Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sindroma metabolik adalah sekumpulan gejala akibat resistensi insulin

disertai abnormalitas fungsi dan deposisi lemak. Sindroma metabolik menjadi faktor

risiko penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, perlemakan hati dan keganasan.

Manifestasi klinis dari sindroma ini meliputi hipertensi, hiperglikemi,

hipertrigliserida, penurunan kolesterol HDL dan obesitas sentral (Olufadi & Byrne,

2008).

Saat ini diperkirakan 20-25% populasi dewasa di dunia menderita sindroma

metabolik dan kelompok ini berisiko mengalami serangan jantung 3 kali lipat

dibandingkan kelompok populasi tanpa sindroma metabolik (Alberti et al., 2006;

Nestel et al., 2007; Grundy, 2008). Penyebab pasti sindroma metabolik masih

merupakan tantangan bagi para ahli, namun resistensi insulin dan obesitas sentral

diduga merupakan faktor yang paling berpengaruh (Alberti et al., 2006).

Non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD) adalah penimbunan lemak di hati

yang tidak disebabkan oleh alkohol. Spektrum penyakit ini bervariasi mulai dari

steatosis hati sederhana, steatohepatitis, dan dapat berkembang menjadi sirosis

hepatis (Dabhi et al., 2008; Vanni et al., 2010). NAFLD ditandai dengan akumulasi

trigliserida berlebihan di hati. Keadaan ini mencerminkan adanya nekroinflamasi

yang dapat berkembang menjadi fibrosis hati, sirosis dan karsinoma hepatoseluler.
2

Patogenesis NAFLD kompleks, tetapi peningkatan adiposit viseral dan resistensi

insulin disertai peningkatan asam lemak bebas berperan utama untuk terjadinya

steatosis hati. Resistensi insulin pada sindroma metabolik menyebabkan terjadinya

NAFLD melalui akumulasi lemak di hati yang berasal dari pelepasan asam lemak

bebas akibat lipolisis jaringan lemak (Krawczyk, et al., 2010).

Prevalensi NAFLD pada populasi umum berkisar antara 10% sampai 39%,

50% pada pasien DM, dan 57% sampai 74% pada pasien obesitas. Prevalensinya

pada obesitas dewasa berkisar antara 22,5% sampai 52,8%. NAFLD berhubungan

dengan obesitas (60-95%), diabetes mellitus tipe 2 (28-55%) dan dislipidemia (27-

92%) (Bugianesi, et al., 2005).

Hubungan yang kuat antara resistensi insulin dengan terjadinya NAFLD

menyebabkan pemakaian obat obatan yang dapat meningkatkan sensitivitas insulin

seperti thiazolidindion (TZDs) dan metformin bermanfaat dalam pencegahan dan

perbaikan NAFLD (Rector et al., 2007).

Metformin merupakan obat anti diabetes yang memperbaiki resistensi insulin

sekaligus sindroma metabolik melalui penurunan hiperinsulinemia, memperbaiki

profil lipid dan mencegah kenaikan berat badan. Tidak seperti sulfonilurea,

metformin tidak meningkatkan sekresi insulin ataupun menyebabkan hipoglikemi

yang serius (Hawlett & Bailey, 1999). Pemberian metformin pada penderita obese

dengan NAFLD menunjukkan hasil perbaikan yang bermakna terhadap derajat

steatosis dan parameter klinik yang lain seperti resistensi insulin, berat badan dan

kandungan lemak viseral (Tock, et al., 2010).


3

Angiotensin II receptor blockers (ARB) adalah suatu obat anti hipertensi yang

bekerja melalui inhibisi reseptor angiotensin 1 (AT1) (Meredith, 2005). Penelitian

eksperimental yang menggunakan hewan coba (tikus), menunjukkan bahwa ARB

secara moderate dan signifikan mempengaruhi metabolisme lipid, dengan cara

menurunkan kelebihan produksi dan akumulasi trigliserida di liver (Ran, et al., 2004).

Valsartan merupakan antihipertensi golongan angiotensin II receptor

blockers (ARB) yang mepunyai peran memperbaiki fungsi sel–β dan sensitivitas

insulin pada pasien dengan gangguan metabolisme glukosa ( Van der Zijl, et al.,

2011).

Pengaruh penggunaan metformin dan valsartan terhadap profil lipid pasien

sindroma metabolik dengan NAFLD belum banyak dilakukan.

B. Pertanyaan Penelitian

Apakah terdapat pengaruh pemberian metformin dan valsartan terhadap profil

lipid pasien sindroma metabolik dengan NAFLD?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian metformin dan

valsartan terhadap kadar profil lipid pasien sindroma metabolik dengan NAFLD

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pasien, peneliti

maupun institusi, berupa:


4

1. Manfaat bagi pasien, dapat sebagai dasar pengelolaan sindroma metabolik dan

NAFLD yang lebih baik.

2. Manfaat bagi peneliti, dapat mengetahui pengaruh pemberian metformin dan

valsartan terhadap profil lipid pasien sindroma metabolik dengan NAFLD.

3. Manfaat bagi institusi, dapat menjadi sumber data dan bukti klinis mengenai

pengaruh pemberian metformin dan valsartan terhadap profil lipid pasien

sindroma metabolik dengan NAFLD. Penelitian ini dapat dijadikan acuan

penyusunan prosedur tetap penanganan pasien sindroma metabolik dengan

NAFLD.

4. Manfaat bagi ilmu pengetahuan, dapat menambah bukti klinis baru

mengetahui pengaruh pemberian metformin dan valsartan terhadap profil lipd

pasien sindroma metabolik dengan NAFLD.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan telaah literatur yang dilakukan oleh penulis, belum ada penelitian

mengenai pengaruh pemberian metformin dan valsartan terhadap profil lipid pasien

sindroma metabolik dengan NAFLD yang dilaksanakan di Indonesia. Daftar

penelitian yang digunakan penulis sebagai acuan dalam penelitian ini dicantumkan

dalam tabel 1.
5

Tabel 1. Penelitian-penelitian sebelumnya tentang terapi valsartan pada pasien

sindroma metabolik dan NAFLD

Peneliti/Metode Judul Hasil

Mughal et al., 2000 The Effect of metformin Pemberian metformin selama 12


Subyek: 30 pasien diabetes on the glicemic control, minggu sebagai terapi tunggal
tipe 2 dengan metabolic serum lipid profile, and menunjukkan perbaikan glukosa
kontrol yang tidak optimal lipoprotein in diet alone puasa, penurunan total kolesterol
dalam terapi sulfonyl urea and sulfonyl urea- ((229.0 ± 29.5 menjadi 214.2 ±
treated type 2 diabetic 25.0 mg/dL), trigliserida (195.9
patients with suboptimal ± 31.9 to 174.2 ± 26.6 mg/dl),
metabolic control BMI, lingkar pinggang dan dosis
insulin harian

Kazemi et al., 2004 Metformin in Pemberian metformin 2x500mg


RCT, double blind nonalcoholic selama 6 minggu dibandingkan
Subyek: 33 pasien dengan steatohepatitis : a placebo, pada kedua kelompok
NASH yang terdiagnosis randomized controlled tidak didapatkan perbaikan
dengan biopsi hati trial profil lipid yang bermakna (LDL
: 119.0±39.1 menjadi 105.5±23.
Trigliserida; 193.5±84.8 mejadi
159.9±43.6; HDL 42.5±12.3
menjadi 46.5±6.2

Atacan et al., 2013 The effects of valsartan Valsartan 1x80 mg selama 12


Subjek: 40 pasien yang treatment on visfatin minggu meningkatkan kadar
pertama kali terdiagnosis levels and lipid profile in visfatin, menurunkan tekanan
hipertensi newly diagnosed darah, dan menurunkan kadar
hypertensives LDL (150.32 ± 13.22 mg/dL
menjadi 143.82 ± 7.53 mg/dL)

Hua et al., 2003 Effects of valsartan on Penurunan yang bermakna pada


Subyek: 89 pasien hipertensi lipid and glucose kadar kolesterol total (p<0,05),
esensial dengan valsartan metabolism in patients LDL (p 0,001) dan trigliserida
selama 4 minggu dan 36 with essential (p 0,05) serta peningkatan HDL
pasien hipertensi tanpa terapi hypertension (p>0,05). Tidak didapatkan
obat perubahan pada kelompok
kontrol

Anda mungkin juga menyukai