1. Pendahuluan
Guru sebagai pengajar, idealnya harus mampu mengelola proses pembelajaran yang
dapat memotivasi siswa, kreatif dan selalu berinovasi dalam menyediakan bahan dan
media belajar bagi siswa. Hal ini jelas sangat diperlukan apalagi dalam pembelajaran
matematika, dimana kebanyakan siswa cepat jenuh mengikuti proses pembelajaran.
Pada umumnya, anak di usia remaja atau awal usia sekolah menengah pertama (usia
11-12 tahun), pada aspek perkembangan kognitifnya terjadi peralihan antara tahap
berpikir operasional konkrit ke operasional formal [1], artinya seorang anak belum bisa
berpikir secara abstrak secara keseluruhan. Oleh karena itu, media pembelajaran sangat
dibutuhkan untuk menunjang proses perkembangan kognitif anak di usia awal sekolah
menengah pertama. Sama halnya dalam pembelajaran matematika, media dibutuhkan
sebagai alat komunikasi antara guru dan murid untuk memperjelas konsep yang bersifat
abstrak.
Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam memilih dan menggunakan media
pembelajaran adalah tentang modalitas belajar anak [2]. Modalitas belajar merupakan
potensi dasar atau kecenderungan yang dimiliki anak. Dengan modalitas belajar siswa
yang variatif, seharusnya pemilihan media pembelajaran dari seorang guru tidak hanya
terfokus pada salah satu modalitas saja, seperti yang pada umumnya terjadi. Jika
ditinjau dari hal tersebut, maka seorang guru perlu mengombinasikan berbagai media
dalam menyampaikan pesan sehingga pembelajaran akan lebih optimal. Perpaduan
antara berbagai media sering disebut sebagai konsep multimedia [3]. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa dalam kamus Oxford-Advance Learner’s Dictionary, disebutkan bahwa
multimedia berarti involving several different methods of communication, yaitu melibatkan
atau memasukkan berbagai metode berbeda dalam komunikasi. Hal ini menunjukkan
bahwa melalui konsep multimedia, seorang guru berupaya agar rangsangan (stimulus)
yang diterima siswa akan lebih banyak melalui penggunaan media yang beragam.
Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi,
semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan
dalam ingatan [4].
Pola pengembangan media pembelajaran sebenarnya hingga saat ini masih menjadi
topik yang banyak dilakukan oleh tenaga pendidik maupun peneliti. Beberapa peneliti
melakukan pengembangan pada aspek modul pembelajaran untuk menunjang proses
pembelajaran, seperti yang terdapat pada [5][6]. Selain itu, ada juga peneliti yang
mencoba mengembangkan media pembelajaran dalam bentuk video seperti yang
terdapat pada [7][8][9]. Termasuk salah satu upaya yang dilakukan untuk memperbaiki
kualitan pembelajaran adalah dengan menggunakan media pembelajaran yang berbasis
Information and Communication Technology (ICT) [10].
Banyaknya peneliti yang melakukan pengembangan media tentunya tidak menjadi titik
akhir dalam upaya untuk menciptakan inovasi dalam pembelajaran. Oleh karena itu,
dalam makalah ini dilakukan upaya lain dalam pengembangan media pembelajaran
yakni dengan mengembangkan media belajar matematika dalam bentuk audio-visual
yaitu video interaktif berbasis multimedia. video interaktif berbasis multimedia
disajikan dengan gambar bergerak, berisi pesan atau informasi pembelajaran meliputi
rangsangan yang variatif (audio-visual). Pembelajaran menggunakan media yang
dikembangkan ini, memungkinkan terjadinya komunikasi lebih dari satu arah antara
komponen-komponen komunikasi, dalam hal ini guru, media dan siswa. Hal ini
diharapkan dapat membantu dalam materi yang membutuhkan visualisasi seperti
geometri bidang datar. Dalam hal ini, akan dilakukan pengembangan media
pembelajaran matematika video interaktif berbasis multimedia pada topik geometri
bidang datar, khususnya pada topik layang-layang.
2. Metode
Metode penelitian yang digunakan dalam makalah ini adalah penelitian pengembangan
dengan pendekatan deskriptif yang berorientasi pada pengembangan produk.
konvensional, tetapi ada beberapa guru yang sudah menggunakan atau memanfaatkan
media pembelajaran seperti Power Point agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran.
Namun penggunaan media Power Point sendiri masih belum memberikan efek positif,
disebabkan isi materi pembelajaran dan tampilan yang kurang variatif, serta kurang
mendukung modalitas belajar siswa yang beragam.
Hasil wawancara dengan guru kelas VII SMP Negeri 3 Gorontalo juga memberikan
informasi bahwa pemahaman siswa tentang materi segi empat khususnya pada bangun
layang-layang masih rendah, terutama untuk penurunan rumus luas dan keliling
layang-layang. Siswa juga masih sulit menghafal dan memahami penjelasan rumus dari
bangun layang-layang yang ada dalam buku paket.
Berdasarkan teori yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa semakin banyak indera
yang digunakan atau dirangsang selama proses pembelajaran, maka materi yang
disampaikan akan lebih mudah diingat, untuk itu diperlukan media pembelajaran yang
sesuai [4]. Disamping itu, media pembelajaran yang digunakan harus bisa membuat
siswa aktif dan senang dalam pelajaran matematika. Sebagai alternatif, media
pembelajaran yang digunakan adalah media pembelajaran video interaktif berbasis
multimedia. Oleh karena media pembelajaran di sekolah saat ini belum efektif, maka
diperlukan pengembangan media pembelajaran video interaktif berbasis multimedia
dalam pembelajaran matematika.
Luas layang-layang
Gambar 1. Bagan analisis sub materi segi empat pada bangun datar layang-layang
Efek/
Scene Board Durasi Sound Naskah
Transisi
Efek/
Scene Board Durasi Sound Naskah
Transisi
Pemain 3 : Yup, benar
banget,mau tau gak
cara membuat layang-
layang dari kertas?
Sini aku tunjukin!
(mengajak pemain 1 &
2 dengan
bersemangat)
6. 40 detik - -
Pemain 2: Gimana
caranya cal?
Pemain 3: inikan
kertas bentuk persegi
pajang, lalu dilipat
7. sama besar,
kemuadian digambar
seperti ini, terus
digunting.
(menjelaskan tahap-
tahap pembuatan
layang-layang dari
kertas)
Pemain 2 : ooh.
8.
9.
Efek/
Scene Board Durasi Sound Naskah
Transisi
10. Dituliskan dalam 10 detik Akusti Penugasan & praktek : Fade offset
bentuk teks k gitar Guru Meminta siswa
“energ mengerjakan
ic” pembuatan layang-
layang berdasarkan
tayangan vidio.
Efek/
Scene Board Durasi Sound Naskah
Transisi
15. 10 detik Akusti
k gitar Tahap-tahap Fade offset
“energ pembuatan beserta
ic” penjelasan berupa
teks.
17. Dituliskan dalam 7 detik Akusti Guru mengajak siswa Fade offset
bentuk teks k gitar untuk membuat
“energ kesimpulan
ic”
18. 37 detik Akusti Pemain 3 : nah dari -
k gitar sini, kita bisa
“energ menentukan salah satu
ic” sifat layang-layang
(Saat dimana salah satu
dialog diagonalnya membegi
tidak bangun menjadi
mema segitiga yang
kai kongruen
back
sound)
19. 22 detik Akusti Pemain 2 : o, kalau -
k gitar begitu, segitiganya
“energ memiliki sudut yang
ic” berhadapan dan sama
(Saat besar kan?
dialog Pemain 3 : yup, sudut
tidak ini, dan sudut ini.
mema (sambil menunjukkan
kai sudut)
back
sound)
Efek/
Scene Board Durasi Sound Naskah
Transisi
20. 34 detik Akusti Pemain 3 : nah ada -
k gitar satu lagi, layang-
“energ layang juga memiliki
ic” dua pasang sisi yang
(Saat sama panjang, yang
dialog pertama sisi yang
tidak diatas, yang kedua sisi
mema sang dibawah (sambil
kai menunjukkan sisi)
back
sound)
21. 43 detik Akusti Pemain 2 : ternyata -
k gitar layang-layang itu
“energ punya diagonal yang
ic” saling tegak lurus, sini
(Saat aku tunjukan, dan
dialog salah satu diagonal
tidak layang-layang dapat
mema membagi diagonal
kai yang lainnya dengan
back sama panjang. (sambil
sound) menunjukkan pada
gambar)
22. 43 detik Akusti Penjelasan materi lebih Fade offset
k gitar lanjut oleh guru
“energ
ic”
Efek/
Scene Board Durasi Sound Naskah
Transisi
25. 8 detik Akusti Gambar jempol Fade off set
k gitar sebagai bentuk
“energ apresiasi bagi siswa
ic” yang menjawab
dengan benar.
Naskah video yang sudah dijabarkan dalam Storyboard, selanjutnya dijadikan acuan
bagi sutradara dan pemain dalam pembuatan video. Storyboard juga akan disertakan
beserta lembar penilaian validasi ahli dalam proses validasi media video interaktif.
dasar penyempurnaan produk. Dalam hal ini dilibatka 29 orang siswa SMP Negeri 3
Gorontalo sebagai subjek.
Tahap uji coba terbatas terdiri dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan penutup. Pada
tahap persiapan, disiapkan semua media yang di gunakan dalam proses pembelajaran.
Setiap siswa menyiapkan alat dan bahan untuk membuat layang-layang dari kertas.
Pada tahap pelaksanaan, materi yang diajarkan disajikan dalam bentuk video interaktif.
Video tidak ditampilkan secara keseluruhan dari awal sampai akhir, sebab pada bagian-
bagian tertentu siswa membutuhkan jeda dan guru harus menjelaskan materi
pembelajaran agar siswa bisa memahami pelajaran dengan baik.
Setelah satu tahap selesai dilaksanakan, video dilanjutkan kembali untuk memulai
tahapan selanjutnya. Begitu juga dengan materi yang ditampilkan dalam video
interaktif, pada bagian-bagian tertentu guru membuat jeda dan menjelaskan materi
secara lebih terperinci untuk memastikan pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran.
Setelah pembelajaran dengan media pembelajaran video interaktif berbasis multimedia
selesai, siswa dibagikan angket respon yang sebelumnya telah divalidasi secara
konstruktif. Selanjutnya data yang diperoleh dari uji coba ini kemudian dianalisis dalam
bentuk persentase. Hasil analisis dijadikan sebagai pertimbangan untuk menghasilkan
media pembelajaran video interaktif berbasis multimedia yang baik dan berkualitas,
yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran matematika kelas VII SMP. Hasil
analisis data respon siswa menggambarkan bahwa persentase rata-rata respon siswa
untuk masing-masing adalah lebih dari 70%. Hal ini menunjukkan adanya respon positif
siswa terhadap penggunaan media berupa video interaktif berbasis multimedia dalam
proses pembelajaran. Dengan demikian, produk media pembelajaran video interaktif
berbasis multimedia dapat digunakan dalam pembelajaran matematika sebagai media
yang baik dan berkualitas.
4. Kesimpulan
Media pembelajaran matematika video interaktif berbasis multimedia pada materi
layang-layang, telah dikembangkan dengan menggunakan tiga tahapan yaitu define,
design dan develop. Media yang dihasilkan telah divalidasi dan diujicobakan dengan
menghasilkan lebih dari 70% siswa memberikan respon positif. Dengan demikian,
media yang dikembangkan dapat digunakan sebagai media pembelajaran matematika
pada topik bidang datar layang-layang.
Referensi
[1] D. A. Bujuri, “Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar dan
Implikasinya dalam Kegiatan Belajar Mengajar,” Literasi, vol. 9, no. 1, pp. 37–50,
2018.
[2] Musfiqon, Pengembangan Media & Sumber Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2012.
[3] D. Sugianto, A. G. Abdullah, S. Elvyanti, and Y. Muladi, “Modul Virtual:
Multimedia Flipbook Dasar Teknik Digital,” Innov. Vocat. Technol. Educ., vol. 9,
no. 2, Feb. 2017, doi: 10.17509/invotec.v9i2.4860.
[4] A. Arsyad, Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2002.
[5] S. Wahyuni, M. Yati, and A. Fadila, “Pengembangan Modul Matematika Berbasis
REACT terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta Didik,” Jambura J.
Math. Educ., vol. 1, no. 1, pp. 1–12, Feb. 2020, doi: 10.34312/jmathedu.v1i1.4542.
[6] N. Saputri, I. N. Azizah, and H. Hernisawati, “Pengembangan Bahan Ajar Modul
dengan Pendekatan Discovery Learning pada Materi Himpunan,” Jambura J.
Math. Educ., vol. 1, no. 2, pp. 1–11, 2020, doi: 10.34312/jmathedu.v1i2.5594.
[7] S. D. Tamu, E. Hulukati, and I. Djakaria, “Pengembangan Modul dan Video
Pembelajaran Matematika Persiapan Ujian Nasional pada Materi Dimensi Tiga,”
Jambura J. Math. Educ., vol. 1, no. 1, pp. 21–31, Mar. 2020, doi:
10.34312/jmathedu.v1i1.4558.
[8] S. Khadijah, S. Ismail, and R. Resmawan, “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis
Penalaran pada Materi Sudut Pusat dan Sudut Keliling Lingkaran,” Al-Khwarizmi
J. Pendidik. Mat. dan Ilmu Pengetah. Alam, vol. 8, no. 1, pp. 1–12, Apr. 2020, doi:
10.24256/jpmipa.v8i1.838.
[9] V. Damopolii, N. Bito, and R. Resmawan, “Efektifitas Media Pembelajaran
berbasis Multimedia pada Materi Segiempat,” Algoritm. J. Math. Educ., vol. 1, no.
2, pp. 74–85, 2019, doi: 10.15408/ajme.v1i1.
[10] D. Wungguli and L. Yahya, “Pengaruh Penggunaan Media Berbasis Information
and Communication Technology (ICT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi
Dimensi Tiga,” Jambura J. Math. Educ., vol. 1, no. 1, pp. 41–47, Mar. 2020, doi:
10.34312/jmathedu.v1i1.5376.
[11] S. Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2012.
[12] A. Rudiansyah, “Pengembangan Media Komik Pembelajaran Matematika Pada
sub pokok Bahasan Operasi Hitung Pecahan Kelas V SD,” Universitas Negeri
Gorontalo, 2012.
[13] N. Bito, “Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Sub Materi Pokok Prisma dan
Limas Di Kelas VIII SMP Negeri 11 Gorontalo,” Universitas Negeri Surabaya,
2009.
[14] A. J. Panawar, “Pengembangan Instrumen Tes Berbantu Media Komputer pada
Pembelajaran Matematika Materi Trigonometri Kelas X SMA,” Universitas
Negeri Gorontalo, 2012.