Anda di halaman 1dari 29

BIOKIMIA

SISTEM REPRODUKSI

AHTIYAL

NPM.202022049

Dosen Pengampu

Drs. Saprimail Harahap

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BAITURRAHIM JAMBI

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Darah dan Plasma”. Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas Drs. Saprimail Harahap pada mata kuliyah
Biokimia di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim Jambi. Selain itu, penulis
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Drs. Saprimail


selaku Dosen Pengampu. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Tanjung Jabung Timur, 20 April 2021

Ahtiyal
NPM.202022049

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 1
C. Tujuan.......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi darah.............................................................................. 3
B. Fungsi darah................................................................................. 3
C. Pembentukan darah...................................................................... 4
D. Komponen penyusun darah.......................................................... 9
E. Pembekuan darah......................................................................... 11
F. Plasma darah................................................................................ 13
G. Fungsi plasma darah.................................................................... 17
H. Kelainan pada darah..................................................................... 18
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................. 24
B. Saran............................................................................................ 24
DAFTAR ISI................................................................................................. 25

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Biokimia merupakan cabang ilmu dari biologi yang cakupan bahasannya
meliputi berbagai komponen yang ada di dalam tubuh makhluk hidup beserta
reaksi kimianya. Salah satu komponen yang ada dalam tubuh makhluk hidup
adalah darah dan protein plasma.

Darah adalah komponen yang sangat penting bagi makhluk hidup, karena
mempunyai peran yang banyak, terutama dalam pengangkutan zat-zat yang
penting untuk metabolisme tubuh. Darah yang menyuplai jaringan dengan
nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme dan mengandung berbagai bahan
penyusun sistem imun yang bertujuan untuk mempertahankan tubuh dari
berbagai penyakit. Di dalam darah terdapat heme yang berperan penting dalam
menjalankan tugasnya sebagai zat angkut oksigen dan nutrisi.

Sedangkan Protein plasma ialah protein total dalam plasma manusia


memiliki konsentrasi sekitar 7,0-7,5 gr/dl dan membentuk bagian terbesar dari
bahan padat plasma. Protein plasma sebenarnya adalah campuran kompleks yang
mencakup tidak saja protein – protein sederhana, tetapi juga protein terkonjugasi.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang di maksud dengan darah dan plasma
2. Fungsi darah dan plasma
3. Proses pembentukan darah (hematopoiesis )
4. Apa komponen penyusun dari darah dan plasma
5. Proses pembekuan darah

1
6. Sebutkan kelainan – kelainan darah dan plasma

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui defenisi dari darah dan plasma
2. Mengetahu fungsi darah dan plasma
3. Proses pembentukan darah (hematopoiesis )
4. Mengetahui komponen penyusun darah dan plasma
5. Menjelaskan proses pembekuan darah
6. Mengetahui kelainan-kelainan pada darah dan plasma

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Darah
Darah adalah cairan yang terdapat pada makhluk hidup yang berfungsi
sebagai alat transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh,
pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya. Beda halnya dengan
tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi punya sistem transportasi dengan
darah. Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena
berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk
menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat mengalami
gangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Darah merupakan cairan yang terdiri dari banyak sel bebas yang membawa
zat penting yang diperlukan oleh tubuh melalui sebuah jalur yang disebut
pembuluh darah. Kinerja darah diatur oleh “master kontrol” yaitu jantung. Zat
yang dibawa bisa apa saja, seperti oksigen, mineral, protein, vitamin dan hormon
yang berasal dari sistem endokrin. Hasil sisa olahan tubuh seperti karbondioksida
dibawa oleh darah ke paru-paru untuk ditukar dengan oksigen. Begitu pula
banyak racun dan bahan kimia yang tidak dikehendaki tubuh dibawa ke hati dan
ginjal untuk kemudian dideportasi keluar dari tubuh manusia melalui feces atau
urine
Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah)
dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita
yaitu sekitar sepertigabelas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter.

B. Fungsi darah
1. Fungsi utama darah adalah untuk transportasi
2. Eritrosit tetap berada dalam system sirkulasi
3
a. Mengangkut Hemoglobin (Hb) → mengangkut oksigen dari paru-paru
ke jaringan, Hb merupakan pengatur keseimbangan asam basa
b. Mengkatalisis reaksi CO2 dan air secara cepat dengan bantuan enzim
karbon anhydrase
3. Leukosit bertanggung jawab terhadap pertahanan tubuh dan diangkut oleh
darah ke berbagai jaringan tepat sel – sel tersebut melakukan fungsi
fisiologiknya.
4. Trombosit berperan mencegah tubuh kehilangan darah akibat perdarahan.
5. Plasma merupakan pengangkut utama zat gizi dan produk sampingan
metabolik ke organ-organ tujuan untuk penyimpanan atau ekskresi. 6.
Eosinofil berperan untuk melakukan fagositosis, yaitu memusnahkan setiap
sel asing yang memasuki tubuh. (Harun Yahya, 2008 ; Djunaedi Wibawa,
2011 ; Ronald A.Sacher, Richard A.McPherson, 2004)

C. Pembentukan darah ( Hematopoiesis )


Hematopoiesis merupakan proses produksi (mengganti sel yang mati) dan
perkembangan sel darah dari sel induk / asal / stem sel, dimana terjadi proliferasi,
maturasi dan diferensiasi sel yang terjadi secara serentak. Proliferasi sel
menyebabkan peningkatan atau pelipat gandaan jumlah sel, dari satu sel
hematopoietik pluripotent menghasilkan sejumlah sel darah. Maturasi merupakan
proses pematangan sel darah, sedangkan diferensiasi menyebabkan beberapa sel
darah yang terbentuk memiliki sifat khusus yang berbeda-beda

Tempat terjadinya hematopoiesis pada manusia :


1. Embrio dan Fetus
a. Stadium Mesoblastik, Minggu ke 3-6 s/d 3-4 bulan kehamilan : Sel-sel
mesenchym di yolk sac. Minggu ke 6 kehamilan produksi menurun
diganti organ-organ lain
b. Stadium Hepatik, Minggu ke 6 s/d 5-10 bulan kehamilan : Menurun
dalam waktu relatif singkat. Terjadi di Limpa, hati, kelenjar limfe

4
c. Stadium Mieloid, Bulan ke 6 kehamilan sampai dengan lahir,
pembentukan di sumsum tulang : Eritrosit, leukosit, megakariosit.
2. Bayi sampai dengan dewasa Hematopoiesis terjadi pada sumsum tulang,
normal tidak diproduksi di hepar dan limpa, keadaan abnormal dibantu organ
lain.
a. Hematopoiesis Meduler (N) Lahir sampai dengan 20 tahun : sel sel
darah → sumsum tulang. Lebih dari 20 tahun : corpus tulang panjang
berangsur – angsur diganti oleh jaringan lemak karena produksi
menurun.
b. Hematopoiesis Ekstrameduler (AbN) Dapat terjadi pada keadaan
tertentu, misal: Eritroblastosis foetalis, An.Peniciosa, Thallasemia,
An.Sickle sel, Spherositosis herediter, Leukemia. Organ – organ
Ekstrameduler : Limpa, hati, kelenjar adrenal, tulang rawan, ginjal, dll
(Erslev AJ, 2001)

Macam – macam hematopoiesis :


1. Seri Eritrosit (Eritropoesis) Perkembangan eritrosit ditandai dengan
penyusutan ukuran (makin tua makin kecil), perubahan sitoplasma (dari
basofilik makin tua acidofilik), perubahan inti yaitu nukleoli makin hilang,
ukuran sel makin kecil, kromatin makin padat dan tebal, warna inti gelap.
Tahapan perkembangan eritrosit yaitu sebagai berikut :
a. Proeritroblas, merupakan sel yang paling awal dikenal dari seri eritrosit.
Proeritroblas adalah sel yang terbesar, dengan diameter sekitar 15-20µm.
Inti mempunyai pola kromatin yang seragam, yang lebih nyata dari pada
pola kromatin hemositoblas, serta satu atau dua anak inti yang mencolok
dan sitoplasma bersifat basofil sedang. Setelah mengalami sejumlah
pembelahan mitosis, proeritroblas menjadi basofilik eritroblas.

5
b. Basofilik Eritroblas, agak lebih kecil daripada proeritroblas, dan
diameternya rata-rata 10µm. Intinya mempunyai heterokromatin padat
dalam jala-jala kasar, dan anak inti biasanya tidak jelas. Sitoplasmanya
yang jarang nampak basofil sekali.
c. Polikromatik Eritroblas (Rubrisit),Polikromatik Eritoblas adalah
Basofilik eritroblas yang membelah berkali-kali secara mitotris, dan
menghasilkan sel-sel yang memerlukan hemoglobin yang cukup untuk
dapat diperlihatkan di dalam sediaan yang diwarnai. Setelah pewarnaan
Leishman atau Giemsa, sitoplasma warnanya berbeda-beda, dari biru
ungu sampai lila atau abu-abu karena adanya hemoglobin terwarna merah
muda yang berbeda-beda di dalam sitoplasma yang basofil dari eritroblas.
Inti Polikromatik Eritroblas10 mempunyai jala kromatin lebih padat dari
basofilik eritroblas, dan selnya lebih kecil.
d. Ortokromatik Eritroblas (Normoblas), Polikromatik Eritroblas membelah
beberapa kali secara mitosis. Normoblas lebih kecil daripada
Polikromatik Eritroblas dan mengandung inti yang lebih kecil yang
terwarnai basofil padat. Intinya secara bertahap menjadi piknotik. Tidak
ada lagi aktivitas mitosis. Akhirnya inti dikeluarkan dari sel bersama-
sama dengan pinggiran tipis sitoplasma. Inti yang sudah dikeluarkan
dimakan oleh makrofagmakrofag yang ada di dalam stroma sumsum
tulang
e. Retikulosit Retikulosit, adalah sel-sel eritrosit muda yang kehilangan inti
selnya, dan mengandung sisa-sisa asam ribonukleat di dalam
sitoplasmanya, serta masih dapat mensintesis hemoglobin. (Child, J.A,
2010 ; Erslev AJ, 2001) Retikulosit dianggap kehilangan sumsum
retikularnya sebelum meninggalkan sumsum tulang, karena jumlah
retikulosit dalam darah perifer normal kurang dari satu persen dari jumlah
eritrosit. Dalam keadaan normal keempat tahap pertama sebelum menjadi
retikulosit terdapat pada sumsung tulang. Retikulosit terdapat baik pada
sumsum tulang maupun darah tepi. Di dalam sumsum tulang memerlukan

6
waktu kurang lebih 2 – 3 hari untuk menjadi matang, sesudah itu lepas ke
dalam darah. (Bell dan Rodak, 2002)11 f. Eritrosit Eritrosit merupakan
produk akhir dari perkembangan eritropoesis. Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang. Pada manusia, sel
ini berada di dalam sirkulasi selama kurang lebih 120 hari. Jumlah normal
pada tubuh laki – laki 5,4 juta/µl dan pada perempuan 4,8 juta/µl. setiap
eritrosit memiliki diameter sekitar 7,5 µm dan tebal 2 µm. (Ganong,
William F.1998) Perkembangan normal eritrosit tergantung pada banyak
macammacam faktor, termasuk adanya substansi asal (terutama globin,
hem dan besi). Faktor-faktor lain, seperti asam askorbat, vitamin B12, dan
faktor intrinsic (normal ada dalam getah lamung), yang berfungsi sebagai
koenzim pada proses sintesis, juga penting untuk pendewasaan normal
eritrosit.(Djunaedi Wibawa, 2011) Pada sistem Eritropoesis dikenal juga
istilah Eritropoiesis inefektif, yang dimaksud Eritropoiesis inefektif
adalah suatu proses penghancuran sel induk eritroid yang prematur
disumsum tulang. Choi, dkk, dalam studinya bahwa pengukuran radio
antara retikulosit di sumsum tulang terhadap retikulosit di darah tepi
merupakan ukuran yang pentng untuk bisa memperkirakan beratnya
gangguan produksi SDM. (Choi JW. 2006)

2. Seri Leukosit
1) Leukosit Granulosit / myelosit Myelosit terdiri dari 3 jenis yaitu neutrofil,
eosinofil dan basofil yang mengandung granula spesifik yang khas.
Tahapan perkembangan myelosit yaitu :
1) Mieloblas Mieloblas adalah sel yang paling muda yang dapat dikenali
dari seri granulosit. Diameter berkisar antara 10-15µm. Intinya yang bulat
dan besar memperlihatkan kromatin halus serta satu atau dua anak inti.
2) Promielosit Sel ini agak lebih besar dari mielobas. Intinya bulat atau
lonjong, serta anak inti yang tak jelas.

7
3) Mielosit Promielosit berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi
mielosit. Pada proses diferensiasi timbul grnula spesifik, dengan ukuran,
bentuk, dan sifat terhadap pewarnaan yang memungkinkan seseorang
mengenalnya sebagai neutrofil, eosinofil, atau basofil. Diameter berkisar
10µm, inti mengadakan cekungan dan mulai berbentuk seperti tapal kuda.
4) Metamielosit Setelah mielosit membelah berulang-ulang, sel menjadi
lebih kecil kemudian berhenti membelah. Sel-sel akhir pembelahan
adalah 13 metamielosit. Metamielosit mengandung granula khas, intinya
berbentuk cekungan. Pada akhir tahap ini, metamielosit dikenal sebagai
sel batang. Karena sel-sel bertambah tua, inti berubah, membentuk lobus
khusus dan jumlah lobi bervariasi dari 3 sampai 5. Sel dewasa (granulosit
bersegmen) masuk sinusoid-sinusoid dan mencapai peredaran darah. Pada
masing-masing tahap mielosit yang tersebut di atas jumlah neutrofil jauh
lebih banyak daripada eosinofil dan basofil.
2) Leukosit non granuler
1) Limfosit Sel-sel precursor limfosit adalah limfoblas, yang merupakan
sel berukuran relatif besar, berbentuk bulat. Intinya besar dan
mengandung kromatin yang relatif dengan anak inti mencolok.
Sitoplasmanya homogen dan basofil. Ketika limfoblas mengalami
diferensiasi, kromatin intinya menjadi lebih tebal dan padat dan
granula azurofil terlihat dalam sitoplasma. Ukuran selnya berkurang
dan diberi nama prolimfosit. Sel-sel tersebut langsung menjadi limfosit
yang beredar.
2) Monosit Monosit awalnya adalah monoblas berkembang menjadi
promonosit. Sel ini berkembang menjadi monosit. Monosit
meninggalkan darah lalu masuk ke jaringan, disitu jangka hidupnya
sebagai makrofag mungkin 70 hari.14

3. Seri Trombosit (Trombopoesis)

8
Pembentukan Megakariosit dan Keping-keping darah Megakariosit adalah sel
raksasa (diameter 30-100µm atau lebih). Inti berlobi secara kompleks dan
dihubungkan dengan benang-benang halus dari bahan kromatin. Sitoplasma
mengandung banyak granula azurofil dan memperlihatkan sifat basofil
setempat. Megakariosit membentuk tonjolantonjolan sitoplasma yang akan
dilepas sebagai keping-keping darah. Setelah sitoplasma perifer lepas sebagai
keping-keping darah, megakariosit mengeriput dan intinya hancur. (Nadjwa
Zamalek D, 2002 ; Indranila KS, 1994)

D. Komponen penyusun darah


Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45%
bagian dari darah, angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel
darah merah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55%
yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang
disebut plasma darah.

Komponen-komponen darah :
1. Cairan  Plasma darah merupakan substansi kompleks yang mengandung
protein (albumin, glubulin, dan fibrinogen), karbohidrat (glukosa), lemak,
mineral, protein dan hormon.

a. Fibrinogen : Untuk pembekuan darah (0,3%)


b. Albumin     : Menjaga tekanan osmotic darah    (4%)
c. Globulin     : Membentuk zatkebal/zat antibiodi (2,7%)
2. Eritrosit (Sel darah merah)
Jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke
jaringan-jaringan tubuh lewat darah. Bagian dalam eritrosit terdiri
dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat

9
oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru , dan oksigen
akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel
darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya
adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang
belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf.
Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus. Sel darah merah
sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan. Warna dari
eritrosit berasal dari gugus heme yang terdapat pada hemoglobin. Sedangkan
cairan plasma darah sendiri berwarna kuning kecoklatan, tetapi eritrosit akan
berubah warna tergantung pada kondisi hemoglobin. Ketika terikat pada
oksigen, eritrosit akan berwarna merah terang dan ketika oksigen dilepas
maka warna eritrosit akan berwarna lebih gelap, dan akan menimbulkan
warna kebiru-biruan pada pembuluh darah dan kulit.

3. Leukosit (Sel darah putih)


Jumlah sel darah putih pada orang dewasa berkisar antara 6000 – 9000 sel/cc
darah. Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk fagosit (pemakan) bibit
penyakit/ benda asing yang masuk ke dalam tubuh. maka jumlah sel tersebut
bergantung dari bibit penyakit/benda asing yang masuk tubuh. Jumlah sel pada
orang dewasa berkisar antara 6000 – 9000 sel/cc darah. Jumlah sel tersebut
bergantung dari bibit penyakit/benda asing yang masuk tubuh. Peningkatan
jumlah leukosit merupakan petunjuk adanya infeksi (misalnya radang paru-
paru). Lekopeni adalah berkurangnya jumlah lekosit sampai di bawah 6000
sel/cc darah. Lekositosis adalah bertambahnya jumlah lekosit melebihi normal
(di atas 9000 sel/cc darah). Fungsi fagosit sel darah tersebut terkadang harus
mencapai benda asing/kuman jauh di luar pembuluh darah.
Berdasarkan ada tidaknya granula, leukosit dibagi menjadi:
a. Leukosit Granuler : Eosinofil, Basofil, Neutrofil
b. Leukosit Agranuler : Monosit dan Limfosit

4. Trombosit (platelet)

10
Keping darah tersirkulasi dalam darah dan terlibat dalam
mekanisme homeostasis tingkat sel dalam proses pembekuan darah dengan
membentuk darah beku. Rasio plasma keping darah normal berkisar antara
200.000-300.000 keping/mm³, nilai dibawah rentang tersebut dapat
menyebabkan pendarahan, sedangkan nilai di atas rentang yang sama dapat
meningkatkan risiko trombosis. Trombosit memiliki bentuk yang tidak teratur,
tidak berwarna, tidak berinti, berukuran lebih kecil dari eritrosit dan leukosit, dan
mudah pecah bila tersentuh benda kasar.
Susunan darah :
a. Serum darah atau plasma terdiri atas:
1) Air: 91,0%
2) Protein: 8,0% (Albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)
3) Mineral: 0.9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium,
fosfor, , kalium dan zat besi,nitrogen, dll)
4) Garam

b. Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung :-


1) albumin
2) bahan pembeku darah
3) immunoglobin (antibodi)
4) hormon
5) berbagai jenis protein
6) berbagai jenis garam

E. Pembekuan darah
Proses pembekuan darah atau penggumpalan darah merupakan proses yang
kompleks untuk mencegah tubuh kehilangan banyak darah ketika terjadi luka.
Proses tersebut meliputi pengetatan pada dinding pembuluh darah yang terluka,
pelepasan zat untuk menarik keping-keping darah ke daerah luka, dan
11
pembentukan benang- benang fibrin. Komponen darah yang terlibat dalam proses
penggumpalan darah adalah keping-keping darah (trombosit) dengan bantuan ion
kalsium.Apabila luka terjadi pada pembuluh darah yang tipis, pengetatan
dinding- dinding pembuluh darah dapat mencegah pengeluaran darah. Tetapi,
jika terjadi kerusakan cukup besar pada pembuluh darah, keping-keping darah
atau yang disebut trombosit akan berkumpul di sekitar luka dalam jumlah besar
dan menempel pada pembuluh darah, kemudian membentuk jala fibrin yang
menahan keluarnya sel darah. Keping-keping darah akan mengirim zat kimia
yang bekerja sama dengan zat lainnya dalam plasma darah untuk membentuk
benang-benang fibrin. Jala atau benang-benang fibrin yang terbentuk pada
permukaan luka dapat menahan keping- keping darah dan sel-sel darah merah
agar tidak menetes keluar. Luka yang besar dan tidak bisa diperbaiki sendiri oleh
tubuh perlu dijahit dengan benang khusus yang biasanya dilakukan oleh dokter
agar bagian yang terbuka menjadi lebih sempit. Dengan demikian, fungsi
benang-benang fibrin dan keping-keping darah menjadi lebih efisien.
Skema pembekuan darah adalah sebagai berikut: 1) Terjadi luka, 2) Darah
keluar, 3) Keping darah (trombosit pecah), 4) Menghasilkan enzim
trombokinase, 5) Bersama ion kalsium dan vitamin K mengubah protrombin
menjadi trombin, 6) Memengaruhi fibrinogen membentuk benang-benang fibrin,
7) Membendung darah dan membeku, 7) Menutup luka.
Salah satu antibodi untuk mencegah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh
adalah Betadine,dan sebagainya
Dalam proses pembekuan darah, keping-keping darah (trombosit) yang
menyentuh permukaan luka yang kasar, akan pecah dan mengeluarkan
trombokinase. Trombokinase akan mengubah protrombin menjadi trombin.
Protrombin merupakan enzim yang belum aktif, berupa senyawa globulin yang
dihasilkan di hati dengan pertolongan vitamin K, sedangkan trombin merupakan
enzim yang telah aktif. Pengubahan protrombin menjadi trombin sangat
memerlukan zat kalsium untuk mempercepat proses tersebut. Trombin lalu
mengubah fibrinogen (protein yang larut dalam plasma darah) menjadi fibrin

12
yang berbentuk benang- benang. Benang-benang tersebut menjaring keping-
keping darah dan sel-sel darah merah, dan kemudian perlahan menambal luka
tersebut.

F. Plasma darah
Plasma darah adalah cairan berwarna kekuningan yang bertugas
membawa sel darah. Tidak hanya sel darah, plasma darah juga berperan
membawa berbagai nutrisi penting yang menunjang kesehatan tubuh

Plasma darah manusia tersusun atas 90% air dan 10% zat-zat terlarut. Zat-zat
terlarut tersebut, yaitu:
1. Protein plasma, terdiri atas albumin, globulin, dan fibrinogen. Albumin
berfungsi untuk menjaga volume dan tekanan darah. Globulin berfungsi untuk
melawan bibit penyakit (sehingga sering disebut immunoglobulin). Ketiga
protein tersebut dihasilkan oleh hati dengan konsentrasi 8%.
2. Garam (mineral) plasma dan gas terdiri atas O2 dan CO2 Konsentrasi garam
kurang dari 1%. Garam ini diserap dari usus dan berfungsi untuk menjaga
tekanan osmotik dan pH darah. Adapun gas diserap dari jaringan paru-paru. O2
berfungsi untuk pernapasan sel dan CO2 merupakan sisa metabolisme.
3. Zat-zat makanan terdiri atas lemak, glukosa, dan asam amino sebagai makanan
sel. Zat makanan ini diserap dari usus.
4. Sampah nitrogen hasil metabolisme terdiri atas urea dan asam urat. Sampah-
sampah ini diekskresikan oleh ginjal.
5. Zat-zat lain seperti hormon, vitamin, dan enzim yang berfungsi untuk
membantu metabolisme. Zat-zat ini dihasilkan oleh berbagai macam sel.

Macam-macam protein plasma


1. Fibrinogen

13
Fibrinogen adalah salah satu protein yang disintesis oleh hati yang merupakan
reaktan fasa akut berbentuk globulin beta. Protein ini berguna untuk proses
hemostatis yang menstimulasi pembentukan thrombus. Rasio plasma normal
yang berkisar antara 200-400 mg/dL.
2. Albumin (69 kDa)
Albumin adalah protein utama dalam plasma manusia ( 3,4-4,7g/dL) dan
membentuk sekitar 60% protein plasma total. Sekitar 40% albumin terdapat
dalam plasma dan 60% sisanya terdapat di ruang ekstrasel. Hati menghasilkan
sekitar 12 g albumin /hari, yaitu sekitar 25% dari semua sintesis protein oleh
hati dan separuh jumlah protein yang disekresikannya. Sintesis albumin
berkurang pada beragam penyakit terutama penyakit hati.
3. Globulin
Menurut Harrow et al (1962), Globulin merupakan salah satu golongan protein
yang tidak larut dalam air, mudah terkoagulasi oleh panas, mudah larut dalam
larutan garam dan membentuk endapan dengan konsentrasi garam yang tinggi.
Glubolin disusun oleh dua komponen yaitu legumin dan vicilin. Suhardi (1989)
menambahkan bahwa dengan ultrasentrifugasi ditemukan protein utama
golongan 2S, 7S, 11S dan 15S. Fraksi terbesar adalah globulin 7S yang
merupakan glikoprotein. Protein globulin dapat mencapai 70% dari total
protein. Fraksi 11S sampai sekarang baru dikenal sebagai protein tunggal
sedangkan frakti 15S belum dapat diidentifikasikan senyawa penyusunnya.
4. Protombin
Sejenis glikoprotein yang dibentuk oleh dan dsimpan dalam hati. Sekresi
protombin ke dalam plasma darah, terjadi Karena stimulasi dari tromboplastin
dan ion kalsium pada proses koagulasi. Dalam proses tersebut, protobin
kemudian di konfrensi menjadi thrombin oleh protrombinase lebih lanjut.
Thrombin akan memkonfrensi fibrinogen menjadi fibrin.

Komponen anorganik dan organic dalam plasma

14
Komponen-komponen ini dalam individu normal dapat mengalami
fluktuasi karena pengaruh beberapa faktor yang bervariasi termasuk status
nutrisi. Komponen-komponen ini dipertahankan dalam tingkat yang
menunjukkan keseimbangan antara proses anabolik dan proses metabolik normal.
Penyimpangan dari nilai-nilai normal komponen-komponen dalam plasma ini
menunjukkan status patologi. Beberapa contoh komponen organik normal
adalah: bilirubin, urea, kreatinin, asam urat, glukosa, total kolesterol, lipid
total. Sedangkan komponen anorganik antara lain adalah: chloride, phospat,
kalsium, sodium, magnesium, fe.
a. Hemoglobin
merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah (SDM). Protein
tetramer yang dapat mengikat 4 atom oksigen per tetramer (satu pada tiap
subunit hem), atom oksigen terikat pada atom Fe2+, yang terdapat pada hem,
pada ikatan koordinasi ke 5. Protein tetramer kompak yang setiap
monomernya terikat pada gugus prostetik hem dan keseluruhannya
mempunyai berat molekul 64.450 Dalton. Darah mengandung 7,8 sampai 11,2
mMol hemoglobin monomer/L (12,6 sampai 18,4 gram/dL), tergantung pada
jenis kelamin dan umur individu. Nilai normal Hb pada wanita dewasa 11,5 –
13,5 gr % pada pria dewasa 13,5 – 17,5 gr %

Fungsi Hemoglobin :
1) Mengikat dan membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh.
2) Mengikat dan membawa CO2 dari seluruh jaringan tubuh ke paru-paru.
3) Memberi warna merah pada darah
4) Mempertahankan keseimbangan asam-basa dari tubuh

Hemoglobin yang terikat pada oksigen disebut hemoglobin teroksidasi


atau oksihemoglobin (HbO2), sedangkan hemoglobin yang sudah melepaskan
oksigen disebut deoksihemoglobin (Hb). Hemoglobin juga dapat mengikat
suatu gas hasil pembakaran yang tidak sempurna yaitu karbonmonoksida

15
(CO) dan disebut karbonmonoksidahemoglobin (HbCO). Ikatan Hb dengan
CO ini 200 kali lebih kuat daripada ikatan Hb dengan oksigen, dan akibatnya
Hb tidak dapat lagi mengikat, membawa dan mendistribusikan oksigen ke
jaringan.

Dalam keadaan lain, muatan Fe yang terdapat pada pusat hem dapat
menjadi Fe3+. Hal ini dapat terjadi karena oksidasi oleh senyawa-senyawa
pengoksidasi. Hemoglobinnya disebut hemoglobin teroksidasi atau
methemoglobin (MetHb) atau Hb (Fe3+). Dalam bentuk ini Hb tidak dapat
mengikat oksigen atau kehilangan fungsinya yang amat penting.

Beberapa derivat dari hemoglobin, misalnya oksiHb, Hb, HbCO dapat


dibedakan dengan melakukan pengenceran, dan pada pengenceran ini OksiHb
terlihat berwarna merah kekuning-kuningan, Hb berwarna merah kecoklatan
dan HbCO berwarna merah terang (carmine tint).

b. Deoksihemoglobin dan oksihemoglobin


Hemoglobin dapat mengikat oksigen menjadi HbO2 dan senyawa ini
dapat terurai kembali menjadi deoksiHb dan O2. O2 terikat lemah pada ion
Ferro, dan mudah dilepas lagi. Misalnya dengan larutan Stokes yaitu suatu
reduktor lemah dihasilkan Hb tereduksi. Bila Hb tereduksi diberikan O2 lagi
oksiHb akan terbentuk lagi HbO2. Hb tereduksi, ungu muda; oksiHb
berwarna kuning-merah.
c. Hemolisis eritrosit (fragilitas globular eritrosit)
Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin
bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit
dapat disebabkan oleh antara lain : penambahan larutan hipotonis, hipertonis
kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur
kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam
sirkulasi darah dll.
Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena
penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl)

16
akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel
dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi
menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan
pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya.
Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan
eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya
eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara
menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma).

G. Fungsi plasma darah


1. Mengangkut limbah
Plasma darah bertugas membantu sel tubuh membuang limbah-limbah hasil
metabolisme. Setelah itu, limbah ini akan dibawa plasma darah ke area tubuh
lainnya, seperti ginjal atau hati, untuk dibuang.
2. Menjaga keseimbangan cairan tubuh
Plasma darah mengandung banyak protein, namun yang paling penting adalah
albumin dan fibrinogen. Nah, albumin dalam darah memiliki peranan yang
cukup penting dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh. Protein ini
bertugas mempertahankan agar cairan dalam pembuluh darah tidak merembes
ke jaringan.
3. Membantu proses pembekuan darah
Selain fibrinogen, plasma darah juga mengandung berbagai faktor pembekuan
darah. Fibrinogen dan faktor-faktor ini berperan dalam proses pembekuan
darah. Jika kadar mereka dalam plasma darah rendah, darah akan sulit
berhenti mengalir saat terjadi pendarahan. Ini bisa menyebabkan tubuh
kehilangan banyak darah.
4. Menjaga suhu tubuh
Plasma darah juga berperan dalam menjaga suhu tubuh dengan cara menyerap
atau melepaskan panas sesuai dengan kebutuhan tubuh.
5. Membantu melawan infeksi

17
Imunoglobulin yang terkandung pada plasma darah berperan dalam sistem
kekebalan tubuh. Kehadirannya mampu membantu tubuh
melawan infeksi yang disebabkan bakteri dan virus.
6. Menjaga keseimbangan asam dan basa
Kalium, magnesium, kalsium, natrium, dan bikarbonat merupakan kandungan
elektrolit yang terdapat pada plasma darah. Elektrolit-elektrolit ini berperan
dalam menjaga keseimbangan asam dan basa dalam tubuh. Tidak hanya itu,
mereka juga berperan dalam mengatur fungsi saraf dan otot.

H. Kelainan pada darah


1. Anemia / Penyakit Kurang Darah
Anemia adalah suatu kondisi di mana tubuh kita kekurangan darah
akibat kurangnya kandungan hemoglobin dalam darah. Hb adalah protein
dalam sel darah merah, yang mengantar oksigen dari paru ke bagian tubuh
yang lain. Anemia menyebabkan kelelahan, sesak napas dan kepusingan.
Orang dengan anemia merasa badannya kurang enak dibandingkan orang
dengan tingkat Hb yang wajar.
Anemia didefinisikan oleh tingkat Hb. Sebagian besar dokter sepakat
bahwa tingkat Hb di bawah 6,5 menunjukkan anemia yang gawat. Tingkat
Hb yang normal adalah sedikitnya 12 untuk perempuan dan 14 untuk laki-
laki.
Anemia dapat terjadi bila tubuh kita tidak membuat sel darah merah
secukupnya. Anemia juga disebabkan kehilangan atau kerusakan pada sel
tersebut. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan anemia:
a. Kekurangan zat besi, vitamin B12 atau asam folat. Kekurangan asam
folat dapat menyebabkan jenis anemia yang disebut megaloblastik,
dengan sel darah merah yang besar berwarna muda
b. Kerusakan pada sumsum tulang atau ginjal
c. Kehilangan darah akibat perdarahan dalam atau siklus haid perempuan
d. Penghancuran sel darah merah (anemia hemolitik)

18
e. Infeksi HIV dapat menyebabkan anemia.

Mengobati anemia tergantung pada penyebabnya.


a. Pertama, mengobati perdarahan kronis. Ini mungkin perdarahan dalam,
wasir, atau bahkan sering mimisan
b. Kemudian, memperbaiki kelangkaan zat besi, vitamin B12 atau asam
folat, jika ada
c. Berhenti memakai, atau mengurangi takaran obat penyebab anemia
d. Pengobatan lain adalah transfusi darah dan suntikan EPO.
1) Transfusi darah dahulu satu-satunya pengobatan untuk anemia berat.
Namun, transfusi darah dapat menyebabkan infeksi dan menekan
sistem kekebalan tubuh.

19
Transfusi darah tampaknya mengakibatkan kelanjutan penyakit HIV yang lebih cepat
dan meningkatkan risiko kematian pada Odha.

2) EPO (eritropoietin) merangsang pembuatan sel darah merah. Pada 1985, ilmuwan
berhasil membuat EPO sintetis (buatan manusia). EPO ini disuntik di bawah kulit,
biasanya sekali seminggu. Namun EPO sangat mahal dan sulit terjangkau di
Indonesia.

Sebuah penelitian besar terhadap Odha menemukan bahwa suntikan EPO


mengurangi risiko kematian. Sebaliknya, transfusi darah tampaknya meningkatkan risiko
kematian. Karena risiko transfusi darah, sebaiknya kita berusaha hindari transfusi untuk
mengobati anemia.

2. Leukemia

Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan
getah bening. Semua kanker bermula di sel, yang membuat darah dan jaringan lainnya.
Biasanya, sel-sel akan tumbuh dan membelah diri untuk membentuk sel-sel baru yang
dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut akan mati dan sel-sel baru
akan menggantikannya.

Penelitian menemukan bahwa orang yang terpapar radiasi sangat tinggi dan zat
kimia industri (misalnya benzena dan formaldehida) memiliki tingkat risiko leukemia
yang lebih besar. Selain itu, pasien yang dirawat dengan obat-obatan anti-kanker (seperti
bahan-bahan alkilasi) terkadang terkena leukemia beberapa tahun mendatang. Dan
pasien yang terkena virus leukemia sel-T manusia (HTLV-I/Human T-cell leukemia
virus-I) juga rentan terhadap penyakit ini. Gejala

Seperti semua sel-sel darah, sel-sel leukemia mengalir ke seluruh tubuh. Tergantung
pada jumlah sel-sel yang abnormal dan tempat sel-sel ini terkumpul, pasien leukemia
mempunyai sejumlah gejala umum antara lain:

a. Demam atau keringat malam

b. Infeksi yang sering terjadi

c. Merasa lemah atau letih

d. Sakit kepal

20
e. Mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak keunguan di kulit, atau bintik-
bintik merah kecil di bawah kulit)
f. Nyeri di tulang atau persendian
g. Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (akibat pembesaran limpa)
h. Pembengkakan, terutama di leher atau ketiak
i. Kehilangan berat badan
j. Diagnosis

Leukemia menyebabkan jumlah sel-sel darah putih meningkat sangat tinggi, dan
jumlah trombosit dan hemoglobin dalam sel-sel darah merah menurun. Pemeriksaan
laboratorium juga akan meneliti darah untuk mencari ada tidaknya tanda-tanda kelainan
pada hati dan/atau ginjal.

3. Thalasemia

Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah
merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Akibatnya
penderita thalasemia akan mengalami gejala anemia diantaranya pusing, muka pucat,
badan sering lemas, sukar tidur, nafsu makan hilang, dan infeksi berulang.

Thalasemia terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang membentuk protein yang


dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin sebagaimana mestinya. Hemoglobin
merupakan protein kaya zat besi yang berada di dalam sel darah merah dan berfungsi
sangat penting untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh yang
membutuhkannya sebagai energi. Apabila produksi hemoglobin berkurang atau tidak ada,
maka pasokan energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh tidak dapat
terpenuhi, sehingga fungsi tubuh pun terganggu dan tidak mampu lagi menjalankan
aktivitasnya secara normal.Thalasemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang
merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam
amino yang membentuk hemoglobin. Thalasemia adalah penyakit yang sifatnya
diturunkan. Penyakit ini,merupakan penyakit kelainan pembentukan sel darah merah.

Thalasemia digolongkan bedasarkan rantai asam amino yang terkena 2 jenis yang utama
adalah :
21
1. Alfa – Thalasemia (melibatkan rantai alfa)

Alfa – Thalasemia paling sering ditemukan pada orang kulit hitam (25% minimal
membawa 1 gen).

2. Beta – Thalasemia (melibatkan rantai beta)

Beta – Thalasemia pada orang di daerah Mediterania dan Asia Tenggara.

Secara umum, terdapat 2 (dua) jenis thalasemia yaitu :


1. Thalasemia Mayor, karena sifat sifat gen dominan. Thalasemia mayor merupakan
penyakit yang ditandai dengan kurangnya kadar hemoglobin dalam darah. Akibatnya,
penderita kekurangan darah merah yang bisa menyebabkan anemia. Dampak lebih
lanjut, sel-sel darah merahnya jadi cepat rusak dan umurnya pun sangat pendek,
hingga yang bersangkutan memerlukan transfusi darah untuk memperpanjang
hidupnya. Penderita thalasemia mayor akan tampak normal saat lahir, namun di usia 3-
18 bulan akan mulai terlihat adanya gejala anemia. Selain itu, juga bisa muncul gejala
lain seperti jantung berdetak lebih kencang dan facies cooley. Faies cooley adalah ciri
khas thalasemia mayor, yakni batang hidung masuk ke dalam dan tulang pipi menonjol
akibat sumsum tulang yang bekerja terlalu keras untukmengatasi kekurangan
hemoglobin.
2. Thalasemia Minor, si individu hanya membawa gen penyakit thalasemia, namun
individu hidup normal, tanda-tanda penyakit thalasemia tidak muncul. Walau
thalasemia minor tak bermasalah, namun bila ia menikah dengan thalasemia minor
juga akan terjadi masalah. Kemungkinan 25% anak mereka menerita thalasemia
mayor. Pada garis keturunan pasangan ini akan muncul penyakit thalasemia mayor
dengan berbagai ragam keluhan. Seperti anak menjadi anemia, lemas, loyo dan
sering mengalami pendarahan. Thalasemia minor sudah ada sejak lahir dan akan
tetap ada di sepanjang hidup penderitanya, tapi tidak memerlukan transfusi darah di
sepanjang hidupnya.

Pada keluarga dengan riwayat thalasemia perlu dilakukan penyuluhan genetik untuk
menentukan resiko memiliki anak yang menderita thalasemia. Pengidap thalasemia yang
mendapat pengobatan secara baik dapat menjalankan hidup layaknya orang normal di
22
tengah masyarakat. Sementara zat besi yang menumpuk di dalam tubuh bisa
dikeluarkan dengan bantuan obat, melalui urine. Penyakit thalasemia dapat dideteksi
sejak bayi masih di dalam kandungan, jika suami atau istri merupakan pembawa
sifat (carrier) thalasemia, maka anak mereka memiliki kemungkinan sebesar 25
persen untuk menderita thalasemia. Karena itu, ketika sang istri mengandung,
disarankan untuk melakukan tes darah di laboratorium untuk memastikan apakah
janinnya mengidap thalasemia atau tidak.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Darah merupakan cairan berwarna merah terdapat di pembuluh darah.
Warna darah berubah-ubah karena pengaruh zat yang terkandung. Jika darah
menggandung O2 yang tinggi maka darah berwarna merah muda dan jika CO2
tinggi darah berwarna merah tua. Volume darah manusia adalah sekitar 8% dari
berat tubuhnya. Darah tersusun atas dua komponen. Komponen pertama berupa
cairan yang disebut plasma darah. Komponen kedua adalah sel-sel darah dan
keping- keping darah yang berupa padatan. Sel-sel darah terdiri atas sel darah
merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping-keping darah (trombosit).
Proses pembekuan darah atau penggumpalan darah merupakan proses yang
kompleks untuk mencegah tubuh kehilangan banyak darah ketika terjadi luka.
Proses tersebut meliputi pengetatan pada dinding pembuluh darah yang terluka,
pelepasan zat untuk menarik keping-keping darah ke daerah luka, dan
pembentukan benang-benang fibrin. Komponen darah yang terlibat dalam proses
penggumpalan darah adalah keping-keping darah (trombosit) dengan bantuan ion
kalsium.
Gangguan pembekuan darah meliputi: gangguan pada tingkat pembuluh
darah, gangguan pada tingkat trombosit, dan gangguan pada faktor penggumpalan.
Macam-macam protein plasma adalah fibrinogen, albumin (69 kDa), globulin, dan
protombin.
Total serum protein dalam darah sekitar 7,2 - 8 g/dl [2] atau sekitar 7% dari
volume darah. Serum albumin dalam keadaan normal memiliki kadar 3.5-5.0 g/dl,
Immunoglobulin dalam keadaan normal memiliki kadar 1.0-1.5 g/dl, fibrinogen
dalam keadaan normal memiliki kadar 0.2-0.45 g/dl, serta alfa-1 fetoprotein dan
protein wewenang kadarnya kurang dari 1%.

B. Saran
Setelah mempelajari tentang darah dan plasma darah diharapkan sebagai
mahasiswa Kesehatan kita bisa menerapkan ilmu yang didapat untuk menunjang
kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Sehingga dapat
mempercepat proses kesembuhan pasien.

24
DAFTAR PUSTAKA

Anonym.2019. Anatomi dan fisiologi darah. https://www.nerslicious.com/anatomi-


fisiologi-darah/. (Diakses 20 April 2021 )

Dawn B. Marks, dkk.1996. Biokimia Kedokteran Dasar. EGC: Jakarta

Leeman, M., et al. (2018). Proteins and Antibodies in Serum, Plasma, and Whole
Blood-Size Characterization Using Asymmetrical Flow Field-Flow Fractionation
(AF4). Analytical and Bioanalytical Chemistry, 410(20), 4867–4873.

Nareza,M. 2020. Mengenal plasma darah dan fungsinya.


https://www.alodokter.com/mengenal-plasma-darah-dan-fungsinya-bagi-tubuh
(diakses 20 April 2021)

25

Anda mungkin juga menyukai