Al-Islam 4 - Pertemuan 6 - 190401209
Al-Islam 4 - Pertemuan 6 - 190401209
PERTEMUAN 6
Ilmu bebas nilai dalam bahasa Inggris sering disebut dengan value free, yang
menyatakan bahwa ilmu dan teknologi adalah bersifat otonom. Ilmu secara otonom
tidak memiliki keterkaitan sama sekali dengan nilai. Bebas nilai berarti semua kegiatan
terkait dengan penyelidikan ilmiah harus disandarkan pada hakikat ilmu itu sendiri.
Ilmu menolak campur tangan faktro eksternal yang tidak secara hakiki menentukan
ilmu itu sendiri. Josep Situmorang menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada 3 faktor
sebagai indikator bahwa ilmu itu bebas nilai, yaitu:
a) Ilmu harus bebas dari pengendalian-pengendalian nilai. Maksudnya adalah bahwa
ilmu harus bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor ideologis, religious,
cultural, dan social.
b) Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonom ilmu terjamin. Kebebasan
disisni menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri.
c) Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding
menghambat kemajuan ilmu, karena nilai etis sendiri itu bersifat universal.
C. Perlunya Akhlak Islami Dalam Penerapan IPTEKS
Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethikos, ethos (adat,
kebiasaan, praktek). Sebagaimana digunakan Aristoteles istilah ini mencakup ide
“karakter” dan “disposisi” (kecondongan). Kata moralis diperkenalkan ke dalam kosa
kata filsafat oleh Cirero. Baginya kata ini ekuivalen dengan kata ethikos yang diangkat
oleh Aristoteles. Kedua istilah itu menyiratkan hubungan dengan kegiatan praktis.
Sedangakan menurut Islam sendiri Etika adalah “Akhlak”. Akhlak atau etika Islam
lebih bersifat berkisar sekitar Tuhan. Karena dalam Islam, etika lebih dikaitkan dengan
pahala dan dosa. Etika Islam merupakan bentuk frasa dan pemikiran yang muncul
dalam diri kaum muslim itu sendiri. Munculnya etika Islam didasarkan pada Al-
Qur’an dan As-Shunnah. Etika Islam dalam penerapan Bidang Ilmu kini mendapat
implikasi negative, dikarenakan perbedaan agama, budaya dan gaya hidup dari negara-
negara Barat yang menjadi produsen ilmu tersebut. Sebab paradigma dan pelaksanaan
komunikasi Barat yang lebih mengoptimalkan nilai-nilai pragmatis, materialistis serta
penggunaan media secara kapitalis.
Peran Pendidikan Agama Islam dalam Perkembangan Sains dan Teknologi. Peran
Pendidikan Islam dalam perkembangan teknologi, diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Aqidah Islam Sebagai Dasar Sains dan Teknologi
Inilah peran pertama pendidikan islam yang dimainkan dalam iptek, yaitu
menjadikan aqidah Islam sebagai basis segala konsep dan aplikasi iptek. Inilah
paradigma Islam sebagaimana yang telah dibawa oleh Rasulullah SAW.
b) Syariah Islam sebagai Standar Pemanfaatan Sains dan Teknologi
Peran kedua Islam dalam perkembangan sains dan teknologi, adalah bahwa
Syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan sains dan teknologi. Ketentuan
halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam
pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh
dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan sains
dan teknologi yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan
syariah Islam. Jika dua peran ini dapat dimainkan oleh umat Islam dengan baik,
insyaAlloh akan ada berbagai berkah dari Allah kepada umat Islam dan juga
seluruh umat manusia.
Menurut Prof. A. Qodry Azizy (2004: 81), tiga komponen yang dimiliki pendidikan
Islam sebagai kunci dalam mengendalikan dan mengembalikan sains dan teknologi ke
posisi semula, yaitu:
a) Amar ma’ruf
b) Nahi Munkar
c) Iman kepada Allah
2. Jelaskan definisi etika menurut bahasa dan istilah. Jelaskan pula makna kata estetika
menurut bahasa dan istilah. Makna estetika memiliki keterkaitan dengan etika.
Jawaban :
Definisi Etika
Secara Etimologis kata Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu "Ethos dan Ethikos", Ethos
yang berarti sifat, watak, adat, kebiasaan. Ethikos berarti susila, keadaban atau kelakuan
dan perbuatan yang baik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Etika adalah ilmu yang
mempelajari baik dan buruk, hak dan kewajiban moral.
Definisi Estetika
Secara etimologis, istilah “estetika” berasal dari bahasa Latin “aestheticus” atau Bahasa
Yunani “aestheticos” yang artinya merasa atau hal-hal yang dapat diserap oleh panca
indera manusia. Estetika adalah hal yang mempelajari kualitas keindahan dari obyek,
maupun daya impuls dan pengalaman estetik pencipta dan pengamatannya.
Makna nya yaitu kedua pengertian diatas sama sama membahas tentang nilai atau pun
sudut pandang yang akan menjadi bahan pertimbangan tentang sesuatu yang akan dinilai.