Anda di halaman 1dari 10

Kreano 9 (2) (2018): 139-148

Ju r n a l M a t e m a t i k a K r e a t i f - I n o v a t i f
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreano

Profil Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika Siswa Ditinjau dari Perbedaan Gaya
Kognitif dan Gender
 
Andi Saparuddin Nur1, Markus Palobo2
1,2
Universitas Musamus, Merauke, Indonesia

Email: 1andisaparuddin@unmus.ac.id, 2markuspalobo@unmus.ac.id

DOI: http://dx.doi.org/10.15294/kreano.v9i2.15067
Received : January 2018; Accepted: November 2018; Published: December 2018

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa ditinjau dari
perbedaan gaya kognitif dan gender. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif. Tempat
penelitian ini yaitu SMA Negeri 3 Merauke. Subjek penelitan ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 3 Merauke yang
terpilih melalui teknik purpossive sampling. Teknik pengumpulan data berupa teknik tes dan non tes sedangkan
instrumen pendukung yang digunakan adalah Group Embeded Figure Test (GEFT), Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah (TKPM), dan Pedoman Wawancara (PW). Teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Hasil penelitian diperoleh, (1) subjek FD laki-laki mampu memecahkan masalah pada kat-
egori cukup, (2) subjek FD perempuan mampu memecahkan masalah pada kategori kurang, (3) subjek FI laki-laki
mampu memecahkan masalah pada kategori baik, dan (4) subjek FI perempuan mampu memecahkan masalah pada
kategori baik.

Abstract
This study aimed to describe students mathematic problem solving abilities in reviewed of cognitive styles
and gender. This research is descriptive qualitative method. Place of this research is SMA Negeri 3 Merauke.
The subject of this research is the students of grade XI SMA Negeri 3 Merauke the choosen selected through
purposive sampling technique. Technique of collected data in the form of test and non test technique while
supported instrument that used is Group Embeded Figure Test (GEFT), Problem Solving Test (TKPM), and
Interview Guidance (PW). Data analysis techniques include data reduction, data presentation, and conclu-
sions. The results of the study were obtained, (1) the male FD subjects were able to solve problems in suffi-
cient categories, (2) the female FD subjects were able to problems in the less categories, (3) male FI subjects
were able to solve problems in either categories, and (4) female FI subjects were able to solve problems in
either categories.

Keywords: problem solving, cognitive style, gender

PENDAHULUAN teknologi modern, dimana penerapannya


Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, mencakup berbagai bidang ilmu pengetahuan
2006) menjelaskan bahwa matematika me- dan memajukan daya pikir manusia. Soedadi
rupakan ilmu universal yang memegang pe- (Ngilawajan, 2013) menyatakan bahwa objek
ranan penting dalam proses perkembangan dasar matematika berupa fakta, konsep, ope-

© 2018 Semarang State University. All rights reserved UNNES JOURNALS


p-ISSN: 2086-2334; e-ISSN: 2442-4218
140 Andi Saparuddin Nur, Markus Palobo, Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa...
 
rasi dan prinsip memiliki sifat abstrak. Objek mecahan masalah Polya tersebut merupakan
kajian matematika yang abstrak tersebut me- aspek-aspek yang banyak digunakan untuk
mungkinkan manusia untuk mengembang- mengukur kemampuan pemecahan masalah
kan kemampuan berpikir dan kemampuan matematika siswa.
bekerja sama secara efektif dalam mempela- Terdapat beberapa alasan pentingnya
jari dan memahami matematika. Penguasaan kemampuan pemecahan masalah dikem-
matematika yang kuat akan memberikan pe- bangkan dalam pembelajaran matematika.
luang yang besar menciptakan teknologi di- Menurut Posamentier dan Stepelmen (De-
masa depan. Sehingga tidak mengherankan wanti, 2011) pemecahan masalah merupakan
jika matematika merupakan mata pelajaran komponen paling esensial dalam pembela-
yang wajib dipelajari pada setiap jenjang pen- jaran matematika. Pentingnya kemampuan
didikan dasar dan menengah. pemecahan masalah juga diungkapkan oleh
National Council of Teacher of Mathe- Branca (Yumiati, 2013) bahwa kemampu-
matics atau NCTM (2000) menetapkan lima an pemecahan masalah merupakan tujuan
standar kemampuan matematis yang harus umum pembelajaran matematika, bahkan
dimiliki oleh siswa, yaitu kemampuan peme- jantungnya matematika (heart of mathema-
cahan masalah (problem solving), kemampuan tics).
pemahaman dan pembuktian (reasoning and
Klasifikasi kemampuan pemecahan ma-
proof), kemampuan komunikasi (communica-
salah matematika dapat dibedakan ke dalam
tion), kemampuan koneksi (connections) dan
4 kategori, yaitu (Upu, 2003): (1) Kategori baik
kemampuan representasi (representation).
jika siswa mampu menuliskan informasi den-
Fauziah (2010) menyatakan bahwa kemam-
gan lengkap, jelas, dan akurat, menggunakan
puan-kemampuan tersebut merupakan daya
strategi pemecahan yang tepat, menggu-
matematika (mathematical power) atau ke-
nakan prosedur atau algoritma tertentu serta
terampilan matematika (doing math). Salah
mampu menjelaskan penyelesaiannya dan
satu doing math yang erat kaitannya dengan
memeriksa setiap langkah pemecahan ma-
matematika adalah pemecahan masalah
salah dengan teliti dengan memberikan ke-
(problem solving).
Pemecahan masalah merupakan sara- simpulan yang benar; (2) Kategori cukup jika
na siswa memahami, merencanakan, meme- siswa menuliskan yang diketahui dan ditanya-
cahkan, dan meninjau kembali solusi yang kan tepat, menggunakan rumus dan prosedur
diperolehnya melalui strategi bersifat non yang kurang tepat atau kesalahan perhitun-
rutin. Corkcroft (Nasrullah dan Marsigit, 2016) gan, melakukan pemeriksaan pada setiap
menyatakan bahwa pemecahan masalah me- langkah, namun tidak mampu menjelaskan
rupakan alat yang dapat digunakan untuk tahapan tersebut secara lengkap sehingga
mengembangkan kemampuan berpikir. Pro- menghasilkan kesimpulan yang salah; (3)
ses pemecahan masalah merupakan proses Kategori kurang jika siswa mampu menulis-
kompleks yang memerlukan pikiran secara kan informasi yang diketahui dan ditanyakan
fleksibel dan dinamis. Siswa dapat menggu- pada soal namun kurang tepat, menggunakan
nakan berbagai strategi untuk menemukan strategi penyelesaian yang kurang relevan,
solusi yang sesuai dengan permasalahan yang rumus yang digunakan tidak mengarah kepa-
sedang dihadapi. da solusi, memeriksa setiap langkah namun
Polya (Nur dan Rahman, 2013) memper- keliru dalam memberikan interpretasi serta
kenalkan model, prosedur atau langkah-lang- kesimpulan salah; (4) Kategori sangat kurang
kah pemecahan masalah matematika yang jika siswa tidak mampu menuliskan informasi
terdiri atas tahapan-tahapan pemecahan ma- yang terdapat pada soal, tidak menggunakan
salah, yaitu (1) memahami masalah (under- strategi pemecahan yang tepat, penyelesaian
standing the problem); (2) membuat rencana tidak relevan dan tidak mampu memberikan
(devising a plan); (3) melaksanakan rencana penjelasan serta tidak melakukan pemerik-
pemecahan (carrying out plan); dan (4) me- saan untuk setiap tahapan pemecahan ma-
nelaah kembali (looking back). Tahapan pe- salah sehingga kesimpulan yang diperoleh
UNNES JOURNALS
Kreano 9 (2) (2018): 139-148 | 141

salah. Elena (Ulya, 2015) berpendapat bahwa gaya


Kemampuan pemecahan masalah ma- kognitif adalah jembatan kecerdasan dan ke-
tematika siswa di Indonesia masih membu- pribadian. Perbedaan gaya kognitif berkaitan
tuhkan pembenahan dan perhatian khusus. dengan cara seseorang merasakan, mengin-
Hasil analisis yang dilakukan oleh dua studi gat, memikirkan, memecahkan masalah, dan
internasional, yaitu Trends in International membuat keputusan yang mencerminkan ke-
Mathematics and Science Study (TIMSS) dan biasaan mengolah informasi.
Programing for International Student Assess- Witkin mengklasifikasikan gaya kog-
ment (PISA) membuktikan bahwa kemam- nitif yang terdiri dari field independent (FI)
puan pemecahan masalah di Indonesia masih dan field dependent (FD) (Desmita, 2014). FI
rendah. Kemendikbud (Haloho, 2016) menge- sebagai gaya kognitif siswa dengan tingkat
mukakan bahwa laporan hasil TIMMS tahun kemandirian yang tinggi dalam mencermati
2011, siswa Indonesia berada pada posisi 41 rangsangan tanpa tergantung pada guru. Sis-
dari 45 negara. Hasil riset TIMMS menunjukan wa dengan gaya kognitif FI cenderung kurang
siswa Indonesia berada pada rangking rendah begitu tertarik terhadap fenomena sosial, le-
dalam kemampuan: (1) memahami informasi bih suka dengan ide-ide dan prinsip-prinsip
yang kompleks; (2) teori, analisis dan peme- abstrak, kurang hangat dalam hubungan in-
cahan masalah; (3) pemakaian alat, prosedur terpresional, serta merasa lebih efisien saat
dan pemecahan masalah; dan (4) melakukan bekerja sendiri. Siswa dengan gaya kognitif
investigasi. Sementara itu, Hasil riset PISA FD dapat dikategorikan sebagai seseorang
pada tahun 2012 skor matematika siswa In- yang dapat berpikir secara global, berperilaku
donesia menduduki peringkat 64 dari 65 ne- sensitif secara sosial dan berorientasi inter-
gara dengan skor rata-rata 375 (OECD, 2014). personal, dan lebih senang bekerja kelompok
Soal-soal matematika dalam studi PISA lebih dalam mengerjakan tugasnya.
banyak mengukur kemampuan penalaran, Selain gaya kognitif, gender juga me-
pemecahan masalah, dan beragumentasi. Le- rupakan karakteristik yang membedakan
bih dari setengah siswa Indonesia yaitu 75,7% siswa dalam belajar dan mengolah informa-
memilki kinerja rendah dan hanya mampu si. Gender merupakan atribut yang diasosi-
menyelesaikan soal yang paling sederhana asikan dengan jenis kelamin seseorang, ter-
dimana konteksnya masih bersifat umum. masuk peran, tingkah laku, preferensi yang
Hanya 0,1% yang mampu mengembangkan menerangkan kelaki-lakian atau kewanitaan
dan mengerjakan permodelan matematika dalam konteks budaya tertentu (Hoang,
yang menuntut keterampilan berpikir dan pe- 2008). Gender merupakan aspek psikososial
mecahan masalah. yang menentukan cara seseorang bertindak
Hasil TIMSS dan PISA dapat dijadikan dan berperilaku agar dapat diterima di ling-
refleksi atas praktek pembelajaran matema- kungan sosialnya. Perbedaan gender dapat
tika yang telah berlangsung di dalam kelas. menjadi faktor pembeda seseorang berpi-
Bentuk upaya memperbaiki kualitas pendi- kir dan menentukan pemecahan masalah
dikan dan kemampuan pemecahan masalah yang diambil. Ketika dihadapkan pada soal
matematika siswa adalah dengan memper- yang berbasis pemecahan masalah, siswa
timbangkan lebih lanjut mengenai perkem- laki-laki dan perempuan memiliki kecende-
bangan keterampilan kognitif dan karakter rungan pemecahan masalah yang berbeda.
kognitif siswa dalam proses pembelajaran ma- Niederle & Vesterlund (Wulandari, 2016) me-
tematika (Desmita, 2014). Faktor yang berpe- nyebutkan siswa perempuan memiliki gaya
ran penting dalam perkembangan keteram- belajar yang lebih bebas dibandingkan siswa
pilan dan karakteristik kognitif siswa adalah laki-laki. Perbedaan tersebut mendasari pola
gaya kognitif. Gaya kognitif dikonsepsikan se- belajar perempuan yang lebih variatif sehing-
bagai sikap, pilihan atau strategi yang secara ga memungkinkan adanya kolaborasi dan
stabil menentukan cara-cara seseorang yang interaksi di dalam kelas. Siswa laki-laki lebih
khas dalam menerima, mengingat, berpikir, cenderung menyukai proses pembelajaran in-
dan memecahkan masalah. Stenberg dan dividual dan menyenangi kompetisi. Sejalan
UNNES JOURNALS
142 Andi Saparuddin Nur, Markus Palobo, Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa...
 
dengan hal tersebut, menurut Colomeischia dan 9 siswa memiliki gaya kognitif FI. Seba-
(2014) terdapat perbedaan sikap siswa laki- nyak 14 siswa FD dan 4 siswa FI adalah laki-
laki dan perempuan terhadap pembelajaran laki. Setelah proses penjaringan subjek, ter-
matematika. Siswa perempuan lebih mampu
pilih masing-masing 1 orang siswa mewakili
menangani pemecahan masalah yang bersifat
holistik sedangkan siswa laki-laki lebih kuat setiap kategori untuk dilakukan pendalaman
dalam menganalisis permasalahan spesifik. profil pemecahan masalah matematika pada
Lebih lanjut, Benolken (2014) menyebutkan pokok bahasan trigonometri. Masalah yang
bahwa siswa laki-laki yang tidak berbakat me- diberikan merupakan soal bersifat non rutin
nunjukkan fungsional matematika lebih baik
sehingga aspek pemecahan masalah dapat
dibandingkan siswa perempuan. Hal tersebut
bermakna bahwa siswa laki-laki yang memiliki dieksplorasi secara mendalam. Soal yang di-
keterbatasan berpikir matematis lebih mam- berikan pada proses pendalaman pemecahan
pu menggunakan berbagai atribut matemati- masalah, yaitu; dua orang guru dengan tinggi
ka dalam pemecahan masalah dibandingkan badan yang sama 170 cm sedang berdiri me-
siswa perempuan.
mandang puncak tiang bendera. Guru perta-
ma berdiri tepat 10 m di depan guru kedua.
METODE Jika sudut elevasi guru pertama dan guru
Penelitian ini merupakan penelitian deskrip- kedua maka tentukan tinggi tiang bendera
tif yang bersifat kualitatif dan dilaksanakan
tersebut!
di SMA Negeri 3 Merauke kelas XI MIPA den-
gan subjek kelas XI MIPA 3 yang terdiri dari
33 siswa. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Profil Kemampuan Pemecahan Ma-
Januari-Maret 2018. Penetapan subjek dalam
penelitian ini berdasarkan hasil tes GEFT dan salah Subjek FD Laki-Laki
teknik pengambilan subjek menggunakan Pada tahap memahami masalah, subjek FD
purposive sampling. Data dalam penelitian ini laki-laki mampu untuk menentukan informasi
adalah (1) data gaya kognitif; (2) data gender; yang diketahui dan ditanyakan dari perma-
(3) data kemampuan pemecahan masalah
salahan yang diberikan. Subjek menuliskan
matematika siswa untuk gaya kognitif FI laki-
laki, FI perempuan, FD laki-laki, dan FD pe- informasi yang diketahui dan ditanyakan
rempuan. Sumber data adalah skor hasil tes menggunakan kalimat verbal, namun tidak
gaya kognitif GEFT, dokumentasi, dan hasil jauh berbeda dengan kalimat pada soal. Hal
kemampuan pemecahan masalah. Instrumen tersebut menunjukan bahwa subjek FD laki-
utama dalam penelitian ini adalah peneliti
laki cenderung menerima informasi secara
sendiri dengan instrumen pendukung yaitu;
tes GEFT, tes kemampuan pemecahan masa- menyeluruh (global). Kondisi tersebut diper-
lah, pedoman wawancara, dan dokumentasi. kuat dengan hasil penelitian Amstrong, Cools,
Teknik pengumpulan data yang dilakukan da- & Eugine, (Vendiangrys, Iwan, & Masrukan,
lam penelitian ini adalah tes tertulis dan wa- 2015) bahwa individu FD mengadopsi orien-
wancara. Teknik analisis data dalam penelitian tasi global dalam memahami dan memproses
ini menggunakan model Miles and Huberman
(Sugiyono, 2015) yaitu melalui tahap reduksi informasi. Kemampuan subjek dalam mema-
data, penyajian data, dan penarikan kesimpu- hami masalah berkategori baik. Hal tersebut
lan. dikarenakan subjek mampu menuliskan se-
mua informasi yang diketahui dan ditanyakan
bersamaan dengan visualisasi dari permasala-
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis tes GEFT menunjukan bahwa han dengan lengkap dan benar.
sebanyak 24 siswa memiliki gaya kognitif FD
UNNES JOURNALS
Kreano 9 (2) (2018): 139-148 | 143

benar. Perencanaan yang dibuat subjek benar,


namun dalam penerapannya subjek menga-
lami kesalahan dalam menentukan sisi-sisi
yang digunakan dalam perbandingan fungsi
tangen. Kondisi tersebut sejalan dengan hasil
penelitian Vendiangrys, Iwan, dan Masrukan
(2015) yang menyatakan bahwa subjek FD
menggunakan langkah-langkah pemecahan
masalah yang telah direncanakan tetapi se-
Gambar 1. Proses memahami masalah subjek FD ring tidak memperoleh jawaban yang benar.
laki-laki Selain itu, Arifin, Rahman, dan Asdar (2015)
menyatakan pendapat yang serupa bahwa
Pada tahap merencanakan penyelesai- subjek FD kurang dapat menganalisis suatu
an, subjek FD laki-laki mampu merencanakan permasalahan berdasarkan informasi yang te-
penyelesaian dengan benar. Subjek mampu lah didapatkan. Subjek FD cenderung berpikir
menemukan hubungan antara variabel dan secara implusif, dimana subjek menginginkan
membuat kesimpulan yang valid dari informa- secepat mungkin memperoleh solusi dari per-
si yang diberikan. Subjek FD laki-laki mampu masalahan namun kurang teliti dalam mene-
menemukan langkah-langkah yang akan di- rapkan strategi penyelesaian sehingga solusi
gunakan untuk memecahkan masalah. Kon- yang diperoleh salah.
disi tersebut diperkuat oleh hasil penelitian
Vendiangrys, Iwan, dan Masrukan (2015) bah-
wa subjek FD mampu menemukan langkah-
langkah yang sesuai yang digunakan untuk
menjawab masalah yang dihadapi.

P : Oke, lalu bagaimana caranya mencari


tinggi tiang benderanya?
J : (berpikir sejenak) kan yang ditanya t-nya,
nah t-nya itu ada di depan sudut elevasi
jadi saya pakek perbandingan sudut tan
buat nyelesaikan masalah ini (menunjuk
gambar)
P : Nah menurut kamu, apa hubungannya per-
bandingan sudut tan dengan penyelesaian
masalah ini?
J : t itu kan ada di depan sudut elevasi, dan
Gambar 2. Pemecahan masalah subjek FD laki-laki
ada salah satu sisi datarnya ada yang dik-
etahui. Makanya saya pakek tan, karena
tan itu kan depan per samping sudut. Pada tahap menelaah kembali hasil
penyelesaian, subjek FD laki-laki menelaah
kembali jawaban yang diperoleh pada setiap
Pada tahap melaksanakan rencana pe- langkah proses pemecahan masalah yang di-
nyelesaian, subjek FD laki-laki kurang mampu lakukan dengan cara meneliti atau mengecek
dalam menerapkan langkah-langkah pemeca- ulang jawaban. Subjek menuliskan kesimpu-
han masalah yang telah direncanakan. Subjek lan akhir yang diperoleh dari proses peme-
tidak memperoleh jawaban yang benar mes- cahan masalah, tetapi kesimpulan tersebut
kipun strategi penyelesaian yang digunakan salah disebabkan subjek telah melakukan ke-
UNNES JOURNALS
144 Andi Saparuddin Nur, Markus Palobo, Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa...
 
salahan pada proses sebelumnya. Walaupun P: Selanjutnya apa yang kamu pikirkan?
demikian, subjek FD laki-laki merasa yakin
J: (terdiam kemudian menulis) saya memikirkan
dengan langkah-langkah penyelesaian yang
bagaimana cara mendapatkan jawabannya?
digunakan dan hasil yang diperoleh. Kondi-
si tersebut diperkuat dengan hasil penelitian P: apa yang kamu tulis?
Arifin, Rahman & Asdar (2015) bahwa subjek J: saya menuliskan rumus yang pernah dipela-
FD merasa yakin dengan jawaban yang dipe- jari, pele saya lupa lagi.
roleh namun tidak dapat membuktikannya
menggunakan cara lain. Berdasarkan hasil P: apa yang kamu lupa?
analisis tes dan wawancara kemampuan sub- J: lupa rumusnya pak guru...
jek FD laki-laki dalam memecahkan masalah
trigonometri berada pada ketegori cukup.
Subjek FD perempuan sangat terbatas
Profil Kemampuan Pemecahan Ma- dalam mengembangkan strategi pemecahan
salah Subjek FD Perempuan masalah disebabkan keterampilan matematis
Subjek FD perempuan menuliskan informasi yang dimilikinya sangat dipengaruhi oleh kon-
yang diketahui dan ditanyakan dengan hanya sep yang pernah diajarkan oleh guru. Kondisi
menuliskan ulang pernyataan soal. Subjek ti- tersebut sejalan dengan pendapat Desmita
dak mampu memvisualisasikan masalah da- (2014) yang menyebutkan individu FD lebih
lam bentuk gambar atau grafik. Hal tersebut kuat kebergantungannya terhadap konsep
menunjukan bahwa subjek FD perempuan be- yang diajarkan oleh guru. Hasil pemecahan
lum memahami dengan baik konteks masalah masalah subjek FD perempuan dan laki-laki
yang diberikan. memiliki benang merah yang sama, yaitu:
subjek FD cenderung berpikir secara implusif,
dimana subjek menginginkan secepat mung-
P : Apa yang kamu tuliskan? kin solusi dan kurang teliti dalam menerapkan
J : (Berpikir sambil memegang kepala) saya strategi penyelesaian. Subjek FD perempuan
e... menuliskan yang diketahui dan ditan- tidak yakin dengan setiap tahapan yang dila-
yakan pada soal pak? kukannya dan berpikir bahwa masalah terse-
but tidak mampu diselesaikan. Hal tersebut
P : Kamu dapat membuat gambaran dari per- berbeda dengan subjek FD laki-laki yang me-
nyataan yang kamu tulis? rasa yakin terhadap setiap tahapan pemeca-
J : (menggelengkan kepala) saya bingung pak han masalahnya, subjek FD perempuan tidak
e... tidak tau gambarannya. memiliki keyakinan seperti subjek FD laki-
laki disebabkan prosedur sebelumnya yang
Pemahaman subjek yang sangat kurang dilakukan tidak relevan, selain itu subjek FD
terhadap masalah didukung oleh pendapat perempuan juga tidak mampu memberikan
Benolken (2014) yang menyebutkan bahwa prosedur alternatif untuk memperoleh solusi.
siswa perempuan yang secara akademik tidak Berdasarkan hasil analisis tes dan wawanca-
berbakat dalam matematika fungsional ma- ra kemampuan subjek FD perempuan dalam
tematikanya lebih rendah dibandingkan siswa memecahkan masalah trigonometri berada
laki-laki. Subjek FD perempuan tidak mampu pada ketegori kurang.
mengembangkan keterampilan berpikir me-
lalui strategi pemecahan masalah yang me-
madai. Subjek secara intuitif memikirkan cara Profil Kemampuan Pemecahan Ma-
memecahkan permasalahan dengan cepat. salah Subjek FI Laki-Laki
Prosedur pemecahan masalah tidak relevan Pada tahap memahami masalah, subjek FI la-
dengan konteks permasalahan yang terdapat ki-laki menentukan informasi yang diketahui
pada soal. dan ditanyakan dari soal dengan membuat
visualisasi berupa gambar. Subjek mengkait-
kan konsep sudut elevasi dengan konsep per-
UNNES JOURNALS
Kreano 9 (2) (2018): 139-148 | 145

bandingan. Subjek mampu menghubungkan Pengorganisasian sub komponen pada unsur


keterkaitan antar konsep dan memanfaatkan- yang diketahui pada soal diperhatikan dengan
nya dalam pemecahan masalah. sangat baik oleh subjek. Melalui dua gambar
yang dibuat diperoleh dua persamaan yang
membuat subjek FI laki-laki yakin bahwa pe-
mecahan masalah dapat diperoleh dengan
cara substitusi. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Arifin, Rahman, dan Asdar (2015)
yang menyatakan bahwa individu FI memiliki
keyakinan atas solusi yang diperolehnya.
Pada tahapan mengecek kembali
solusi, subjek FI laki-laki melakukannya den-
gan mengecek kembali proses yang telah
dilakukan. Setelah subjek yakin dengan se-
tiap langkah, subjek FI laki-laki selanjutnya
memberikan kesimpulan. Akan tetapi, untuk
menguji kebenaran dari kesimpulan tersebut
Gambar 3. Subjek FI laki-laki menggunakan konsep subjek tidak mampu memberikan prosedur al-
perbandingan ternatif. Subjek FI laki-laki hanya memikirkan
prosedur yang telah dilaluinya dan meyakini
P : Coba jelaskan maksud dari gambar kamu solusi yang diperoleh telah benar. Berdasar-
ini? kan hasil analisis tes dan wawancara dapat di-
simpulkan kemampuan pemecahan masalah
J : ada dua guru, guru pertama sudut el-
trigonometri subjek FI laki-laki berada pada
evasinya dan guru kedua . Kemudian jarak
kategori baik.
kedua guru tersebut 10 m, lalu ini tinggi
tiang bendera
P : perbandingan sudut apa yang kamu gu- Profil Kemampuan Pemecahan Ma-
nakan? salah Subjek FI Perempuan
J : perbandingan tangen karena kedua sisi Pada tahap memahami masalah, subjek FI
yang diketahui sisi datar dan tegaknya perempuan mampu menentukan informasi
pak. yang diketahui dan ditanyakan dalam perma-
salahan yang diberikan. Subjek lebih memi-
P : setelah kamu dapat persamaan 1 dan pers- lih untuk memvisualisasikan informasi yang
amaan 2, langkah selanjutnya bagaiman? diketahui kedalam sebuah gambar. Subjek
J : Substitusi persamaan 1 dan 2 pak. cenderung analitis dalam mengolah informasi
yang diketahui dari soal, sehingga menemu-
Pada tahap merencanakan penyele- kan bagian penting yang dapat digunakan un-
saian, subjek FI laki-laki menggunakan dua tuk menyelesaikan masalah. Kondisi tersebut
gambar untuk memvisualisasikan masalah. diperkuat dengan hasil penelitian Amstrong,
Melalui dua gambar tersebut subjek berusaha Cole, dan Eugene (Vendiangrys, Iwan, & Mas-
mendapatkan persamaan melalui perbandin- rukan, 2015) bahwa individu FI cenderung
gan tangen. Setelah memperoleh persamaan mengadopsi orientasi analitis untuk memaha-
selanjutnya, subjek menyelesaikan masalah mi dan mengelola informasi. Subjek menulis-
dengan cara substitusi. Tahapan penyelesai- kan informasi yang diketahui dan ditanyakan
an subjek FI laki-laki sejalan dengan penda- cenderung mengunakan notasi matematika
pat Colomeischia (2014) yang menyebutkan dalam bahasanya sendiri. Morgan (Kheir-
laki-laki memiliki kemampuan analisis ter- zaden & Kassian, 2011) menyatakan bahwa
hadap permasalahan spesifik. Subjek FI laki- bahwa ketika bidangnya tidak terorganisir
laki membuat dua gambar agar pemecahan dengan jelas, individu FI relatif cenderung
masalah dapat ditelusuri secara lebih detail. menerapkan strukturnya sendiri, sedangkan
UNNES JOURNALS
146 Andi Saparuddin Nur, Markus Palobo, Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa...
 
individu FD menerima seperti apa adanya. teliti dalam menerapkan strategi penyelesai-
an sehingga setiap solusi yang diperoleh be-
nar dan memastikan tidak ada kesalahan yang
dilakukan.

Gambar 4. Proses memahami masalah subjek FI


perempuan

Pada tahap merencanakan penyele-


saian, subjek dapat menentukan rencana pe-
nyelesaian yang sesuai untuk memecahkan
masalah. Subjek cenderung analitis dalam
menentukan bagian-bagian yang lebih seder-
hana dari konteks aslinya, dan menentukan
hubungan antar variabel serta membuat ke- Gambar 5. Subjek FI perempuan memecahkan
simpulan yang valid dari informasi yang di- masalah
berikan. Subjek menyederhanakan gambar
kompleks menjadi gambar yang lebih seder-
Pada tahap menelaah kembali hasil pe-
hana. Subjek menuliskan perbandingan sisi
nyelesaian, subjek memeriksa kembali jawa-
segitiga siku-siku pada gambar sederhana
ban yang diperoleh pada setiap langkah pro-
yang dibuat agar memudahkannya dalam me-
ses pemecahan masalah dengan cara meneliti
nentukan nilai perbandingan sudut tangen.
atau mengecek ulang jawabannya dan mem-
Subjek menyusun rencana tersebut terlepas
peroleh jawaban yang benar. Subjek mampu
dari latar belakang gambar kompleks yang di-
menuliskan kesimpulan akhir dari masalah
buat sebelumnya. Kondisi tersebut diperkuat
yang diberikan dan merasa yakin dengan ja-
dengan hasil penelitian Istiqomah dan Rahaju
waban yang diperolehnya. Arifin, Rahman,
(2014) yang menyatakan bahwa individu den-
dan Asdar (2015: 38) menyatakan bahwa indi-
gan gaya kognitif FI cenderung menyatakan
vidu FI mampu mengecek jawabannya sendiri
suatu gambaran terlepas dari latar belakang
dengan penuh keyakinan. Selain itu, subjek FI
gambaran tersebut dan mampu membeda-
mampu menemukan alternatif penyelesaian
kan objek-objek dari konteks sekitarnya.
lain dalam memecahkan masalah. Hal terse-
Pada tahap menerapkan rencana pe-
but ditunjukkan subjek dengan menggunakan
nyelesaian, subjek mampu mengunakan
cara berbeda untuk menyelesakan masalah
langkah pemecahan masalah yang telah di-
pada saat triangulasi namun memperoleh
rencanakan dengan benar dan memperoleh
hasil yang sama. Pada wawancara pertama
ketepatan jawaban yang benar. Fakta ter-
subjek menggunakan perbandingan trigono-
sebut didukung oleh Hassan (Vendiangrys,
metri dan pada wawancara kedua menggu-
Iwan, & Masrukan, 2015) bahwa cara berpikir
nakan konsep kesebangunan. Fakta tersebut
individu FI menunjang penampilan yang lebih
menunjukan bahwa subjek FI perempuan
tinggi dalam memecahkan masalah matema-
kreatif dalam memecahkan masalah. Kondi-
tika. Subjek menerapkan langkah-langkah
si tersebut diperkuat dengan hasil penelitian
penyelesaian secara terurut, jelas, dan akurat.
Vendiangrys, Iwan, & Masrukan (2015) bah-
Subjek cenderung berpikir secara reflektif dan
wa subjek FI dalam menyelesaikan masalah
UNNES JOURNALS
Kreano 9 (2) (2018): 139-148 | 147

memperluas hasil pemecahan masalah. Hal wa FI perempuan berada pada kategori baik.
tersebut juga didukung oleh Colomeischia Berdasarkan kesimpulan hasil pene-
(2014) yang menyebutkan bahwa siswa pe- litian, maka dapat dituliskan saran sebagai
rempuan lebih mampu memikirkan solusi berikut: (a) Guru merancang pembelajaran
secara holistik dan divergen. Kemampuan pe- secara variatif dengan memperhatikan karak-
mecahan masalah trigonometri subjek FI pe- teristik gaya kognitif dan gender agar siswa
rempuan berada dalam kategori baik. mampu meningkatkan kemampuan peme-
cahan masalah, matematika; (b) Guru dapat
mengembangkan strategi pembelajaran yang
SIMPULAN
menjangkau kemampuan pemecahan masa-
Profil kemampuan pemecahan masalah ma-
lah siswa dengan gaya kognitif dan gender
tematika ditinjau dari perbedaan gaya kogni-
yang berbeda dalam satu komunitas belajar;
tif dan gender dapat dideskripsikan sebagai
(c) Siswa dapat mengenali gaya kognitif yang
berikut: (a) Kemampuan pemecahan masalah
dimilikinya dan menggunakan sarana belajar
subjek FD laki-laki pada tahap memahami dan
yang tepat untuk memecahkan masalah ma-
perencanaan penyelesaian masalah tergolong
tematika.
baik. Namun, pada tahap pemecahan masa-
lah dan pengecekan solusi subjek FD laki-laki
DAFTAR PUSTAKA
cenderung berpikir impulsif sehingga men- Arifin, S., Rahman, A., & Asdar. (2015). Profil Pemeca-
galami kesalahan prosedur. Secara umum, han Masalah Matematika Siswa Ditinjau Dari
kemampuan pemecahan masalah subjek FD Gaya Kognitif dan Efikasi Diri Pada Siswa Kelas
laki-laki berada pada kategori cukup; (b) Pada VII Unggulan SMPN 1 Watampone. Jurnal Daya
Matematis, 3(1), 20-29.
tahap memahami masalah subjek FD perem-
Benolken, R. (2014). Gender and Giftednes Spesifik Dif-
puan mengalami kesulitan dalam memvisu- ferences in Mathematical Self-Concepts, Attri-
alisasikan masalah. Keterampilan matematis butions and Interests. Procedia Social and Behav-
yang dimiliki subjek FD perempuan kurang ioral Science, 174, 464-473.
menunjang dalam mendeskripsikan rencana BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat
Stuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan
pemecahan masalah. Pada tahap penyele- Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional
saian masalah, subjek FD perempuan lebih Pendidikan.
banyak berpikir spekulatif tanpa didasari kon- Colomeischia. (2014). The Student Emotional Life and
sep yang tepat. Secara umum, kemampuan Their Attitude Toward Mathematics Learning.
Procedia Social and Behavioral Science, 180, 744-
pemecahan masalah subjek FD perempuan
750.
berada pada kategori kurang; (c) Subjek FI Desmita. (2014). Psikologi Perkembangan Peserta Didik.
laki-laki memahami dan merencanakan pe- Bandung: Rosda.
mecahan masalah dengan baik. Tahapan pe- Dewanti, S. S. (2011). Menembangkan Kemampuan Ber-
mecahan masalah diuraikan secara sistematis pikir Kritis Mahasiswa Pendidikan Matematika
Sebagai Calon Pendidik Karakter bangsa Melalui
dan terurut disertai ketelitian perhitungan. Pemecahan Masalah. Prosiding seminar Nasional
Prosedur pemecahan masalah diselesaikan Matematika (pp. 29-37). Surakarta: Universitas
dengan tepat, namun belum mampu diseles- Negeri Surakarta.
aikan menggunakan prosedur alternatif. Se- Fauziah, A. (2010). Peningkatan Kemampuan Pemaha-
man dan Pemeacahan Masalah Matematika
cara umum, kemampuan pemecahan masa-
Siswa SMP Melalui Strategi REACT. Forum Pen-
lah subjek FI laki-laki berada pada kategori didikan, 30(1), 1-13.
baik; dan (d) Kemampuan memahami masa- Haloho, S. H. (2016). Analisis Kemampuan Pemecahan
lah subjek FI perempuan dinyatakan dalam Masalah Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa Pada
notasi matematis dengan simbol gaya bahasa Model Pembelajaran Missouri Mathematics Proj-
ect  (Doctoral dissertation, Universitas Negeri
sendiri. Perencanaan pemecahan masalah di- semarang).
lakukan dengan menguraikan bentuk komp- Hoang, T. N. (2008). The Effects of Grade Level, Gender,
leks ke dalam bentuk yang lebih sederhana. and Ethnicity on Attitude and Learning Environ-
Pemecahan masalah dilakukan secara teliti ment In Mathematics in High School. Interna-
tional Electronic Journal of Mathematics Educa-
dan menggunakan prosedur alternatif. Secara
tion, 3(1), 47-59.
umum, kemampuan pemecahan masalah sis- Istiqomah, N. & E.B. Rahaju. (2014). Proses Berpikir

UNNES JOURNALS
148 Andi Saparuddin Nur, Markus Palobo, Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa...
 
Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dalam and Can Do – Student Performance in Mathemat-
Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Ber- ics, Reading and Science Volume I. PISA: OECD
dasarkan Gaya Kognitif pada Materi Bangun Publishing.
Ruang Sisi Lengkung. Jurnal Ilmiah Pendidikan Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualita-
Matematika, 3(2), 144-149. tif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Kheirzaden, S. & Kassaian, Z. 2011. Field-dependence/ Ulya, H. (2015). Hubungan Gaya Kognitif dengan Ke-
independence as a Factor Affecting Performance mampuan Pemecahan Masalah Matematika
on Listening Comprehension Sub-skills: the Case Siswa. Jurnal Konseling Gusjigang, 1(2).
of Iranian EFL Learners. Journal of Language Upu, H. (2003). Problem Possing dan Problem Solving
Theaching and Research, 2(1), 188-195. dalam Pembelajaran Matematika. Bandung:
Nasrullah, A., & Marsigit. (2016). Keefektifan Problem Pustaka Ramadhan.
Posing dan Problem Solving Ditinjau dariK- Vendiagrys, L., Junaedi, I., & Masrukan. (2015). Analisis
etercapaian Kompetensi, Metode, dan Sikap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Matematis. Phytagoras: Jurnal Pendidikan Soal Setipe TIMSS Berdasarkan Gaya Kognitf
Matematika, 11(2), 123-135. Siswa Pembelajaran Model Problem Based
National Council of Teacher Mathematics (NCTM). Learning. Unnes Journal of Mathematics Educa-
(2000). Principle and Standards for School Math- tion Research, 4(1), 34-41.
ematics. Reston: NCTM. Wulandari. (2016). Eksperimentasi Model Pembela-
Ngilawajan, D. A. (2013). Proses Berpikir Siswa SMA jaran Survey, Question, Read, Recite, Review
dalam Memecahkan Masalah Matematika Ma- (SQ3R) dan SQ4R ditinjau dari Jenis Kelamin dan
teri Turunan Ditinjau dari Gaya Kognitif Field Gaya Kognitif. Jurnal Elektronik Pembelajaran
Dependent dan Field Independent. Pendagogia, Matematika, 4(1), 34-47
2(1), 71-83. Yumiati. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Berba-
Nur, A.S. Rahman, A. (2013). Pemecahan Masalah sis Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan
Matematika sebagai Sarana Mengembangkan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP N 9
Penalaran Formal Siswa Sekolah Menengah Per- Pamulung. Prosiding Seminar Nasional Matema-
tama. Jurnal Sainsmat, 1(2), 84-92. tika dan Pendidikan Matematika, (pp. 189- 195).
OECD. (2014). PISA 2012 Results: What Students Know Bandung.

UNNES JOURNALS

Anda mungkin juga menyukai