Anda di halaman 1dari 99

Death March kara Hajimaru Isekai

Kyusoukyoku (WN) – Bahasa Indonesia


Volume 2
2-1. Bantuan terhadap Bencana dan
Gadis Suci
Translator : nuasa
Satou disini. Aku merasa seperti pejuang veteran, tapi bagaimanapun, aku
hanyalah seorang penduduk biasa, Satou.

Meskipun tidak bisa disebut menang, untuk kali ini, pertempuran berakhir.
Setelah ini adalah pertarungan untuk menyelamatkan orang dan membangun.
Sudah waktunya kandidat haremnya muncul, ‘kan? *wink


Aku melepaskan jubah dan matel di gang yang sepi, Sambil mengaktifkan
[Pindai Peta] untuk memeriksa tanda-tanda adanya manusia, aku juga
melepaskan penyamaranku.
Yah, meskipun hanya wig dan topeng saja…

Aku meletakkan perlengkapan penyamaran itu ke folder terlarang dalam


penyimpanan.
Pakai jubah yang mana sekarang?
Aku mengeluarkan sebuah jubah yang mencolok.
Harusnya ini tak masalah.
Aku memutuskan untuk kembali ke jalan setelah berganti pakaian. Tentu saja
lewat jalan yang berbeda. Aku melihat mayat seorang prajurit yang tersangkut
di batang pohon. Terlempar sampai sejauh ini…aku berdoa untuknya.

Untuk sekarang aku akan kembali ke plaza setelah berdoa untuk mayat tadi..

“Err…hai kau yang mencolok…” (…)

…sepertinya aku mendengar suara seseorang dari pohon.

Aku memastikannya di radar, mayat yang barusan ternyata bukanlah mayat,


ternyata dia masih hidup. Aku menengok ke atas.

“Maaf, apa kau bisa memanggilkan seseorang/prajurit? Tidak apa-apa


menunggu sampai pertarungan di plaza selesai.” (…)

Kesan pertamaku biasa saja karena dia tidak bilang “tolong aku”.

Bagaimanapun, meskipun dia tersangkut di batang pohon…tangan dan


kakinya tidak bengkok ke arah lain.

Hm, aku melihat sekeliling untuk mencari apakah ada pijakan untuk
menolongnya.
…Sepertinya aku akan menendang jendela itu saja lalu lompat ke batang
satunya.
Aku terbang menuju batang dekat prajurit itu. Jaga-jaga jikalau ada
kemungkinan patah tulang, akupun berusaha mendarat tanpa
menggoyangkan batangnya.

“Baiklah, aku akan menurunkanmu, jadi tolong jangan bergerak..” (Satou)


“Eh, bagaimana kau bisa sampai disini? Tolong jangan memaksakan diri dan
panggil prajurit lain saja!” (…)
Aku pelan-pelan mengangkatnya.
Jika dia mengalami patah tulang maka, mendarat di tanah akan berbahaya…
karena tingginya mencapai 4 meter dari tanah. Akupun melompat ke atap
yang sedikit lebih tinggi di samping batang kayunya.
“Meskipun aku sudah berusaha agar tidak menyentakmu saat melompat, apa
kau baik-baik saja?” (Satou)
“Iya, Aku sempat kaget, tapi aku baik-baik saja.” (prajurit)
Aku bergerak dari atap-ke atap sambil mencari gedung yang memiliki pintu
masuk dari atap, ada banyak cucian berserakan, mungkin ditinggalkan saat
iblis itu menyerang.

Setelah memeriksa keberadaan orang di radar, aku keluar dari rumah menuju
gang, aku membawa prajurit itu dengan princess carry menuju ke plaza.

“Oh iya, aku boleh tanya?” (Satou)


“Iya, apa?” (Prajurit)
“Meskipun kau terlempar karena iblis itu, bukannya tadi itu terlalu jauh? ”
(Satou)
Ini bukanlah manga gag. Dari plaza ke sini jaraknya sekitar 10 meter.
“Aku terlempar karena serangan iblis itu, karena bahaya jika langsung jatuh,
aku menggunakan sihir untuk mengurangi kecepatan jatuhku. Setelah itu aku
kehabisan kekuatan sihir. Aku tak ingat saat tersangkut di cabang pohon itu.”

Sihir sepertinya berguna meskipun bukan seorang penyihir yang


menggunakannya…

Terdapat pos perawatan sementara di plaza.


Ada matras berderet dan beberapa orang yang terluka agak jauh dari pos
perawatan itu… Ternyata itu bukan untuk yang terluka, tapi untuk mayat…
“Orang-orang yang diselamatkan dari reruntuhan, tolong berkumpul di
sebelah sini.” (…)

Seorang wanita dengan jubah putih berteriak kepada orang-orang yang


terluka untuk berkumpul disana, jadi aku kesana.

“Untuk yang membawa pasien, tolong menjauh sedikit dari tubuh pasien.”
katanya,

aku merenggangkan tanganku dan membuat celah diantara dadaku dan


prajurit itu.

“Saya akan membersihkan kotorannya, mungkin sedikit mengagetkan, tapi


tolong jangan jatuhkan mereka (pasiennya).” (…)

“■■■ ■■■■ ■■■■■ Soft Wash (Cuci dengan lembut).”

Aku ikut basah seperti prajurit ini. Memang kotoran dan darah (dari prajurit
yang mati sebelumnya) di jubahku menghilang.

>[Mendapatkan Sihir Kehidupan]


Benar-benar sihir yang sangat berguna. Kalau ada sihir seperti ini aku tidak
perlu mandi kan?

“Saya akan segera mengeringkannya.”(…)

“■■■ ■■■■■ Dry (Kering).”

“Sudah selesai. Baiklah, tolong tunggu di dalam lingkaran yang di gambar


dengan kapur di sebelah sana. Disana kami mengumpulkan yang terluka.” (…)

Si jubah putih itu menuju ke pasien selanjutnya.


Ini pertama kalinya aku mendengar magic chant sedekat ini, tapi bukannya
kata-kata, aku mendengarnya lebih seperti suara aneh. Rasanya seperti nada
music dari DTM software?
Meskipun bukan luka yang mengancam nyawa, orang-orang yang mengalami
patah tulang berkumpul disana. Tempatnya penuh, tepat setelah kami masuk.
Aku tidak terluka, aku disini karena untuk mendapatkan skill baru (wkwkkw).

Dua gadis dengan seragam dan aura seperti priestess (pendeta/suster)


mendekat, masing-masing didampingi pelayan.

“Sekarang, Gadis suci Parion akan memberikan kalian mukjizatnya. Semuanya,


dimohon tenang.” Pelayan dengan tubuh besar itu berteriak kepada orang-
orang yang terluka. Dan entah darimana, pelayan satunya dengan tubuh kecil
berkata pada orang-orang yang tegang, “Tolong badannya rileks saja~”.

Setelah orang-orang yang terluka itu tenang, gadis suci itu mulai magic
chant nya.
(TLN :Magic chant sama seperti spellcast : artinya membacakan mantra)
「■■■■■ ■■■■ ■■■」
「■■■■ ■■■■ ■■■ ■■■」
(Lupakan… itu terlalu panjang, priestess-san.)
「■■■■■ ■■■■ ■■■ Area Heal.」
>[Mendapatkan Holy Magic: Parion Belief ] (TLN : Magic Suci : Pengikut
Parion (nama dewa))

Kebanyakan orang sepertinya sembuh oleh sihir tadi.


Dua pelayan tadi berkeliling memberikan penyembuhan tambahan ke orang
yang membutuhkan.
Pelayan yang besar itu berkata, “Karena ini adalah patah tulang, jadi tolong
istirahat nanti “, Sambil memberikan pertolongan pertama pada prajurit yang
kubawa.
Oh iya, Ini bukan BL oke? (TLN : BL=Boys Love/Yaoi/Gay)
Meskipun prajurit ini masih tumbuh secara fisik, dia itu gadis sungguhan.

Baiklah, aku sudah mempelajari beberapa sihir, tapi aku tidak tahu
bagaimana chantnya(pelafalan/bacaan), ada toko sihir dan toko buku yang
menjual buku sihir di plaza, tapi tokonya hancur dan mungkin saat ini tutup…
“Hal baik yang kau lakukan untuk orang lain adalah hal baik yang kau lakukan
pada dirimu sendiri.” (TLN: Peribahasa Jepang)

Aku akan membuat diriku terkenal dengan pemilik toko buku dan toko sihir
itu dengan meolong mereka, itu alasan egois yang ada di kepalaku.

Sebuah kereta setengah terkubur di toko sihir.


Setelah memastikan tak ada korban di dekatnya, aku menariknya keluar.
…Setelah kupikir lagi, Aku terlihat mencolok kalau melakukan ini kan?
Ada sebuah mayat dengan kondisi mengenaskan tersangkut di kereta, perutku
lalu merasa mual… aku lemah dengan hal-hal menyeramkan seperti ini.
Bagian dalam toko sihir ini telah hancur, tapi kelihatannya orang-orang di
dalamnya baik-baik saja karena ada pintu belakang. Karena aku melihat sosok
seseorang di radar dari balik pintu itu, berharap mereka baik-baik saja,
akupun menuju ke toko buku.

Dinding depan dari toko buku itu hancur, terlihat seperti akan rubuh setiap
saat. Saat aku mengintip ke dalam, banyak rak buku telah jatuh dan bukunya
berserakan.
Dari peta, sepertinya ada 2 orang yang tertindih rak buku.
Rak bukunya disusun berdampingan, karena terbuat dari kayu eboni yang
tebal, jadi sangat berat. Aku mengangkat rak bukunya ⇒ Memasukkan
bukunya ke rak ⇒ Setiap aku mengankat raknya ada buku yang mengganjal
jadi aku tak bisa mendirikan raknya dan itu membuatnya memakan waktu
yang cukup banyak. Dan juga karena aku takut raknya rusak jika aku
mengangkatnya dengan paksa. 1 jam setelahnya, aku akhirnya bisa
menyelamatkan seseorang.

Dia anak laki-laki berumur sekitar 10 tahun. Dia tidak sadarkan diri tapi
masih bernafas. HPnya menunjukkan setengah, Aku menghentikan
pekerjaanku dan membawanya ke pos perawatan. Tak lupa aku beritahu telah
menyelamatkannya dari toko buku.

Dia bukan priestess yang sebelumnya, tapi seseorang yang terlihat seperti
penyihir yang menyembuhkan para pasien dengan sihir air. Huh, sihir
penyembuhan bisa dilakukan dengan berbagai elemen ya? Ada lebih
banyak priest sekarang, tapi mereka memakai pakaian yang berbeda, apa
mereka dari aliran yang berbeda?
Baiklah, berhenti menunda-nunda dan lanjut bekerja. Karena orang yang
butuh diselamatkan lagi, pastinya penjaga toko itu!
Aku melanjutkan pekerjaanku mengangkat rak-rak buku dan mengembalikan
buku ke raknya, sampai akhirnya aku bisa membantu kakek penjaga toko
yang terkubur tumpukan buku. Dia tidak tertimpa raknya tapi sepertinya
tertimpa buku-buka yang berjatuhan, HPnya cukup rendah. Setidaknya dia
masih sadar.

“Terima kasih telah menolongku.” (Kakek)

Suara yang cukup nge bass, cocok untuk jadi seiyuu. Seorang kakek berambut
putih yang romantis, dia pasti cukup terkenal waktu mudanya. Di luar toko,
Seorang nenek dan putrinya telah kembali. Sepertinya mereka pergi belanja
ke gerbang barat yang ditutup dan baru saja dibuka tadi.

Aku membawa kakek itu ke pos perawatan. Nenek itu juga mengikutiku. Dan
putrinya tetap di toko untuk bersih-bersih.

Di pos perawatan, orang-orang yang terluka bertambah banyak. Dan jelas saja
para healer kerepotan menanganinya. Dua orang pembantu healer
priestess yang sebelumnya kehabisan MP dan duduk di bangku.
Aku mencari di penyimpanan…ini dia.
Aku mengeluarkan 3 botol MP recovery dari kantongku dan memberikannya
pada 2 orang itu. Anggap saja sebagai ganti skill yang kudapat tadi.
Awalnya, pembantu dengan tubuh besar itu curiga, tapi setelah dia tahu itu
adalah MP recovery dia lalu berterima kasih….tapi, tolong jangan
meminumnya dengan sekali teguk dan satu tangan di pinggang. Kau terlihat
seperti orang tua. Priestess itu diam dan menunduk dengan wajah pucat.
Mungkin dia kelelahan karena menggunakan terlalu banyak sihir.
Aku meninggalkan penjaga toko itu di pos perawatan dan kembali ke toko
membantu bersih-bersih.

Oh iya, aku melupakkan hal yang penting.


Putri dari pemilik toko buku. Namanya Semone-san. Dia sebenarnya adalah
cucunya, dan berdada besar! Meskipun tersembunyi di balik pakaiannya, tidak
salah lagi, ukurannya E cup! Dengan rambut pirang yang panjang dan
sepasang mata biru, dia seumuran dengan Nadi-san!

Aku membetulkan posisi rak bukunya sambil mengobrol santai dengannya,


aku menikmati bekerja sambil meletakkan buku yang hilang ikatannya ke
dalam kotak.
Aku suka menata buku~
Aku tandai semua buku yang menarik saat menempatkannya. Aku bisa
melihat banyak tanda panah melalui AR. Saat hari sudah mulai gelap, penjaga
toko itu kembali. Aku dengan halus menolak tawaran makan malam mereka,
dan membeli 3 buku yang menarik perhatianku lalu pulang. Mereka mau
memberinya sebagai ucapan terima kasih, tapi aku meminta cukup diberi
diskon saja.

“Buku petunjuk untuk Turis Ibukota Kerajaan “,”Buku Pengantar untuk sihir
kehidupan”, dan “Buku sihir kehidupan” yang seharusnya 2 koin emas dan 3
koin perak menjadi 2 koin emas saja karena diskon.

…sayangnya, Putri pemilik toko buku itu sudah menikah. Dan suaminya
seorang penyihir…

>Mendapatkan Title [One Who Prays for the Dead] (TLN : Dia yang berdoa
untuk mereka yang mati)
>Mendapatkan Title [Penyelamat]
>Mendapatkan Title [Dia yang Melindungi Buku-buku]
2-2. Ayo Belajar Sihir Kehidupan!
Translator : nuasa
Satou disini, meskipun banyak peristiwa yang terjadi, sayangnya semua itu
berakhir dengan cepat, Satou.
Pasti karena wajahku! Karena wajahku kan?!

Karena banyak hal yang terjadi kemarin, aku langsung tertidur setelah makan
malam.

Hari ini adalah hari membaca!


…Begitu rencananya, tapi ruangannya gelap. Meskipun ada jendela untuk
masuknya cahaya, tapi masih kurang terang untuk aku membaca.
Kalau tidak salah, di samping penginapan ini ada kedai kopi kan?
Aku sarapan menu spesial yang ada di sana ah, itupun kalau memang ada
menu spesialnya…
Kedai di lantai satu sudah dipenuhi orang-orang yang ingin sarapan.
Sepertinya hari ini, jumlah pelanggannya lebih banyak dari kemarin. Aku
memberikan kunci kamarku ke Ibu pemilik penginapan. Martha-chan dengan
riangnya menyambutku saat aku keluar. Aku terpesona dengan semangat
paginya.

Pintu gerbang kota juga terlihat lebih ramai dan sibuk dari kemarin. Banyak
kereta kuda keluar masuk yang ditarik oleh orang-orang yang kelihatannya
seperti petani. Kenapa mereka tidak memakai kuda atau sapi ya?

Aku langsung mencari kedai kopinya sambil melihat-lihat, ternyata sedikit


lebih jauh dari yang kuingat.
Kedai kopi ini menggunakan ruangan dalamnya untuk makan, sedangkan
teras luarnya digunakan untuk minum teh. Saat aku bertanya kepada
pelayannya, dia mengatakan kalau itu bukan keputusan sang pemilik kedai.
Karena di dalam kedai sedikit gelap, aku memilih duduk di luar supaya bisa
sambil membaca.

Aku memesan jus buah dan sandwich untuk sarapan. Isian sandwich itu
terdiri dari daging babi, sayuran dan keju. Jus buahnya mirip seperti jus jeruk.
Rasanya sedikit lebih kaya daripada jeruk. Cangkirnya tidak terbuat dari kaca
melainkan dari tembaga, dan karena dingin, rasanya jadi lebih enak. Apa ini
didinginkan dengan sihir kehidupan ya? Ah aku jadi semakin bersemangat
mempelajarinya ~ ♪

Oh, iya, disini ada 3 pelayan. Seorang wanita yang berusia 20 tahun dengan
rambut merah tuanya, lalu, gadis ramping berusia 16 tahun dengan rambut
coklat dan tahi lalat khasnya itu, dan yang terakhir, seorang gadis yang
kelihatannya berusia di bawah 12 tahun dengan rambut hitam panjangnya.

Mereka bekerja dengan riang.

Sambil menikmati pemandangan ini, aku membaca buku pengantar untuk


sihir kehidupan.

Sihir kehidupan [Life Magic] adalah sihir yang tidak termasuk golongan sihir
dari 4 elemen sihir utama, ini adalah sihir yang berguna untuk kehidupan
sehari-hari. Sihir ini termasuk lemah jika dibandingkan dengan sihir
elemental. Kelebihannya adalah sihir ini hanya membutuhkan kekuatan sihir
yang kecil, sehingga orang-orang yang tidak bisa menggunakan sihir tipe
serangan pun bisa menggunakannya. Namun, meskipun banyak mantranya
yang bermanfaat, kebanyakan penyihir meremehkan sihir kehidupan ini.
Mereka menjuluki penyihir yang hanya bisa menggunakan sihir kehidupan
dengan sebutan ‘Spell-User/pengguna mantra’ bukannya ‘Magician/Penyihir’,
orang-orang ini juga diperlakukan seperti petugas kebersihan kota. Oleh
sebab itulah hanya sedikit yang mau mempelajari sihir kehidupan ini. Bahkan
ada yang sampai membuat buku yang berisi keluhan tentang ini.

“Selamat pagi, Satou-san!” (Nadi-san)

Aku disambut dari luar teras oleh Nadi-san.


Kupikir dia masih syok karena kejadian kemarin, tapi ternyata dia terlihat
cukup energik. Dia benar-benar perempuan yang kuat!
“Selamat pagi. Bagaimana perasaanmu, Nadi-san?” (Satou)
“Terima kasih banyak atas bantuanmu kemarin. Tidak hanya membantuku
menjauh dari lokasi bahaya, kau juga sampai mengantarku dengan kereta
kuda” (Nadi-san)
“Tidak usah dipikirkan.” (Satou)
Karena dia sudah disini, aku mempersilahkannya untuk duduk.

“Apa itu buku tentang sihir kehidupan?” (Nadi-san)


“Iya, aku membelinya kemarin, dan berharap setidaknya aku bisa
menggunakan sihir yang dasar.” (Satou)
Karena sihir kehidupanku sudah level 10, aku hanya tinggal mempelajari cara
pelafalan/membaca (chant) mantranya.

“Untuk sihir kehidupan, aku sarankan untuk berlatih [Water Spring/Mata Air]
atau [Dry/Pengering] disesuaikan dengan elemen utamamu. Kebanyakan
buku biasanya merekomendasikan [Ignition/Membuat Api] tapi kalau kau
menyebabkan kebakaran di kota, bisa berbahaya nanti.” (Nadi-san) (TLN :
Pakai yang B.Inggris aja biar lebih enak XD)

Masuk akal juga.


“Kalau [Water Spring] kau nanti bisa menyimpan airnya di ember, tapi tolong
jangan gunakan cangkir logam yang ada disampingmu itu, karena mudah
tergores.(Nadi-san)

Aku menarik airnya dari uap/udara atau bagaimana ya?

“Kalau untuk [Dry] kau bisa berlatih menggunakan baju basah yang di
gantung.(Nadi-san)

Penjelasan yang cukup ilmiah, yah meskipun ini fantasi.

“Oh iya, apa Satou-san tidak memakai Cane (tongkat sihir)? Kau tidak bisa
menggunakan sihir kalau tidak memakai cane.” (Nadi-san)

Apa?! Ada batasan seperti itu?!


“Kalau diingat-ingat, para penyihir kemarin juga menggunakan cane,
pengguna sihir kehidupan juga pakai ya. Tunggu, bagaimana dengan para
prajurit itu? Dan para pendeta yang waktu itu juga tidak memakai
cane.”(Satou)
“Maksudmu para pendeta Parion? Kemungkinan mereka memiliki tanda suci
sebagai penggantinya. Para prajurit itu juga kemungkinan memiliki alat
invokasi sebagai gantinya”(Nadi-san)
“Nadi-san, alat invokasi itu apa? Apa bedanya dengan cane?” (Satou)
“Alat invokasi itu berbentuk seperti cincin atau semacam aksesoris lain, yang
fungsinya seperti cane, alat ini digunakan untuk membantu pengaktifan sihir.
Efeknya lebih rendah dibanding menggunakan cane, dan harganya juga mahal,
jadi hanya sedikit penyihir yang memilikinya. Meskipun begitu, alat ini
dibutuhkan untuk mereka yang bekerja sebagai Magic Swordsman.”(Nadi-
san)

Dia benar-benar wikipedia berjalan . Si wanita ensiklopedia, Nadi-san.


Cane ya… Ada berbagai jenis wand (TLN: sejenis tongkat sihir juga) di
[Penyimpanan]. Tapi efeknya terlalu kuat, menakutkan. Kalau bisa, aku mau
berlatih dengan barang murah dulu. Tapi, toko sihir yang ada di tengah kota
itu tidak akan buka sementara waktu ini, dimana ya aku bisa
mendapatkannya??

“Nadi-san, Apa kau tahu tempat dimana aku bisa membeli cane pendek?”
(Satou)
“Kalau itu, bisa toko sihir di tengah kota… tapi, jelas masih tutup karena
kejadian kemarin kan? Oh iya, kau bisa membelinya di toko alkimia di barat
kota.”(Nadi-san)
Aku pun mencatat arah jalan ke toko alkimia itu dari Nadi-san.
Lalu, setelah memberitahuku hal-hal penting mengenai area barat kota, Nadi-
san kembali ke pekerjaannya.
Karena sudah memasuki waktu makan siang, area teras kedaipun mulai
dipadati pengunjung.

Aku selesai membaca buku pengantar sihir kehidupan bersamaan dengan


selesainya makan siangku dengan pasta. Kenapa kota fantasi ini penuh dengan
rasa yang tidak biasa!

10 menit setelah aku memasuki area barat kota, isi dari dompet buatan yang
menggantung di pinggangku hilang. Bagian bawah dompetnya sobek dan
isinya kosong, hanya tersisa bebeapa sen saja di dalamnya.

Dilihat dari [Log], sepertinya aku di copet. Benar-benar fungsi seperti-game


Aku melewati area yang menjual berbagai macam keperluan sehari-hari, lalu
berbagai toko yang terlihat mencurigakanpun mulai banyak bermunculan.
Kita bisa melihat banyak wanita seksi dan om-om menyeramkan berkeliaran.

Ada sebuah alun-alun di tengah kota. Toko alkimianya berada sedikit lebih
jauh di depan. Banyak warung jalanan terlihat berderet di alun-alun ini, ada
yang menjual burung, ternak dan sejenisnya, mereka bersaing satu sama lain.

Di pintu masuk alun-alun, seorang pedagang mengumungkan sesuatu tentang


Slave Market (pasar budak). Sepertinya baru akan buka 3 hari mulai dari
besok malam.

Saat kuperhatikan, ada beberapa anak laki-laki dan perempuan dengan Slave
collar di lehernya (Slave collar : biasanya berbentuk kalung rantai) berdiri
berjejer dengan para ternak. Setengah dari mereka terlihat terluka. Tatapan
mereka semua kosong, para ternaknya justru terlihat lebih sehat daripada
mereka. Aku merasa harus membeli mereka semua, tapi itu hanya akan jadi
kepuasanku sendiri, jadi aku mengurungkan niatku. Penderitaan mereka tidak
akan berakhir hanya karena aku membebaskan mereka kan? Atau aku hanya
beralasan saja?
Seletah melewati alun-alun, kita bisa melihat deretan tempat pelacuran. Aku
merasa seperti kembali ke masa lalu. Tapi, daripada slave yang dipaksa,
seorang wanita professional dalam bidang sex tentunya lebih baik kan?
Malam ini, aku mau mampir ke tempat yang ada wanita cantiknya ah~! Aku
penasaran apa ada kabaret juga ya? Ah Aku mau mengobrol tentang hal-hal
mesum dengan mereka sambil mandi busa~…

Ah, ini bukan waktunya memikirkan itu.


Sepertinya, toko alkimia itu berada di tengah-tengah deretan jalan pelacuran
ini. Mungkin karena permintaan obat yang tinggi ~
Berkat saran dari Nadi-san supaya aku selalu berjalan di tengah jalan, aku jadi
bisa sampai ke toko alkemia tanpa diseret ke gang sempit. Eh tunggu, tapi tadi
aku dicopet, jadi tidak sepenuhnya aman…

“Selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?” (…)

Ada seorang dwarf di dalam tokonya. Jujur, dia tidak manis sama sekali,
seorang om-om setinggi 1 meter. Dia seorang gnome atau hobbit ya? Indikator
AR menunjukkan dia dari ras fairy (peri). Saat kulihat baik-baik, muncul
indikator “Earth Fairy (Gnome)”.

“Kalau hanya mau melihat-lihat, pergi saja!”(Dwarf)

Aw, dingin sekali.


…Aku ini pelanggan loh?
“Aku mau membeli tongkat pendek, apa anda punya barangnya? ” (Satou)

“Spell-user ya? Ada yang murah, mahal dan sangat mahal, mau pilih yang
mana?” (Dwarf)

Kasar sekali~

“Boleh aku lihat dulu yang murah dan yang mahalnya?” (Satou)

Penjaga toko itu lalu mengambil sebuah tongkat kayu dan tongkat tembaga
pendek. Tongkat pendek ini persis seperti milik seseorang anak laki-laki dari
british yang terkenal itu (TLN : Harry Potter) sebuah tongkat sederhana.
Kalau kau tidak tahu, coba bayangkan tongkat konduktor orchestra, hanya
saja lebih tebal. Aku memandangi kedua layar AR spesfikasi tongkat itu
masing-masing. Tongkat yang kayu memiliki status [Magic Activation
Support/Bantuan Aktivasi Sihir + 3][Magic Effect Expansion/Perluasan Efek
Sihir -2], dengan harga pasarnya 2 koin tembaga besar, tongkat yang tembaga
memiliki status [Magic Activation Support/Bantuan Aktivasi Sihir + 3],[Magic
focus support/Bantuan Pemusatan Sihir + 2],[Magic Effect
Expansion/Perluasan Efek Sihir +2], dengan harga pasarnya 3 koin perak.
Sejujurnya, meskipun aku bisa tahu spesifikasinya, tapi aku tidak tahu apa
perbedaannya.

Tongkat tembaga ini sepertinya memiliki performa yang lebih baik. Tapi
seorang penyihir harus memiliki tongkat yang kayu, jadi aku beli yang kayu.
Penjaga toko itu pun terlihat tidak suka karena aku memilih yang murah.

Aku mungkin perlu beli beberapa obat-obatan juga disini.


Oh iya, ngomong-ngomong tentang alkimia, tentu ada ramuan!
“Apa disini ada buku petunjuk dan alat untuk meramu?” (Satou)

Penjaga toko itu tersenyum lebar sambil tertawa. Dia mungkin berpikir aku
ini pemula.

[Buku pengantar untuk Meramu Obat, Untuk Latihan],[Buku tentang Racun


dan Penawar][Buku tentang Penyakit dan Cara Mengobatinya], 5 set alat
meramu dengan kotak berlebihannya, seperangkat alat panen tanaman obat,
dan satu set alat ramu bahan kimia untuk pemula.

“Ini semuanya!” katanya, sambil mengumpulkan alat-alat itu.

…Hmm? Apa dia sedang mengujiku?


Alat imbuing magicnya memiliki status [Tipe Imbuing Magic Palsu] Sedangkan
yang lainnya asli.
“Apa tidak ada alat imbuing lainnya? Aku tidak suka yang ini.” (Satou)

Aku terang-terangan menunjuk barang palsu itu.


“Fumu, alat ini sengaja aku letakkan untuk mengelabui mereka yang tidak
tahu apa-apa.” (Dwarf)

Entah kenapa dia terlihat senang. Bukan hanya terlihat dari wajahnya, tapi
suasananya juga sedikit melembut.

Kali ini dia mengeluarkan 3 alat imbuing.

Satu alat dengan dekorasi ornament yang terlihat mahal, lainnya adalah alat
yang terlihat seperti sudah sering digunakan, dan yang terakhir adalah alat
yang terlihat murahan dan jelas palsu. Alat dengan dekorasi mahal itu di
pasangi dengan sihir, saat aku memegangnya dan menggerakkan tanganku,
alat itu memancarkan cahaya hijau redup. Sudah jelas ini palsu.

“Aku pilih yang ini.” Tentu saja aku pilih yang terlihat sering dipakai.

Harga pasarnya 15 koin emas ya. Ngomong-ngomong, apa aku yang seorang
pengguna-mantra pemula yang datang hanya untuk membeli tongkat pendek
murah ini terlihat seperti orang kaya?

“Begitu ya, jadi kau pilih yang itu…kalau kau pilih itu, kau tidak butuh hal lain
selain bahan-bahan mentahnya, meskipun kau sudah jadi seorang ahli
alchemist nanti.” (Dwarf)

“Berapa harganya?” (Satou)

“10 koin emas.” (Dwarf)

Eh, kenapa harganya lebih murah dari harga pasar?


Penjaga toko itu hanya tersenyum melihat wajahku.
“Sudah aku duga, kau ternyata memiliki [skill appraisal]”(Dwarf) (TLN : Skill
penaksiran)
Penjaga toko itu sepertinya bangga dengan tebakannya, meskipun aku tidak
punya skill itu.

>[Mendapatkan Skill Appraisal]


Erm, aku tidak akan protes.
“Apa tidak apa-apa hanya 10 koin emas?” (Satou)

“Iya, Aku juga senang kalau orang yang bisa diandalkan sepertimu belajar
alkimia.” (Dwarf)

Kalau dipikir-pikir, bukannya ini karena skill menawarku?

Aku pun membayarnya dan menerima beberapa buku dan alat lain. Sudah
kuduga, tasnya tidak muat. Aku memutuskan untuk kembali ke penginapan
sambil membawa buku-bukunya dengan kedua tangan. Aku pergi
meninggalkan toko setelah berterima kasih kepada penjaga toko itu.

Hal-hal yang aku perlukan bertambah lagi.


Aku akan belajar alkimia setelah belajar sihir kehidupan!

2-3. Pelafalan, Prajurit dan Keributan di


siang hari
Translator : nuasa
Satou disini. Sambil mengayunkan tongkat pendekku, aku merasa… lebih
seperti konduktor ketimbang penyihir.

Tapi aku tidak mendapatkan skill konduktor. sedikit mengecewakan, Satou.

Bendera harem sepertinya masih lama.


Setelah aku kembali ke penginapan, aku menyimpan alat-alat alkimianya.

Aku mau menyimpannya di dalam [Tas genggam 30], tapi, yang kudengar dari
Nadi-san selama tur, alat ini sangat populer di kalangan orang kaya sewaktu
era Raja Nenek Moyang Yamato, tapi sekarang, hanya bisa diperoleh untuk
para tantara, bangsawan kelas atas atau pedagang yang kaya.

Karena itu, aku tidak bisa menggunakannya sembarangan. Bukan masalah


kalau nanti ada pencuri yang melihatnya, tapi kalau seorang bangsawan yang
melihatnya, aku tidak akan bisa lagi berkeliling di kota ini.

Aku mengikuti saran Nadi-san kemarin, aku mengisi ember penuh dengan air
dari Kendi air neraka. Aku mencelupkan selembar kain lalu kuperas. Aku
mengeluarkan baskom yang kubeli kemarin dan meletakkan kainnya.

Baiklah, persiapan selesai!

Waktunya untuk melafalkan [Dry]!

“Lu lula la li lu… la?”

Meskipun aku bisa membaca tulisannya, aku tidak bisa mengucapkannya!


Ibarat membaca 100 kata dalam 1 menit.

Permainan mustahil macam apa ini?

Selanjutnya, akupun terus berlatih pelafalannya meskipun sedikit putus asa,


dan pada akhirnya aku tetap tidak bisa. Kainnya lama-lama juga akan kering
sendiri, tapi aku tidak senang sama sekali!
“Oke! Aku harus cari bantuan!!”
Aku berdiri dan mengepalkan tanganku!
Harus panggil Nadi-san kalau ada masalah! Aku akan minta beberapa saran
darinya.
“Nadiemo~n, tolong aku~.” (TLN : Doraemon XD)

Meskipun merasa tidak bersemangat, aku tetap berjalan menuju Guild


Pekerja.

…Tapi sayangnya, Nadi-san tidak ada.

Karena Nadi-san tidak juga datang setelah kutunggu sampai malam, aku pergi
ke toko buku di pusat kota. Aku yakin ada buku sihir kehidupan lain selain
dari yang sudah kubeli.

Di perjalanan, aku dipanggil ke toko pakaian. Sepertinya baju pesananku


sudah jadi lebih cepat.

Apa mungkin karena pemilik toko ingat kalau aku pernah bilang ‘tidak punya
baju ganti’, jadi dia mempercepat pesanannya ya?

Kalau begitu, ayo kita ambil.

“Benar-benar pas dan cocok.”


“Iya, kau terlihat seperti pewaris perusahaan besar ataupun seorang
bangsawan.”
Pemilik toko dan istrinya memujiku.

Untuk memastikan ukurannya, aku berpose di depan cermin lantai panjang.


Tapi sepertinya ini lebih bagus dari baju contoh yang waktu itu. Aku bukan
memuji diri sendiri loh.
“Memang, dan juga ini lebih bagus dari contoh kemarin.”
“Kau benar! Karena ini pesanan yang buru-buru, aku meminta bantuan
beberapa penjahit yang berbeda dari biasanya, tapi jahitan dan garisnya
bagus, benar-benar indah! Ah~ berkat kau juga aku bisa menemukan penjahit
yang bagus.”
Entah kenapa, aku merasa jadi merepotkan.
Seletah semua ini, aku akan membawanya dan langsung memakai baju baru
ini.

Saat tiba di gerbang kota, aku diminta untuk menunjukkan tanda pengenalku.
Menurut petugas gerbang itu, sepertinya, ada beberapa pencuri yang
menyelinap masuk setelah kejadian kemarin, jadi sekarang perlu menunjukan
tanda pengenal.

Di plasa, kebanyakan toko di sepanjang jalan utama sudah buka. Karena


pertempuran terjadi di depan gerbang kastil, jadi hanya beberapa toko yang
kurang beruntung saja yang rusak.

Aku membeli daun teh di toko spesialis yang menghadap ke plasa,


rekomendasi Nadi-san, aku juga membeli beberapa bumbu di toko rempah-
rempah.

Di toko makanan mewah, aku memberi beras, miso, kecap. Seperti yang
pernah kubilang, ada apa dengan dunia fantasi ini?

Di depan kedai di plasa, seorang bard menyanyikan sebuah lagu tentang


pertempuran dengan Iblis dan Ksatria kemarin dengan penuh semangat.
…Apakah sang topeng perak misterius itu adalah anak haram dari si earl?
Lagu semacam itu yang dinyanyikan. Topeng itu sebenarnya dari timah, tapi
dia menyebutnya perak, yasudahlah.
Karena aku juga menikmatinya, aku memberikannya satu koin perak.
…meskipun aku sedikit malu!

Berapa kali aku harus memutar jalan hanya untuk ke toko buku.

“Satou-san, Terima kasih banyak untuk yang kemarin!” (Semone)

Semone menyapaku dengan senyum di dalam toko buku. Sepertinya, hari ini
adalah gilirannya jaga.

“Hai Semone-san. Bagaimana kondisi paman?” (Satou)

“Dia sudah dirawat dengan sihir penyembuh, tapi karena memang sudah tua,
nenekku yang menjaganya selama dia beristirahat 2-3 hari kedepan.”
(Semone)

Paman, kau beruntung memiliki cucu yang baik, aku iri.

Aku berbincang mengenai kegiatan sehari-hari sampai makanan, sebelum


akhirnya mengatakan tujuanku.

“Kau mencari buku tentang cara berlatih pelafalan sihir kehidupan?”


(Semone)

“Iya, Aku bisa mengerti penjelasan dari buku yang kubeli sebelumnya, tapi
aku kesulitan untuk pelafalannya…” (Satou)

“Umm, Satou-san, Sihir kehidupan itu skill yang cukup mudah diingat, tapi
biasanya butuh waktu 3-5 tahun latihan untuk bisa menguasainya. Terlebih,
meskipun dengan latihan selama itu, hampir 80% orang gagal melakukannya.”
(Semone)
“Tapi aku sudah mendapatkan skillnya sekali?” (Satou)

Yah meskipun itu karena cheat…

“Umm, meskipun kau sudah memiliki skill itu, hanya sedikit orang yang bisa
mengingat pelafalannya…” (Semone)

Aku dengar dulu saja penjelasannya, tidak ada ruginya.

“Orang yang memiliki bakat ya? Memang, ada beberapa orang dari keturunan
keluarga penyihir akan memiliki skill bawaan sejak lahir, tapi, orang-orang
seperti itu biasanya memiliki anggota keluarga yang bisa menggunakan sihir
yang akan mengajarkan…”(Semone)

Jadi tidak perlu belajar dari buku…mungkin begitu maksudnya.

Apa boleh buat, aku akan membeli buku yang berhubungan dengan latihan
vokal dan akting saja. Aku akan meningkatkan kemampuan berbicaraku.

Toko sihir yang menghadap ke jalan utama ditutupi dengan sesuatu seperti
kain terpal. Sudah kuduga, masih tutup..

“Halo, kakak yang lincah-san.” (…)

Saat aku menengok, terlihat seorang gadis yang mengenakan gaun satu
potong polos yang elegan, dia sedikit membungkukkan tubuhnya ke depan
dan melihat ke arahku. Dengan tubuh langsing dan rambut bob lurusnya,
gadis yang menawan.

“Hai prajurit-san, gaunmu cantik sekali hari ini.” (Satou)

>[Mendapatkan Skill Lip Service] (TLN : Skill untuk memuji, hanya di bibir
saja)
Tolong jangan ganggu obrolanku dengan tampilan skill ini…

“Ehehe~, karena jarang libur, jadi tidak banyak kesempatan untuk memakai
pakaian seperti ini~” (Prajurit-san)

“Omong-omong, apa patah tulangmu sudah sembuh? “(Satou)

“Sudah! Maunya sih bilang begitu, tapi terkadang masih terasa nyeri, jadi aku
pikir untuk memeriksakannya ke kuil.” (Prajurit-san)

Hanya mengingatkan, dia adalah prajurit yang kuselamatkan dari pohon


kemarin..

“Kau tidak bisa menyembuhkannya sendiri?” (Satou)

“Tidak ada metode penyembuhan seperti itu dengan sihir angin.”(Prajurit-


san)

Begitu ya, jadi setiap elemen punya kelebihannya masing-masing

“Ah~ Zena sedang merayu cowok ~~!!” (…1)


“Oh, kau benar, terlepas dari wajahnya, dia berpakaian dengan rapih, terlebih,
dia masih muda! Kau memang hebat, Zena.”(…2)
“Kalian ini, sudah jangan meledeknya terus. Meskipun dia sedikit terlambat
dewasanya, dia sudah berusaha keras. Kita lihat saja dari sini dengan
hangat.”(…3)

Aku penasaran apa mereka teman-temannya prajurit-san, beberapa gadis


yang berisik berdiri di depan pintu masuk toko sambil berbisik satu sama lain.
Meskipun ada beberapa yang meledeknya, Oh, namanya Zena ya? Nama yang
terdengar bagus di telinga.

Zena-san panik dan wajahnya pun memerah. Ah, ekspresinya manis sekali~
“Ka-Kalian salah paham. Aku hanya berterima kasih padanya karena telah
menyelamatkanku kemarin.”(Prajurit-san~ jadi Zena-san)

Ketiga gadis itu tidak percaya begitu saja.

“Menyelamatkanmu? Jangan bilang!!”(…1)


“Pahlawan bertopeng perak itu?!”(…2)
“Tidak mungkin! Dia mengayunkan palu besar dan kapak dua tangan secara
bersamaan tahu? Pria yang terlihat lemah ini tidak mungkin bisa
melakukannya.”(…3)
“Tidak…b-bukan itu” (Zena-san)

Namun kata-kata Zena tidak sampai pada mereka.

“Kalau dilihat, tingginya sama ya?” (…1)


“Tapi, warna rambutnya kan beda, pria itu berambut pirang.”(…2)
“Dan dia juga tidak memakai topeng.”(…3)

“Sudah hentikan, tolong dengarkan aku!”(Zena-san)


Zena-san berteriak dengan sekuat tenaga!
Ketiga gadis itupun akhirnya menyadarinya.
“Pria ini yang membawaku sampai ke pos bantuan kemarin saat aku
terluka!”(Zena-san)

“Ah, maksudmu [menolong] yang itu.”(…1)


“Tapi, itu juga kan kesempatan emas?!”(…2)
“Jangan samakan Zena dengan kalian, pikirannya itu masih polos.”(…3)
Yap, mereka berisik. Aku merasa mereka hanya mendukung dia tanpa ada niat
buruk ataupun mengejek, mereka mungkin sayang padanya. Apa tidak apa-
apa aku mengganggu sekarang ya?
“Senang bertemu dengan kalian, Aku Satou, seorang pedagang. Aku berencana
untuk menetap di kota ini untuk sementara waktu, salam kenal.”(Satou)

“Onii-san, jadi kau benar bukan pacarnya Zena-cchi?”(…1)

“Aku baru saja bertemu dengannya kemarin. Dan lagi, aku baru tahu namanya
setelah kalian memanggilnya tadi.” (Satou)

“Tapi, tapi, aku pikir Zena sedang berkencan karena sampai memakai rok
seperti ini!”(…1)
“Ini bukan kencan.” (Zena)
“Tapi kau tidak pernah memakai rok, bahkan di hari libur sebelumnya.”(…1)
Zena-san dan ketiga gadis yang terlihat seumurannya itu berbincang dengan
riangnya.

“Aku akan senang kalau kau bisa berkencan dengan Zena-san. Gadis ini,
meskipun di umurnya yang sekarang, belum pernah berjalan dengan lawan
jenisnya, apalagi pacar.”(…2)
“Yap, meskipun dia adalah bangsawan yang jatuh, tanpa harta dan status, tapi
dia gadis yang baik. Dadanya mungkin rata, tapi dia pengguna sihir angin yang
mahir dengan masa depan yang menjanjikan sebagai prajurit.”(…3)
kedua gadis lainnya pun ikut menambahkan.
Aku suka kepribadiannya. Dalam lima tahun kedepan, setelah dia lebih
matang, aku mungkin akan mendekatinya~.
Zena-san menghentikan pertengkarannya dengan mereka dan kembali.

“Kami tidak jatuh !! Adikku benar-benar mewarisi pangkat itu. Meskipun


benar kalau kami tidak memiliki harta ataupun status di
pemerintahan…(Zena-san)
Jadi Zena-san ini bangsawan tingkat bawah ya.
…Dia tidak menyangkal tentang dada ratanya.
“Sudahlah, kita jangan mengejeknya lagi, ayo kembali ke istana. Kalau kita
terlambat ganti shift, latihan khusus komandan akan menunggu kita.”(…3)
“Sampai nanti~, Zena-cchi. Nanti ceritakan lagi sisanya ya ~”(…1)
“Zena, maju dan tunjukkan pesonamu! Tunjukkan keberanianmu! “(…2)
Ketiga gadis itu pun kembali ke istana dengan malas.
Zena-san terlihat lega dan sedikit malu.
Hmm? Seorang gadis kembali dengan langkah cepatnya dan memberikan
sesuatu ke Zena. Tatapan Zena pun kosong, tapi setelah dia tahu benda apa
itu, wajahnya pun memerah. Mungkin karena sudah menduga reaksinya akan
seperti itu, gadis itu berkata “berjuanglah”.

Zena pun diam-duam memasukkan benda itu ke kantongnya, dan akupun


tidak tertarik untuk membahasnya.
Karena aku ini orang dewasa. Yap.

2-4. Kencan di Siang hari


dengan Prajurit-san
Translator : nuasa
Satou disini. Dari pada menjadi pahlawan, Aku lebih memilih menjadi
penyihir.
Pelafalan itu, sesuatu yang menyusahkan dan menghancurkan hatiku.
Yah, sedikit terobati setelah mendengar perbincangan wanita antara Zena-san
dan teman-temannya tadi.

“Maaf soal keributan tadi. Mereka bukan gadis yang nakal kok, hanya saja
tidak biasa melihatku dengan pria…” (Zena-san)

Dia mendekat sambil memalingkan pandangannya. Dia tidak terlihat


menggodaku seperti saat pertama, kali ini benar-benar terlihat malu.

“Mereka sepertinya orang-orang yang menyenangkan. Aku suka kok. “(Satou)

“Aku senang kalau kau berpikir begitu. Oh iya aku jadi ingat, aku melihatmu
seperti sedang dalam masalah di depan toko sihir tadi, ada apa?”(Zena-san)

“Iya, aku menemukan hambatan saat berlatih pelafalan sihirku. Aku


penasaran apa mereka punya buku tentang latihan pelafalan, tapi seperti yang
terlihat, mereka masih tutup.”(Satou)

“Satou-san, Kau, ummm apa boleh aku memanggilmu Satou-san?”(Zena-san)

“Tentu saja boleh.”(Satou)


Lagipula aku juga sudah memanggimu Zena tanpa permisi.
“Apa Satou-san bukan hanya seorang pedagang yang lincah tapi juga sedang
dalam latihan sihir?? Omong-omong, kau juga tidak memakai baju
mencolokmu itu hari ini~, Kupikir yang ini lebih cocok denganmu.”(Zena-san)

Terpaku pada bagian yang ‘lincah’ nya saja, Dasar dia ini.

“Aku ingin bisa menggunakan sihir kehidupan, jadi aku berlatih itu, tapi aku
tidak bisa melafalkannya dengan benar…”(Satou)

“Begini, untuk sihir angin, orang-orang biasanya memulai dengan ■■■■ tapi
jika mereka memaksa melafalkannya, biasanya akan keluar seperti, lyu~lia
la~lule li la~o. Kalau hanya mengingat, semua orang juga bisa
melakukannya.”(Zena-san)
Zena memiringkan kepalanya dengan wajah yang mengatakan “Bagaimana
menjelaskannya ya~” itu.
“Oh, Irama. Ya, tolong coba perlahan melafalkannya dan ingat iramanya.
Selanjutnya setelah iramanya semakin meningkat, kecepatan pelafalannya
menjadi ■■■■!(Zena-san)
Jadi begitu~, tapi, meskipun yang dia katakan itu bukan sebuah rahasia, apa
tidak apa mengajarkannya begitu saja ke orang lain?

“Irama ya…Aku mengerti, terima kasih banyak profesor. Aku akan berlatih
keras dengan petunjuk itu.”(Satou)

“Iya, aku senang bisa membantu.”(Zena-san)

Zena pun tersenyum.


Aku harus memberinya sesuatu sebagai hadiah.

Aku memutuskan untuk menemani Zena setengah jalan menuju Kuil Parion di
distrik barat.
“Omong-omong, berapa lama Zena-san berlatih sampai bisa menggunakan
sihir angin?”(Satou)

“Latihan yang sebenarnya selama 3 tahun, tapi di belakang itu, aku juga
melakukan berbagai hal dalam keseharian untuk mempersiapkan diri menjadi
penyihir ~”(Zena-san)

Aku penasaran hal-hal seperti apa itu ya? …Aku harap bukan sesuatu yang
rumit.

“Untuk bisa memperlajari sejarah dunia penyihiran, sejak kecil, aku di didik
untuk membaca buku cerita bergambar untuk anak dengan suara keras,
berpuisi, latihan membaca kata dengan halus, latihan pernafasan
perut…mainan untuk mendeteksi aliran sihir. Bahkan mainan anak-anak pun
dibuat untuk latihan menjadi penyihir.”(Zena-san)

Sesaat, Zena terlihat sedikit murung.

“Meskipun begitu, bukan berarti aku sakit hati karena orang tuaku
membesarkanku seperti itu. Belajar sihir itu memiliki kesenangan tersendiri,
dan aku memiliki tujuan untuk bisa terbang di langit suatu saat nanti.(Zena-
san)

Tapi memang tidak ada jalan lain yang bisa dipilih sejak awal…

“Satou-san. Kenapa kau mau belajar sihir kehidupan? Apa karena bermanfaat
dalam bisnis?”(Zena-san)

“Tidak, karena tidak ada kamar mandi di penginapan, aku berpikir kalau aku
bisa sihir, aku tidak perlu mandi di luar…”(Satou)

Ah, dia tercengang.


Dia menatap mataku langsung, dan tertawa terbahak.
Apa selucu itu?
“Ahahahaha! I-Ini pertama kalinya aku mendengar alasan seperti itu untuk
menjadi penyihir.”(Zena-san)

Sepertinya benar, Zena tidak berhenti tertawa.

“Apa itu aneh?”(Satou)

Aku merasa itu alasan yang masuk akal. Tidakkah kalian juga mau membuat
semuanya lebih mudah?

“Tentu saja aneh!” Dia menjawab langsung.


“Karena, kalau kau memang punya keinginan dan dana untuk belajar sihir
kehidupan, bukankah lebih cepat kalau membangun kamar mandi di
rumahmu? Kau juga bisa membeli budak untuk bertugas memanaskan
airnya.(Zena-san)

Jadi begitu ya~


Tapi, aku mau melakukan sesuatu yang kubisa sendiri! Aku berpikir seperti
itu, tapi di dunia ini juga merupakan hal wajar untuk menyewa seseorang
bekerja, karena memang harganya juga murah.

“Tuan, tolong beli beberapa bunga ini.”(…)

Saat kami tiba di jalanan distrik barat, seorang gadis kecil membawa tas sulam
kecil yang berisi bunga, tiba-tiba menghentikan kami. Gadis kecil itu berhenti
sambil menggenggam sebuah bunga. Aku beberapa kali sempat bertatapan
dengannya, tapi kali ini, dia memanggilku.
Aku penasaran, apa dia pikir kalau laki-laki ditemani perempuan, pasti akan
membeli bunganya? Dia benar-benar pintar meskipun masih kecil.
“Baiklah, berapa harganya?”(Satou)
“Satu sen untuk satu ikatnya.”(Anak penjual bunga)
Aku pun menerima bunganya dan memberikan uangnya. Gadis kecil itu
dengan senangnya berterima kasih padaku dan lari menuju calon pelanggan
selanjutnya.
Aku menghadiahkan bunga itu ke Zena.
Zena terlihat terkejut. Maksudku, tidak ada pilihan lain selain ini kan?
“Umm, apa tidak apa-apa untukku?”(Zena-san)
“Iya, aku juga yang kerepotan nanti kalau kau menolaknnya.”(Satou)
Aku tidak mungkin membuangnya kan. Zena menggigit bibirnya dan terlihat
senang.
Huh? Apa ini sesuatu yang menyenangkan? (TLN : Lelaki tidak peka
wkwkkwwk)

…Yah, tidak apa, asalkan dia senang.

“Omong-omong, Satou-san. Apa kau ada acara setelah ini?”(Zena-san)


“Tidak, selain latihan pelafalan, aku tidak ada kegiatan lain. “(Satou)
…Ada alkimia sih, tapi aku bisa melakukannya itu kapan saja.

“K-Kalau begitu, bagaimana kalau kita mampir ke jajanan pinggir jalan


sembari jalan ke kuil?”(Zena-san)
“Boleh juga. Kalau bisa, aku mau kau memberitahu kan makanan khas kota
ini.”(Satou)
Zena mungkin tidak pernah mengajak seseorang sebelumnya, dan wajahnya
pun memerah saat aku mengusulkan itu. Karena hanya denganku, kau tidak
perlu segugup itu tahu (TLN : Justru karena elu wkwkkw). Aku jadi ingat,
sejak kapan aku bilang akan ikut dengannya sampai kuil? Yah, tidak apalah,
lagipula dia sudah memberitahukan rahasia pelafalan dan aku juga tidak
keberatan kencan dengan seorang gadis..

“Makanan khas ya? Serahkan saja padaku!”(Zena-san)


Dia sangat percaya diri. Yah aku bisa mengharapkannya, mungkin.

“Ini terbuat dari ubi manis, kukusan ubi manis yang disaring untuk dijadikan
selai yang kemudian di campur untuk membuat adonan roti. Dari dulu, ini
adalah makanan khas kota Seryuu.”(Zena-san)

Sesuatu seperti ubi manis untuk adonan roti ya. Teksturnya cukup lembut…

“Ini adalah sayap kelelawar goreng dengan saus miso hitam.”(Zena-san)

Sepertinya Zena juga tidak tahu nama makanan ini. Pemilik warung yang dari
tadi berdiri, tidak tahan lagi, akhirnya dia membuka mulut dan memberitahu
kami. …namanya sayap naga goreng.
Katanya ini makanan yang membawa keberuntungan.
“Dan ini adalah sesuatu yang Lilio rekomendasikan padaku. Ah, Lilio itu yang
paling kecil dari ketiga gadis tadi.”(Zena-san)
Terlepas dari gadis yang bernama Lilio itu.
Yang Zena rekomendasikan kali ini …warnanya coklat muda?…Aku penasaran
apa itu…
Untuk sementara, aku beli 2 porsi seharga 2 sen dari paman penjual jajanan
itu.
Aku menyedot cairan coklat itu dengan sedotan yang diberikan paman
penjual.
Ternyata ini sirup pati (TLN : Mizuame = starch syrup!)
“Sirup pati ya. Ah kangennya~”(Satou)
“Ah, Kau sudah tahu ya~”(Zena-san)
Dia terlihat sedikit kecewa. Aku harusnya lebih terkejut ya…Maaf.

“Sirup pati yang aku tahu itu tidak berwarna dan trasnparan, tadinya aku
tidak tahu ini apa.”(Satou)
“Tuan Bangsawan, sirup yang tidak berwarna itu barang mewah yang dibuat
menggunakan gandum dan gula yang mahal, kalau yang ini untuk rakyat biasa
terbuat dari ubi manis, buat gabo dan malt, itulah kenapa warnanya
coklat.”(Paman Penjual)
Paman penjual jajanan itu menjawab dengan sedikit berlebihan.
Siapa yang bangsawan? Dia tidak mengatakan pada Zena saja.
“Paman, aku ini juga rakyat biasa. Aku mendapatkan minuman tak berwarna
dan transparan itu juga dari kenalanku dulu. Aku tidak tahu kalau itu barang
mewah.”(Satou)

Maksudku, harganya hanya 200 yen (TLN:Rp.20.000) di festival.

Setelah itu, kami menikmati makanan dan berkeliling sambil berdesak-


desakan dengan yang lain. Benar-benar siang hari yang menyenangkan.
2-5. Kuil, Gadis Beastkin dan Lemparan
Batu di Siang Hari
Translator : nuasa
Satou disini. “Badai Pasti Berlalu”, aku merenungkan kata-kata itu.

Siang hari yang damai yang sedang aku nikmati, benar-benar berubah
sekarang.
Baiklah, serial siang, bagian yang bermasalah akan dimulai…

Sedikit jauh dari warung jalanan, terdapat kuil Parion. Di jalan timur, hanya
ada warung jajanan di jalan utama. Disana ada beberapa orang yang
berkumpul di depan kuil.

“Ada apa ya disana?”(Satou)


“Ayo kita lihat.”(Zena-san)
Zena pun berlari kesana. Melihat perubahan suasana yang cepat ini, aku
teringat kalau dia adalah prajurit.

Zena menanyakan apa yang terjadi kepada pembantu pendeta besar yang
kemarin itu. Dia mengibaskan tangannya, sepertinya dia merasa berterima
kasih karena sesuatu.
Aku penasaran, apa yang mereka bicarakan?
Saat aku semakin dekat, aku hanya mendengar separuh dari ceritanya.
Omong-omong, Begini percakapan yang kudengar,
“…kalau begitu, bagaimana kalau kuil Garleon di jalan timur saja. Kuil disana
juga memiliki hubungan dengan militer, jadi tidak ada masalah untuk
melakukan perawatan medis. Meskipun ada di jalan timur, karena kau
ditemani laki-laki, jadi aku yakin tidak akan ada yang berani mendekatimu
nanti.”(Pendeta)
“Meskipun begini, aku ini seorang prajurit sihir. Aku akan menghajar playboy
yang mencoba mendekatiku, tak peduli berapa banyak yang mendekat. (Zena-
san)
Dari penjelasan Zena, sepertinya para pendeta sedang ada pertemuan dengan
utusan dari kuil kerajaan. Terlebih, karena hanya pendeta yang bisa
menggunakan sihir untuk mengobati luka, racun ringan dan penyakit, kami
terpaksa pergi ke kuil lain tersebut.
…Tapi kenapa dia menyodorkan embernya?! (TLN : Semacam kotak amal)

Akhirnya, kami menuju ke kuil Garleon di jalan timur.

Bukan, aku bukannya tidak puas.


Meskipun aku mulai terbiasa, berjalan di kota gaya-eropa dengan gadis polos
yang manis seperti ini, ini cukup menyenangkan!
Di jalan, sekitar 100 meter, aku melihat taman umum.

Kupikir itu hanya tanah luas dan rumput, tapi rumputnya terpotong rapi
dengan area berbentuk persegi, beberapa pasangan tua yang membawa bayi
beristirahat dan ada juga anak-anak berusia sekitar 10 tahunan yang berlatih
bela diri.

“Zena-san, latihan seperti apa yang ada di militer?”(Satou)

Entah kenapa aku penasaran.

“Hm~, menurutku sama seperti latihan untuk militer pada umumnya, tapi
untuk prajurit sihir, difokus kan ke penghematan penggunaan kekuatan sihir.
Kami dilatih untuk menjaga kondisi dimana kami bisa menggunakan sihir
sebaik-baiknya.”(Zena-san)
Jadi ada berbagai latihan ya?
Tentu saja, Penyihir yang tidak memiliki MP tidak akan berguna.
“Prajurit sihir dan penyihir memiliki tugas yang berbeda tergantung elemen
mereka masing-masing. Aku hanya bisa mengatakan ini dari pandangan
militer, tapi selain elemen api, kami biasanya tidak menggunakan elemen lain
untuk menyerang.”(Zena-san)

Memang, panasnya api akan lebih cocok untuk menyerang, tapi kau bisa
menggunakannya untuk memanaskan bak mandi juga tahu?

“Untuk elemen anginku, digunakan untuk perlindungan dari panah, [Wind


Protection/Perlindungan Angin], melindungi istana dari palu penghancur
istana dengan [Air Cushion/Bantalan udara], atau menyampaikan instruksi
dengan [Whisper/Bisikan], dan banyak manfaat lain seperti itu. Kalau kita
bisa menggunakan [Fly/Terbang] , maka akan mudah untuk melakukan
pengintaian/pengawasan, tapi Earl tidak memiliki orang yang bisa
menggunakan sihir itu.”(Zena-san)

Aku jadi ingat, Impian Zena itu terbang ke langit kan?


“Kalau kau bisa terbang, mungkin akan menyenangkan bisa kencan di langit
~”(Satou)
Aku sebenarnya hanya bercanda, tapi Zena tiba-tiba merah sampai lehernya
dan berkata “S-Serahkan padaku” dengan kata-katanya yang berbelit.

Manisnya, tapi aku khawatir kalau dia nanti akan mudah ditipu oleh laki-laki
jahat~


Di balik bayangan pohon pinggir jalan, beberapa kucing meringkuk melingkar.
Omong-omong, ini pertama kalinya aku melihat kucing liar semenjak datang
ke dunia ini.

“Kucing-kucing itu lucu~.”(Zena-san)

Zena terlihat akan lari kesana kalau kubiarkan sendiri.


Aku ini pecinta kucing, itulah kenapa aku tidak bisa membiarkan waktu tidur
siang kucing itu terganggu!! Jadi aku mengajaknya berbincang.
“Oh iya, apa tidak ada anjing liar di kota ini? “(Satou)
“Ada beberapa rumor tentang anjing liar, katanya kalau terlihat, akan jadi
makanan para gelandangan…”(Zena-san)
“Itu..bohong kan?”(Satou)
“Iya, itu bohong.”(Zena-san)
“Tapi, ada rumor seperti itu, katanya buah gabo yang matang dimakan dengan
anjing cukup lezat dan membuat ketagihan. Jadi, semenjak buah itu
dikonsumsi, anjing liar menghilang.”(Zena-san)
Buah gabo muncul lagi. Tahan diri!!

Banyaknya orang yang melihat para pemburu pergi ke tempat pemotongan


daging dengan anjing mereka di jalanan timur sepertinya yang menjadi asal
usul dari rumor ini.

“Hukuman untuk ras iblis! Dapatkan rahmatNya dengan melempari iblis


dengan batu suci iniiiii!”(…)

Di tengah jalan menuju jalanan timur, kami mendengar samar-samar suara


dari seorang lelaki paruh baya. Ada juga suara dari banyak orang.
Di halaman dekat belokan gang itu, ada seorang pendeta lelaki paruh baya
gendut yang berdiri di sebuah alas yang terlihat mahal.
Dengan mata melototnya, dan busa keluar dari mulutnya.
“Wahai orang-orang yang penuh kebijakan! Apa kalian ingat hukuman langit
yang dikenal sebagai ‘Bintang Jatuh’ beberapa hari lalu?!”(Pendeta gendut)
“”Oooo!””
“”Kami ingat!””
“Oooooo!”
Bukankah setengah dari orang-orang yang berteriak itu jelas memalsukan
teriakannya?
“Terlebih! Terlebih LAGI! Kemarin, Istana Earl diserang oleh Eksekutif demon
lord!”(Pendeta gendut)
“”Ya Tuhan!””
“”Tolong Selamatkan Kami, Tuan Pahlawan!!””
“”Oooooo!””
Berteriak adalah cara ampuh melepas stress ya.

“Ini adalah tanda redupnya perlindungan Tuhan! Dapatkan kembali


RahmatNya! Para warga yang bijak! Mereka yang mendapatkan rahmatNya
akan terlindung dari marabahaya!”(Pendeta gendut)
“”Pendeta! Selamatkan kami!!””
“”Oooooo!””
“”Berkatilah!!!””
Orang-orang rendahan.

“Dapatkan rahmatNya! Kalian mengerti! Berkatilah!” (Pendeta gendut)


“”Berkatilah!!!””
“”Oooooo!””
“”Ajarkan kami!””
Masyarakat di kota ini akan dengan mudahnya ditipu dengan ajakan palsu
seperti ini.

“Lihatlah mereka itu!”(Pendeta gendut)

Pendeta gendut itu menunjuk ke belakang kerumunan.

“Mereka adalah demi-human, iblis buangan, maksudku, kelompok dari demon


lord! Berikan hukuman langit kepada mereka dan dapatkan
rahmatNya!”(Pendeta gendut)
“”Oooooo!””
“”BUNUHH!!!””
Oi oi penghasut.

“Tunggu! Hai orang-orang yang bijak! Membunuh itu dilarang oleh hokum
kerajaan. Tunggu!”(Pendeta gendut)
“”Apa yang harus kita lakukan, tuan pendeta?!”””
“”BUNUH!!!””
“”Oooooo!””
Kebanyakan dari mereka hanya berteriak.

“Membunuh itu dilarang! Gunakan batu suci ini untuk melempari ras iblis
itu dan dapatkan rahmatNya.”(Pendeta gendut)

“”Tuan Pendeta!””
“”Berikan kami batunya~!””
“”Oooooo!””
Aku melihat kea rah yang ditunjuk oleh pendeta gendut itu. Ada 3 gadis
beastkin disana. (TLN : Beastkin : Ras hewan)
“Tapi ini tidak gratis! Dapatkan rahmatNya dengan uang kalian!!”(Pendeta
gendut)

“”Oooooo!””
“”Berkatilah!!!””
Gadis beastkin anjing, kucing, dan kadal itu meringkuk saling berpelukan.

“Batu sucinya seharga 1 tembaga/batu! Tapi untuk kali ini saja, kalian bisa
mendapatkan 6 batu hanya dengan 1 koin tembaga besar!”(Pendeta gendut)

Ah, suara dari orang-orangpun terhenti. Dasar orang-orang yang


perhitungan~

“Ada apa?! Ibu bapak yang beriman! Jumlah batu suci ini terbatas! Mereka
yang akan mendapatkan rahmatNya adalah mereka yang bergerak cepat!
“(Pendeta gendut)

“”Kami mau beli!””


“”Jual pada kami!!!””
“”Oooooo!””
Mereka benar-benar tergoda dengan ‘edisi terbatas’.

“Beli lah dari muridku ini! Silahkan berbaris! Jika kalian tidak berbaris dengan
benar, kalian tidak akan mendapatkan rahmatNya”(Pendeta gendut)

“”Oooooo!””
“”Baris!””
Pendeta gendut, apa kau menggunakan sihir manipulasi pikiran?
Orang-orang yang membeli batu suci itu tidak segan-segan melempar batunya
ke arah gadis bearskin itu. Mereka tidak ragu.
Eh~~~? Ini serius?
“Aku tidak bisa hanya melihat ini!”(Zena-san)

Zena berlari membelah kerumunan menuju tempat pendeta gendut itu.


Aku terkejut dan tidak sempat meresponnya.
“”Bunuh demi-human itu!!””
“”Oooooo!””
“”Hukuman untuk ras iblis!!!””
Orang-orang ini sudah terprovokasi dan sesekali lemparannya mengenai
gadis-gadis beastkin itu. Gadis kadal itu melindungi gadis anjing dan kucing
yang lebih kecil darinya itu. Aku bisa saja dengan mudah menghalangi dari
depan, tapi kalau ini terjadi lagi kedepanya, tidak akan ada gunanya.

Informasi detil dari AR muncul seperti biasa, saat aku melihat ke arah gadis-
gadis bearskin itu.

Ini!

Dengan cepat aku berpikir berdasarkan informasi yang aku dapat.


Kalau begitu, harusnya ‘dia’ ada di sekitar sini.
Disana!

Aku menyelidiki informasi pria itu dan yakin.


Dengan ini, harusnya bisa selesai!
Aku berpikir keras untuk mencari jalan keluar terbaik…

2-6. Argumen dan Pemusnahan Dalang


Kejahatan di Siang Hari
Translator : nuasa
Satou disini. “Di jaman kapanpun, penghasut akan selalu ada.” Ada kata-kata
seperti itu. Tapi… jangankan jaman, di dunia lain saja mereka ada.
Baiklah, ayo selesaikan ini!

Menambahkan lembaran baru dalam sejarah kota Seryuu…

Dengan melihat ketiga gadis beastkin itu, aku menemukan nama pemilik
mereka.
Bukan nama dari pendeta gendut ini. Sekarang, dimana pemilik dari gadis-
gadis bearskin ini?
Kemungkinannya adalah, pemilik mereka tidak ada disini atau dia tidak bisa
melawan/membantah pendeta gendut itu… atau dia adalah rekan dari
pendeta gendut itu.

Saat ini, karena aku tidak bisa menemukannya hanya dengan informasi dari
AR, aku menggunakan kemampuan khusus dari [Pindai Seluruh Peta].
Aku mencari nama sang pemilik.
Disana, di ujung sana. Seorang pria kecil dengan mata-rubahnya, menyeringai
memandangi kerumunan di tengah, sambil duduk di atas bok kayu.

Aku memeriksa informasi yang ditampilkan di AR.

Nama pria kecil itu adalah Uusu. 39 Tahun. Skill nya adalah
[Penipu],[Persuasion] dan [Intimindasi]. Memiliki budak [Ras Kucing],[Ras
Anjing],[Ras Kadal]。
….Hmm? Apa budak memang hanya menampilkan jenis ras mereka saja tanpa
nama?
Tidak, bukan waktunya memikirkan itu sekarang. Aku butuh informasi lebih,
ini masih belum cukup.
Hubungan [Kota Seryu : Masyarakat Kelas Bawah]. Guild [Tikus Coklat].
Ini dia, guild [Tikus Coklat]. Mulai mencari!
Anggotanya ada 52 orang. Termasuk 10 orang yang ada disini. Selain Uusu
dan laki-laki besar seperti bodyguard yang ada di belakangnya itu, 8 orang
lainnya adalah membaur dengan kerumunan sebagai demonstran palsu,
sepertinya mereka bertugas memprovokasi masa. Aku menandai mereka
semua, termasuk yang tidak ada di tempat ini.
Sekarang, mulai beraksi!

>[Mendapatkan Skill Campur Tangan]


>[Mendapatkan Skill Bekerja di Balik Layar]
…Tapi, gadis-gadis beastkin itu kemungkinan terguncang dan trauma karena
kejadian ini. Kenapa aku bisa mengabaikan hal penting seperti itu, tapi aku
tidak bisa memutar waktu, saat ini, kalau aku menunda langkahku, hasilnya
mungkin akan berbeda.

Zena sampai di depan pendeta gendut itu.

“Tolong hentikan perbuatan tidak berperikemanusiaan ini!”(Zena)


“Apa-apaan gadis kecil ini! Apa kau pembela iblis? “(Pendeta gendut)
Tanpa disadari, para pengikutnya sudah menghilang. Terlebih, karena dia
tidak bisa membantahnya, para penghasut memulai aksinya lagi.

“”Pembela iblis adalah iblis juga!””


“”Ooooooo!””
Dalam waktu yang singkat, pertama aku harus mengurus ‘orang-orang palsu’
yang ada di kerumunan.

“Tolong jangan mau tertipu! Apa kuil Zaikuon berniat untuk melanggar aturan
kerajaan?!”(Zena)
“Apa salahnya melempari iblis dengan batu suci? “(Pendeta gendut)
Pertanyaan macam apa itu? Sama sekali tidak berhubungan. Tidak, pendeta
itu sebenarnya tahu, dia hanya mengalihkan perhatian. Aku mengaktifkan
[Mata-mata] dan menyelinap diantara kerumunan. Sambil bergerak, melewati
kerumunan, aku juga mengaktifkan [Menghindar] dan [Fighting].

“”Oooooo!””
“Benar! Ayo lempari gadis kecil itu juga!!”
“”Oooooo!””
Zena-san menggunakan [Perlindungan Angin] untuk melindungi dirinya dan
juga gadis-gadis bearskin itu. Prajurit sihir memang hebat.

Sekarang, ayo kita tenangkan kerumunan orang yang masih tercengang ini.
Zena pun akan kewalahan kalau banyak orang menyerangnya secara
bersamaan.

Aku bergerak ke samping pria (Tikus Coklat) yang masih mencoba


memprovokasi untuk melempar batu. Aku penasaran, apa ini efek dari skill,
akupun bisa memilih serangan seperti apa untuk melumpuhkannya, bahkan
melakukannya dengan sembunyi-sembunyi. Aku melumpuhkan pria (Tikus
Coklat) itu dengan sekali serang dan melemparnya ke belakang gang. Karena
waktu sangat berharga, aku tidak punya waktu untuk mengikatnya.

>[Mendapatkan Skill Penculikan]


>[Mendapatkan Skill Pembunuhan]
Skill penculikan sepertinya berguna, aku meningkatkanya ke titik maksimum.
Aku tidak menggunakan skill pembunuhannya. Aku tidak akan
menggunakannya, paham?

Di tengah lapangan itu, seorang pendeta dengan pakaian yang berbeda


menolong Zena. Seorang lelaki paruh baya tampan berkerah biru.
“Menyamakan demi-human dengan Iblis, daripada mengatakan itu ajaran kuil
Zaikuon, bukannya itu hanya pemikiranmu sendiri?”(…)

“Hum, pendeta dermawan dari kuil Garleon ternyata, kalau kau sebegitunya
suka hewan-hewan itu, pakai saja mereka sesukamu setelah ini, dari depan
ataupun dari belakang, terserah.”(Pendeta gendut)

Uwa, pelecehan seksual paling parah. Zena-san memerah… ternyata tidak.


Apa dia tidak mengerti maksudnya?.

“Bunuh demi-human itu!”


“”Oooooo!!””
“Hukuman untuk iblis itu!”
Aku akan menyerahkan perdebatan itu ke Zena-san dan pendeta tampan itu,
dan melanjutkan pembasmian hama (Tikus Coklat) ini. Aku berhasil
melumpuhkan 2, 3 orang dan meniggalkan mereka di gang. Botol sake
berjatuhan di sekitar, tapi aku tidak ada waktu untuk mengurusnya.

“Apa kau mengerti?! Jika kau terus membuat orang-orang gelisah, mereka
akan memberontak nantinya! Kuil Zaikuon yang akan disalahkan atas semua
itu sebagai dalangnya!”(Paman Pendeta Tampan)
“Kadal bodoh yang meminjam sisik dari naga! Kau bilang jangan bunuh iblis
itu?! Kaulah yang penghianat!”(Pendeta gendut)
“Bunuh iblis itu!!”
“”Oooooo!””
“Mungkinkah gadis kecil itu seorang iblis yang menyamar??!”
Pembasmiannya sudah setengah jalan. Teriakan dari kerumunan juga sudah
semakin mereda… Ada seorang pria yang suara teriakannya sangat keras.
Sepertinya dia bukan bagian dari Tikus Coklat. Untuk sementara aku akan
menandainya. Aku akan menemuinya setelah pembasmian selesai.
“Masyarakat dari jalanan timur! Semua orang yang ada disini sama gelisahnya
sepertimu, tapi itu bukan alasan untuk menyakiti yang lain seperti tingkah
pengecut!” (Paman Pendeta Tampan)
“Kalian dengar itu! Kuil Garleon menganggap kalian jahat! Dia mengatakan,
semua orang disini yang bersemangat mendapat rahmatNya itu
jahat!”(Pendeta gendut)
“Bunuh iblis itu!!”
“”Oooooo!””
“Dasar kau pendeta palsu!”
Bagus, tersisa 2 lagi.
Aku akan melumpuhkan mereka dan melemparkannya ke gang.
Sebelum aku mempersiapkan panggung untuk Uusu, aku mendekati pria
dengan suara keras itu.

>[Mendapatkan Skill Konspirasi]

“Tolong hentikan ini. Tak peduli sebanyak apapun kalian melempar batu, aku
akan menghalanginya!”(Zena)
“Keparat kau, apa kau ingin menghalangi kegiaan suci ini?! Orang bodoh yang
menentang Tuhan!”(Pendeta gendut)
Pendeta gendut itu berteriak sampai busa dari mulutnya keluar, tapi, orang-
orang yang mendukungnya mulai berkurang. Bahkan suara-suaranya pun
menghilang satu per satu sekarang.

Aku menepuk pundak Uusu.

“Sekarang giliranmu.”(Satou)
“S-Siapa kau keparat! Oi, Banze! Hajar bocah ini!”(Uusu)
Sambil terkejut, Uusu memerintahkan pria besar di belakangnya. Tapi dia
bingung saat melihat ke belakang dan tidak menemukan siapapun.
“Banze? Kemana si bodoh itu!”(Uusu)
“Pria besar (Banze) itu sudah pergi Bersama wanita tadi.”(Satou
Meskipun sebenarnya, dia sedang pingsandi balik gang sana.
Aku memelintir lengan Uusu dan menyeretnya.
“Semuanya, silahkan bubar. Kalau terus seperti ini, keamanan akan benar-
benar datang! Kalau kalian masih cemas, datanglah ke kuil, aku akan
mendengarkan kekhawatiran kalian semua!”(Paman Pendeta Tampan)
“Keparat kau, apa kau ingin menghalangi kegiaan suci ini?! Orang bodoh yang
menentang Tuhan!”(Pendeta gendut)
Bukannya kalian berdua pendeta?
Aku melemparkan Uusu di tengah-tengah mereka.
“Oh, Uusu-dono! Keparat kau! Apa yang sudah kau lakukan kepada orang
dermawan yang sudah memberikan demi-human itu untuk acara suci ini!
Dasar kau murtad!”(Pendeta gendut)
“Zena-san, tolong gunakan sihirmu untuk mengisolasi suara dari luar untuk
para budak itu.”(Satou)
Sebelum Uusu bangun dan memberi perintah pada budaknya, Zena-san
selesai membaca mantranya.

“Anjing, kucing, kadal! Hajar orang-orang ini!”(Uusu)


Karena perintahnya tidak sampai ke telinga para budak, mereka hanya
memiringkan kepala mereka dan terlihat bingung. Aku mengambil batu suci
tadi, dan melemparkannya ke dada pria itu. Oh, dia kesakitan sampai pingsan.
“Zena-san, maaf sudah menunggu. Terima kasih juga atas bantuannya, Paman
pendeta yang disana. Pria ini adalah pemimpinnya.”(Satou)
“Seperti biasanya Satou-san. Kau tidak hanya lincah!”(Zena)
Kau siapa. Pujianmu itu arahnya sedikit aneh, Zena-san.
“Zena-san, kalau kau masih punya sisa kekuatan sihir, bisakah kau buat suara
kita terdengar oleh semua orang disini?”(Satou)
“Baik! ■■■■ ■■■■ ■■■ ■■■ Bisikan Angin.”(Zena)
Aku mengangkat Uusu yang pingsan dengan kedua tangan agar semua orang
melihatnya. Aku berencana untuk menggunakan paman pendeta yang tampan
itu sebagai penutup agar aku tidak mencolok. Wa, jangan bergerak dulu
paman pendeta.

“Semuanya, apa kalian bisa melihatnya? Pria ini adalah pelakunya! Pria ini
meminjamkan budaknya untuk pendeta Zaikuon, menghasut kalian dan
menjual batu biasa untuk mencuri uang berharga kalian!”(Satou)

>[Mendapatkan Skill Penghakiman]

“‘KEMBALIKAN UANG KAMI——!'”


Sebuah suara khas yang keras muncul dari kerumunan. Dipicu suara itu,
banyak teriakan, “kembalika uang kami”,mulai bermunculan.
“Dan lagi, mereka ini memiliki tujuan lain, yaitu untuk mendapatkan
keuntungan dan menggunakan kuil Zaikuon untuk keuntungan mereka!
Mereka ingin memancing kalian yang ada disini untuk melakukan
pemberontakan kepada Earl! Merekalah sebenarnya yang menyembah
iblis!”(Satou)

Skill penipuan sudah mencapai puncak! Orz!

Bagian yang ‘mencari keuntungan’ mungkin ada benarnya. Tapi dua sisanya
hanyalah karanganku. Kenyataannya, sampai saat ini, aku belum mengerti apa
tujuan pria ini, jadi aku akan membuatnya buka mulut.

>[Mendapatkan Skill Tuduhan Palsu]


Jika tujuannya hanyalah menjual batu suci, meskipun terjual 100 batu, hanya
akan mendapat 4 koin perak. Harganya tidak sebanding dengan harga 3 budak
demi-human. Berdasarkan skill perkiraan harga pasar, mereka bertiga
bernilai sekitar 6 koin perak. Kalau mereka terus melanjutkan ini seperti tadi,
sudah pasti ketiga budak itu akan mati.
Mengerti kan? hitungannya tidak sesuai.
“‘Pria itu dimanipulasi oleh iblis dari belakang ya…!'”
Pria itu, aku tidak memintanya untuk memojokkan pendeta itu, tolong baca
situasinyar. Kalau begini bisa jadi kekacauan lagi nanti.
“Aku akan membawa orang ini ke pihak yang berwajiba atas tuduhan
perencanaan pemberontakan. Pendeta gendut, kau hanya ditipu oleh pria ini
kan??”(Satou)

Pendeta itupun panik dan matanya kesana kemari.

“I-Iya, aku ditipu olehnya. Jadi dia itu penyembah iblis! A-Aku tidak salah…
Tuan Bangsawan-sama! Aku ditipu. Itulah kenapa aku tidak ada sedikitpun
niatan untuk memberontak melawan Earl…”(Pendeta gendut)
“Baiklah. Kalau begitu, kembalikan uang orang-orang ini. Dengan begitu
mereka akan memperlakukanmu dengan lebih baik. “(Satou)
Tentu saja itu hanya janji kosong. Skill Penipuan benar-benar mengerikan.
Kata-kataku keluar dengan lancarnya…
Pendeta gendut itupun dengan tidak rela memberikan instruksi kepada
murid-muridnya untuk mengembalikan uang orang-orang ini. Sekelompok 2-
3 orang mulai pergi meninggalkan lokasi. Setelah itu, keributan antara orang-
orang yang tidak membeli batu dengan para murid pendeta pun terjadi.
Kukukukuku.

Uusu yang kakinya terinjak dan tak bisa bergerak pun tertawa menyeramkan.
Apa dia menjadi gila, atau dia punya semacam rencana lain?
Dia tidak akan bisa meyakinkan orang-orang dengan pendapat yang tidak
berdasar. Lagipula, dia kelihatan seperti orang yang lebih suka menggunakan
kekerasan.

Tapi ternyata, berbeda dari dugaanku. Meskipun dengan berbaring dengan


wajah menghadap tanah dan sama sekali tidak bisa bergerak. Sebuah
serangan dari ayunan tangan hitam keluar.
Aku berhasil menghindar di detik-detik terakhir, tapi cakar beracun itu
mencabik pendeta gendut itu.

2-7. Kembalinya Sang Iblis


Translator : nuasa
Satou disini. “Aku harus mewaspadai tangannya”, meskipun setelah
bergumam seperti itu, aku benar-benar lupa ditengah jalan.

Bagaimanapun, itu hanya tangan. Kita hancurkan saja dan selesaikan ini
segera.

“Apa-apaan tangan itu?!”

Pendeta gendut yang organ dalamnya robek karena cakar itu mati seketika.
Dan, Uusu yang menggunakan cakar beracun itu terlihat tidak mengerti apa
yang terjadi….
“T-Tangan itu!”(Zena)

“Dari kejadian kemarin, kan?”(Satou)

Zena-san mengangguk.
“Kalian tahu sesuatu?”(Paman Pendeta Tampan)
“Itu adalah tangan dari iblis tingkat tinggi yang menyerang istana
kemarin.”(Zena)
Zena pun menjawab pertanyaan paman pendeta tampan itu.

…Situasi macam apa ini.


Uusu tidak terlihat seperti iblis sejak awal.
Jadi, dia mungkin digunakan sebagai inang dari parasit iblisnya, meskipun aku
tidak tahu kenapa dan bagaimana..
Aku mengecek informasi Uusu sekali lagi.
…Disana , [Status Ganjil: Dikuasai Iblis]. Kalau saja aku menyadarinya lebih
cepat!
Meskipun aku memiliki cheat, tidak ada gunanya kalau aku tidak
menggunakannya dengan baik…jadikan ini pelajaran. Masalahnya sekarang
adalah, bagaimana mengalahkannya.

“Kalau aku mengeluarkannya dengan paksa, pria itu kemungkinan akan mati,
apa yang harus kita lakukan? “(Satou)
“Kita tidak punya waktu untuk itu, kita panggil bantuan saja
secepatnya!”(Zena)
“Aku akan coba! ■■■■ ■■■■■ ■■ ■■■■■■…”(Paman
Pendeta Tampan)
Mantra pendeta itu terlalu panjang.

“Zena-san, tolong panggil bantuan. Kemungkinan tercepat adalah memanggil


bantuan dari pusat dengan sihir angin.”(Satou)

Untuk sekarang, aku akan membuat Zena berada di zona aman.


Meski sedikit ragu, Zena akhirnya berlari sambil mengatakan “Aku akan
kembali secepatnya.”
Cakar beracun itupun berusaha menyerang kesini, tapi Uusu tidak bisa
bangun sehingga serangannya tidak sampai.

Tangan itupun tumbuh dari area sekitar dada Uusu.


Di awal, tangan itu hanya sepanjang 1 meter, tapi terus tumbuh sedikit demi
sedikit.
Apa benar tumbuh?

Sebuah batu melayang dari arah kerumunan masa dan mengenai kepala Uusu
dari samping dengan suara yang cukup keras. Selanjutnya, sebuah anak panah
terbang dari belakang ku menembus leher Uusu. Saat aku masih tercengang, 3
anak panah lain mengenainya berturut-turut. Saat aku melihat ke belakang, 2
orang pemburu muncul dari balik bayangan.

“…jatuhkan mangsa selagi ada kesempatan.”(Pemburu)

Sejak kapan kalian disini.

Namun, di dunia ini, nyawa adalah sesuatu yang mudah hilang. Untuk
sementara, kami terselamatkan tanpa adanya campur tanganku. Aku mungkin
sudah menjadi orang bodoh yang cinta damai.

Uusu yang seharusnya sudah mati, berdiri dengan postur tegak dan kaku, Aku
jadi teringat ‘Kyonshii’ (Vampir Cina). Dan dari tubuhnya, muncul cahaya
hitam.

“Kalian para cacing, terima kasih sudah menghancurkan otak inang yang
menyebalkan ini.”(Iblis)
…Iblis-kun, Aku lebih suka kalau kau tidak bicara.
“….■■■■ ■■■■■ [Lingkaran Anti-Kejahatan]!”(Paman Pendeta
Tampan)
“Kurang ajar sekali. Lucu.” (Iblis tangan)
Iblis itu terlihat tidak tertarik sama sekali, paman pendeta tampan itupun
membaca mantra yang menyegel tangan iblis itu dengan sihir cahaya
berbentuk kotak.
Meskipun iblis itu menertawainya, tapi kotak sihir cahaya itu menahannya.
“Gunununu. Ini bukanlah sihir yang bisa digunakan oleh manusia! Aku salah
perhitungan”(Iblis Tangan)
Paman pendeta tampan itu mulai membaca mantra lain.
Para pemburu pun mundur, setelah mengetahui dia bukanlah lawan yang bisa
dikalahkan dengan panah.
Yang masih disini hanyalah aku, paman pendeta tampan, dan ketiga gadis
beastkin itu.
Mungkin, karena penasaran dengan situasinya, beberapa orang mengintip
dari balik bayangan atap bangunan di sekitar.
Mereka semua benar-benar cepat larinya ~
Ketiga gadis beastkin itu dirantai jadi satu di sebuah pasak, jadi mereka tidak
bisa lari.
Untuk sementara, aku akan menjauhkan mereka dari bahaya. Aku tidak boleh
kehilangan tujuan awalku sampai terseret masalah ini.
Kalau ku hancurkan rantainya akan terlalu mencolok, jadi aku cabut pasaknya
saja. Karena tidak butuh banyak tenaga juga, meskipun orang lihat, mereka
mungkin akan mengira tanahnya yang memang lembut.

“Disini bahaya, cepat lari dari sini. Aku tidak bisa melepaskan rantai kalian,
jadi sembunyi saja di belakang bangunan besar itu.”(Satou)
“Mustahil, nyesu”(Gadis kucing)
<TLN: Nyaa+Desu>
Gadis kucing itu dengan murung berbicara sambil sesekali terbatuk karena
ucapannya. Sepertinya Uusu memerintahkan mereka untuk “Jangan bergerak
dari tempat ini”, dan jika mereka melawan, kalung rantai itu akan membunuh
mereka… benar-benar merepotkan.

Aku tak bisa menunggu sampai tantara datang kesini. Personil merekapun
sudah banyak yang berkurang akibat kejadian kemarin, dan juga jalan disini
tidak cukup luas untuk membawa meriam. Disini juga tidak ada ruang untuk
pasukan berkuda, jumlah para penyihirpun sudah berkurang drastis. Kalau
terus seperti ini, kalau aku hanya bermain-main, akan semakin banyak
korban. Aku tidak mau Zena dan ketiga gadis beastkin ini mati disini.

Aku akan menyamar sebagai pahlawan bertopeng saja dan menghabisi iblis
itu selagi paman pendeta tampan itu menyelesaikan mantra sihir sucinya.

Aku berubah (wkwkkw) sebelum iblis itu semakin merepotkan.


“Kau, keparat yang disana. Berani-beraninya kau mengabaikan aku, aku
marah!!”(Iblis Tangan)
Aku menghadapi iblis tangan itu. Indikasi AR menunjukkan perubahan dari
Uusu menjadi Ras Iblis. Diantara namanya, terdapat simbol fonetis dan
bukannya huruf biasa.
Apa Uusu sudah sepenuhnya dikuasai? Aku memeriksa AR sambil tetap
memastikan Iblis itu dalam pandanganku, status para gadis beastkin itupun
berubah menjadi [Pemilik : Tidak ada].
“Kau keparat, siapa kau? Aku merasa tidak nyaman.” (Iblis Tangan)

“Aku mau memastikan, kau bukan Uusu tapi iblis kan?” (Satou)

“T-Tunggu! Aku Uusu! Tolong lepaskan tangan ini, aku tidak mau mati,
tolong!!!”(Iblis tangan)
Huh? Dia masih sadar?
Saat memikirkan hal itu, tangan iblis itu (meluncurkan) 3 kuku beracun.
“Mufufufufu~. Manusia selalu bereaksi seperti itu~ sungguh menggairahkan.”
(Iblis Tangan)

Aku menangkis kuku beracun itu dengan kayu tepat pada waktunya. Kayu
itupun berubah warna dan hancur seketika.

“Unununu, kau bisa menahannya, Aku takjub!” (Iblis Tangan)

Akupun mengambil batu suci di tanah (Masih di bahas? wkwkwk). Apa aku
harus melemahkannya dengan ini?

Rahang pria itu mulai berubah dan terlihat seperti rahang serigala.
Sebelum perubahannya sempurna, aku melempar batu itu tapi ditangkisnya
dengan cakar beracun.
“Fushurururu~. Sekarang jadi lebih mudah berbicara. Aku bersemangat
♪”(Iblis tangan)

Aku disini, menderita mendengar cara bicaramu.

“■■■ [Tombak Suci].”(Paman Pendeta Tampan)

Sebuah tombak cahaya terbentuk di udara dan melayang dari arah paman
pendeta tampan itu.

“Konyol.” (Iblis Tangan)

Iblis tangan itu mengaum, sebuah tembok kegelapan muncul dan


membelokkan arah tombah cahaya itu. Sudah kuduga, bukan hanya sudah
bisa berbicara dengan mudah, dia juga bisa menggunakan sihir sekarang.
“Semuanya, cepat lari dari sini! Dia akan melakukan serangan sihir!!!” (Satou)
Aku dengan putus asa meninggikan suaraku untuk mmemberitahukan kepada
orang-orang yang sedang mengintip kesini!(Satou)
>[Mendapatkan Skill Loudspeaker]

“Semua perasaan panik, takut, cemas, menuduh, dan sombong tadi benar-
benar luar biasa! Aku sudah puas.”(Iblis Tangan)

Kalau hanya aku, tidak akan apa-apa, tapi kalau dibiarkan terus begini, para
gadis beastkin akan mati. Auman panjang yang sangat keras keluar dari
tangan iblis itu.

“Maka dari itu, aku akan menjadikan tanah ini sebagai sarang moi. Tidakkah
kalian senang?!”(Iblis Tangan)
Haruskah aku membawa para gadis beastkin ini di pundakku dan lari?
Meskipun nantinya akan menarik perhatian. Alhasil, karena mengkhawatirkan
hal-hal yang tidak perlu itu , situasinya berubah dengan drastis.

Tanah di bawah anjlok seperti special effect dari pertunjukkan Showa era.
Meskipun keras, tanahnya mengeluarkan cahaya ungu, melengkung, memutar
merenggang…lalu ada kilatan yang menggelapkan (Karena cahayanya ungu
dan gelap).

Saat cahayanya mereda, Aku berada di tempat yang kelihatannya seperti gua.
Selain tanahnya yang tidak berubah, semuanya terlihat seperti batu polos. Di
ruangan yang beradius sekitar 10 meter ini. Aku cukup bisa melihat, berkat
adanya cahaya remang ungu dari lantai.

Yang bersamaku hanyalah gadis anjing dan kucing yang masih dirantai di
tanganku dan gadis kadal di pundakku.
Tidak terlihat.adanya paman pendeta tampan dan iblis tangan yang
sebelumnya ada di dekatku.

“Selamat datang di Labirin moi. Labirin ini masih belum memiliki nama resmi,
dan para monster juga sedang dalam proses pembuatan, kalian boleh
berterima kasih pada moi nanti. Aku memang rajin!”(Iblis tangan)
Suara iblis tangan itu terdengar dari suatu tempat. Sepertinya bukan telepati.
Gadis anjing itu menunjuk ke arah ujung atap.Sepertinya suara itu datang dari
lubang angina itu.
“Demi menyempurnakan kebangkitan moi, rasakanlah rasa takut disini
sepuasnya. Bunuh satu sama lain! Curi semuanya, aku sarankan!”(Iblis
tangan)
Setelah berhenti sebentar, iblis tangan itu melanjutkan.

“Jiwa orang-orang yang menyerah itu tipis, aku benci.”(Iblis tangan)

“Namun, semua ruangan terhubung dengan pintu keluar dan ruangan moi.
Aku adil.”(Iblis tangan)
“Aku mengharapkan keputusasaan setelah kalian berharap. Berusahalah
kalian, para ternak! Aku sarankan!”(Iblis tangan)

…Begitu ya.
Ini seperti acara paksaan [Misi Meloloskan Diri dari Labirin] di game itu.
Maju! Yah seperti itulah.
Phew.
>Mendapatkan Title [Penjelajah Labirin]

2-8. Labirin Iblis (1)


Translator : nuasa
Satou disini. Saat aku berpikir bahwa ini akan menjadi kota petualang, tiba-
tiba justru menjadi serangan dungeon, Aku tidak bisa memahami situasinya,
Satou.

Labirinnya dibuat dalam sekejap, aku penasaran apa pintu keluarnya


menembus sampai ke pusat kota?

Guild petualang mungkin akan terbentuk beberapa tahun setelah ini.

Setelah aku mengecek petanya, terdapat tampilan [Labirin Iblis, Lapisan


Bawah] tapi bagian jalannya tidak ditampilkan… tidak akan semudah itu, ya?

Para gadis beastkin terlihat gelisah. Pertama-tama, aku akan menenangkan


suasana ini dulu.

“Aku Satou. Seorang pedagang” (Satou)

“Kucing nyesu”
“Anjing nanodefu”
“Kadal”
Gadis kucing dan anjing itu tersedak ucapan mereka sendiri. Sementara suara
rantai bisa terdengar di tengah ucapan gadis kadal itu.
Tidak hanya Uusu, bahkan pemilik mereka sebelumnya juga memanggil
mereka seperti itu. Gadis kucing dan anjing itu sudah menjadi budak sejak
lahir, sedangkan gadis kadal itu tidak, dia memiliki nama sebelum menjadi
budak. Tapi namanya begitu panjang dan sulit diucapkan ataupun didengar.

Pada akhirnya, karena mereka memintaku untuk memberi nama yang mudah
di ucapkan, aku namai mereka “Pochi”, “Tama”, dan “Liza”. Jangan perlakukan
mereka seperti binatang peliharaan! Kalian mungkin akan marah seperti itu,
tapi aku tidak yakin bisa mengingat mereka kalau menggunakan nama biasa,
jadi mohon dimaafkan, setidaknya sampai kami keluar dari sini. Liza itu bukan
dari kata Lizard/Kadal, tapi dari 2 kata yang diambil dari nama aslinya.

Baiklah, sebelum kita mulai, kita sembuhkan dulu para gadis ini.
Aku mengeluarkan beberapa kain, sebuah botol air, dan salep dari tas. Salep
ini merupakan produk sampel dari perangkat alkimia. Karena hanya sampel,
aku tidak punya banyak, tapi kemungkinan ini saja sudah cukup.
“Bersihkan luka kalian dengan kain ini, rendam dulu dengan air dari botol ini.
Setelah itu olesi luka kalian dengan salep dan tutupi dengan kain yang baru,
jangan pakai kain yang sudah dipakai untuk membersihkan lukanya, paham?
“(Satou)

Mereka terkejut saat aku memberikan kain-kain baru itu.


Mereka mungkin kebingungan karena aku menggunakan kata-kata yang
terkesan ‘memerintah’ untuk pertama kalinya. Aku merasa seperti sedang
merawat saudara-saudaraku yang masih kecil seperti dulu.
“Ada apa? Aku akan menghadap kesana selagi kalian mengobati luka, jadi
jangan takut.”(Satou)

Sepertinya, bukan karena mereka malu, tapi karena mereka jarang


mendapatkan kain dan salep selama menjadi budak.

“Terima kasih, nanodesu. Kau tidak perlu menghadap kesana


nanodesu.”(Pochi)
“Kain yang cantik. Aku senang~.”(Tama)
“Karena pemilik kami sudah mati, kami tidak bisa membayar ini semua. Lebih
baik kita tidak pakai air dan obat ini sampai kita keluar dari sini… um, I-Iya
kan…”(Liza)
Kata-kata yang ragu-ragu itu keluar dari mulutnya, yah sepertinya dia masih
bisa berpikir jernih, ini hal bagus kan?

Pochi dan Tama melepas tali yang mengikat baju simpel yang mereka pakai
dan melepas baju tanpa ragu dan mulai mengobati luka mereka.
Liza-san sepertinya tipe pemikir dan masih sedikit ragu, tapi aku
[Memerintahkan] dia supaya tidak terlalu memikirkannya dan dia pun mulai
mengobati lukanya.
Seletah selesai, aku membagikan roti dari ubi manis kepada mereka bertiga.
Masing-masing 3 buah, sebesar kepalan tangan. Harusnya ini cukup untuk
sementara ini. Makanan ini adalah lebihan saat aku makan Bersama Zena. Jadi
bukan makanan sisa, apalagi yang sudah digigit.

Pochi meneteskan air liurnya kemana-mana, mereka semua hanya melihat


makanan itu, tapi tidak ada yang berani memakannya.

“Ini tidak beracun kok, makan saja.” (Satou)

Apa mereka tidak boleh makan sebelum diperintah? Menjadi budak benar-
benar banyak tekanan ya ~ Pochi tersedak saat makan, jadi aku
memberikannya botol air..

“Aku tidak akan mengambil makanannya, jadi makan pelan-pelan saja.”


(Satou)

Aku merasa seperti sedang menjadi babysitter…

Aku memastikan petanya sekali lagi. Masih hanya menampilkan ruangan ini
saja.
…Apa sihir tidak efektif disini? atau terhalang sesuatu?
Aku membuka menu dan menggunakan sihir [Jelajahi Seluruh Peta]. Sihir ini
benar-benar mudah digunakan ~.
(TLN: Dia membahas tentang sihir lain yang susah pakai karena masalah
pelafalan itu)
Seluruh gambaran dari [Labirin Iblis] pun ditampilkan. Easy Mode ini benar-
benar terlalu bagus!

Lebih terlihat seperti sarang semut, daripada sebuah labirin.


Jalanan dari sini ke ruangan selanjutnya bercabang seperti akar pohon, dan
dari ruangan itu ke ruangan selanjutnya juga seperti itu. Di tempat yang
seperti labirin ini juga terdapat jalan rahasia yang menghubungkan antar
ruang.
Aku mencari melalui peta, terdapat 109 manusia disini. Dengan 7 orang demi-
human. Dan 102 sisanya adalah manusia, dimana ¼ dari mereka adalah
budak.

Paman pendeta Garleon tampan itu berada di lokasi yang cukup jauh. Kalau
aku bisa bertemu dengannya, berarti sudah dekat pintu keluar ya? Aku sendiri
tidak ingin dia mati, dia orang yang bisa diandalkan, yah meskipun aku tahu
dia tidak akan mati semudah itu, jadi anggap saja beruntung kalau kita bisa
bertemu lagi.

Aku coba mencari Iblis tangan itu, tapi tidak berhasil. Ada ruangan khusus
yang lokasinya di bagian terdalam labirin, kemungkinan dia ada disana…
Kalau tidak hati-hati dan langsung mengalahkannya, bisa-bisa labirin ini
runtuh, untuk sementara kita biarkan saja dia.
Musuh yang ada disini kebanyakan monster serangga dengan level antara 10-
20. Ada sekitar 20 saat pertama kali aku mencari, tapi sekarang, sudah lebih
dari 100. Dengan tambahan monster katak dan ular.
Untuk sementara aku akan memberikan gadis-gadis ini senjata, bisa gawat
kalau kita di kepung di jalan nanti. Oke, sekarang, cari lokasi tersembunyi
yang pas, sebelum aku mengeluarkan beberapa tombak dan pedang dari
penyimpanan.

Setelah memutuskan rencananya, aku mencoba melangkah maju, tapi segera


dihentikan oleh ketiga gadis bearskin itu.

“Tolong jangan buang aku! Aku akan melakukan apapun!”(Tama)


“Tolong jangan tinggalkan kami!”(Pochi)
“Tuan, aku tidak peduli meskipun harus dikorbankan nanti, tapi tolong bawa
aku juga.”(Liza)
Mereka dengan putus asa mencoba menghentikanku. Tapi mereka tidak
berani menarik bajuku, apa ini karena pengalaman mereka sebagai budak
atau karena latihan?
“Jangan khawatir. Aku hanya akan memeriksa keadaan jalannya. Aku tidak
akan meninggalkan kalian, tenang saja.”(Satou)
Aku mengatakannya selembut mungkin. Meksipun aku tahu itu tidak akan
sepenuhnya menenangkan mereka, setidaknya ini lebih baik dari pada tidak
mengatakan apa-apa.
Setelah mereka selesai makan, aku mengeluarkan pisau belati (dagger) dan
pistol sihir dari tas dan memakainya.
Hanya Liza yang memiliki skill tempur (combat), [Tombak]. Karena akan aneh
kalau aku mengeluarkan tombak dari tas, jadi aku mengeluarkan pisau belati
lagi dan memberikannya pada Liza. Mungkin, karena jarang ada budak yang
dipersenjatai, dia sedikit ragu, tapi aku memaksanya.

Aku bertugas di barisan depan, Liza bertanggung jawab terhadap serangan


mendadak dari belakang. Liza menginginkan agar dia yang melakukan
pertempuran di depan, tapi aku memintanya untuk berjaga di belakang.
Karena aku yang memiliki radar, jadi tidak ada kemungkinan adanya serangan
mendadak, aku memintanya berjaga juga untuk menenangkan yang lain.

Formasinya adalah aku, Tama, Pochi, dan Liza. Aku [Memerintahkan] mereka
dengan nada yang kuat untuk tidak ikut campur dalam pertempuran. Karena
level mereka hanya sekitar 2-3, mereka bisa mati kalau tidak hati-hati saat
diserang.

Ini adalah misi pengawalan yang nyata.

Lantai di jalanan ini mulai berubah menjadi batu. Karena tidak ada lagi batu
yang mengeluarkan cahaya seperti sebelumnya, suasananya menjadi gelap.
Untungnya adalah, ada beberapa tiang batu bercahaya setiap beberapa meter,
meskipun suasananya mencekam, setidaknya kami masih bisa berjalan. Tiang
batunya setinggi pinggang, karena cahayanya hanya sampai dada, bagian
langit-langitnya tidak terlihat dan benar-benar gelap, membuat perasaanku
tidak enak.

Kemungkinan ini dibuat untuk membuat kita merasa gelisah.


Benar-benar hal licik yang hanya dilakukan iblis.
Saat seseorang masuk ke dalam suatu ruangan, cahaya di jalanan akan mati,
supaya mereka mau masuk dan terkurung di dalam, mungkin akan ada hal
seperti itu nanti.

“Tama, kalau kau melihat sesuatu di depan, katakan padaku dengan suara
pelan. Pochi, kalau kau mendengar atau mencium sesuatu yang aneh, beritahu
aku. Liza, tolong jaga belakang. Tapi jangan terlalu fokus ke belakang dan
tertinggal.”(Satou)
“””Baik”””
Aku masih sedikit cemas, tapi jawaban mereka bagus..

>[Mendapatkan Skill Kepemimpinan]


>[Mendapatkan Skill Formasi]
Aku mendeteksi tanda adanya musuh di radar. Masih sedikit jauh di depan.

“Aku bisa mencium bau darah dari seberang jalan, nanodesu.”(Pochi)

Pochi mengatakan itu.

Terlihat ada jalanan lurus dari sini, tapi masih sekitar 500 meter jauhnya.

Aku memuji Pochi sambil mengusap kepalanya. Seperti yang kita lakukan ke
hewan peliharaan, dan ekornya berayun kesana kemari, mungkin dia senang.

Aku menyelidiki musuh itu sambil berjalan mendekat. Levelnya 20, tidak
memiliki kemampuan khusus. Cara menyerang dengan menyeruduk dan
menggigit. Sepertinya hanya ada 1 monster di ruangan itu.

Aku ingat sesuatu dan mencatat keadaan saat ini di catatan dan juga
kemampuan dari ketiga gadis ini, karena kelihatannya mereka memiliki bar
nilai EXP, jadi aku membuat rencana… benar-benar terasa seperti game.

Nilai EXP nya di tampilkan dalam bentuk persentase, jadi aku tidak tahu angka
pastinya, akan benar-benar menyenangkan kalau bisa naik level. Aku juga
tidak bisa melihat nilai EXP orang lain yang ada di peta, apa terbatas untuk
anggota saja ya? Atau ada syarat khusus?

Aku melihat cahaya keluar dari ruangan itu.

Aku perintahkan mereka untuk menunggu, lalu aku mengintip ke ruangan itu.
Musuh itu berbentuk-serangga, dengan asiknya memakan [Sesuatu] dan tidak
memperhatikan ke arah sini. Sudah kubilang, aku lemah dengan yang hal-hal
gore tahu?

Aku menunggu sampai suara mengunyahnya berhenti, lalu menembaknya


dengan pistol sihir. Tembakan itu mengenai kaki belakangnya dan membuat
kakinya itu terbang.
Tidak akan kuberi kesempatan untuk jangkrik raksasa itu melakukan seragan
balik, akupun menembaknya secara beruntun.
Syukurlah, aku heran kenapa jangkrik raksasa ini bisa muncul disini.

“Hebat, nanodesu.”(Pochi)
“Hebat.” (Tama)
“Tuan, apakah anda seorang penyihir?” (Liza)
Pochi dan Tama bersemangat, sedangkan Liza bertanya.

“Kalian tahu? ini adalah pistol sihir. Jangan beritahukan ini kepada siapapun!”
(Satou)

Aku memperingatkan mereka sambil tersenyum jahat. Tidak lupa sambil


berpose dengan pistol sihir itu. Pochi dan Liza mengangguk dengan serius,
sedangkan Tama mengatakan “Ay”, dan terlihat senang. Aku akan
memberikan peringatan lain setelah keluar dari sini.

Kalung rantainya benar-benar mengganggu. Tangan Tama penuh dengan


membawa rantai itu di kepalanya. Oh iya, aku bisa memotongnya dengan ini.

Aku memanggil Liza dan memintanya untuk menarik rantainya secara


horizontal, lalu menembaknya dengan pistol sihir. Aku melakukan hal yang
sama dengan Tama dan Pochi…tapi mungkin karena takut, telinga mereka
jatuh ke bawah. Aku meletakkan rantainya di tas dan memberikannya pada
Pochi untuk dia bawa.
Karena kaki yang tertembak dari jangkrik raksasa itu panjangnya 2 meter, aku
berinisiatif membuatnya menjadi tombak, dengan sebelumnya menaikkan
skill membuat senjataku ke level 1.

Bagian kuku di kakinya lepas, jadi aku memperbaikinya dengan menempatkan


potongan kayu dan tali kulit. Karena banyak cairan hijau yang keluar dari
bagian yang terpotong, aku membalutnya dengan kain bekas sebelumnya.

Saat aku hendak memberikan tombak ini pada Liza… dia sedang memotong
bagian sendi dari kepala jangkrik itu dan mencari sesuatu.

Apa dia lapar?

“Liza, kalau kau makan itu, perutmu akan sakit nanti.”


“A, Anda salah paham. Karena ini monster, harusnya memiliki magic core
(TLN : inti sihir, pake englishnya aja ya, lebih enak wkwkwkw) di dalamnya,
jadi aku berusaha mengambilnya.”
Magic core?

>Mendapatkan Title [Insect Slayer]

(TLN : Pembunuh/pembasmi serangga, karena lebih enak pake englishnya


juga, jadi tak biarin. Untuk kedepannya juga beberapa akan begini wkkwkwk)

2-9. Labirin Iblis (2)


Translator : nuasa
Satou disini. Aku sudah menyerah dengan berpikir kalau ini adalah mimpi,
tapi sekarang, aku berpikir kalau ini sebenarnya bukan kenyataan, melainkan
di dalam game, aku sempat berpikir begitu dengan bingungnya. Kalau
memang ini game, aku lebih memilih masuk EROGE!. Satou.
Aku beruntung musuh pertamaku di labirin ini adalah jangkrik, Aku berharap
bisa keluar dari sini hidup-hidup dengan mudah. Tanpa menarik perhatian.
Itu saja.

“Apa itu magic core?”(Satou)
“Magic core itu bisa dijual. Kau bisa menjual bagian dari monster ke pedagang,
dan mendapat uang atau berbagai macam barang.”(Liza)
Jawaban Liza tidak sepenuhnya salah, tapi bukan itu yang ingin kudengar,
sepertinya mengharapkan jawaban seperti si jack-of-all-trades Nadi-san tidak
akan mungkin disini.

Liza mengeluarkan sebuah bola yang dipenuhi darah hijau kotor dari monster
itu. Sebuah bola merah sebesar setengah kepalan tangan. Karena warnanya
yang merah kusam, kemungkinan tidak dipakai sebagai perhiasan.

Saat Liza kembali, aku memberikannya kantung. Aku juga memberikannya


kain yang sedikit kotor untuk mengusap darahnya.

“Letakkan magic corenya di dalam kantung. Dan, pakai tombak ini.”(Satou)

Aku memberikan kantung itu ke Pochi dan menyerahkan tombak jangkriknya


ke Liza. Pisau belati yang dia pakai sebelumnya diberikannya ke Tama.
Bertukar perlengkapan ya, benar-benar serasa RPG ~.
“Liza, untuk pengambilan magic core selanjutnya, Tama dan Pochi akan
membantumu, jadi ajari mereka bagaimana caranya.” (Satou)
“Baik, saya mengerti.” (Liza)
“Oke, nano desu.”(Pochi)
“Ay~” (Tama)
“Oh iya, Pochi.” (Satou)
“Iya?, nano desu.” (Pochi)
“Kau tidak perlu memaksakan diri dengan kata ‘nanodesu’ itu, oke?” (Satou)
“Kalau tidak begitu, aku akan dipukul nanti, nano desu.” (Pochi)
Jadi begitu, dia sudah ditanamkan untuk melakukan itu ya…yah karena aku
juga hanya pemilik sementara, jadi tidak perlu mengoreksinya.

“Baiklah kalau begitu, tapi aku tidak akan marah walaupun kau tidak
mengatakan itu, jadi jangan memaksakan diri.” (Satou)
“Iya… nano desu.” (Pochi)
Kami berdoa untuk siapapun tadi yang menjadi korban jangkrik ini, lalu
keluar dari ruangan. Aku menulis nama dari mayat itu di memo.

Aku membandingkan status gadis-gadis ini sebelum dan sesudah


pertempuran, tapi tidak ada yang berubah selain stamina mereka yang turun.

Jadi mereka tidak akan dapat EXP hanya karena kami bersama-sama ya?
Lalu, bagaimana cara pasukan bagian suplai dan pendeta menaikkan level
mereka?
Kalau saja aku bisa menaikkan level mereka bertiga, meskipun di jalan nanti
bertemu lebih banyak orang, maka tidak akan ada masalah. Ternyata memang
tidak semudah itu.

Karena ini adalah dunia seperti-game, haruskah aku melakukan dengan cara
seperti-game juga?

“Tama, kalau kau melihat batu sebesar magic core tadi di tanah, ambil dan
kumpulkan.” (Satou)
“Ay!” (Tama)

Kami pun maju dengan lancar sampai jalan bercabang. Semua jalan ini
mengarah ke ruangan yang sama, salah satu jalannya ada yang memiliki satu
ruangan lagi di tengah jalannya. Di kedua ruangan, sama-sama terdapat
monster, tapi di ruangan yang di tengah jalan itu, ada 2 ekor monster ulat
level 10. Dan disana juga ada manusia…. ayo selamatkan mereka.

“Jalannya bercabang~, nyan.” (Tama)

Saat persimpangan jalan mulai terlihat, Tama pun melaporkan. Sudah


kubilang kau tidak perlu menggunakan kata-kata aneh untuk membuat ciri
khas seperti itu…
Aku memuji Tama sambil mengusap kepalanya. Dia sepertinya kegelian.
Karena Pochi kelihatannya iri, aku juga mengusap kepalanya dengan lembut.
Mereka berdua hanya setinggi dadaku, jadi cukup mudah melakukannya.
Mungkin tinggi mereka sekitar 120cm? Liza sedikit lebih tinggi dariku…
mungkin sekitar 165cm.
“Kita lewat jalan yang kanan.” (Satou)

Kami pun terus maju. Ada sesuatu yang muncul di radar, tapi…apa itu?
“Banyak serangga di atas sana~ nano desu.” (Tama)
Tama memperingatkan. Kali ini dia meniru Pochi ya?
Sekarang, bagaimana cara kita mengalahkan musuh yang tak terlihat?
Aku bisa memperkirakan posisi mereka dari radar, akupun melihat kearah itu.
Aku terus melihat kearah itu.
Tampilan AR pun muncul dan menampilkan nama dan level monster itu.
Aku sembarangan menembak terus menerus ke arah tempat yang
ditunjukkan AR.
Phew phew phew. Sleb.

Sepertinya satu tembakan mengenainya, ulat itu jatuh ke tanah.

“Tama, serang dengan batu.” (Satou)


Tama menyerangnya sekitar 3 kali. Setelah 2 kali serangan, tubuh dari ulat itu
menangkis batunya. Sepertinya hanya 1 serangan yang mengenainya. Ulat
itupun mendekat.

“Pochi, Tama, mundur. Liza, kesini. Serang sekali dari belakangku.” (Satou)

Sambil menahan diri sebisa mungkin, aku menendang ulat yang menyeruduk
kesini itu untuk mengulur waktu. Tidak menyianyiakan kesempatan, Liza pun
menyerang ulat itu! HP ulat itu berkurang menjadi sekitar 10%. Setelah
memastikan itu, aku menembaknya 2x sampai mati.

“Liza, Tama, Aku serahkan pada kalian untuk mengambil magic corenya.
Pochi, ikut aku, masih ada 1 monster di sebelah sana.” (Satou)

Tama memberikan beberapa batu ke Pochi. Berapa banyak yang dia ambil?

Di dalam ruangan itu ada monster ulat yang sama persis seperti sebelumnya.
Terlebih, ada beberapa mayat wanita muda dan anak kecil yang kelihatannya
budak, tergeletak di tanah. Tidak seperti jangkrik tadi, mereka tidak dimakan.
“Pochi, saat kita masuk, lempar monster itu dengan batu dari samping. Kalau
sudah kehabisan batu, langsung kembali ke Liza.” (Satou)

Aku masuk ke ruangan itu begitu saja dan menembakkan pistol sihirku.
Seperti yang kuperintahkan, Pochi melempar batu dari jarak dekat. Ulat yang
terkena serangan batu itu menyerang ke arah Pochi, dengan ludah beracun.
Akupun menendang kepalanya tepat waktu sampai kepalanya berubah posisi,
ulat itupun mati karena tendangan itu.

Pochi yang sudah selesai melempar batu, berlari kembali menuju jalan.

Arahnya bukan kesana kan?


Apa dia panik dan salah jalan?
“Pochi, berhenti!” (Satou)

Aku pun langsung mengejarnya. Memutari bangkai ulat itu, dan sedikit
terlambat.

“Uwa~~~ jangan mendekat, jangan mendekat kesini~~~!” (Seseorang)

Huh? Siapa? Ini bukan suara Pochi. Ternyata ada orang lain di jalan ini!
Aku lihat di radar. Dia dalam bahaya.
“Pochi, berhenti!” (Satou)

Oke, dia sudah mendengarku. Pochi pun kembali.


Orang tadi pun menghilang dari radar.
Aku masih heran, kenapa orang itu lari? Apa dia salah mengira Pochi dengan
monster?
Atau dia merasa bersalah karena meninggalkan 2 orang yang mati tadi?…
“Tuan! Anda tidak apa-apa?” (Liza)
“Tidak apa-apa?”(Tama)
Liza dan Tama berlari kesini.

“Ah, Aku baik-baik saja. Ayo kembali ke ruangan tadi dan mengambil magic
corenya.” (Satou)
“Maaf, nano desu.” (Pochi)
Pochi meminta maaf dengan telinganya terjatuh. Ekornya juga meringkuk
diantara pahanya.

“Pochi, tidak apa lari, tapi tidak boleh panik, kau mengerti? ” (Satou)
“…Iya.” (Pochi)
Aku mengusap kepala Pochi, puk-puk.
Saat kami tiba di ruangan, Liza dan Tama mulai memotongi ulat itu.
Aku menulis nama kedua mayat itu, apa ada barang yang penting ya?…aku
meminta Pochi untuk memeriksanya….Yah, biasanya, kita tidak akan mau
menyentuh mayat kan?
“Apa perlu kulepas pakaiannya? ” (Pochi)

Pochi bertanya, tapi kita tidak terlalu membutuhkan pakaiannya. Dan aku
baru sadar kalau ketiga gadis bearskin itu tidak memakai alas kaki.

“Ambil alas kakinya saja. Biarkan saja bajunya.”(Satou)

Pochi menyerahkan seluruh barang yang dikumpulkannya. Budak anak kecil


itu tidak memiliki apa-apa, tapi yang wanita memiliki dompet dan perhiasan
seperti cincin dan kalung. Akupun membuat folder di penyimpanan dan
menamakannya peninggalan (memento), lalu meletakkan barang-barang itu
disana. Aku akan memberikan ini ke keluarga mereka nanti. Aku juga memiliki
ide untuk memotong rambut mereka berdua dan meletakkannya di folder
peninggalan.

Sandalnya kuberikan untuk dipakai Pochi dan Tama.


Liza, yang tertua harus menunggu giliran ya. Di ruangan sebelah yang ada ulat
raksasa tadi harusnya ada sepatu dari orang tadi, jadi sabar ya.

Percobaanku untuk membuat mereka ikut menyerangpun sepertinya berhasil.


Tama dan Liza naik 1 level, Pochi 2 level. Sepertinya, mereka otomatis
mendapatkan skill saat naik level, Pochi mendapat skill melempar, Tama
mendapat skill mengumpulkan, dan Liza mendapat skill dismantling. (TLN :
menguliti dan memotong hasil buruan)
Tapi aku tidak mendapat skill dismantling… aku harus coba memotong ikan
nanti.

Tunggu, ada yang aneh dengan skillnya Liza. Skill dismantlingnya berwarna
abu-abu, sedangkan skill tombaknya berwarna putih. Skillnya Pochi dan Tama
juga berwarna abu-abu. Apa itu artinya belum aktif ya? Mereka bisa lebih kuat
kalau bisa aktif, tapi…

Nilai atribut mereka juga meningkat, contohnya, STR tertulis 15(18),


sepertinya tidak langsung naik. Yah, lagi pula masih ada sekitar 100 ruangan
lagi sebelum pintu keluar, kita akan mengatasi semuanya sebisa mungkin.

Aku menuntun mereka keluar dari ruangan itu.

>Mendapatkan Title [Trainer (Tamer)] (TLN : Pelatih (Penjinak))

2-10. Labirin Iblis (3)


Translator : nuasa
Satou disini. Orang lemah yang sangat merindukan matahari, Satou.

Aku suka dungeon, kalau di dalam game.

Tapi, terus-terusan bertarung melawan serangga, serangga lagi, katak,


serangga lagi, dan ular terus menerus di tanah yang basah dan lembab seperti
ini, ya melelahkan juga.

Kami berhasil melewati 6 ruangan setelah itu, tapi kami tidak bertemu dengan
manusia hidup lain. Yah, hanya beberapa mayat…
“Master, pengambilan magic core nya selesai.” (Liza)
“Baiklah, kita istirahat sebentar.” (Satou)
Liza dan yang lainnya saling memberikan botol air bergiliran dan
meminumnya.
Tanpa aku sadari, cara mereka memanggulku pun berudah dari [Danna-sama
(Tuan)] menjadi [Goshujin-sama (Master)]. Karena sepertinya mereka lebih
nyaman seperti itu, jadi aku membiarkannya.
Liza tiba-tiba menjatuhkan botol airnya dan menumpahkan airnya.

“A-Aku minta maaf! Master!!!” (Liza)

Liza dengan panik dan putus asa berusaha mengambil botol itu dengan
tangannya yang gemetaran. Omong-omong, lemparan Pochi dan Tama juga
sedikit tidak akurat di pertempuran sebelumnya.

“Apa kau lelah?” (Satou)


“Aku minta maaf! Aku sudah membuang air yang berharga. Silahkan hukum
aku!.” (Liza)
…. Kau berlebihan Liza, tapi sepertinya dia serius dengan kata-katanya.

“Liza, tenang, kita bisa mendapatkan air kapanpun. Daripada itu, apa tubuhmu
baik-baik saja?” (Satou)
“Maaf…Tubuhku terasa berat dari tadi, aku mencoba menggerakkan tubuhku
tapi berat.” (Liza)
Pochi dan Tama meminum airnya sambil berbaring di tanah dengan lesu.
Setelah memastikan kondisi mereka, sepertinya tidak ada yang ganjil. Mereka
mungkin hanya kelelahan
“Kita tidak jadi istirahat sebentar, kita akan istirahat penuh sekarang.” (Satou)
Aku mengangkat Pochi dan Tama di tanganku dan membantu mereka minum.
Aku membagikan ubi manis goreng kepada mereka. Ketiganya terlihat sangat
mengantuk, tapi mungkin karena lapar, mereka masih punya kekuatan untuk
makan.
“Setelah makan, kalian boleh tidur selama 3 jam.” (Satou)

Pochi dan Tama tidur dan menjadikan kakiku sebagai bantal. Liza meringkuk
dengan malu, sedikit lebih jauh.

Saat mereka tertidur, aku mengamati status mereka.

Nilai atribut mereka naik 1 angka setiap 10 menit dan pulih kembali ke nilai
aslinya. Setelah 2 jam istirahat, skill yang berwarna abu-abu berubah menjadi
putih.

Omong-omong soal skill, kalau mereka naik level, skill mereka juga akan
meningkat kan? Mereka tidak mendapatkan skill hanya karena melakukan
sesuatu ya?

Sepertinya, perubahan yang terjadi setelah naik level hanya akan terjadi
setelah kita tidur….Ini benar-benar mahakarya dari labirin klasik.

Setelah itu, kami menerobos dari ruangan satu ke ruangan lain. Dari
pengalaman sebelumnya, batasan sebelum kami butuh istirahat lagi adalah
setelah mereka naik 3 level, jadi kami akan istrirahat setelah melewati 2
ruangan lagi.

“Berhenti!” (Tama)

Tumben sekali Tama memperingatkan kami tanpa malas.

Apa ada musuh di depan?


“Ada apa?” (Satou)
“Ada yang aneh dengan… tanahnya~?” (Tama)
Dia menjawabnya dengan pertanyaan. Ada yang aneh, tapi dia tidak tahu apa
itu, begitu? Akupun memperhatikan tanahnya dengan seksama, tekstur
tanahnya terlihat berbeda, meskipun warnanya tidak terlalu berbed–
Sebelum aku mengerti apa yang terjadi, muncul sebuah tampilan dari AR
dengan tulisan [Perangkap: Life Drain] (TLN : Menguras/menghisap
hidup/kehidupan)
Benar juga, ini kan labirin, pasti ada perangkap. Karena kami belum
menjumpainya sampai saat ini, aku jadi lupa.

“Bagus, Tama. Ternyata ada perangkap.” (Satou)


“Ay!” (Tama)
Akupun mengusap kepala Tama dan telinga kucingnya.

Aku meminta mereka mundur dan coba melempar batu ke perangkap itu, tapi
tidak terjadi apa-apa. Dari namanya, sepertinya hanya akan bereaksi terhadap
makhluk hidup. Karena aku tidak tahu jangkauannya, aku tidak yakin apa bisa
selamat kalau berjalan lewat pinggirnya. Aku juga tidak mau mengambil
resiko membahayakan mereka.

Ada 3 monster tikus di ruangan setelah ini, mungkin aku bisa pancing mereka
kesini dengan batu. Aku melempar 3 batu berturut-turut.

“Ada tikus datang.” (Pochi)

Setelah itu, aku meminta mereka mundur. Tikus-tikus itu hanya level 10 dan
lemah, tapi mereka menyerang secara kelompok. Aku tidak tahu apa mereka
akan terkena perangkapnya atau tidak, jadi aku menjaga jarak.
Tikus-tikus itu terkena percikan hitam yang jauh dari posisi jebakan, Akhirnya
3 tikus itu terperangkap di lokasi yang berbeda. Sepertinya perangkapnya
tersebar.
>[Mendapatkan Skill Pelepas Perangkap]
>[Mendapatkan Skill Penggunaan Perangkap]
>[Mendapatkan Skill Deteksi Perangkap]
Karena perangkapnya mungkin tipe yang bisa aktif kembali, kami
membiarkan magic core nya. Aku langsung mengalokasikan poin ke skill
deteksi perangkap dan mengaktifkannya.

Liza menusuk mulut monster katak itu sekuat tenaga. Pochi dan Tama
melompat dari sisi berlawanan dan melakukan serangan akhir ke kepala
katak itu dengan belati.

“Baiklah! Bagus!” (Satou)


“Iya!” (Liza)
“Ay!” (Tama)
“Nano desu!” (Pochi)
Aku memuji mereka karena bisa membunuh monster untuk pertama kalinya.
Karena musuhnya kali ini hanya level 10 dengan skill khusus : lidah
penahannya, aku membiarkan mereka melakukannya, dan mereka
melakukannya dengan baik. Lagipula, kekuatan tempur dari beastkin lebih
tinggi dari manusia di level yang sama. Ruangan ini 3 kali lebih besar dari
ruangan-ruangan yang ada sebelumnya. Ada kemungkinan musuhnya akan
lebih banyak dengan ruangan sebesar ini, tapi aku tidak melihat ada tanda-
tandanya.
Terdapat sebuah rumah di ujung ruangan. Atapnya terpotong menjadi 2
dengan rapi. Sepertinya tertelan saat labirin ini dibuat. Sayangnya, tidak ada
tanda kehidupan manusia di radar…

Liza mulai dismantling kodok itu, Pochi dan Tama berjaga di pintu masuk. Kali
ini, giliran Liza untuk dismantle ya?. Sejak ada skill itu, aku membuat mereka
melakukannya secara bergilir.

“Pochi, Tama, ikut aku memeriksa rumah itu.” (Satou)

Aku pergi menuju rumah itu dengan mereka berdua.


Tidak ada mayat di rumah itu, tapi ada beberapa peralatan. Sepertinya ini
rumah orang kaya.
Ada dua pedang pendek hias yang ternyata memiliki daya serang yang cukup
besar saat aku mengeceknya dengan skill appraisal (penaksiran). Seperti
kebanyakan rumah orang kaya, terdapat brangkas tersembunyi di belakang
lukisan dinding rumah ini. Aku menghancurkan nya dengan pistol sihir dan
melihat isinya. Selain ada sekantong emas dan perhiasan, ada juga magic
material (bahan-bahan sihir) yang disebut Bubuk Naga dalam botol kecil. Apa
pemiliknya seorang alkimia?

Kami mengumpulkan perhiasan yang kecil-kecil, dan meninggalkan yang


besar, seperti patung ataupun barang seni lainnya. Diantara barang seni itu,
terdapat sepasang boneka hewan. Meskipun aku tidak terlalu peduli, aku
penasaran apa bonekanya sedang di perbaiki? Aku jadi ingin tahu bagaimana
proses pembuatan boneka hewan fantasi.

>[Mendapatkan Skill Excavation] (TLN : Penggalian : Penggalian situs


bersejarah dll)
>[Mendapatkan Skill Menemukan Harta Karun]
>[Mendapatkan Skill Membuka Peti Harta Karun]
Ada sebuah peralatan sihir ‘pemantik’ di dapur. Hanya itu peralatan sihir yang
ada di sini, tapi kami juga mengambil panci, penggorengan, dan peralatan
makan ke tas. Karena aku bisa mendapatkan air kapanpun dari kendi air
neraka, dan disini juga ada banyak botol kecil, aku mengisinya dengan minyak
untuk membuat bom Molotov lalu meletakannya di penyimpanan.

“Ini, keju dan daging kering! Nano desu~♪” (Pochi)

Dari lemari yang jatuh, terdapat 3 roti besar, 3 bongkah keju dan beberapa
daging asap di dalamnya. Setelah memastikan dengan AR kalau belum basi,
aku memotongnya dan memberikan beberapa bagian untuk Pochi dan Tama.

“Kita makan sisanya dengan Liza nanti. (Satou)”


“Ay!” (Tama)
“Baik! Enak no desu~.” (Pochi)
Aku memberikan tas berisi makanan itu ke Tama dan yang berisi aksesoris
serta senjata ke Pochi, sedangkan aku memegang kendi air dan tub (bak
mandi).

Saat kami keluar, Liza pun sudah menyelesaikan pekerjaannya.

“Master, Aku ada permintaan,… bolehkah aku menyalakan api?” (Liza)


“Api? Di bawah tanah seperti ini? Apa alasannya?” (Satou)
Liza sedikit ragu,

“U, um k-karena aku mau memakan daging kataknya…maaf.” (Liza)


“Kau tidak perlu minta maaf, tapi, apa aman dimakan?” (Satou)
“Iya, tenang saja. Aku sudah pernah melakukannya dengan jenis katak yang
sama dulu. Memang ada organ dalamnya yang beracun, tapi asal kita
membuangnya, tidak akan apa-apa. Tapi kalau tidak matang juga ada
kemungkinan bahaya racunnya…” (Liza)
Yah, meskipun ini di bawah tanah, tetap ada aliran udara, dan juga kita sudah
naik cukup tinggi kan…sepertinya tidak perlu khawatir kehabisan oksigen.
“Baiklah, Aku ijinkan.” (Satou)

Liza memerintahkan Pochi dan Tama untuk memotong kaki katak, sedangkan
dia sendiri mengeluarkan kayu dari tas dan menyiapkannya. Begitu ya, jadi
untuk ini dia mengumpulkan kayu di setiap ruangan

Aku menghentikan Liza menggunakan batu untuk menyalakan apinya, aku


menggunakan pemantik sihir tadi untuk membuat api…. Chakka○n?
<TLN: http://www.vesta-tokai.co.jp/catalog/chakkaman/&gt;
Aku memberikannya peralatan masak dan peralatan makan dari rumah tadi.
Tidak lama, Tama dan Pochi memegang kaki katak itu diatas kepala mereka.
“Daging~” (Tama)
“Nano desu~” (Pochi)
…Entah kenapa, mereka terlihat lebih senang dari saat kuberi daging asap
sebelumnya.

Liza memotong dagingnya kecil kecil, dan menderetkannya di wajan.

Dia menusuk daging yang matang dengan tusukan dan memberikannya


padaku.
…Apa aku harus memakannya?
“Terima kasih Liza.” (Satou)

Aku memberanikan diri dan memakannya…rasanya…sedikit seperti daging


ayam, tapi lebih ringan rasanya. Yah apa boleh buat, karena kita juga tidak
membumbuinya dengan garam. Akan memakan waktu kalau kembali ke
rumah itu hanya untuk mencari bumbu.
Mereka bertiga menatapku yang sedang makan.
Oh iya, mereka menunggu ijin dariku.
“Jangan melihat terus, cepat makan. Kalau kalian tidak makan dan istirahat
dengan baik, kita tidak akan bisa keluar dari labirin ini!” (Satou)

Setelah mendapat ijinku, Pochi dan Tama mulai memakan daging yang ada di
wajan. Liza tidak hanya menggoreng dagingnya, dia benar-benar
merasakannya. Aku melirik mereka sambil memanggang roti hitam, keju dan
daging asapnya untuk dimakan.

Setelah itu, kami terus memotong, memanggang dan makan, berulang kali
selama sekitar 30 minutes, pesta makannya berhenti setelah kami kehabisan
bahan.
Dengan saran Liza, aku membalut potongan dagingnya sisanya dengan kain
dan meletakannya di tas untuk jaga-jaga..
Kalau kondisinya sama seperti sebelumnya, mereka akan kelelahan setelah 2-
3 kali pertempuran, jadi kami memanfaatkan waktu ini untuk istirahat penuh.
Aku membiarkan mereka bertiga mandi di bak, memberi mereka baju ganti
yang baru dan membiarkan mereka tidur dengan selimut. Meskipun mereka
akan kotor lagi karena bertempur nantinya, kau akan merasa lebih baik kalau
tidur dengan baju bersih kan?

2-11. Labirin Iblis (4)


Translator : nuasa
Satou disini. Labirin dari seri klasik biasanya memiliki harta karun, monster-
monster dan jebakan misterius. Dengan banyaknya bahaya itu, kita akan
mendapatkan kemudahan dalam leveling up sebagai gantinya, ini bisa disebut
dengan sensasi yang sesungguhnya dari labirin.
Sebuah parti yang hanya terdiri dari warrior saja, tentu tidak seimbang kan?

Setelah dua kali istirahat lagi selama perjalanan, kami akhirnya mencapai
80% sebelum lokasi pintu keluar. Sampai di peristirahatan sebelumnya tadi,
kami belum menemukan lagi satupun mayat korban.

Perlengkapan Pochi dan Tama berubah menjadi pedang pendek hias dari
rumah yang kita jarah. Yap, sudah sejauh itu perubahan peralatannya, mereka
bertiga sekarang level 13. Sepertinya status mereka 3x di atas manusia
normal.
Pochi mendapat skill [Mencari Musuh], [Melempar], [Dismantling], dan
[Pedang Pendek], Tama mendapat skill [Dismantling],[Mengumpulkan] dan
[Pedang Pendek], Liza mendapat skill [Memasak],[Dismantling], [Tombak]
dan [Tusukan]
Bisa dibilang, kekuatan mereka sekarang berbeda jauh dengan saat pertama
kali aku bertemu mereka. Meskipun musuh tidak memiliki serangan status
abnormal dan level 20, mereka bertiga sanggup mengatasinya. Yah meskipun
masih cukup berbahaya kalau diserang banyak musuh dengan level yang
sama, karena tidak ada yang bisa menggunakan perisai juga…

“Dinding itu~ aneh?” (Tama)

Tama mendeteksi sensasi yang aneh dari balik dinding di dalam ruangan.

Saat aku melihatnya, Aku menemukan [Pintu Tersembunyi/Hidden Door].


Setelah memeriksa di peta, memang benar ada jalan di belakangnya.

Namun…
Aku merubah sudut pandang petanya menjadi mode mata burung (bird’s eye)
Sekitar 5 meter dari ruangan ini, ada sebuah lubang berdiameter 100m dan
tepat dibawahnya ada benda berbentuk tegak lurus (tombak). Lubang dengan
kedalaman 3 meter, jadi itu lubang jebakan? Aku memperingatkan Tama dan
yang lain untuk tidak mendekatinya.
Akan ada persimpangan setelah ini, setelah itu, sepertinya ada sebuah
ruangan dengan 3 orang yang selamat di dalamnya. Mereka sudah beristirahat
selama 1 jam disana, jadi kemungkinan itu zona aman. Meskipun hanya
tersisa 5 ruangan lagi sebelum pintu keluar, karena mereka tidak mempunyai
peta, jadi mereka mungkin tidak tahu.

“Semuanya, berhenti!” (Satou)

Di radar ada titik merah yang mengindikasikan musuh, dia mendekat dengan
kecepatan tinggi. Hanya ada 1 musuh, apa dia menyerang ruangan
sebelumnya?
Sambil mundur, aku memeriksa informasi musuh. Undead Beast, undeadkin,
panjang 5 meter, tinggi 2 meter. Gigitannya bisa melumpuhkan, bisa
menyerang dengan cakar, Sangat lincah. Kelemahan : Elemen suci (Holy
Element).
“Level… 40?” (Satou)

Pembersih labirin ya…(Labyrinth Sweeper)


Benar-benar seperti game jaman dulu. Musuh yang amat kuat akan muncul
untuk membunuh semua pemain yang kehabisan waktu.
Sebelum kami berhadapan dengan musuh, kami harus kembali ke ruangan.
Aku mengungsikan Pochi, Tama dan Liza ke pojok ruangan. Sudah kuduga,
musuh kali ini berbahaya. Kalau mereka lengah, satu serangan saja bisa
membunuh mereka.
Musuh itu muncul begitu saja dari jalan dan masuk. Mengerahkan kekuatan
hanya saat diperlukan, ya kan?…
Bentuknya seperti harimau kumbang (panther) dengan tanduk merah di
kepalanya.
Undead Beast itu langsung menghilang dari pandanganku!
Aku segera melihat radar, tapi posisinya tidak berubah…
Dari atas!
Dia melompat dan menendang langit-langit lalu meluncur ke arahku
Aku merasa lantai di belakangku retak.
Bisa bergerak secepat itu meskipun dia seekor undead… bahaya kalau dia
mulai melompat mendekati ketiga gadis itu. Menghadapinya langsung
bukanlah ide bagus.

Sepertinya dia berusaha mempermainkanku, dia membuka mulutnya sebelum


memulai serangan menggigitnya. Akupun melemparkannya ke dinding.

Undead Beast itu mendarat di dinding, akupun menendangnya dan


menambahkan kekuatan ke serangan kakiku,

…dindingnya pun hancur dan mahkluk itu jatuh ke perangkap lubang itu.
Aamiin~.

Sekarang, bagaimana kalau bergabung dengan orang-orang yang selamat itu?


Setelah persimpangan jalan, lantainya terlapisi dengan benang putih yang
lengket.
“Lengket lengket~” (Tama)
“Kakiku lengket~ no desu.” (Pochi)
“Apa ini benang laba-laba?” (Liza)
Tama dan Pochi memotongnya dengan pedang pendek.

Di dalam ruangan, terdapat 7 kepompong. 3 orang yang selamat ada


diantaranya. Kita harus menyelamatkan mereka selagi laba-labanya tidak ada.
Saat orang yang ada di dalam kepompong itu menyadari kami mendekat,
mereka mulai bergeliat.
Untuk jaga-jaga, aku memeriksa isi di dalamnya sebelum menyelamatkan
mereka.

Nidoren, Pedagang budak , 40 Tahun, level 11, dengan skill [Negosiasi],


[Torture/Menyiksa], dan [Aritmatik].
Viscount Jin Belton. Bangsawan, 33 Tahun, level 15,dengan skill [Fire Magic],
[Flame Magic], dan [Sosial]. (TLN : Fire dan Flame? Tak biarin ya haha,
kayaknya sih flame itu diatasnya fire magic)
Putri Viscount Tana Belton. Bangsawan, 14 Tahun, level 3, dengan skill
[Sosial],[Etika].
(TLN : Viscount itu salah satu tingkatan bangsawan, termasuk Baron, Earl dkk
)
Seorang Viscount akan jadi kekuatan potensial (relasi) yang bagus. Tapi,
kenapa seorang bangsawan bisa ikut terjebak di tempat ini?
Kami membagi tugas menyelamatkan mereka.
Aku mengurus Viscount, Liza putrinya, Pochi dan Tama mengurus pedagang
budak itu.
Ditengah-tengah proses menolong mereka, seekor laba-laba yang datang dari
bawah terdeteksi di radar. Seperti di ruangan sebelumnya, sepertinya disini
juga ada lubang jebakan.

“Ada musuh! Pochi, Tama, Liza, berhenti menolong mereka sementara dan
bersiap menghadapi serangan!” (Satou)

Para gadis beastkin itu menyiapkan senjata mereka.


Setelah beberapa kali bertarung, mereka sudah terbiasa bekerja sama dalam
formasi.
Untungnya, mulut para korban di sumbat, berkah tersembunyi. Tidak ada
yang berisik, ini hal bagus.
Seekor laba-laba merayap dari lubang di lantai. Pertama, aku menyerang
kepalanya dengan batu untuk menghilangkan kesadarannya. Selanjutnya, Liza
menusuk kepalanya dengan tombak sedangkan Pochi dan Tama akan
memotong persendiannya.

Kupikir makhluk itu akan mati hanya dengan serangan itu…Tapi, dia tidak
mati meskipun kepalanya sudah ditusuk…benar-benar seekor monster.

Liza menerima serangan sapuan kaki laba-laba itu, Pochi dan Tama
menyayatnya dengan pedang pendek mereka disela-sela waktu itu, mengikis
HP laba-laba itu.
Karena sepertinya akan membutuhkan waktu, aku melempar batu diam-diam
untuk memberikan pukulan akhir.
Aku menyerahkan pengambilan magic corenya ke Tama, dan kembali
menyelamatkan mereka dengan Pochi dan Liza.

“Saya selamat. Saya keluarga asli keturunan dari pendiri Yamato-sama, kepala
Belton Viscount saat ini, Viscount Jin Belton. Saya akan memberikanmu
penghargaan setelah kita keluar dari sini!” (Viscount Jin)
“Terima kasih banyak, Viscount-sama. saya Satou, seorang pedagang.”
Setelah kami selesai perkenalan dan menyelamatkan viscount. Dia berlari
menuju putrinya, dia merebut pisau dari Liza dan melanjutkan menolong
putrinya itu sendiri.
Dia begitu karena tidak demi-human menyentuk putrinya, atau karena dia
memang mau menyelamatkannya sendiri?
“Terima kasih telah menyelamatkan saya, Saya Nidoren, seorang pedagang.
Saya tidak begitu disukai wanita karena pekerjaan saya yang berhubungan
dengan perdagangan budak.” (Nidoren)
” Saya pedagang pemula, Satou.” (Satou)
“Pedagang…ya? saya benar-benar berpikir kalau kau adalah seorang
petualang (adventure).”
Sambil mendengarkan Nidoren-shi, aku memberikannya air dingin.

“Anda tahu tentang petualang?” (Satou)


“Iya… ah! Mereka penjelajah di kerajaan Shiga. Membunuh iblis di labirin,
mengumpulkan magic cores dan harta karun, pekerjaan dengan resiko tinggi.”
(Nidoren)
Tama kembali dengan membawa magic core dan aku menerimanya.
“Terlepas dari ukuran magic core disini, mungkin karena ini adalah labirin
baru/muda, makanya tingkat kemurniannya rendah.” (Nidoren-shi) (TLN :
macam nama pokemon XD)

Menurut Nidoren-shi, magic cores yang sudah dihaluskan, bisa digunakan


dalam pembuatan alat sihir, dan dengan semakin tingginya tingkat
kemurniannya maka semakin efisien juga kerja alatnya yang akan
menghasilkan semakin majunya pembuatan alat sihir.

“Tapi, ini benar-benar kerja sama yang brilian, pasti lama ya melatih mereka?
Budak yang bagus seperti ini bisa bernilai sampai 20 koin emas/budak. Aku
akan dengan senang hati berbisnis denganmu kalau mau.”(Nidoren-shi)

Sepertinya aku tidak perlu mengatakan kalau mereka bukan budak resmiku.
Nanti justru akan merepotkan.

Aku menyerahkan pengumpulan barang peninggalan dari kepompongnya


kepada para gadis beastkin. Aku memberikan makanan ke viscount Belton
dan Nidoren. Tentu saja, bukan yang daging katak. Viscount dengan senang
hati memakannya meskipun sedikit menggerutu karena kurang enak. Putri
viscount itu hanya makan keju dan meminum airnya perlahan. Pastinya dia
kelelahan.

3 ruangan lagi sebelum pintu keluar. Viscount selalu di samping dan


menemani putrinya. Apa perlu aku menggendongnya? Aku menyarankan
begitu, tetapi langsung ditolak.

Masalahnya ada di ruangan selanjutnya. Layaknya dungeon yang dibuat oleh


GM yang payah, Ada rumah monster yang letaknya tak bisa kami hindari.
Disana terdapat sekumpulan iblis level 35, lalu Skeleton Knight level 30,
Skeleton Deathschyte juga Skeleton Warrior. Dan sisanya Skeleton Soldier
biasa level 10-15.

Haruskah aku berubah jadi Pahlawan Bertopeng?

Saat aku melihat peta, lokasi paman pendeta tampan itu berada 10 ruangan
dari sini. Aku berencana bergabung dan menemuinya, tapi putri viscount itu
benar-benar sudah kelelahan. Terlebih lagi, setiap ruangan dihuni 3 monster
tipe undead. Kalau kami ingin bergabung dan menemuinya, akan butuh waktu
2-3 jam. Kalau kami bisa menerobos sampai ruangan selanjutnya, yang
sepertinya hanya ruangan kosong tanpa musuh, tapi…

Liza dan Tama kembali dari partoli.

“Banyak tulang~”(Tama)

“Sesuatu yang bulat dan bersayap juga terlihat terbang di ruangan itu. Sisanya
ada sekitar 20 monster tengkorak. Aku pikir lebih baik kita mencari jalan
memutar…”(Liza)

Itu memang penilaian dan keputusan yang bagus, tapi pintu keluarnya kan
hanya di depannya sedikit ~
Baiklah, ini saatnya menunjukkan keahlian khusus menipuku (deception
skill)! …orz.

2-12. Labirin Iblis (5)


Translator : nuasa
Satou disini. Sulit meyakinkan seseorang untuk percaya kalau kita sendiri
tidak percaya.
Sedikit lagi sampai pintu keluar. Aku ingin kembali ke kehidupan sehari-
hariku ASAP. (As Soon As Possible = Secepat Mungkin)

“Setelah ini, kemungkinannya adalah pintu keluarnya. Alasan ada 2, yang


pertama, karena di sana ada Iblis yang sampai sekarang belum kami temui
(maksudnya selama melewati ruangan). Yang kedua, jumlah musuh jelas
berbeda dan lebih banyak dari sebelumnya.” (Satou)

Alasannya benar-benar lemah ya eh~

“…Kenapa kau begitu yakin kalau pintu keluarnya ada di depan sana hanya
dengan alasan itu? Aku tidak mengerti.”
“Bagaimana kalau kita mencari jalan memutar saja, seperti yang disarankan
demi-human itu?”
Kalian memang benar… tapi! giliranku sekarang!

“Viscount-sama, apa anda lupa? Labirin ini dibuat oleh iblis. Mereka tentunya
akan menempatkan sesama mereka di tempat yang mereka tidak ijinkan
orang untuk lewat.” (Satou)

Bam, harusnya aku pakai alasan ini dari awal.


“Tapi kita kalah jumlah. Aku tidak yakin kita bisa mengalahkan mereka
sendirian.” (Viscount)

Aku juga tahu itu~

“Tentu saja kita masih punya kesempatan…yaitu dengan sihir anda viscount-
sama.” (Satou)

Aku belum pernah sekalipun melihatnya menggunakan sihir, tapi sihir ‘badai
api’ yang digunakan para penyihir sewaktu menyerang iblis di alun-alun itu
benar-benar mencolok. Itu sudah cukup untuk mengalihkan perhatian semua
orang saat aku sedang berubah.
Oops, Aku kan harusnya tidak tahu tentang sihirnya viscount.
“Seperti yang anda tahu, undeadkin itu lemah terhadap api. Terlebih, saya
dengar rumor bahwa viscount-sama adalah penyihir api terbaik di earldom.”
(Satou)
“Umu, meskipun begini, Aku adalah wakil-kapten dari pasukan tantara
sihir.”(Viscount)
Viscount sepertinya tidak sepenuhnya menentang ide itu, jadi dia atasannya
Zena ya?

“Viscount-sama, saya punya pertanyaan untuk perencanaan strateginya,


berapa kali anda bisa menggunakan sihir badai api?” (Satou)
“Batasan penggunaannya adalah satu kali. Setelah menggunakannya, kita bisa
menutup pintu masuknya dengan pilar api dan menunggu.” (Viscount)
Hm, Apa sihirnya memang boros ya?
Pembicaraan jadi lebih mudah dan langsung mengarah ke pertempuran.
Saat pandangan semua orang terhalang oleh badai api, aku akan langsung
menghabisi musuh dengan serangan koin.
>[Mendapatkan Skill Strategi]

Badai api Viscount Belton mengamuk.
Bola mata bersayap itu mengucapkan sesuatu dari kejauhan, namun
pertempuran dimulai tanpa ada yang sempat mendengarnya.
Serangan mendadak itu strategi dasar.
“Pochi, Tama, lempar batu ke semua musuh yang mendekat. Liza, tusuk semua
musuh yang lolos dari lemparan batu.”(Satou)
Aku memberi perintah kepada mereka bertiga.

Sekarang, waktunya menghajar musuh sebelum badai apinya hilang.

Aku menyerang tengah-tengah bola mata bersayap itu dengan batu suci
terakhir. Aku tidak tahu harus bilang apa pada monster yang memperihatkan
kelemahannya sejelas itu. Batu suci itu menembus iblis itu, lalu menabrak
dinding. Raunganya yang keras tersamarkan dengan suara badai api.

Satu set beberapa koin tembaga aku gunakan untuk menghancurkan 3


monster tengkorak level atas. Aku menamainya shotgun koin.

Saat badai apinya mereda, hanya tersisa 7 monster tengkorak lemah yang
nilai HPnya sudah setengah dari nilai aslinya.
Untuk saat ini, aku akan melanjutkan tipu dayaku.
“Hebat viscount-sama. Dilemahkan karena badai pasir tadi, para tengkorak itu
menjadi rapuh dan hancur satu persatu hanya dengan dilempari batu.”
(Satou)
“Hum, monster undead yang menjijikkan itu dimurnikan oleh sihir apiku.”
(Viscount)
“Benar sekali, ini pertama kalinya aku melihat sihir yang besar sekali seperti
itu, benar-benar kekuatan yang besar!” (Satou)
Dengan wajah penuh kemenangannya itu, bersama dengan Nidoren-shi dan
pujiannya. Aku meninggalkan mereka, lalu melanjutkan untuk membersihkan
musuh-musuh lemah lainnya Bersama para gadis beastkin.

Liza menyerang kaki tengkorak zako itu untuk menghancurkan


keseimbangannya, lalu Pochi dan Tama menyerang bersamaan untuk
menghancurkannya. Dengan bersembunyi di balik sisa api badai, aku
menghancurkan tengkorak-tengkorak itu dengan koin tembaga. Sepertinya
karena skill melempar, HP tengkorak zako itu dengan mudah berkurang
hanya dengan aku melempar koin tembaga itu dengan jempolku …apa tidak
ada skill (Shidan) ya?.padahal keren.

>Mendapatkan Title [Undead Slayer]


>Mendapatkan Title [Demon Slayer]

Pembersihan tengkorak pun selesai dengan cepat, kami berjalan menuju pintu
keluar. Karena akan merepotkan jika bantuan musuh datang, jadi aku
meninggalkan magic corenya.
Jalannya berbeda dengan jalan yang biasa kami lewati sebelum-sebelumnya,
lantainya terbuat dari batu ubin seperti yang kami temukan di dalam ruangan.
Jalan ini selebar 4 meter dan tinggi 3 meter. Berkat itulah, jadi
terang. Sementara ini jalanannya hanya lurus, dan berbelok sebelum ruangan
terakhir.

“Aroma udara luar, nano desu ~” (Pochi)


Pochi melaporkan dengan gembira sambil berlari di mengelilingiku.
Aku sudah terbiasa dengan ini dibandingkan saat pertama kali.
“Ayo kita cari makanan saat sudah diluar nanti.” (Satou)
“Daging~” (Tama)
“Daging Daging~”(Pochi)
Karena Liza ada di barisan paling belakang, jadi dia tidak bisa ikut
perbincangan, Pochi dan Tama terlihat sangat bahagia.
Di radar terdapat banyak, titik cahaya muncul di ruangan terakhir.
Namun, bukan titik merah yang menandakan musuh, tetapi justru titik putih
yang menandakan pihak netral. Itu mungkin para tantara perbatasan.
Paman pendeta tampan itupun sampai di ruangan tengkorak tadi tanpa aku
sadari. Trik macam apa yang dia gunakan?
Yah, yang penting akhirnya bagus.
Aku merasa ingin minum bir dingin dan mandi air hangat sekarang. Iya aku
tahu itu permintaan yang tidak masuk akan sekarang
“Ada suara orang~” (Pochi)

Pochi mengatakan itu sambil menunjuk ke depan.


Belokkan jalan pun sudah terlihat. Setelah 3 belokan dari sini, disana pintu
keluarnya.
“Dinding di depan itu~ aneh?” (Tama)

Tama melaporkan. Aku memastikannya dari peta, terdapat lubang jebakan di


balik dindingnya. Mungkin semacam jalan rahasia jebakan seperti di dalam
labirin.game.

“Disana ada pintu rahasia juga. Tapi jangan di sentuh.” (Satou)


“Ay!” (Tama)
“Baik! nano desu~” (Pochi)
Saat kami melewati pintu rahasia itu…

Sebuah lengan monster muncul!

Aku menendang bagian pintu yang melayang ke arah kami itu saat ada
sesuatu yang besar keluar dari sana!
Aku mendorong Pochi dan Tama ke ujung jalan.

Aku juga ingin melompat dan menghindar, tapi kalau aku ceroboh
menghindarnya, pastinya serangan itu akan mengenai 3 orang di belakangku.
Aku menangkap monster itu, membunuh momentumnya, lalu menendang
lantai. Tapi kekuatan lompatannya sangat berat dan kuat, dia dengan cepat
melompati ketiganya dan mendarat di belakang mereka.

Mereka akhirnya sadar apa yang terjadi.


Suara teriakan dan erangan. Semua suara itu kalah oleh raungan monster itu.
Bentuknya seperti Undead Beast sebelumnya, apa waktu itu tidak mati ya?
Tidak, kali ini tanduknya dua, jadi bukan monster yang sama kan?
Sekarang, bagaimana?

Dia memanjat naik dari lubang jebakan, sepertinya tidak mungkin


mengalahkannya dengan cara yang sama. Karena ada perbedaan level yang
jauh, aku tidak bisa meminta bantuan para gadis beastkin itu, mereka bisa
mati.
Kalau saja bisa menggunakan sihir badai api Viscount itu lagi, tapi sayangnya
hanya sekali pakai karena konsumsi energinya yang tinggi.
Aku berpikir keras sambil menghindari serangan gigitan dari Undead Beast
itu.

“■■■■ ■■ ■■■ ■■■■ Palu udara” (Zena)

Sebuah gumpalan tekanan udara tak terlihat muncul dari arah pintu keluar,
mendorong dan memaksa monster itu untuk mundur.
Akupun terdorong mundur.
Undead Beast itu sepertinya berusaha untuk mengurangi tekanan sihirnya,
dia melompat mundur ke dekat pintu masuk ruangan di belakang.
Pintunya terbuka dan seorang paman pendeta tampan keluar dari sana.
Kenapa harus sekarang?
“Kembali ke dalam ruangan, ada Undead Beast!” (Satou)

Berkat skill loudspeakerku dan gema karena ini di bawah tanah, suara yang
keluar ternyata lebih keras dari perkiraanku.

Paman pendeta tampan itu mulai membaca mantra tanpa panik.

Bodoh!
Kau bisa mati dalam sekejap sebelum selesai membaca mantranya.
Undead Beast itu berbalik setelah mendengarnya membaca mantra.

Apa boleh buat, aku akan menarik perhatiannya dan menghindarr. Setelah itu
aku akan mengalahkannya diam-diam bersamaan dengan serangan paman
pendeta itu.

“■■ Purification (Turn Undead)!” (TLN : Skill pemurnian (Mematikan


Undead))

Pendek sekali. Apa itu?

Undead beast itu berhenti bergerak, dan berubah kembali menjadi boneka
binatang.

Boneka itu bahkan tidak bisa berdiri sendiri, bahaya sudah hilang.
Good Job, paman pendeta tampan!.
“Satou-zannn~~~~” (Zena)

Sebelum aku sempat berbalik, aku langsung di peluk oleh Zena-san yang
memakai armor kulit.

“Syukurlah kau baik-baik zaja~~~Szyukurlah~~~~” (Zena)


(TLN : Ngomong sambil nangis gitu deh pokoknya)

Dia menggosokan kepalanya di dadaku, dia terharu dengan pertemuan kami.


Sihir yang tadi itu ternyata Zena ya. Dari sisi lain, para tantara mulai
bermunculan dan menolong viscount.
Para gadis beastkin itu mendekat kearahku, tapi mereka hanya berdiri sedikit
lebih jauh. Liza menahan Pochi dan Tama yang berusaha mendekat.

“Aku kembali, Zena-san.” (Satou )(TLN : “Tadaima, Zena-san”)

Zena menghapus air matanya dan melihatku.

“Selamat datang kembali, Satou-san.”(Zena)

Senyumnya yang sambil menangis itu terlihat sangat menawan.

Anda mungkin juga menyukai