA murid-Ku dan baptislah mereka
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah
mereka melakukan segala yang telah Kuperintahkan
kepadamu” (Mat 28:19-20).
 Tuhan berjanji akan “memulihkan negeri” (heal the land).
Hal ini berbicara tentang transformasi yang hendak Tuhan
kerjakan dalam kehidupan sebuah masyarakat, kota, atau
bangsa. Janji Tuhan untuk memulihkan negeri itu pernah
disampaikan-Nya dengan jelas ketika menampakkan diri
kepada raja Salomo: “Dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku
disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu
berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan
mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta
MEMULIHKAN NEGERI mereka” (2 Taw 7:14).
 Tuhan bukan hanya memperhatikan pribadi lepas pribadi,
tetapi juga komunitas lepas komunitas. Kota demi kota.
Bangsa demi bangsa. Kerinduan Tuhan untuk menyelamatkan
sebuah komunitas (masyarakat) terlihat dalam kasus dua kota.
Pertama, kota Sodom yang jahat dan najis. Tuhan berkata
kepada Abraham bahwa Ia tidak akan menghukum
(memusnahkan) kota itu jika ada minimal 10 orang benar
yang ada di kota tersebut (Kej 18:32). Meskipun pada
akhirnya Sodom (dan Gomora) dihukum karena tidak
memenuhi kuota yang disyaratkan itu, Tuhan sudah
menyatakan kepedulian-Nya atas masyarakat tersebut.
 Kedua, kota (bangsa) Niniwe. Melalui nabi Yunus, Tuhan
mengultimatum hukuman untuk kota Niniwe. Demikian
Firman-Nya, “Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan
ditunggangbalikkan!” (Yun 3:4). Apa yang dilakukan orang-
orang Niniwe? Ternyata mereka, dari raja sampai seluruh
rakyatnya, percaya kepada Tuhan, bertobat, dan berdoa puasa
(Yun 3:5-9). Maka Tuhan pun tidak jadi menghukum kota itu.
Alkitab mencatat: “Ketika Tuhan melihat perbuatan mereka
itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya
yang jahat, maka MENYESAL-lah Tuhan karena malapetaka
yang telah dirancankan-Nya terhadap mereka, dan Ia pun
tidak melakukannya (Yun 3:10).
 Pencabutan hukuman itu membuat Yunus kecewa (Yun 4:1).
Tapi Tuhan justru menegaskan bahwa Ia mengasihi kota
Niniwe, kata-Nya, “Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada
Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari 120
ribu orang, yang semuanya tidak tahu membedakan tangan
kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?” (Yun
4:11). Rupanya Yunus justru ingin Niniwe dihukum sebab
Niniwe (Asyur) adalah musuh Israel. Kebencian itu muncul
karena rasa nasionalisme Yunus. Namun, di sini justru Tuhan
menyatakan cintanya akan bangsa-bangsa.
 Implementasi Wawasan Nusantara dalam Kehidupan
Nasional
 Wawasan Nusantara
 Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa
Indonesia mengenai diri dan bentuk geografinya berdasarkan
Pancasila danUUD 1945. Dalam pelaksanannya, wawasan
nusantara mengutamakan kesatuan wilayah dan menghargai
kebhinekaan untuk mencapai tujuan nasional.
 1.     Wawasan Nusantara sebagai Pancaran Falsafah
Pancasila
 Falsafah Pancasila diyakini sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia yang sesuai dengan aspirasinya. Keyakinan ini
dibuktikan dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak
awal proses pembentukan Negara Kesatuan Republik
Indonesia sampai sekarang. Dengan demikian wawasan
nusantara menjadi pedoman bagi upaya mewujudkan kesatuan
aspek kehidupan nasional untuk menjamin kesatuan,
persatuan dan keutuhan bangsa, serta upaya untuk
mewujudkan ketertiban dan perdamaian dunia.
 2.    Wawasan Nasional Suatu Bangsa
 Kata wawasan berasal dari bahasa Jawa yaitu wawas
(mawas) yang artinya melihat atau memandang, jadi kata
wawasan dapat diartikan cara pandang atau cara melihat.
Kehidupan negara senantiasa dipengaruhi perkembangan
lingkungan strategik sehinga wawasan harus mampu memberi
inspirasi pada suatu bangsa dalam menghadapi berbagai
hambatan dan tantangan yang ditimbulkan dalam mengejar
kejayaanya.
Dalam mewujudkan aspirasi dan perjuangan ada tiga faktor
penentu utama yang harus diperhatikan oleh suatu bangsa :
 1. Bumi/ruang dimana bangsa itu hidup
2. Jiwa, tekad dan semangat manusia / rakyat
3. Lingkungan
   Landasan Wawasan Nusantara
Idiil => Pancasila
Konstitusional => UUD 1945
   Unsur Dasar Wawasan Nusantara
Wadah (Contour)
Isi (Content)
Tata laku (Conduct)
   Hakekat Wawasan Nusantara adalah keutuhan
nusantara/nasional, dalam pengertian : cara pandang yang
selalu utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara dan demi
kepentingan nasional.
 Berarti setiap warga bangsa dan aparatur negara harus
berfikir, bersikap dan bertindak secara utuh menyeluruh
dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa termasuk
produk-produk yang dihasilkan oleh lembaga negara.
 3.     Wawasan Nusantara dalam Pembangunan Nasional
 a.      Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu
Kesatuan Politik
 Bangsa Indonesia bersama bangsa-bangsa lain ikut
menciptakan ketertiban dunia dan perdamaian abadi melalui
politik luar negeri yang bebas aktif. Implementasi wawasan
nusantara dalam kehidupan politik akan menciptakan iklim
penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis. Hal tersebut
tampak dalam wujud pemerintahan yang kuat aspiratif dan
terpercaya yang dibangun sebagai penjelmaan kedaulatan
rakyat.
 b.      Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu
Kesatuan Ekonomi
 Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan ekonomi
akan menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar
menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat secara adil dan merata. Di samping itu,
implementasi wawasan nusantara mencerminkan tanggung
jawab pengelolaa sumber daya alam yang memperhatikan
kebutuhan masyarakat antar daerah secara timbal balik serta
kelestarian sumber daya alam itu sendiri.
 4.     Kedudukan Wawasan Nusantara
 Wawasan Nusantara merupakan ajaran yang diyakini
kebenarannya oleh seluruh rakyat dengan tujuan agar tidak
terjadi penyesatan dan penyimpangan dalam rangka mencapai
dan mewujudkan tujuan nasional.
Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat
dari hirarkhi paradigma nasional sbb:
 ·         Pancasila (dasar negara) =>Landasan Idiil
 ·         UUD 1945 (Konstitusi negara) =>Landasan
Konstitusional
 ·         Wasantara (Visi bangsa) =>Landasan Visional
 ·         Ketahanan Nasional (KonsepsiBangsa) =>Landasan
Konsepsional
 ·         GBHN (Kebijaksanaan Dasar Bangsa) =>Landasan
Operasional
 5.    Fungsi Wawasan Nusantara
 adalah pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-rambu
dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan
dan perbuatan, baik bagi penyelenggara negara di tingkat
pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat dalam
kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa.
 6.    Tujuan wawasan nusantara terdiri dari dua, yaitu:
 Tujuan nasional, dapat dilihat dalam Pembukaan UUD
1945 dijelaskan bahwa tujuan kemerdekaan Indonesia adalah
“untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
 Tujuan ke dalam adalah mewujudkan kesatuan segenap aspek
kehidupan baik alamiah maupun sosial, maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan bangsa Indonesia adalah
menjunjung tinggi kepentingan nasional, serta kepentingan
kawasan untuk menyelenggarakan dan membina
kesejahteraan, kedamaian dan budi luhur serta martabat
manusia di seluruh dunia.
 7.     Implementasi Wawasan Nusantara
 Penerapan Wawasan Nusantara harus tercermin pada pola
pikir, pola sikap dan pola tindak yang senantiasa
mendahulukan kepentingan negara.
 a.       Implementasi dalam kehidupan politik,
 b.       Implementasi dalam kehidupan Ekonomi,
 c.        Implementasi dalam kehidupan Sosial Budaya,
 d.      Implementasi dalam kehidupan Pertahanan Keamanan.
   Kehidupan Politik
 Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mengimplementasikan wawasan nusantara, yaitu:
 Pelaksanaan kehidupan politik yang diatur dalam undang-
undang, seperti UU partai Politik, UU Pemilihan Umum, dan
UU Pemilihan Presiden. Pelaksanaan undang-undang tersebut
harus sesuai hukum dan mementingkan persatuan
bangsa.Contohnya seperti dalam pemilihan presiden,
anggota DPR, dan kepala daerah harus menjalankan prinsip
demokratis dan keadilan, sehingga tidak menghancurkan
persatuan dan kesatuan bangsa.
 Pelaksanaan kehidupan bermasyarakat dan bernegara di
Indonesia harus sesuai denga hukum yang berlaku. Seluruh
bangsa Indonesia harus mempunyai dasar hokum yang sama
bagi setiap warga negara, tanpa pengecualian. Di Indonesia
terdapat banyak produk hukum yang dapat diterbitkan
oleh provinsi dan kabupaten dalam bentuk peraturan daerah
(perda) yang tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku
secara nasional.
 Mengembagkan sikap hak asasi manusia dan
sikap pluralisme untuk mempersatukan berbagai suku, agama,
dan bahasa yamg berbeda, sehingga menumbuhkan
sikap toleransi.
 Memperkuat komitmen politik terhadap partai politik
dan lembaga pemerintahan untuk menigkatkan semangat
kebangsaan dan kesatuan.
 Meningkatkan peran Indonesia dalam kancah internasional
dan memperkuat korps diplomatic ebagai upaya penjagaan
wilayah Indonesia terutama pulau-pulau terluar
danpulau kosong.
   Kehidupan ekonomi
 Wilayah nusantara mempunyai potensi ekonomi yang tinggi,
seperti posisi khatulistiwa, wilayah laut yang luas,hutan
tropis yang besar, hasil tambang dan minyak yang besar, serta
memeliki penduduk dalam jumlah cukup besar. Oleh karena
itu, implementasi dalam kehidupan ekonomi harus
berorientasi pada sektor pemerintahan, pertanian,
danperindustrian.
 Pembangunan ekonomi harus memperhatikan keadilan dan
keseimbangan antardaerah. Oleh sebab itu, dengan
adanya otonomi daerah dapat menciptakan upaya
dalam keadilanekonomi.
 Pembangunan ekonomi harus melibatkan partisipasi rakyat,
seperti dengan memberikan fasilitas kredit mikro dalam
pengembangan usaha kecil.
   Kehidupan sosial
 Mengembangkan kehidupan bangsa yang serasi antara
masyarakat yang berbeda, dari segibudaya,status sosial
maupun daerah. Contohnya dengan pemerataan pendidikan di
semua daerah dan program wajib belajar harus diprioritaskan
bagi daerah tertinggal.
 Pengembangan budaya Indonesia, untuk melestarikan
kekayaan Indonesia, serta dapat dijadikan
kegiatan pariwisata yang memberikan sumber pendapatan
nasional maupun daerah. Contohnya dengan pelestarian
budaya, pengembangan museum, dan cagar budaya.
   Kehidupan pertahanan dan keamanan
 Membagun TNI Profesional merupakan implementasi dalam
kehidupan pertahanan keamanan.
 Kegiatan pembangunan pertahanan dan keamanan harus
memberikan kesempatan kepada setiap warga negara untuk
berperan aktif, karena kegiatan tersebut merupakan kewajiban
setiap warga negara, seperti memelihara lingkungan tempat
tinggal, meningkatkan kemampuan disiplin, melaporkan hal-
hal yang mengganggu keamanan kepada aparat dan
belajar kemiliteran.
 Membangun rasa persatuan, sehingga ancaman suatu daerah
atau pulau juga menjadi ancaman bagi daerah lain. Rasa
persatuan ini dapat diciptakan dengan
membangunsolidaritas dan hubungan erat antara warga negara
yang berbeda daerah dengan kekuatan keamanan.
 Membangun TNI yang profesional serta menyediakan sarana
dan prasarana yang memadai bagi kegiatan pengamanan
wilayah Indonesia, terutama pulau dan wilayah terluar
Indonesia.
 8.      Prospek Implementasi Wawasan Nusantara
 Berdasarkan beberapa teori mengemukakan pandangan
global sbb:
1. Global Paradox menyatakan negara harus mampu
memberikan peranan sebesar-besarnya kepada rakyatnya.
2. Borderless World dan The End of Nation State menyatakan
batas wilayah geografi relatif tetap, tetapi kekuatan ekonomi
dan budaya global akan menembus batas tsb. Pemerintah
daerah perlu diberi peranan lebih berarti.
3. The Future of Capitalism menyatakan strategi baru
kapitalisme adalah mengupayakan keseimbangan antara
kepentingan individu dengan masyarakat serta antara negara
maju dengan negara berkembang.
4. Building Win Win World (Henderson) menyatakan perlu
ada perubahan nuansa perang ekonomi, menjadikan
masyarakat dunia yang lebih bekerjasama, memanfaatkan
teknologi yang bersih lingkungan serta pemerintahan yang
demokratis.
5. The Second Curve (Ian Morison) menyatakan dalam era
baru timbul adanya peranan yang lebih besar dari pasar,
peranan konsumen dan teknologi baru yang mengantar
terwujudnya masyarakat baru.
 9.      Keberhasilan Implementasi Wawasan nusantara
 Diperlukan kesadaran WNI untuk :
            Mengerti, memahami, menghayati tentang hak dan
kewajiban warganegara serta hubungan warganegara dengan
negara, sehingga sadar sebagai bangsa Indonesia.
Mengerti, memahami, menghayati tentang bangsa yang telah
menegara, bahwa dalam menyelenggarakan kehidupan
memerlukan konsepsi wawasan nusantara sehingga sadar
sebagai warga negara yang memiliki cara pandang. Agar ke-2
hal dapat terwujud diperlukan sosialisasi dengan program
yang teratur, terjadwal dan terarah.
 Posted 20th April 2012 by Nengah.widya
 

LANDASAN WAWASAN NUSANTARA DAN


HAKEKAT WAWASAN NUSANTARA
 
LANDASAN WAWASAN NUSANTARA DAN
HAKEKAT WAWASAN NUSANTARA 
 

1.    Landasan Wawasan Nusantara


 Landasan wawasan nusantara dalam paradigma nasional
dapat dilihat dari stratifiskasinya sebagai berikut:
 1.  Landasan Idiil
 Pancasila sebagai faslafah ideologi bangsa dan dasar negara.
Berkedudukan sebagai landasan idiil darpada wawasan
nusantara. Karena pada hakikatnya wawasan nusantara
merupakan perwujudan dari pancasila. Pancasila merupakan
kesatuan yang bulat dan utuh serta mengandung paham
keseimbangan, keselarasan, dan keseimbangan. Maka
wawasan nusantara mengarah kepada terwujudnya kesatuan
dan keserasian dalam bidang-bidang politik, ekonomi, sosial
budaya dan pertahanan keamanan.
 2.    Landasan Konstitusional
UUD 1945 yang merupakan landasan konstitusi dasar negara,
yang menjadi pedoman pokok dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Indonesia adalah negara kesatuan yang
berbentuk republik (Pasal 1 UUD 1945) yang kekuasaan
tertingginya ada pada rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh
MPR.
 3.    Landasan Visional.
Landasan visional atau tujuan nasional wawasan nusantara
sebagai wawasan nasional bangsa indonesia merupakan ajaran
yang diyakini kebenarannya oleh seluruh rakyat dengan
tujuan agar tidak terjadi penyesalan dan penyimpangan dalam
rangka mencapai dan mewujudkan cita-cita dan dan tujuan
nasional yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea
keempat yaitu :
– Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia
– Memajukan kesejahteraan umum
– Mencerdaskan kehidupan bangsa
– Ikut melaksanakan ketertiban dunia
 4.    Landasan Konsepsional
Ketahanan nasional, yaitu merupakan kondisi dinamis yang
berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan mengembangkan kemampuan sebagai konsepsi
nasional, berkedudukan sebagai landasan konsepsional.
Dalam upaya mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya,
bangsa Indonesia mengahadapi berbagai ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan (HTAG). Agar dapat mengatasinya,
bangsa indonesia harus memiliki kemampuan, keuletan, dan
daya tahan yang dinamakan ketahanan nasional.
 5.    Landasan Operasional.
GBHN adalah sebagi landasan wawasan operasional dalam
wawasan nusantara, yang dikukuhkan MPR dalam ketetapan
Nomor : IV/MPR/1973 pada tanggal 22 Maret 1973. 
 2. Hakekat Wawasan Nusantara
 Wawasan Nusantara adalah cara pandang Bangsa Indonesia
terhadap rakyat, bangsa dan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang meliputi darat, laut dan udara di
atasnya sebagai satu kesatuan Politik, Ekonomi, Sosial,
Budaya dan Pertahanan Keamanan.
 

LANDASAN WAWASAN NUSANTARA DAN


HAKEKAT WAWASAN NUSANTARA
 
LANDASAN WAWASAN NUSANTARA DAN
HAKEKAT WAWASAN NUSANTARA 
 

1.    Landasan Wawasan Nusantara


 Landasan wawasan nusantara dalam paradigma nasional
dapat dilihat dari stratifiskasinya sebagai berikut:
 1.  Landasan Idiil
 Pancasila sebagai faslafah ideologi bangsa dan dasar negara.
Berkedudukan sebagai landasan idiil darpada wawasan
nusantara. Karena pada hakikatnya wawasan nusantara
merupakan perwujudan dari pancasila. Pancasila merupakan
kesatuan yang bulat dan utuh serta mengandung paham
keseimbangan, keselarasan, dan keseimbangan. Maka
wawasan nusantara mengarah kepada terwujudnya kesatuan
dan keserasian dalam bidang-bidang politik, ekonomi, sosial
budaya dan pertahanan keamanan.
 2.    Landasan Konstitusional
UUD 1945 yang merupakan landasan konstitusi dasar negara,
yang menjadi pedoman pokok dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Indonesia adalah negara kesatuan yang
berbentuk republik (Pasal 1 UUD 1945) yang kekuasaan
tertingginya ada pada rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh
MPR.
 3.    Landasan Visional.
Landasan visional atau tujuan nasional wawasan nusantara
sebagai wawasan nasional bangsa indonesia merupakan ajaran
yang diyakini kebenarannya oleh seluruh rakyat dengan
tujuan agar tidak terjadi penyesalan dan penyimpangan dalam
rangka mencapai dan mewujudkan cita-cita dan dan tujuan
nasional yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea
keempat yaitu :
– Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia
– Memajukan kesejahteraan umum
– Mencerdaskan kehidupan bangsa
– Ikut melaksanakan ketertiban dunia
 4.    Landasan Konsepsional
Ketahanan nasional, yaitu merupakan kondisi dinamis yang
berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan mengembangkan kemampuan sebagai konsepsi
nasional, berkedudukan sebagai landasan konsepsional.
Dalam upaya mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya,
bangsa Indonesia mengahadapi berbagai ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan (HTAG). Agar dapat mengatasinya,
bangsa indonesia harus memiliki kemampuan, keuletan, dan
daya tahan yang dinamakan ketahanan nasional.
 5.    Landasan Operasional.
GBHN adalah sebagi landasan wawasan operasional dalam
wawasan nusantara, yang dikukuhkan MPR dalam ketetapan
Nomor : IV/MPR/1973 pada tanggal 22 Maret 1973. 
 2. Hakekat Wawasan Nusantara
 Wawasan Nusantara adalah cara pandang Bangsa Indonesia
terhadap rakyat, bangsa dan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang meliputi darat, laut dan udara di
atasnya sebagai satu kesatuan Politik, Ekonomi, Sosial,
Budaya dan Pertahanan Keamanan.
 ASAS WAWASAN NUSANTARA
 I.  Asas Wawasan Nusantara
 Merupakan ketentuan – ketentuan atau kaidah – kaidah dasar
yang harus dipatuhi, ditaati, dipelihara, dan diciptakan demi
tetap taat dan setianya komponen pembentuk bangsa
Indonesia terhadap kesepakatan bersama.
 Jika hal ini diabaikan, maka komponen pembentuk
kesepakatan bersama akan melanggar kesepakatan bersama
tersebut, yang berarti bahwa tercerai berainya bangsa dan
negara Indonesia
 Asas Wawasan Nusantara terdiri dari :
 1.       Kepentingan yang sama
 2.       Keadilan
 Yang berarti kesesuaian pembagian hasil dengan adil.
 3.       Kejujuran
 Yang berarti keberanian berfikir, berkata, dan bertindak
sesuai dengan relita serta ketentuan yang benar biarpun realita
atau kebenaran itu pahit.
 4.       Solidaritas
 Yang berarti rasa setia kawan, mau memberi dan berkorban
demi orang lain tanpa meninggalkan ciri dan karakter budaya
masing-masing.
 5.       Kerja sama
 Adanya koordinasi, saling pengertian yang didasarkan atas
kesetaraan demi terciptanya sinergi yang lebih baik.
 6.       Kesetiaan terhadap ikrar atau kesepakatan bersama
demi terpeliharanya persatuann dan kesatuandalam bhinekaan.
 Merupakan tonggak utama dalam terciptanya persatuan dan
kesatuan dalam kebhinekaan. Jika hal ini ambruk maka
rusaklah persatuan dan kesatuan kebhinekaan Indonesia.
 J.  Arah pandang
 Wawasan Nusantara meliputi arah pandang kedalam dan
keluar
 1.       Arah pandang ke dalam
 Mengandung arti bahwa bangsa Indonesia harus peka dan
berusaha untuk mencegah dan mengatasi sedini mungkin
faktor – faktor penyebab timbulnya disintegrasi bangsa dan
memelihara persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan . Arah
pandang kedalam bertujuan menjamin perwujudan persatuan
kesatuan segenap aspek kehidupan nasional,baik aspek
alamiah maupun aspek sosial.
 2.       Arah pandang keluar
 Mengandung arti bahwa dalam kehidupan internasional
bangsa Indonesia harus berusaha mengamankan kepentingan
nasionalnya dalam semua aspek kehidupan demi tercapainya
tujuan nasional yang tertera pada pembukaan UUD 1945.
Arah pandang kedalam bertujuan demi terjaminnya
kepentingan nasional dalam  dunia serba berubah serta
melaksanakan  ketertiban dunia, yang berdasarkan kepada
kemerdekaan , perdamaian abadi dan keadilan sosial serta
kerja sama dan sikap saling menghormati.
 Sumber : Buku Cetak Pengengantar Pendidikan
Kewarganegaraan pernerbit PT Gramedia Pustaka Utama

 Kedudukan, Fungsi, dan Wawasan Nusantara 

Kedudukan
Kedudukan merupakan ajaran yang diyakini kebenarannya
oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi penyesatan dan
penyimpangan dalam upaya mencapai dan mewujudkan cita –
cita dan tujuan nasional.
Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat
dari stratifikasinya sebagai berikut :

Pancasila sebagai falsafah, ideology bangsa dan dasar negara


berkedudukan sebagai landasan idiil.
Undang – Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusi
negara, berkedudukan sebagai landasan konstitusional.
Wawasan Nusantara sebagai visi nasional, berkedudukan
sebagai landasan Visional.
Ketahanan Nasional sebagai konsepsi nasional, berkedudukan
sebagai landasan konsepsional.
GBHN sebgai politik dan strategi nasional atau sebagai
kebijaksanaan dasar Nasional, berkedudukan sebagai landasan
operasional.
Fungsi
Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi,
dorongan serta rambu – rambu dalam menentukan segala
kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan bagi
penyelenggara negara di tingkat pusat dan daerah maupun
bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Tujuan
Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme
yang tinggi di segala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang
lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada
kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa, atau
daerah. Hal tersebut bukan berarti menghilangkan
kepentingan – kepentingan individu, kelompok, suku bangsa
atau daerah. Kepntingan – kepentingan tersebut tetap
dihormati, diakui, dan dipenuhi, selama tidak bertentangan
dengan kepentingan nasional atau kepentingan masyarakat
banyak.
Implementasi Wawasan Nusantara dalam Kehidupan
Nasional
Wawasan Nusantara dalam kehidupan nasional yang
mencakup kehidupan politik , ekonomi , sosial budaya , dan
pertahanan keamanan harus tercermin dalam pola pikir, pola
sikap dan pola tindak yang senantiasa mengutamakan
kepentingan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
di atas kepentingan pribadi dan golongan . Dengan demikian ,
Wawasan Nusantara menjadi nilai yang menjiwai segenap
peraturan perundang-undangan yang berlaku pada setiap strata
di seluruh wilayah negara , sehingga menggambarkan sikap
dan perilaku , paham serta semangat kebangsaan atau
nasionalisme yang tinggi yang merupakan identitas atau jati
diri bangsa Indonesia .
Hakikat Wawasan Nusantara
Hakikat Wawasan Nusantara adalah cara pandang yang selalu
utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara demi kepentingan
nasional . Hal tersebut berarti bahwa setiap warga bangsa dan
aparatur negara harus berfikir , bersikap , dan bertindak secara
utuh menyeluruh demi kepentingan bangsa dan negara
Indonesia .
Pemikiran Berdasarkan Pancasila
Berdasarkan falsafah Pancasila, manusia Indonesia adalah
makhluk ciptaan Tuhan yang mempunyai naluri, akhlak, daya
pikir, dan sadar akan keberadaanya yang serba terhubung
dengan sesamanya, lingkungannya dan alam semesta, dan
penciptanya..
Wawasan Nusantara 
Tujuan Instruksional Umum :
Mahasiswa dapat mengerti, memahami, mendalami,
menghayati Wawasan Nasional
Bangsa Indonesia dalam mencapai cita-cita Nasional. Tujuan
Instruksional Khusus :
Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan landasan
wawasan nusantara
Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan unsur dasar
wawasan nusantara
Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan hakekat
wawasan nusantara
Era  Baru Kapitalisme
Sloan dan Zureker
Dalam bukunya Dictionary of Economics menyatakan
Kapitalisme adalah suatu sistim ekonomi yang didasarkan atas
hak milik swasta atas macam-macam barang dan kebebasan
individu untuk mengadakan perjanjian dengan pihak lain dan
untuk berkecimpung dalam aktivitas-aktivitas ekonomi yang
dipilihnya sendiri berdasarkan kepentingan sendiri serta untuk
mencapai laba guna diri sendiri.
            Di era baru kapitalisme,sistem ekonomi untuk
mendapatkan keuntungan dengan melakukan aktivitas-
aktivitas secara luas dan mencakup semua aspek kehidupan
masyarakat sehingga diperlukan strategi baru yaitu adanya
keseimbangan.

Lester Thurow
Dalam bukunya The Future of Capitalism menyatakan : untuk
dapat bertahan dalam era baru kapitalisme harus membuat
strategi baru yaitu keseimbangan (balance) antara paham
individu dan paham sosialis.
            Di era baru kapitalisme, negara-negara kapitalis dalam
rangka mempertahankan eksistensinya dibidang ekonomi
menekan negara-negara berkembang dengan menggunakan
isu-isu global yaitu Demokrasi, Hak Azasi Manusia,
Lingkungan hidup.

Kesadaran  Warga Negara


Pandangan Indonesia tentang Hak dan Kewajiban
Manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama. Hak dan kewajiban dapat dibedakan
namun tidak dapat dipisahkan.

Kesadaran bela negara


Dalam mengisi kemerdekaan perjuangan yang dilakukan
adalah perjuangan non fisik untuk memerangi
keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan sosial,
memberantas KKN, menguasai Iptek, meningkatkan kualitas
SDM, transparan dan memelihara persatuan.
Dalam perjuangan non fisik, kesadaran bela negara
mengalami penurunan yang tajam dibandingkan pada
perjuangan fisik.

                        Prospek Implementasi Wawasan Nusantara


Berdasarkan beberapa teori mengemukakan pandangan global
sbb:
Global Paradox menyatakan negara harus mampu
memberikan peranan sebesar-besarnya  kepada rakyatnya.
Borderless World dan The End of Nation State menyatakan 
batas wilayah geografi relatif tetap, tetapi kekuatan ekonomi
dan budaya global akan menembus batas tsb. Pemerintah
daerah perlu diberi peranan lebih berarti.
The Future of Capitalism menyatakan strategi baru
kapitalisme adalah mengupayakan keseimbangan antara
kepentingan individu dengan masyarakat serta antara negara
maju dengan negara berkembang.
Building Win Win World (Henderson) menyatakan perlu ada
perubahan nuansa perang ekonomi, menjadikan masyarakat
dunia yang lebih bekerjasama, memanfaatkan teknologi yang
bersih lingkungan serta pemerintahan yang demokratis.
The Second Curve (Ian Morison) menyatakan dalam era baru
timbul adanya peranan yang lebih besar dari pasar, peranan
konsumen dan teknologi baru yang mengantar terwujudnya
masyarakat baru.

Dari rumusan-rumusan diatas ternyata tidak ada satupun yang


menyatakan tentang perlu adanya persatuan, sehingga akan
berdampak konflik antar bangsa karena kepentingan
nasionalnya tidak terpenuhi. Dengan demikian Wawasan
Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia dan sebagai
visi nasional yang mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa masih tetap valid baik saat sekarang maupun
mendatang, sehingga prospek wawasan nusantara dalam era
mendatang masih tetap relevan dengan norma-norma global.
Dalam implementasinya perlu lebih diberdayakan peranan
daerah dan rakyat kecil, dan terwujud apabila dipenuhi adanya
faktor-faktor dominan : keteladanan kepemimpinan nasional,
pendidikan berkualitas dan bermoral kebangsaan, media
massa yang memberikan informasi dan kesan yang positif,
keadilan penegakan hukum dalam arti pelaksanaan
pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

Keberhasilan Implementasi Wasantara Diperlukan kesadaran


WNI untuk :

Mengerti, memahami, menghayati tentang hak dan kewajiban


warganegara serta hubungan warganegara dengan negara,
sehingga sadar sebagai bangsa Indonesia.
Mengerti, memahami, menghayati tentang bangsa yang telah
menegara, bahwa dalam menyelenggarakan kehidupan
memerlukan konsepsi wawasan nusantara sehingga sadar
sebagai warga negara yang memiliki cara pandang.
Agar ke-2 hal dapat terwujud diperlukan sosialisasi dengan
program yang teratur, terjadwal dan terarah.

Anda mungkin juga menyukai