Satou disini. Dari dulu, nilai karaoke ku tidak pernah lebih dari 60. Aku berharap bisa melakukan
apa yang orang-orang sebut nada tinggi, Satou.
Aku mendengar nyanyian burung, pertanda pagi tiba. Aku membuka mata, dan melihat secercah
cahaya yang menembus kain yang menutupi langit-langit kereta. Sedikit menyilaukan. Kali ini,
aku tidur di kereta karena kemarin, lokasi tanah kemahnya berupa bebatuan.
Sembari masih berbaring, aku melihat ke dadaku, aku melihat sebuah tangan menggengam
kaosku. Saat melihat ke samping, seorang gadis cantik berambut hitam tertidur sambil memeluk
tangan kiriku. Aku mulai terbiasa dengan situasi ini, tapi kadang masih membuat hatiku sedikit
berdebar. Kalau saja tidak ada perbedaan usia, pasti aku... Selanjutnya, aku melihat ke sisi
lainnya. Disana, ada seorang gadis yang kepalanya tertekan oleh 2 gunung besar, tertidur dengan
ekspresi wajah yang tidak tenang, sedangkan pemilik gunung kembar itu sendiri memeluk
tanganku dengan polos dan wajah cantiknya itu.
Karena merasa tidak enak jika membangunkan mereka, akupun hanya berbaring sambil
menikmati sensasi kelembutannya dan aroma wanita pagi. Aku mengintip ke arah kerah baju
tidur Nana yang terbuka, mengunci mata ke arah bukit lembut itu adalah naluri laki-laki. Karena
aku sudah menggunakan seluruh kekuatanku untuk menahan ‘fenomena pagi’ yang dialami oleh
setiap laki-laki, jadi tolong dimaafkan ya.
Liza yang sudah berjaga sampai pagi datang dan membangunkanku. Suaranya sedikit datar, tapi
mungkin itu hanya perasaanku. Aku hampir saja menjawab, "Maaf", karena merasa bersalah, tapi
untungnya aku bisa menjawabnya dengan selamat pagi.
Saat aku melihat kakiku, Arisa tertidur sambil memegang celana kolorku, dan di atasnya Pochi
dan Tama tertidur dengan posisi seperti sedang menahannya. Aku bisa membayangkan apa yang
terjadi semalam. Arisa hendak melakukan “kunjungan malam” dan coba menyingkirkan Pochi
dan Tama, tapi mereka membalas serangannya dan mereka bertiga kelelahan sampai tertidur, lalu
Lulu memanfaatkan itu semua.
Aku mendengar suara kain. Saat melihatnya, Mia ternyata sudah melepas bajunya.
Mia memberikanku handuk dan memintaku mengusap punggungnya. Sepertinya dia berkeringan
karena Nana memeluknya semalaman. Setelah diselamatkan dari penyihir itu, Mia terkadang
manja seperti ini. Bukan karena dia jatuh cinta padaku, ini lebih seperti cinta antar saudara.
"Mia, jangan membuka bajumu begitu saja di depan lawan jenismu." (Satou)
"Y." (Mia)
Setelah selesai, aku memberikan handuknya lagi ke Mia. Mia membalikkan badannya dan
membentangkan tangannya seakan mengatakan, 'depannya juga'. Tentu saja dia memakai celana
dalam, tapi bagian atasnya hanya tertutupi rambutnya.
Dia meminta dengan wajah memelasnya, tapi kalau lebih dari ini, bisa berbahaya. Meskipun dia
‘rata’, aku takut aku akan suka gadis kecil (kutukan). Mia dengan enggan menerima handuknya
dan mulai mengusap bagian depan tubuhnya. Karena akan terasa tidak sopan kalau aku terus
melihatnya, aku membangunkan Nana dan gadis lain, lalu keluar dari kereta.
Di dekat sebuah pohon dimana Liza memasak, ada 5 ekor hewan tergantung dengan tali untuk
dikeringkan darahnya. AR menunjukkan bahwa itu adalah [Daging Serigala Coklat]. Kalau tidak
salah, mereka yang dibunuh Pochi dan Tama tengah malam tadi. Karena mereka hanya 10 hewan
dengan level rendah, jadi aku hanya melihat mereka dari radar. Ternyata, setengah dari mereka
sudah menjadi “daging”, ya.
Artinya, pagi ini kita akan sarapan daging. Aku memang suka daging, tapi aku lebih suka tidak
memakannya di pagi hari.
"Sebentar lagi akan siap, jadi silahkan minum ini dulu." (Lulu)
"Kami sudah menyiapkan sup sayuran dan roti untuk master dan Mia, jadi tidak usah khawatir."
(Lulu)
"Terima kasih atas perhatianmu." (Satou)
Kalau aku serahkan semuanya ke Liza, pasti akan jadi pesta daging, aku senang Lulu bisa
perhatian. Tanpa aku sadari, Mia juga sudah duduk dengan tenang di sampingku, dia mengambil
cangkir teh dari tanganku dan meminumnya.
Biasanya ada 3 gadis yang berkumpul di sekitarku, tapi pagi ini berbeda. Mereka semua
mendekati Liza dan 'katanya' ingin membantu, sambil mencicipi makanan ini dan itu, sampai
dimarahi Liza. Aku jadi ingat sewaktu aku kecil.
Aku melihat ke Nana yang menjawab sambil hormat. Setelah melihatnya, ternyata wajahnya
tertutupi oleh dadanya. Pemandangan yang sungguh luar biasa. Sambil aku membetulkan kata-
kata yang Arisa ajarkan padanya, kami duduk di atas selembar kain.
Karena baju yang dipakainya waktu itu terlihat seperti baju murahan yang dipakai pengemis,
sekarang dia mengenakan baju ganti milik Liza. Awalnya, aku ingin meminjamkannya jubaku,
tapi entah kenapa Arisa menolak dengan keras, dan Lulu juga menolaknya dengan malu-malu,
jadi itu di tolak.
Di piring yang besar, ada jeroan serigala dengan tumis sayuran dan kentang rebus, sarapan hari
ini adalah sup sayuran. Ada juga potongan roti dan buah-buahan untukku dan Mia.
Dengan instruksi dari Liza, ketiga gadis itu dengan cepat membagikan piring dan alat makannya.
Tentu saja mereka tidak lupa untuk duduk di posisi yang ada banyak dagingnya. Pertarungan
dimulai setelah semuanya duduk dan mengatakan, "Itadakimasu". Dengan Liza sebagai koki,
Pochi, Tama dan Arisa mengincar dagingnya. Meskipun ada tumis sayurnya, sekitar 70% adalah
daging, dan itu semua menghilang dengan cepat. Sekitar 3-4 kilo daging dimakan dalam sekejap,
aku merasa melihat video yang sedang dipercepat. Di sisi lain, Lulu memasukkan daging dan
sayuran ke mulutnya dengan anggun. Dia makan dengan tenang, tapi tangannya tidak mau
berhenti, sepertinya selera makannya sedang tinggi.
Memang enak menjadi muda itu~. Bisa makan daging di pagi hari. Aku merasa sedikit sakit hati
melihatnya.
Dia bilang, untuk setengah tahun ke depan setelah kelahirannya, dia hanya bisa menerima air dan
kekuatan sihir. Karena hal serupa juga tertulis di buku alkimia yang ditinggalkan oleh
Trazayuya-shi, kemungkinan itu benar.
Yang pertama, dengan menggunakan fasilitas yang disebut Tabung Regulasi. Saat dia masih
milik penyihir Zen, dia menggunakan metode ini.
Yang kedua adalah melakukan hal ‘mesum’ dengan pria atau yang biasa disebut teknik di atas
kasur. Intinya, melakukannya dengan pendekatan seksual. Aku sebenarnya tidak masalah dengan
ini, tapi Lulu tiba-tiba berteriak, "Aku dulu!", jadi aku mengurungkan niatku. Wajahnya yang
memerah setelah itu benar-benar manis. Tentu saja, Arisa juga menentang, tapi karena tidak
seberkesan Lulu, jadi tidak terlalu kupikirkan. Sepertinya dia (Lulu) keceplosan mengatakannya,
dia tidak berani menatap mataku sampai 2 hari setelahnya.
Yang ketiga adalah, dengan meletakkan tanganku di dekat jantung/hatinya, dan mengalirkan
kekuatan sihir ke sana seperti saat mengoperasikan alat sihir. INI alasan bagus untuk bisa
menyentuh gunung kembar luarbiasanya itu, aku tidak keberatan --- tapi, saat aku akan
melakukannya, Mia menghalangiku dengan satu kata.
"Punggung." (Mia)
Ya, selama dekat dengan jantung/hati, bisa juga dilakukan dari belakang/punggung.
Yah, yasudahlah, selama aku masih bisa menikmati lehernya yang sensasional dan kulit
mulusnya dari belakang. Sekali saja, ya..ijinkan aku melakukannya sekali saja, kumohon.
Setelah selesai makan, aku mensuplai kekuatan sihir untuk Nana yang punggungnya sudah
terbuka. Saat aku mulai mengalirkan kekuatan sihirku, dia bereaksi seperti kegelian, hm..ini
menarik. Meskipun, Arisa dan yang lain melihat ke arah sini seperti mengawasi, jadi aku tidak
bisa ‘bermain-main’. Padahal suaranya benar-benar menawan dan menghangatkan hatiku, ini
benar-benar gawat.
"Apa kau akan berlatih juga hari ini?" (Arisa)
"Tentu saja." (Satou)
Begini, ini hanya latihan sihir dan bukan sesuatu yang akan membuatku menyesal, oke?
Lagipula bukan hanya aku, Pochi dan Tama juga memegang tongkat pendek. Mereka ingin
meniruku saat mereka melihatku latihan sihir, jadi aku meminjami mereka tongkat.
"Kalau begitu, aku akan mencontohkannya. Ingat, aku hanya bisa melakukannya satu kali, jadi
perhatikan baik-baik." (Arisa)
Arisa dengan tongkat panjangnya mengarahkan ke area kosong dan mulai membaca mantra.
"Uuu, kepalaku sakit. Beban menggunakan sihir tanpa skill ternyata memang besar. Bahkan bisa
menyerap kekuatan sihir 5 kali dari biasanya." (Arisa)
Aku berterima kasih pada Arisa dan mulai membaca mantra sihirnya.
Ini adalah sihir dengan mantra terpendek di antara sihir kehidupan lainnya dan memiliki tingkat
keberhasilan paling tinggi.
"Ini tidak bagus, sama sekali tidak bagus. Hanya titik pertama yang kau ucapkan dengan benar.
Terlebih, iramanya aneh." (Arisa)
Pochi dan Tama berhadapan satu sama lain dan melafalkan mantra acak sambil mengayunkan
tongkatnya seperti menari. Tentu saja itu tidak berhasil, tapi karena keduanya terlihat senang,
aku tidak bicara apa-apa.
"■◆▲ Breeze"
"■▲◆ Breeze"
"▲▲◆ Breeze"
"Tidak, tidak, ini jadi semakin aneh ." (Arisa)
Oh iya, kalau tidak salah, aku beli buku tentang pelafalan dan dan cara membaca juga.
Sambil membaca buku itu, aku mulai latihan.
Aku berlatih tongue twister, Arisa yang melihat tarian Pochi dan Tama menyela.
Baiklah, aku mengaktifkan keduanya dengan memberi poin skill ke nilai maks.
Aku yang sekarang, akan bisa mengucapkan mantra apapun!
"■◆◆ Breeze"
...Aku gagal.
"Kau tidak mengigit lidahmu kan? tapi kenapa iramamu masih salah?" (Arisa)
Aku coba latihan dengan bantuan Arisa beberapa kali, tapi tidak pernah berhasil. Aku ini buta
nada. Berapa kali ya aku sempat berdebat dengan pembuat musik karena aku tidak bisa
membedakan suaranya selama bug report...
Liza memanggilku karena persiapan kami berangkat sudah selesai, aku mengakhiri latihan sihir
kali ini.
Sekarang, untuk beberapa hari dalam perjalanan ini, aku akan coba mengaktifkan
beberapa skill. Lagipula, setengah dari poinku tidak akan habis meskipun aku
memaksimalkan semua poin skill yang sudah kudapatkan, dan karena skill seperti
[Appraisal] akan memperngaruhi beberapa fungsi skill, aku tidak akan mengaktifkan
skill yang memiliki efek yang masih diragukan atau sama .
Pertama, aku ingin menaikkan level skill senjata, tapi, karena aku sudah mendapatkan
cukup skill untuk pertarungan jarak dekat, jadi aku mencadangkan skill senjata
lainnya. Kali ini, karena aku pernah membaca manfaat penggunaan skill
belati (dagger) dari berbagai sejarah dan dongeng, akupun mengaktifkannya.
Aku mengaktifkan sebagian besar skill yang berhubungan dengan pertarungan fisik.
Karena kerugian dari skill [Reckless Courage] sepertinya besar, aku membiarkannya
tidak aktif. Aku juga tidak tahu kegunaan skill [Shield Bash] jadi aku hanya
menaikkannya sampai level 5. Kalau memang berguna, aku baru akan menaikkannya
ke maks.
Skill [Taktik] adalah skill yang tidak kurasakan langsung efeknya, tapi aku tetap
mengaktifkannya sesuai saran Arisa. Dia bilang bahwa, jika aku mengkombinasikan
‘perintah’ dan ‘kerjasama’, maka , anggota parti akan bisa menggunakan Teknik
kombo. Sepertinya ini informasi yang dia dapat dari hero, tapi Arisa sendiri tidak tahu
bagaimana melakukannya. Oi.oi jadi kau belum pernah mencobanya? Meskipun dia
mengatakan, “Saat kita naik level di labirin, kita akan mempelajarinya kok.”, dan saat
aku berkonsultasi padanya, sepertinya mereka juga tidak akan bisa melakukannya
dalam waktu dekat.
Aku sudah mengaktifkan sebagian besar skill yang berkaitan dengan fisik, jadi
sisanya, aku hanya mengaktifkan skill [Herculean Strength]. Meskipun aku sudah
cukup kuat untuk membengkokkan besi layakny tanah liat, aku masih merasa kurang.
Semoga saja aku bisa merasakan perbedaannya saat bertarung melawan musuh yang
keras.
Bagian cabang skill sihir tidak ada perubahan sama sekali. Lagipula, tidak akan ada
gunanya sebelum aku bisa membaca mantranya.
Aku juga merasa bahwa skill [Resistance] tidak memiliki efek yang kuat, tapi untuk
jaga-jaga, aku mengaktifkan semua. Tapi, untuk skill [Fear Resistance] hanya
kunaikkan sampai level 3. Mungkin ini hanya perasaan, tapi aku merasa tidak boleh
memaksimalkannya, karena bau-baunya sama seperti skill [Reckless Courage].
Aku tidak merubah skill yang berhubungan dengan kesenian. Saat memastikan
dengan Arisa, skill [Menyanyi] tidak berpengaruh untuk irama. Sepertinya skill itu
membuat orang-orang yang mendengarnya tersentuh dengan apa yang kita nyanyikan.
Aku tidak mengerti itu sama sekali, meskipun aku protes, tetap saja aku tidak bisa
membantah. Karena aku masih belum bisa membaca mantranya juga, jadi tidak ada
ruginya kan aku coba menaikkan skill [Menyanyi]?
Untuk skill labirin, [Item Box] tetap tidak berubah, sedangkan [Penggunaan
Perangkap] naik menjadi 5, dan aku menaikkan skill lain ke maksimum. Di dunia ini,
kupikir akan selalu berhubungan dengan labirin nantinya.
Yang paling merepotkan adalah Skill Specialty. Skill yang pasti akan berguna adalah
[Membaca Bibir] dan [Menguping], jadi ku naikkan ke maksimum, Aku ragu apa
harus mengaktifkan skill yang terlalu ‘gelap’ seperti [Di balik layar], atau
[Assassination], dan memutuskan untuk mengaktifkan yang sekiranya berguna untuk
mengintai dan bertarung. Aku sempat kebingungan sesaat, tapi memutuskan untuk
membiarkan skill, [Konspirasi], [Tebusan] dan [Tuduhan Palsu].
Tentu saja aku mengabaikan skill ‘di atas kasur’. Tidak baik untuk curang soal ‘itu’
kan?
Meskipun sudah menggunakan banyak poin, tidak sampai 30% dari skill poin ku yang
habis. Karena aku akan butuh banyak poin juga saat aku bisa menggunakan sihir
nanti, aku tidak akan memaksa diri untuk menggunakan skill seperti [Mencabut
rumput] atau [Transporting].
Aku juga mencoba untuk melihat 2 skill unik yang belum bisa terpakai, tapi keduanya
tetap ‘tidak diketahui’ seperti biasa. Aku benar-benar butuh fungsi tutorial, bantuan
atau semacamnya disini.
Setelah selesai mengaktifkan skill yang kuinginkan, yang ingin kulakukan selanjutnya
adalah, bagaimana caranya aku bisa mendapatkan skill yang dimiliki mereka.
Mereka memiliki skill yang tidak kupunya, seperti [Etika], [Menusuk], [Dismantling],
[Heavy Blow], [Mencari Musuh], [Memasak], [Mengumpulkan], [Nature Art], dan
[Penglihatan Roh].
Diantara semua itu, skill [Nature Art] sepertinya sama dengan skill unik Arisa, jadi,
meskipun aku terkena serangan itu, aku pasti tidak akan bisa mendapatkan skillnya.
Menurut buku yang ditinggalkan oleh Trazayuya-shi, Homonculus memiliki organ
yang bisa membuat mereka menggunakan [Nature Art]. Kemungkinan itu adalah skill
khusus dari suatu ras.
[Penglihatan Roh] milik Mia sepertinya membuatnya bisa melihat roh, tapi aku tidak
bisa membayangkan bagaimana cara mendapatkannya, jadi aku menyerah. Tentu saja
aku menanyakannya pada Mia, tapi jawaban yang ku dapat hanyalah, “Aku tidak bisa
melihatnya tahu?”, “Tidak bisa?”, “kenapa?”, seperti itu. Aku akan tanya pada elf
dewasa saja di hutan Bornean nanti.
Skill yang paling harus kupelajari adalah [Mencari Musuh]. Peta dan radarku memang
sudah bagus untuk memindai area yang luas dan musuh tertentu, tapi tidak bisa untuk
musuh yang fuzzy. Meskipun sudah berusaha mengaturnya, tetap saja masih ada yang
lolos.
Yang selanjutnya, mungkin skill [Menusuk], dan [Heavy Blow]. Karena sepertinya itu
akan menaikkan kekuatan seranganku dalam pertarungan. Sisanya adalah skill
[Mengumpulkan], [Dismantling], [Memasak], tapi aku tidak membutuhkannya selama
ada Liza dan yang lainnya. Aku merasa tidak terlalu membutuhkan skill [Etika], tapi
sepertinya akan berguna kalau digunakan besama dengan skill [Pendidikan], jadi aku
merencanakan utuk mempelajarinya.
Sebenarnya, Aku ingin mempelajari skill [Menusuk] dan [Heavy Blow] dulu, tapi,
karena aku menundanya karena tidak ada musuh yang bisa kuajak bertarung. Kalau
aku latihan dengan Liza, aku takut akan menyakitinya. Meskipun dia bisa
disembuhkan dengan ramuan penyembuh atau sihir Mia, tapi aku masih sedikit
khawatir. Aku juga tidak bisa mempelajari skill yang paling kuinginkan yaitu
[Mencari Musuh], karena memang sedang tidak ada musuh.
Oh iya, kereta kami hampir meninggalkan wilayah earl kota Seryuu dan memasuki
wilayah earl kota tetangga dari kemarin. Di daerah ini, banyak sekali basin. Saat ini,
kereta kami sedang berjalan di salah satunya. Ada wilayah monster di sekitar sini,
tentu saja tidak ada kalau di sekitar jalannya, mereka sesekali muncul di kedalaman
gunung. Disisi lain, banyak gerombolan serigala dan juga ada beruang yang
berhibernasi. Karena sepertinya akan banyak hewan buas di wilayah yang akan kami
lewati nanti, aku memutuskan untuk melakukan latihan bertarung disana.
Sekarang, kita mulai belajar [Dismantling].
Ada alasan kenapa aku ingin belajar [Dismantling] sekarang, yaitu karena kami
membeli ikan dari anak kecil di sebuah desa dekat dengan sungai yang kami lewati
sebelumnya.
Rintangannya terlalu banyak kalau aku melakukannya menggunakan daging hewan
mamalia, jadi, saat mendapatkan ikan ini, kupikir ini kesempatan bagus untuk belajar.
Karena aku pernah membedah ikan sebelumnya, kemungkinan semuanya akan baik-
baik saja.
Yang tajam akan lebih baik dari yang tumpul. Sambil berpikir begitu, aku
mengeluarkan alat sihir untuk kugunakan. [Troll Slayer], terlepas dari hiasannya yang
menempel, ini hanyalah sebuah belati biasa yang tajam. Tapi tidak bisa dibandingkan
dengan belati biasa juga, belati ini lebih baik dari belati/pedang biasa lain, meskipun
tidak selevel pedang suci. Pisau ini memiliki ukiran [RAZ], apa ini semacam
persembahan?
Dengan mengikuto petunjuk Liza, aku memotong ikan itu tanda ada hambatan. Aku
berhasil memotongnya menjadi 3 dengan cepat. Setelah itu, saat aku membuang
jeroan dan kepala ikannya, Liza memarahiku.
“Yummy~””Enak, nodesu.”
“Enak… sudah lama aku tidak makan ikan, tapi ini lebih enak dari yang pernah ku
makan di kota asalku.” (Liza)
“Ini benar-benar enak.” (Lulu)
“E-N-AK~! Apa ini? Lebih tepatnya, ini kelewat enak.” (Arisa)
Mereka ternyata menyukainya.
Mia terlihat penasaran, jadi aku menawarinya sedikit, tapi dia mengatakan, “…tidak
mau.” Dengan nada sedikit kecewa. Nana melihatku dengan tatapan ingin
mencobanya, tapi aku tidak bisa membiarkannya makan, jadi aku menahan diri.
Karena dia sepertinya ingin menangis, aku menghiburnya dengan meneteskan
beberapa sari buah ke air dinginnya.
Aku pun coba memakannya, wow, ini benar-benar terlalu enak.
Aku sebenarnya tidak terlalu suka ikan sungai, tapi bumbunya pas. Rasanya gurih,
lebih tepatnya, minyaknya membuat daging putihnya matang pas. Aku tidak
menyangka efek memasak level 10 akan seperti ini. Aku hanya menyesal karena tidak
ada nasi hangat. Aku sebenarnya punya 3 liter beras, tapi aku tidak tahu bagaimana
cara memanaskannya. Aku merasa bisa membuat bubur terbaik, tapi juga merasa tidak
bisa memanasinya dengan tepat untuk membuatnya lembut.
Selanjutnya, aku mencoba ikan dengan misonya.
…Ini enak, tapi ada yang berbeda. Rasanya seperti ada yang hilang.
Yang lain juga menyukai Ikan bakar miso ini, tapi Arisa memiliki kesan yang sama
denganku.
“Ini benar-benar enak, tapi, berbeda dengan ikan yang digarami itu, rasanya ada
sesuatu yang kurang.” (Arisa)
Meskipun level memasak kita tinggi, percuma kalau kita tidak tahu resepnya ya. Aku
tahu dan merasa bahwa jumlah dan caranya sudah sempurna, penggunaan misonya
juga mungkin tidak salah. Aku selalu ingin membuat Sawara Miso Grill, tapi karena
aku tidak sering memasak di kehidupan sebelumnya, mungkin ini kecerobohanku.
Aku bertanya pada Arisa apa yang harus kulakukan, “Aku tahu ada yang salah dengan
rasanya, tapi aku benar-benar tidak tahu bagaimana membenarkannya.” Dia
mengatakan itu dengan tangan di pinggang dan berlagak seperti bos yang frustasi, dia
merasa bersalah atau apa ya?
Di antara buku yang kubeli dari toko buku, tidak ada buku memasak. Aku benar-benar
lupa. Aku akan coba mencarinya di kota selanjutnya.
◇
Setelah itu, masih di hari yang sama, aku meminta Liza menunjukkan skill [Menusuk]
dan [Heavy Blow]nya. Aku memajukan rencanaku karena melihat seekor hewan buas
besar yang mendekat, tidak jauh dari kemah kami.
“Sekarang, aku akan melakukan tusukan biasa, tusukan keras, dan heavy blow secara
bergantian.” (Liza)
Liza mengatakan itu, memasang kuda-kuda dan menusuk dengan tombak hitamnya
3x. Kuda-kuda yang indah, tusukan tombaknya lebih kuat daripada rata-rata prajurit di
suatu wilayah. Aku mendengar suara membelah anginnya setiap kali dia menusuk.
Aku tidak tahu beda kedua tusukan yang pertama, tapi yang ketiga ini terdengar jelas
berbeda.
Ibarat seperti tali busur yang ditarik sampai batasnya, dia memutar tubuhnya dan
menusukkan tombaknya ke depan dengan kuat. Satu tusukan menggunakan seluruh
tubuh. Sama seperti tusukan yang dia lakukan untuk menyerang kumbang badak
sewaktu di labirin itu, tapi yang ini terlihat lebih terlatih.
“Liza, Maaf, tapi tolong lakukan yang terakhir itu sekali lagi.” (Satou)
“Baik!” (Liza)
Dia melakukan kuda-kuda seperti sebelumnya dan melakukan tusukan yang
menggetarkan tanah. Ada jejak garis merah yang keluar dari tombaknya sekilas. Saat
kuperiksa status Liza, bukan hanya staminanya, tapi kekuatan sihirnya juga
berkurang. Itu mungkin efek tambahan dari [Heavy Blow].
Liza memujiku, tapi karena itu hanya tusukan tanpa tenaga, aku merasa malu dipuji
berlebihan seperti itu. Selanjutnya, aku mencoba meniru tusukannya. Aku merasa ada
yang salah.
Apa dia tidak tahan melihatku memutar pergelangan tanganku beberapa kali tanpa
hasil? Liza memelukku dari belakang dan memegang tombaknya sambil menjelaskan.
“Untuk melakukan tusukannya, saat akan menusuk, master juga harus memutar
pergelangan tangan (memelintir) secara langsung. Lemaskan tangan master sebentar,
lalu genggam dengan kuat saat akan menusuk. Aku akan menunjukkannya perlahan,
tolong rasakan pergerakan jari dan pergelangan tanganku.” (Liza)
Liza meletakkan tangannya diatas tanganku dan menunjukkan waktu yang tepat.
Begitu ya, ini bukanlah sesuatu yang bisa di jelaskan hanya dengan kata-kata.
Setelah Liza menjauh dariku, akupun mulai latihan.
Ya, Ini dia.
“Seperti yang diharapkan dari master, bisa menguasai rahasinyanya hanya dengan
sekali coba.” (Liza)
“Ini karena cara mengajar Liza yang baik.” (Satou)
Aku mengatakan yang sebenarnya tentang cara mengajarnya yang baik itu, tapi, aku
bisa melakukannya hanya dengan sekali coba itu sebenarnya berkat skill tombakku
yang level 10. Aku melakukannya beberapa kali sampai aku mengingat sensasinya.
Tapi, meskipun aku bisa menggunakannya, tapi aku tidak mendapatkan skillnya. Jadi
benar ya, kalau ingin mendapatkan skill senjata, kita harus menggunakannya melawan
musuh.
Sama halnya seperti [Heavy Blow]. Aku juga tidak mendapatkan skillnya.
Aku penasaran, apa karena aku memang tidak memiliki skillnya, meskipun aku bisa
meniru [Heavy Blow]nya, tapi kekuatan sihirku tidak berkurang. (TLN : Itu karena
MPmu banyak Oiiii haha)
Aku ingin coba mendapatkan skillnya dan mengeluarkan cahaya garis merah itu.
Cahaya biru dari pedang suci itu sebenarnya juga bagus, tapi kurasa, cahaya merah
benar-benar cocok dengan Liza.
Di malam harinya, “Tamu” yang aku tunggu akhirnya mendekat sesuai perkiraan, jadi
aku bangun dari kasur dan pergi ke tempat dimana Mia dan Tama melakukan jaga
malamnya.
“Ganti?” (Mia)
“Terlalu cepat~?” (Tama)
“Pergantiannya masih nanti.” (Satou)
Aku meminta Tama mengajariku caranya melakukan [Mencari Musuh].
“Nyu~?” (Tama)
Dia melipat tangannya sambil terlihat bingung, lucu sekali. Aku ingin menyentuh
keriput di keningnya itu.
Banyak suara. Suara pepohonan yang berayun karena angina. Suara rumput yang
terinjak hewan kecil. Suara serangga. Suara cakar yang mengenai sesuatu yang keras
di tanah.
Aroma rumput. Aroma tanah. Sedikit aroma air. Berbagai aroma hewan, ibarat cat
yang menetes di sebuah sungai.
Kasa.
Ton.
Hyun.
Aku coba memberikan 1 MP. Berkas cahaya merah redup muncul di tombak.
Aku coba memberikan 10 MP. Garis cahaya merah jelas, muncul di tombaknya.
Aku coba memberikan 50 MP. Garis cahaya merah yang kuat berkali-kali muncul di
tombaknya. Ini bisa digunakan untuk menerangi.
Aku coba memberikan 200 MP. Garis cahaya merahnya Intense – ini gawat,
tombaknya bergetar dengan aneh.
Aku merasa bahwa tombaknya akan meledak kalau kubiarkan. Wajah sedih Liza
terlintas di pikiranku.
Gawat.
Oh iya.
Kalau kebanyakan, aku hanya perlu menyerapnya saja kan?
Saat memikirkan itu, aku mengekstrak kekuatan sihir yang ada di tombak itu dengan
membayangkan menyerapnya – bagus, getarannya sudah berhenti.
Saat memastikannya di AR, nama tombak ini berubah menjadi, [Tombak Sihir
Douma]. Kalau tidak salah, tadinya ini adalah [Tombak Hitam Jangkrik]. Aku tidak
ingat daya serang sebelumnya, tapi tidak salah lagi, ini lebih kuat. Tadinya tombak ini
sudah lebih kuat dari tombak hitam biasa, tapi sekarang, kekuatannya hampir 3x dari
sebekumnya. Meskipun masih belum sebanding dengan tombak naga yang ada di
penyimpananku, tapi ini menjadi sekuat tombak sihir.
Sepertinya ini yang disebut-sebut dengan memperkuat senjata.
Meskipun rasanya hampir saja selangkah menuju kegagalan tadi, aku tidak bisa
membayangkan Liza yang sedih kalau tombaknya rusak.
Saat aku melihat log, aku mendapatkan beberapa skill.
Ini beda.
Saat dengan tombak milik Liza, rasanya seperti menuangkan air ke dalam piring,
sedangkan belati ini seperti kotak penguras yang kasar (Ibarat tanah kering mungkin).
Kekuatan sihir yang sudah masuk, terasa menghilang dengan cepat. Tentu saja, tidak
ada sinar merahnya juga.
Kali ini, aku mengeluarkan kaki semut terbang, dan mengalirkan kekuatan sihirku.
Ini lebih baik dari pada belati tadi, tapi…rasanya seperti pipa buntu dengan penguras
air. Kekuatan sihir yang ku alirkan tersumbat, lalu terkuras, rasanya menjengkelkan.
Apa harus aku coba ku masukkan kekuatan sihirnya dengan paksa?
Aku mencoba itu dan hasilnya, itu meledak dan berserakan. Kurasa, tombak Liza
hampir saja berubah jadi seperti ini.
Aku mencobanya lagi dengan kaki semut yang baru. Dan benar saja, meledak saat ku
aliri 10 MP. Apa tombak Liza itu spesial? Atau karena perbedaan materialnya?
Aku memutuskan untuk mencobanya dengan material yang sepertinya lebih keras.
Aku mengeluarkan gigi naga (dragon tooth, bukan taring ya 😊) dan mencobanya.
Meskipun kubilang gigi, besarnya sekitar 30 cm. Saat aku mengalirkan kekuatan sihir,
rasanya seperti saat menggunakan kaki semut. Perbedaannya hanyalah ketahanan
sihirnya, gigi naga ini tetap tidak apa-apa meksipun sudah ku aliri sampai 500 MP,
tapi aku berhenti sampai sini, karena melihat giginya menjadi retak.
Karena aku merasa tidak enak dengan Mia dan Tama kalau telat kembali, aku
memutuskan untuk menyelesaikan ini dan kembali. Tanpa lupa untuk mengatur
kembali menunya.
Sosok lucu Tama dan Mia yang tertidur menyambutku saat aku kembali.
Tama terbangun saat mendengar suara ku meletakkan tombak Liza di kereta. Saat dia
mengetahui yang membuat suara itu aku, dia tekapar lesu dengan “Gude~”, sepertinya
dia tidak tidur.
Dia duduk di sampingku, berusaha naik ke pangkuanku, dan tidur meringkuk.
Aku teringat neko nabe melihat tingkahnya, ini menenangkan. Aku memutuskan
untuk berjaga menggantikan mereka sampai pagi.
6-4. Pencuri Pertama
Translator : nuasa
Satou disini. Kupikir 3 pedoman dalam hidup itu adalah, “Jangan Membunuh”,
“Jangan Mencuri”, “Jangan Berlaku Kasar”, tapi kenyataannya adalah, “Jangan
Mencuri”, tapi, “Jangan Bakar”. Tapi, meskipun bukan dari ketiga itu, sesuatu yang
jahat tetaplah jahat kan?
“I-Ini…” (Liza)
“Master!” (Liza)
Setelah selesai memeriksanya, dia mendekatiku. Aku sudah siap mendengar
keluhannya sebelum aku memberikan alasan. Nada suaranya sedikit meninggi,
semoga saja dia tidak marah.
“Arisa pernah bilang ke Lulu, katanya, ‘Kalau kau melayani master dengan baik, dia
akan memberimu hadiah darinya suatu saat nanti.'”
“Melayani”, dan, “Hadiah” yang Arisa maksud itu pasti berbeda artinya. Arisa itu,
tolong jangan mencuci otak Lulu dengan hal-hal aneh. Untuk sekarang, karena Liza
terlihat senang, aku akan berpura-pura saja begitu.
◇
Karena Lulu akan memanggilku saat Liza selesai melakukan persiapan untuk sarapan,
jadi aku menggunakan kesempatan ini untuk mandi. Aku mengambil handuk, lalu
menuju sungai dekat kemah. Karena sungainya dekat, aku mau coba mandi disana.
Omong-omong, suhu air disini di bawah 10oC, jadi umumnya, orang yang mandi
disini pasti akan sakit. Tapi, aku tidak merasa kedinginan, mungkin ini berkat skill
[Ice Resistance]ku. Aku lebih penasaran dengan tatapan Lulu dari balik semak-semak.
Selama memasak, dia sesekali melirik ke arah sini. Kupikir, semak-semak disini
cukup tinggi sehingga bisa menutupi, tapi…
Yah, Lulu memang sedang dalam usia dimana dia mulai tertarik dengan lawan
jenisnya, apa boleh buat.
Karena akan berbahaya kalau Arisa bangun, akupun menggosok tubuhku
menggunakan sabun dengan cepat. Aku melihat beberapa ikan sebelum memakai
pakaianku, jaku coba menangkapnya dengan melempar beberapa tombak kayu dan
bisa menangkap sekitar 10 ikan lalu menyimpannya ke dalam penyimpanan. Aku
berpikir untuk menjadikan ikan sebagai makanan utama untuk sarapan, tapi Lulu dan
Liza sudah mulai memasak, jadi tidak enak kalau aku mengganggu mereka.
Apa maksudnya?
Arisa lalu menunjuk ke arah rambut basahku.
“Bilang dong kalau mau mandi!” (Arisa)
“Tidak mungkin. Kalau aku bilang, kau pasti akan mengintip kan?” (Satou)
“Tentu saja! Itu sudah tugasku sebagai seorang budak untuk menggosok punggung
master!” (Arisa)
“Oh ya? Lalu tujuan utamamu apa?” (Satou)
“Melihat seorang bocah mandi ditengah alam Itu sesuatu yang sayang untuk
dilewatkan!” (Arisa)
Aku jadi tidak bisa menghukummu kalau kau berterung terang seperti itu.
Biasanya, sebelum kami tidur atau setelah sarapan, aku akan pergi menyendiri dan
menggosok tubuhku dengan handuk basah setelah itu Arisa biasanya mencoba
mengintip, dia pernah melakukannya sekali, saat lolos dari pengawasan Liza. Aku
sebenarnya tidak perlu mengomelinya, tapi karena akan berdampak buruk ke gadis
lain, aku akan menghukumnya kalau memergokinya mengintip.
…Bagaimana mengatakannya ya, rasanya…peran laki-laki dan perempuan disini jadi
tertukar.
Hari itu, latihan sihirku berakhir dengan kegagalan lagi, untuk mengganti suasana, aku
duduk di belakang kereta dan coba membuat perisai kecil dari kayu. Karena aku dapat
skill [Membuat Armor] setelah membuatnya, aku memaksimalkan dan
mengaktifkannya. Meskipun perisainya terbuat dari kayu, tapi dibuat dengan teknik
tingkat tinggi.
Karena tempatnya jadi berantakan, aku menggelar kain untuk tempat sampah dari
potongan kayu yang jatuh. Aku memberikan 2 perisai yang kubuat setelah mendapat
skill itu untuk Pochi dan Tama. Sebenarnya, aku punya beberapa perisai di
penyimpananku, tapi sayang, tidak ada satupun yang cocok untuk Pochi dan Tama,
maka dari itu aku membuatnya sendiri. Aku membuat 3 perisai, dan karena waktunya
hampir habis, akupun membereskan peralatannya.
Saat kami memasuki hutan dan melewati sedikit belokan, ada seorang wanita dan pria
yang duduk di jalan. Mereka berpenampilan seperti warga biasa. “Oo~i”, mereka
memanggil kami. Saat kereta mengurangi kecepatan, pria itu mendekat sambil
mencoba mengatakan sesuatu.
“Maaf, istriku…” (…)
“Fuhn, Aku tidak tertarik dengan akting pencuri.” (Arisa)
Arisa memukul pria dan wanita itu dengan sihir pikirannya tanpa basa-basi. Dia
kesulitan mencari posisi agar kuda kami tidak terkena serangannya. Padahal dia
sendiri suka akting berlebihan.
Hanya dalam beberapa menit, [Kelompok Pencuri Desa Oyu] itu berhasil kami
lumpuhkan. Setengah dari mereka terluka, tapi tidak ada yang mati. Kami
menggantung mereka di pohon setelah melucuti senjata mereka. Aku merasa sayang
menggunakan taliku untuk mengikat mereka, jadi sesuai saran Liza, kami
menggunakan tanaman rambat untuk mengikat mereka. Aku menyadari ini setelah
insiden penipuan di kota waktu itu, bahwa, tidak ada hukuman untuk, [Melukai] dan
[Menyerang(Assaulting)] di dunia ini. Dan untuk memastikannya, aku memeriksa
status Penghargaan dan Hukuman (Reward and Punishment) kami, yang ternyata
tidak berubah.
Para pencuri ini sudah terpengaruh sihir Arisa [Medan Tidur] yang membuat mereka
tertidur. Untuk jaga-jaga, aku memeriksa peta, dan tidak ada desa bernama “Desa
Oyu” di wilayah sini.
“Omong-omong, apa yang ingin kau lakukan dengan mereka? Bukannya kota masih
cukup jauh? lebih mudah untuk membunuh mereka disini saja kan?” (Arisa)
“Karena perintahnya untuk tidak membunuh sebisa mungkin, jadi tidak kulakukan,
meskipun orang bilang, kita harus membunuh pencuri saat kita menemukannya. Kalau
master menginginkan hadiahnya, kepala mereka saja sudah cukup. Terlebih, meskipun
kita membunuh pencuri, Penghargaan&Hukuman kita tidak akan berubah menjadi
[Pembunuh(Murderer)].”(Liza)
Saran dari Arisa dan Liza cukup sadis, tapi mungkin itu adalah hal yang “biasanya”
dilakukan di dunia ini. Kalau aku mengabaikan para pencuri ini, mereka mungkin
akan membunuh atau menjual pedagang/penjelajah yang lewat jalur ini sebagai
budak.
Meskipun begitu, aku tidak ingin gadis-gadis ini membunuh orang, dan aku sendiri
juga tidak mau membunuh. Sebisa mungkin, aku ingin menghindari membunuh. Tapi,
bagaimana kalau mereka nanti membahayakan nyawa gadis-gadis ini. Meskipun aku
ini orang yang munafik, bukan berarti aku orang suci juga, kalau itu sampai terjadi,
aku tidak akan ragu untuk membunuh. Lagipula aku sudah pernah membunuh (Zen),
meskipun itu memang keinginannya.
“Kita akan membawa mereka ke kota dan menjual mereka sebagai budak kriminal.
Bukannya itu akan lebih menguntungkan daripada membunuh mereka disini?” (Satou)
Meskipun aku tidak mau membunuh mereka, aku juga tidak berniat melepaskan
mereka. Aku akan membuat mereka membayar perbuatan mereka. Status
[Penghargaan&Hukuman] mereka dipenuhi dengan [Pembunuh], [Pemerkosa],
[Pencuri] dan lainnya. Tidak ada dari mereka yang tidak bersalah. Liza kelihatan ingin
mengatakan sesuatu, tapi sepertinya dia tidak ingin menentang keputusanku
“Kalau nyawamu dalam bahaya, jangan ragu untuk membunuh musuh, mengerti? Itu
adalah hukum alam di dunia ini. Aku tidak akan memaafkan kalau prinsip
perdamaianmu itu akan membuatmu terbunuh mengenaskan!” (Arisa)
Tapi, 14 orang itu ternyata banyak ya. Meskipun keretanya hanya membawa sedikit
barang, setengah dari bagian belakang keretanya di penuhi para pencuri itu. Terlebih,
mereka bau. Karena akan mereportkan kalau mereka bangun, aku meminumkan
ramuan tidur yang pernah kubuat saat malam pertama kemah kepada mereka dan
menuju kota earl. (TLN : Kota earl itu bukan nama kotanya ya, tapi kota dimana earl
(penguasa setempat) tinggal)
Meskipun hanya 2 hari, bau dan tidur mengorok mereka benar-benar mengganggu.
Kalau kami menemukan pencuri lain, aku akan membunuh setengah dari mereka saja.
Aku tidak menyangka, membawa pelaku kriminal dari pelosok ke kota akan
menyusahkan seperti ini.
Hari sudah menjelang siang saat kami sampai di jalanan kota Nouki. Ternyata
memakan waktu yang cukup lama dari perkiraanku untuk melaporkan para pencuri
itu.
Kota ini adalah kota besar kedua di dalam wilayah kekuasaan earl Kuhanou, di desain
dengan suasana tipikal untuk kota perdagangan. Populasinya tidak lebih dari 20000
orang. Luasnya hanya sekitar seperempat luas kota Seryuu. 30% dari populasinya
adalah budak, dan kebanyakan adalah budak biasa atau tingkat rendah, dan
kebanyakan adalah budak kriminal.
Totalnya mencapai 48 koin perak dan 140 koin tembaga. Dengan uang sebanyak ini,
harusnya banyak pemburu berhadiah yang mengincar mereka.
Biaya pajak memasuki kota adalah 1 koin perak besar untuk rakyat biasa, 2 koin
tembaga untuk budak, dan 2 koin tembaga besar untuk kereta kudanya, aku minta
biaya itu dipotong dari hadiah yang kudapat.
Aku berbicara dengan penjaga gerbang saat dia melihat ke kantong kecil yang berisi
kembaliannya sebanyak 5 koin perak dan 10 koin tembaga. Dia memakai baju
berwarna biru, apa seragam penjaga disini warnanya biru ya?
“Kau benar-benar sudah membantu pekerjaan kami. Akhir-akhir ini banyak pengungsi
yang datang dari wilayah lain dan menjadi pencuri.” (Penjaga)
“Apa ada bencana alam atau semacamnya?” (Satou)
Bicara soal pengungsi, artinya mungkin ada perang atau bencana alam. Dari cerita
penjaga itu, sepertinya banyak pengungsi yang lari dari wilayah tetangga untuk
menjadi pekerja serabutan di pelosok desa tani atau menjadi budak biasa di kota
wilayah earldom Kuhanou ini.
Mereka yang tidak mau menjadi budak, bersembunyi di gunung dan hidup dengan
berburu hewan. Sepertinya mereka juga berladang, tapi saat musim dingin tiba,
banyak dari mereka yang menjadi pencuri.
Aku merasa sedikit kasihan dengan para pencuri itu, tapi mereka semua memiliki title
[Pembunuh] di Penghargaan&Hukuman mereka, jadi aku tidak perlu bersimpati.
Sekarang, kami selesai dengan urusan kami di pintu masuk. Aku memutuskan untuk
menginap semalam, karena kami perlu membeli beberapa kebutuhan selama di jalan
nanti. Kota ini mirip dengan kota Seryuu, hanya saja tidak banyak gedung
bertingkatnya.
Kota ini terlihat tidak begitu ramai, berbanding terbalik dengan jumlah penduduknya.
Saat aku menanyakannya kepada penjaga gerbang, dia mengatakahn bahwa kota ini
juga memiliki prasangka buruk terhadap demi-human, tapi untungnya, disini, demi
human boleh tidur di penginapan jika mampu membayar lebih dan juga bisa membeli
sesuatu jika memang bisa membayar. Meskipun tetap tidak diijinkan masuk ke
wilayah orang-orang kaya dan bangsawan, kami pun diperingatkan untuk tidak
mendekat kesana.
Setelah menitipkan kereta di penginapan, kami pergi untuk membeli perlengkapan
yang dibutuhkan. Tidak jauh dari penginapan kami, banyak senjata dan armor
berderet dan dipamerkan.
Pertama, aku akan membeli armor untuk 5 orang. Untukku, Nana dan ketiga gadis
beastkin. Karena sepertinya butuh waktu lama untuk memakai armor seluruh badan,
aku hanya membeli helm besi tanpa pelindung wajah, pelindung dada dengan
sabuk, gauntlet(sarung tangan) untuk melindungi punggung tangan. Mereka bertiga
mengatakan tidak butuh armor, sebagai gantinya, aku membeli perisai tambahan.
Perisai bulat dan Buckler yang terbuat dari logam, masing-masing 3.
Paman pemilik toko armor itu mencoba meremas bokong Nana saat sedang
mengukurnya, tapi aku menghentikannya. Pendeteksi krisis sepertinya tidak berguna
untuk hal seperti ini. Tentu saja aku menggunakan kesempatan ini untuk bisa
mendapat harga murah.
Harga totalnya adalah 30 koin emas, tapi aku menawar sedikit di bawah harga
pasarnya dan akhirnya mendapat harga 14 koin emas. Selanjutnya adalah toko senjata,
aku membeli busur dan panah untuk Mia. Karena hanya ada 3 busur pendek yang bisa
Mia gunakan, kami tidak butuh waktu lama untuk membelinya. Aku berhasil
menawar sampai 1 koin emas dengan tambahan 30 anak panah.
Setelah itu, kami memutuskan untuk membagi kelompok menjadi 3 dan bergerak
secara terpisah setelah meletakkan barang-barang belanjaan di penginapan.
Para gadis beastkin, Arisa dan Lulu, bertugas membeli bahan makanan, bumbu,
kebutuhan sehari-hari dan peralatan masak/makan. Aku memberi mereka 20 koin
perak untuk belanja dan 1 koin perak besar untuk upah mereka. Ya, karena banyak
yang harus di beli, aku memberi mereka banyak uang.
Seperti yang dikatakan penjaga gerbang sebelumnya, situasinya sedang sulit karena
banyaknya pengungsi, jadi aku berencana membeli persediaan secukupnya untuk
jaga-jaga kalau-kalau suatu saat, kami tidak bisa mampir ke desa atau kota setempat
untuk membeli kebutuhan sehari-hari dalam perjalanan nanti. Kami memang punya
banyak daging, tapi tidak dengan sayuran, cereal, garam, dan bumbu lain.
Pochi dan Tama membalas dengan mengatakan, “Daging~”, saat aku memberikan
upah mereka. Meskipun sudah makan daging setiap hari, masih belum cukup juga ya?
Walaupun itu makanan kesukaan mereka, harusnya tetap ada batasnya kan.
“Nana, kau akan ikut denganku saja. Mia, kau mau kubelikan sesuatu?” (Satou)
“aku mau sebuah kecapi.” (Mia)
“Baiklah, aku akan membelikannya kalau ada yang menjualnya nanti.” (Satou)
“Aku taruh uangnya dan buah-buahan di meja, jadi makanlah kalau lapar, ya?.”
(Satou)
“Iya.” (Mia)
Aku meletakkan 1 koin tembaga besar dan beberapa buah-buahan di meja.
Toko ini bukan hanya toko alat sihir dan buku sihir, tapi juga toko alkimia sekaligus
toko buku. Penjaga tokonya memakai tudung kepala tipis yang menyembunyikan
wajahnya, jadi aku tidak bisa melihat seperti apa wajahnya. Karena AR
mengindikasikan usianya 16 tahun, kemungkinan dia adalah putri dari pemilik toko
ini.
Saat kami masuk ke dalam toko, aku melihat gadis itu mengenakan kacamata dengan
lensa hijau, jadi aku meminta Nana untuk menunggu di luar. Seperti biasa, penjelasan
yang ada di AR nya membuatku bingung, tapi karena ini adalah versi rendah dari batu
yamato, aku tidak mau mengambil resiko jika ras asli Nana ketahuan.
“Halo, aku ingin membeli reagen untuk membuat ramuan, apa kau punya barangnya?”
(Satou)
“Kami ada 3 bungkus. Satunya 1 koin perak. Kami sedang kehabisan magic core, jadi
tidak ada diskon. Kalau tidak mau ya tidak apa-apa.” (Penjaga Toko)
Oh, suara wanita tua. Apa dia menggunakan alat sihir pengubah suara atau
semacamnya?
Aku diberi sebuah kertas kecil seperti resep dokter saat menerima bungkusannya.
Kelihatannya dia mengambil keuntungannya terlalu besar, tapi karena harganya masih
wajar, jadi ini belum termasuk pemerasan. Omong-omong, reagen untuk ramuan
adalah bubuk yang akan berkilau saat digunakan. Sebenarnya ada fungsi lainnya, ini
bahan yang diperlukan untuk latihan.
Oh iya, kalau dipikir-pikir, keberadaan monster di wilayah ini juga sangat langka.
Aku sebenarnya tidak mau membelinya dengan harga yang semahal ini. Oh iya, aku
kan punya buku dengan petunjuk pembuatan, apa aku buat sendiri saja ya?
Yasudahlah, kali ini aku beli bahan-bahan yang dibutuhkan saja.
“Kalau begitu, apa kau punya stabilizer?” (Satou)
“Ya, kalau stabilizer, aku punya banyak. Kalau kau punya magic core, maukah kau
jual padaku?” (Penjaga toko)
Dasar, sekarang dia memintaku menjual magic core padanya?
akupun teringat bahwa itu adalah bahan utama untuk reagen dan stabilizer.
Aku mengeluarkan sebuah magic core dari kantongku dan memperkirakan harganya.
Harganya 3x lebih mahal daripada harga di kota Seryuu. Tapi masih hanya sekitar 3
koin tembaga besar. Aku meletakkan 5 magic core di meja.
“Kau ini, jangan meletakkan magic core di dalam kantong, meskipun sudah
menggunakan bubuk stabilizer, bagaimana kalau itu menyerap kekuatan sihirmu saat
kau menggunakan sihir dan meledak?” (Penjaga toko)
Apa yang.., bisa meledak?
Aku jadi ingat, kaki semut yang waktu itu juga meledak.
Aku berterima kasih kepada gadis itu atas sarannya dan bertanya bagaimana cara
menyimpan yang benar. Sepertinya, kita harus mengolesinya dengan stabilizer dan
membalutnya dengan kain.
Gadis itu bicara jelek tentang magic coreku dengan mengatakan, “ukurannya kecil”,
atau, “warnanya tidak terang”, tapi dia tetap membelinya dengan harga 4 koin
tembaga besar/buah. Akupun menukarnya stabilizer. Gadis itu kembali dari belakang
toko dengan 10kg kantong stabilizer. Kantong itu, entah bagaimana sedikit melayang
saat mengikuti gadis itu dari samping. Ooh, itu terlihat seperti sihir, atau lebih
tepatnya trik sulap.
“Apa itu sihir?” (Satou)
“Ini adalah papan penggerak sendiri [Papan Melayang]. Ini sihir yang umumkan?”
(penjaga toko)
Meskipun dia mengatakan itu adalah sihir umum, aku bisa melihat wajahnya sedikit
bangga. Kalau tidak salah, aku ingat nama sihir itu ada di buku pengantar sihir.
“Tidak, tidak, aku lebih butuh magic corenya daripada emas, apa kau tidak mau
membaginya lagi?” (Penjaga toko)
Yah, ini memang bahan utama untuk membuat reagen, jadi mungkin dia berpikir aku
masih punya simpanan, tapi, dia mau menggunakannya untuk apa?
“Kau tahu kalau bulan depan akan ada turnamen di Ougock Dukedom kan? Para
petarung yang ikut berpartisipasi membeli ramuan dalam jumlah besar dari para
alkimia. Jadi mereka tidak bisa membuat ramuan untuk orang-orang yang sakit.”
(Penjaga Toko)
Jadi begitu, ada turnamen ya. Aku tidak tahu apa dia akan menggunakannya sesuai
dengan apa yang dia katakan, tapi ini bukti bahwa dia benar-benar ingin
mendapatkannya. Karena aku juga masih punya banyak, kurasa tidak ada salahnya
memberinya 10 lagi.
” Kalau bisa, aku butuh 10 magic core lagi dengan kualitas yang sama.” (Penjaga
toko)
“Aku tidak tahu apa aku masih memiliki barangnya sebanyak itu, tapi akan kuperiksa
sebentar.” (Satou)
“Tolong ya, kau boleh membawa stabilizernya dulu.” (Penjaga toko)
Aku membawa stabilizernya ke kereta dan meletakannya di penyimpanan, lalu
melihat magic corenya. Karena akan mencurigakan kalau magic corenya sama persis,
akupun mencampurnya, temasuk dengan yang berkualitas tinggi, yang senilai 2 koin
perak.
Kalau tidak salah ini yang kudapat dari golem tulang itu. Aku bisa tahu harganya
berkat skill Estimasi ini, tapi aku penasaran bagaimana reaksi penjaga toko itu saat
melihat ini.
“Bagaimana dengan ini?” (Satou)
“Cepat juga, kualitasnya sama seperti sebelumnya kan…eh yang satu ini sepertinya
lebih berkualitas dari yang lainnya.” (Penjaga toko)
Dia menyadarinya.
“Sebagai ucapan terima kasih, kau bisa mengambil salah satu dari ini.” (Penjaga toko)
Sambil mengatakan itu, gadis itu mencari sesuatu di rak lalu mengambil 3 gulungan.
AR mengindikasikan bahwa itu adalah, [Gulungan, Magic Art:Perisai], [Gulungan,
Magic Art:Sonar], [Gulungan, Magic Art:Short Stun]. Masing-masing harganya 5-6
koin perak.
Bagaimana ya mengatakannya..hm..kurasa, toko ini akan bangkrut kalau gadis ini
tetap bekerja disini.
Masing-masing dari gulungan itu sepertinya gulungan magic art dasar. Yang paling
sulit diantara ketiganya adalah yang Perisai.
“Maaf, meskipun kau menawarkan ini padaku, aku sudah punya buku sihir untuk
pemula…” (Satou)
“Kau, apa kau tidak tahu bagaimana gulungan digunakan? Ini adalah alat sihir sekali
pakai. Untuk menggunakannya, kau hanya perlu mengalirkan kekuatan sihir sambil
mengucapkan kata perintahnya, ini sangat membantu jika kau diserang monster.”
(Penjaga toko)
Hoo? Bagus juga itu.
“Artinya, aku bisa menggunakannya meskipun tanpa skill magic art?” (Satou)
“Iya. Dengan konsekuensi kau perlu 20-30% kekuatan sihir lebih, dan juga tidak ada
efek sampingnya.” (Penjaga toko)
Jadi begitu, benar-benar praktis.
Kalau begitu, bukannya ini akan mudah disalahgunakan nanti—ah, mungkin itulah
kenapa pembeliannya dibatasi di kota Seryuu. Oh iya, apa ada gulungan untuk sihir
kehidupan ya?
“Apa kau punya gulungan untuk sihir kehidupan?” (Satou)
“Tidak ada, kalau kau punya uang untuk membelinya, bukannya lebih baik menyewa
orang yang bisa menggunakannya saja?” (Penjaga toko)
Sayang sekali tidak ada. Kelihatannya, karena biaya produksinya sama dengan sihir
lain, maka dari itu tidak ada yang membuatnya. Tapi, Nana bisa menggunakan kedua
sihir lainya selain [Short Stun]. Selain 2 tadi, Nana juga bisa menggunakan, [Panah
Sihir], [Memperkuat Tubuh (Boost ringan)], dan [Sinyal].
“Maaf, kalau bisa, apa aku boleh mengambil ketiganya? Tentu saja aku akan
membayar untuk yang 2 sisanya.” (Satou)
“Maaf, kalau aku menjual lebih dari satu, atasanku akan ribut nanti.” (Penjaga toko)
Aku memutuskan untuk membeli gulungan [Perisai] setelah mempertimbangkannya.
Aku akan coba menggunakannya setelah keluar dari kota ini.
“Saat pria dan wanita berjalan bersama, mereka bergandengan seperti ini” (Nana)
Dia mengatakannya dengan wajah, “Bagaimana?”, aku bahkan bisa mendengar efek
suaranya. Aku mengerti apa yang baru saja dia pelajari ini, dan karena tidak ada
alasan untuk melepaskan ini, jadi…kita belanja seperti ini saja. Karena Nana terlihat
seperti ingin dipuji, akupun memujinya. Dia sepertinya merasa puas, akupun puas
dengan perasaan lembut di tanganku ini.
Tapi, di kota ini tidak ada toko yang menjual baju jadi, kecuali baju bekas. Sepertinya
kita harus menjahitnya jika ingin baju baru. Kalau tidak salah, Arisa pernah
mengatakan kalau dia bisa menjahit, jadi aku memutuskan untuk membeli kain dan
alat jahitnya saja. Mereka menjual pakaian dalam, jadi aku membeli untuk mereka +
gantinya. Pakaian dalam ini namaya drawers kan? Aku merasa sedang berada
di Alice’s Wonderland.
Selanjutnya adalah alat-alat untuk manufaktur.
Aku bertanya ke warga sekitar untuk lokasinya, aku membeli berbagai alat
pertukangan (kayu), alat ukiran logam, alat kerajinan kulit, dan alat pandai besi.
Aku juga membeli lem, paku dan material lain, selain paku, harga alat lainnya mahal.
Aku juga mau membeli beberapa engsel, tapi sayangnya sedang habis.
Aku juga berencana membeli kebutuhan untuk pandai besi, seperti tungku
pembakaran ataupun landasannya, tapi ternyata tidak ada, jadi aku tidak bisa
membelinya. Sekalipun ada dan bisa kubeli, tidak mungkin aku bisa membawanya.
Karena akan mencolok kalau aku membawa batang kayu yang kubeli ini ke
penginapan, akupun meminta untuk dikirim saja.
Aku membeli botol dan wadah untuk obat saat tidak sengaja melihatnya di toko yang
selanjutnya kami datangi. Harga disini lebih murah daripada di kota Seryuu. Mungkin,
ini karena harga kayu yang dipakai untuk bahan bakarnya juga murah.
“Wah wah, kau benar-benar memiliki istri yang cantik.” (Ibu pemilik toko)
“Anda benar, aku juga kadang terpesona olehnya.” (Satou)
Aku memang sudah terbiasa dengan wajah cantik Lulu dan Arisa, tapi Nana dan Mia
juga cukup cantik. Dia memang bukan istriku, tapi aku tidak perlu menyanggah setiap
perkataannya kan?
Nana mengelus jepit rambut pertama tadi dengan jarinya saat kami mengobrol.
Kau menyukainya ya. Aku minta maaf kepada pemilik toko karena sudah repot-repot
menunjukkan yang lain, aku beli yang jepit kayu saja, karena Nana lebih
menyukainya. Aku juga membeli beberapa ikat rambut biru sebagai hadiah untuk
yang lain. Aku membelinya karena ingat Lulu sering mengikat rambutnya dengan
kain baju saat memasak. Ada juga pita, tapi aku tidak membelinya. Aku pernah
membelikan Lulu pita sebelumnya, tapi aku tidak pernah melihat dia memakainya.
Mungkin dia tidak suka.
Sekarang, yang utama adalah buku memasak, tapi…ternyata bukunya berbeda dari
yang ku bayangkan. Daripada dibilang buku masak yang berisi resep
masakan/makanan khas tiap kota, ini lebih seperti buku gourmen/komentar tentang
makanan. Aku tetap membelinya, meskipun sepertinya tidak akan berguna untuk
meningkatkan skill memasakku.
“Apa kau sedang mencari makanan yang menarik? Bagaimana kalau coba beberapa
sayuran atau asinan buah ini?” (…)
Ibu-ibu itu mengeluarkan beberapa botol dan toples yang di tutupi kain dari dalam
rak.
Ada sekitar 20 barang seperti, asinan bawang putih dan bawang perai yang
berminyak, asinan kol dan kol cina, dan bubuk kuning yang terlihat seperti mustard
kering dan lainnya.
Meskipun banyak yang dia keluarkan, tidak ada asinan kismis. Sayang sekali.
Kereta kami penuh dengan barang-barang, kayu, bahan makanan dan peralatan lain
yang dibeli. Yang Arisa tunjukan padaku adalah sekeranjang telur, ada sekitar 20
butir.
“Memang agak sedikit mahal, tapi aku berhasil membeli telur bebek~ dengan ini, kita
bisa membuat makanan dari telur!” (Arisa)
“Telur itu cepat busuknya, jadi kita pikirkan akan dibuat apa. Berapa lama bisa kita
simpan?” (Satou)
“Karena ini sudah musim dingin, jadi sekitar 2-3 hari mungkin?” (Arisa)
“Kita bisa membuat sesuatu seperti karaage atau kroket.” (Satou)
“K-Kau bisa membuatnya?” (Arisa)
“Kalau ada resepnya aku bisa, tapi aku hanya samar-samar mengingat bahan dan cara
membuatnya.” (Satou)
Aku coba membicarakannya dengan Arisa, tapi sepertinya dia juga tidak tahu.
Aku samar-samar ingat bagaimana menggunakan telur dan tepung– Eh, tepung atau
kentang tumbuk ya itu? Karena penyimpananku bisa mengawetkan makanan, aku
menyimpan 5 telur di dalamnya dan sisanya kupakai untuk percobaan selama di
perjalaan.
Setelah itu, Liza memberitahuku bahwa telur bisa disimpan untuk beberapa bulan
kedepan. Bukannya telur di dunia kita ada tanggal kadaluarsanya ya? Aku tidak tahu
apa itu ada disini juga, tapi syukurlah.
Kami memutuskan untuk makan malam di tavern yang ada di lantai dasar penginapan.
Ada meja kosong di belakang, kami menggabungkan 2 meja dan duduk disana. Mia
duduk di kursi yang agak belakang, karena dia tidak terlalu suka keramaian.
Makanan kami kali ini terdiri dari potongan daging yang cukup yang direbus dengan
sayuran, ikan dan sup lobak, tumis sayur, kismis, roti tawar yang dibuat dari buah
Gabo, dan asinan daun gabo. Dagingnya memang tidak banyak, tapi para gadis
beastkin tetap menyukainya. Di sisi lain, Mia terus bermain kecapi yang baru
kubelikan itu meskipun sedang makan malam, dia mungkin menyukainya.
“Aan.” (Mia)
Dia membuka mulut kecilnya sambil memainkan kecapinya lagi. Karena dia terlihat
seperti burung kecil yang lucu, aku menyuapi sepotong sayuran ke mulutnya. Dia
mengunyahnya sambil memainkan musik. Apa itu nada musik elf ya? nadanya
terdengar seperti merindukan rumah. Tiba-tiba lengan bajuku terasa ditarik dari
samping, saat aku melihatnya, Arisa membuka mulutnya sambil menunjuk ke arah
mulutnya.
“Aa~an” (Arisa)
“Kau bisa makan sendiri kan.” (Satou)
“Kenapa hanya melakukan itu ke Mia, tidak adil kan~?” (Arisa)
Apa boleh buat. Aku menyuapinya asinan daun gabo. Rasanya asam dan pahit, benar-
benar unik. Mungkin dia tidak akan minta lagi.
Arisa pun berkata, “Mugu”, dan, “Aku mau yang manis~.” Tapi dia tidak minta lagi,
jadi ini berhasil.
Umu, Aku tidak ada masalah menyuapi gadis kecil, tapi kalau gadisnya terlihat seperti
wanita dewasa yang cantik…dampaknya benar-benar besar. Aku memakannya
dengan malu.
Arisa yang ada di sisi lain sepertinya tidak bisa menahan lagi, dan dia mengatakan
sesuatu seperti, “Dilarang bermesraan”, atau, “Riajuu mati saja.”. Karena sudah ada
protes seperti itu, jadi tidak ada, “Aan”, lagi selanjtnya.
Kau sendiri kan yang mulai mengambil kesempatan, Arisa?
Mia fokus memakan makanannya setelah diperingati Liza. Aku terkejut dia mau
mendengar kata-kata Liza dibanding kata-kataku—Mungkin aku terlalu
memanjakannya—Makan malampun berlanjut dengan perasaanku yang merasa
seperti ayah.
Mia yang pertama kali menyelesaikan makannya, mulai bermain musik lagi. Para
gadis beastkin dan Arisa melanjutkan makan ronde 2 mereka. Awalnya, musiknya
dimainkan dengan santai, lalu berubah menjadi musik gembira setelah ada permintaan
dari salah satu pemabuk. Meskipun Mia memainkannya dengan wajah tanpa ekspresi
dan tidak tertarik, dia tetap menerima permintaan pemabuk itu.
Saat Mia mulai memainkan musik, banyak pengunjung yang datang dan memenuhi
ruangan yang tadinya sepi saat kami datang. Arisa yang menulis permintaan para
pemabuk sambil makan.
Dan setelah menyelesaikan makan mereka, Arisa mengajak Pochi dan Tama
menyanyikan lagunya bersama dengan ceria sambil berpegangan tangan. Mereka
bertiga memakai tudung kepala, jadi terlihat sedikit mencurigakan. Kurasa aku ingat
ini lagu apa, ini adalah lagu yang anime yang Arisa nyanyikan selama perjalanan
kami.
“Aku baru saja melewati wilayah Baron Muno dan aku ditawari untuk membeli budak
dari beberapa desa disana, benar-benar pengalaman buruk.” (Pedagang)
“Panen tahun ini juga cukup buruk, kenapa ya?” (Satou)
“Omong-omong soal budak, kalau kau membawa budak dari wilayah Baron Muno,
kau harus membayar pajak. Petani yang ingin pergi ke wilayah lain juga harus
membayar pajak. Kalau tidak salah itu pajak emmigrasi. Petugas di perbatasan bahkan
melakukan pemeriksaan cukup ketat.” (Pedagang)
Pedagang itu melakukan gestur berlebihan saat berbicara tentang membeli budak dari
sana. Dari yang kubaca di jurnal perjalanan, bukankah seharusnya marquis ya?
Akupun menanyakan padanya. (TLN : Baron dan Marquis, Duke itu tingkatan
kebangsawanan)
“Kau tidak tahu, anak muda? Memang dulu itu marquis, tapi 20 tahun lalu semua
keluarga marquis Muno diserang oleh gerombolan undead, semua yang ada di istana
di bantai habis.” (Pedagang 2)
“Aku lupa judulnya, kalau tidak salah itu sampai dibuat buku dan drama ya?” (Satou)
“Pada saat itu, kejadian ini menjadi gempar dan diingat sebagai serangan raja iblis,
harga sembako dan obat-obatan melonjak, jadi aku mendapat untung banyak disana.”
(Pedagang)
Cerita yang menyedihkan, sepertinya mereka adalah pedagang jahat.
“Aku juga ingat dan merasa lega saat raja memerintahkan ksatria suci untuk bergerak,
dan menghalangi para undead itu menyebar ke wilayah lain.” (Pedagang 1)
“Semua keluarga yang memiliki hubungan dengan marquis Muno, termasuk yang
menikah dengan keluarga lain, mati karena penyebab yang tidak
diketahui. Baron yang saat ini memimpin, harusnya tidak memiliki hubungan dengan
yang lama. Dia mungkin kemenakan atau adik dari duke wilayah tetangga, dia
berhasil mengharumkan nama keluarganya dan mampu menangani wilayah
kekuasaannya.” (Pedagang 2)
Sepertinya, cerita itu tidak asing. Yang ada dipikiranku saat ini adalah seseorang
dengan wajah tengkorak putihnya (Zen). Aku mendengarkan, sambil sesekali
merespon dan menuangkan sake, aku meminta mereka melanjutkan cerita.
“Ada beberapa rumor tentang dukedom itu. Katanya, disana ada orang yang akan
membeli bangkai/mayat apapun” (Pedagang 2)
“Bukannya itu hanya rumor? Karena di sana ada hutan yang menjadi tempat khusus
untuk ritual penguburan dari suatu agama, dan rumornya mulai menyebar setelah ada
orang yang melihatnya.” (Pedagang 1)
“Sepertinya begitu, jadi mereka melakukan perjalanan selama beberapa hari dengan
membawa mayat di jalan raya, dimana monster dan hewan buas sering muncul, agama
benar-benar luar biasa ya.” (Pedagang 2)
“Itu hal yang tidak bisa diceritakan begitu saja kepada para pedagang seperti kami.”
(Pedagang 2)
Tapi, “Pria pembeli Mayat/Bangkai”, itu terdengar seperti sesuatu yang bisa dijadikan
judul novel. Omong-omong soal duke, aku mendengar rumor ini pagi tadi.
“Sepertinya akan ada turnamen di dukedom ya? Apa kalian tahu tentang ini?” (Satou)
“Orang-orang pasti akan berkumpul kesana, para pedagang juga.” (Pedagang 1)
“Dengan begitu, jumlah pedagang di suatu daerah akan berkurang, aku akan
memanfaatkan itu untuk bisnisku.” (Pedagang 2)
Kupikir, tadinya akan butuh waktu cukup lama untuk perputaran uang di dunia ini,
tapi sepertinya, ada berbagai cara untuk mendapatkan uang.
Kami menggunakan kesempatan ini untuk mengundurkan diri ke kamar kami. Arisa
mengatakan, “Kami mendapat banyak permintaan~.”, sambil menunjukkan
semangkuk koin. Kebanyakan mungkin hanya koin sen, tapi ada campuran koin
tembaga juga di dalamnya. Baik juga para pemabuk itu.
Aku menidurkan Mia di kamarnya. Tentu saja tidak ada kamar untuk 8 orang, jadi aku
menyewa 2 ruangan ukuran 4 orang. Aku dengan para gadis beastkin sedangkan Arisa
dan sisanya di kamar satunya. Kami berdebat panjang saat melakukan pembagian
kamar. Aku takut akan berpikir macam-macam saat melihat wajah tak berdosa Nana
yang tidur di kasur.
Aku berencana menghibur diri dengan melakukan ‘sesuatu’ di kota secara diam-diam,
tapi Pochi dan Tama menghentikanku dengan mengatakan. “Ayo tidur bersama
nodesu.” dengan wajah ceria, mereka memegang kedua tanganku. Ini pasti ulah Arisa,
tapi aku tidak bisa menolak ajakan mereka dengan wajah tak berdosanya itu.
Yah, aku tidak akan melakukan ‘olahraga malam’ dulu kali ini ~.
Sesuatu yang transparan dan terlihat seperti perisai muncul di depanku yang
memegang sebuah tongkat pendek. Ukurannya cukup besar untuk melindungi seluruh
tubuhku.
Sebuah bola sihir tak terlihat yang ditembakkan oleh Arisa, terpental dan menghilang
saat mengenai perisainya. Oh, ada indikator baru yang muncul di bawah HP barku,
[HP Perisai] katanya. HPnya bernilai 100, dan berkurang 1 saat terkena serangan
Arisa barusan. Aku menunggu sebentar, tapi HP nya tidak pulih kembali.
“Apa aku sudah boleh menyerang lagi?” (Arisa)
“Iya, silahkan.” (Satou)
“Rasakan ini Tsubaki-kun! Ini adalah tembakan Overdriveku!” (Arisa)
Arisa mengeluarkan [Gelombang Kejut] sambil memparodikan sesuatu. Perisainya
berguncang menahan serangan, dan seperti sebelumnya, serangan itupun terpental.
Kali ini HP perisainya berkurang 3 poin. Jadi tidak pasti berapa berkurangnya,
tergantung kuat serangan yang mengenainya.
“Kalau begitu, selanjutnya, gunakan panah sihirmu, Nana.” (Satou)
“Baik, master.” (Nana)
Sebuah lingkaran sihir muncul di kening Nana dan menembakkan panah sihir.
Panah sihir itu menghilang bersamaan dengan suara benturan logam. HP perisainya
hanya berkurang 1 poin.
“Selanjutnya, Mia.” (Satou)
“Iya. ■■■ ■■ ■■■■ Tembakan Air” (Mia)
Mia menembakkan air dari dalam kendinya ke arahku. Saat terjadi benturan,
perisainya sedikit berguncang. Sihirnya lenyap dan airnya memercik. HP perisainya
berkurang 1 poin.
Jadi, serangan langsung hanya 1 poin, sedangkan serangan sihir 3 poin ya? Bukannya
perisai ini terlalu kuat?
“Tama, tolong lempar beberapa batu. Bidik sekitar perutku.” (Satou)
“Aye!” (Tama)
Swoosh, batu itu membelah udara, sama seperti sebelumnya, serangan batu itupun
terpental. Tama semakin ahli dalam melempar batu, lemparannya juga semakin cepat.
HP perisainya hanya berkurang 1 poin.
Selanjutnya adalah Liza, tapi sejujurnya, aku takut dengan Liza yang serius dengan
menggunakan [Tombak Itu]. Aku membatalkan perisainya, dan melakukannya sekali
lagi (TLN : Ingat ini perisai sihir ), aku sadar aku tidak perlu melakukan itu, tapi
hanya untuk membuat perasaanku tenang saja.
“Liza, setelah mengaliri tombak itu dengan kekuatan sihir, lakukanlah [Heavy Blow]
dan tusuk dengan sekuat tenaga.” (Satou)
“Aku mengerti, master. Bersiaplah!” (Liza)
Tidak, tidak. Kata-katamu itu menakutkan.
Bang, terdengar suara Liza berlari dan menusukkan tombak sihirnya.
Tombak sihir itu menekan perisainya, dan terpental sesaat sebelum mengenaiku. Di
saat yang sama, sesuatu yang tak terlihat menekanku. Jadi begitu, sepertinya perisai
ini cocok untuk menahan serangan masal.
Riak yang muncul diantara tombak dan perisainya menghilang.
Sesaat setelah riaknya hilang, Liza menarik tombaknya. Biar kuperjelas, meskipun
tombak Liza menembus perisainya, itu tetap hanya akan melewati ketiakku.
HP perisainya hanya berkurang 3 poin. Meskipun mencolok, serangan ini sama seperti
serangan tipe area ya?
“Lulu.” (Satou)
“A-Aku minta maaf. Eii. Eii.” (Lulu)
Mungkin dia berpikir aku memarahinya, diapun melempar batu beberapa kali dengan
putus asa dan wajah kesalnya. Aah, hilang sudah kecantikannya.
“Tidak apa, lempar batunya dengan 2 tangan seperti kau mau membuangnya.” (Satou)
“Iya–Ah, kena.” (Lulu)
“Yep, Bagus. Kau melakukannya dengan baik.” (Satou)
Buatlah sesuatu menjadi mungkin dengan mengubah situasinya. Dia melempar 4 batu
lagi, tapi HP perisainya tidak juga berkurang. Jadi, ini bisa menangkal damage sampai
batas tertentu.
Sihir perisai yang kugunakan sebelumnya itu kupilih dari Menu. Bacaan mantraku
hanyalah kamuflase, karena setidaknya aku ingin berpura-pura untuk bisa membaca
mantra.
Tentu saja, Arisa tahu kalau aku tidak membacanya dengan benar, tapi karena dia
tahu tentang Menunya, jadi tidak masalah.
Mia sepertinya tidak terlalu memikirkan itu, jadi tidak ada masalah.
Karena percobaannya cukup memakan waktu, aku membantu Liza dan Lulu
memasak. Terlebih, aku yang bertugas memasak makanan utama, steak dari daging
serigala. Aku menyiapkan daging serigalanya untuk masing-masing, kecuali Mia dan
Nana. Dengan saran Liza, aku memotong bagian tendonnya dengan pisau dan
memasukkan garam dan lada ke dalamnya. Lalu, aku menuangkan minyak ke
penggorengan, menambahkan potongan bawang putih. Selanjutnya aku memanggang
dagingnya. Selain Arisa dan Lulu, tingkat kematangan dagingnya rare. Sepertinya
Arisa dan Lulu lebih suka medium. (TLN : Googling aja tentang tingkat kematangan
daging :v )
Untuk bagian Mia, aku memotong 3 jenis buah yang berbeda dan menaburinya
dengan madu dan gula hijau. Untuk air minum Nana, aku menambahkan beberapa
tetes sari buah. Aku ingin Nana secepatnya bisa ikut makan.
Kami mulai makan dengan mengucapkan, “Itadakimasu”, seperti biasanya, tapi kali
ini terasa lebih intens dari biasanya.
Arisa menyodorkan piringnya yang sudah kosong. Pochi yang selesai makan dan
sedang menjilati piringnya, sempat bingung…dan selanjutnya ikut menyodorkan, “T-
Tambah lagi! nano desu!” dengan segera.
“Tambah lagi!” (Tama)
“Tambah lagi desu!” (Pochi)
“Umm, Aku juga mau tambah lagi.” (Liza)
Setelah Pochi, Tama dan Liza juga menyodorkan piringnya, dan meminta tambah.
Lulu juga ikut menyodorkan piringnya dengan malu.
Yah, dagingnya juga masih banyak, tapi kalian akan susah bergerak kalau kebanyakan
makan tahu? Namun, tidak sampai disitu.
Setelah itu, aku diminta untuk memasak, setiap waktu makan tiba, tapi aku minta
hanya untuk makan siang saja. Karena…kalian akan gemuk nanti kalau banyak makan
di malam hari.
Setelah meninggalkan kota, 3 hari pertama merupakan hari-hari yang tenang dan
damai, tapi…2 hari setelahnya, kami diserang gerombolan pencuri tiga kali.
Karena mereka hanya gerombolan kecil yang terdiri dari 7-8 orang, kami
mengalahkan mereka dengan Arisa menyerang di awal menggunakan serangan
[Gelombang Kejut]nya dan sisanya dibereskan ketiga gadis beastkin.
Di pertarungan pertama, Mia menyerang dengan [Kabut Asam/Acid Mist], tapi karena
hasilnya terlalu mengerikan, aku memintanya untuk menggunakan [Kabut
Pengikat/Bind Mist] dan [Kabut Mustard/Mustard Mist] saja untuk pertarungan
selanjutnya. Aku bisa saja membantu mereka dan ikut bertarung, tapi kelihatannya,
ketiga beastkin saja sudah cukup, Aku hanya berdiri sambil mengawasi mereka dan
bersiap kalau-kalau mereka membutuhkan bantuanku. Dan karena mereka memiliki
keunggulan di level dan pengalaman bertarung, giliranku tidak kunjung tiba.
Kami tidak membawa para pencuri itu ke pemukiman penduduk (untuk di tukar
dengan hadiah) setelah belajar dari pengalaman sebelumnya. Kami hanya membuat
mereka tidur menggunakan sihir Arisa dan melucuti semua perlengkapan mereka
selain bajunya, lalu mengikat mereka dengan tanaman rambat. Kalau peralatan
mereka kami ambil, mungkin mereka tidak akan bisa melakukan pekerjaan mereka
lagi sebagai pencuri. Kalau memang mereka memaksa, mungkin itu hanya akan
membunuh diri mereka sendiri. Aku menyobek baju luar mereka
dan menggunakannya untuk membalut luka mereka, supaya pendarahannya berhenti.
Pasukan patroli biasanya akan lewat daerah ini beberapa jam sekali, jadi aku akan
membuat mereka hidup sampai pasukan patroli datang. Untuk jaga-jaga, aku akan
meletakkan kertas dengan tulisan ‘pencuri’.
“Arisa.” (Mia)
“Ada apa? Mia.” (Arisa)
“Pria kaya.” (Mia)
Mia menunjukku sambil mengatakan itu.
“Wanita cantik.”
Mia menunjuk ke arah para gadis.
“Ah sial! Jadi kitalah yang seharusnya diselamatkan?!!” (Arisa)
Arisa berteriak sambil memegang kepalanya. Mia terlihat puas dengan reaksi Arisa.
Meskipun dia terlihat tanpa ekspresi, kalau dilihat lebih dekat, kita bisa melihat sedikit
senyum di bibirnya. Pochi, Tama dan bahkan Nana meniru Arisa dengan memegang
kepala mereka dan terlihat kesusahan. Kalau Nana yang melakukannya jadi terlihat
aneh, tapi..kita biarkan saja lah.
Aku mendengar Lulu memanggilku, akupun keluar menuju kemudi. Yang Lulu
maksud dengan ‘orang biru’ adalah tantara dari wilayah ini yang mengenakan
seragam biru.
Setelah memperingatkan kami, mereka pun meminta dan memeriksa ID ku, lalu
mengembalikannya lagi dan melanjutkan patroli mereka.
◇
“Jaa~an, apa aku imut?” (Arisa)
Arisa berputar-putar di depanku sambil mengatakan itu. Dia terlihat imut saat
mengenakan baju sepotong yang dihias dengan embel-embel di lengan bajunya. Saat
dia mengenakan itu ditambah dengan rambut ungunya, benar-benar terlihat seperti
tokoh dari film fantasi.
Pochi dan Tama tampil dengan mengenakan pakaian yang sama dengan Arisa, dan
juga berputar-putar menirunya.
Lulu mengambil baju yang di lepaskan Nana dan menutupi Nana dengan itu.
Dia mengenakan pakaian dalam (drawer) yang sama seperti yang lain, untuk bagian
bawahnya, sedangkan untuk bagian atas, dia mengenakan brassiere yang dijahit half-
cups(TLN : browsing saja ya wkwkwk). Aku tidak melihat ada yang menjual itu saat
di kota, jadi kemungkinan itu buatan Arisa.
“Arisa, kau benar-benar pintar menjahit ya.” (Satou)
“Y-Ya, begitulah.” (Arisa)
Sepertinya dia lemah kalau dipuji.
“Yup, tidak mungkin aku bisa langsung membuatkan untuk semuanya. Dan karena
Pochi dan Tama melihat prototype baju buatanku dengan mata bersinarnya, jadi aku
membuatkan untuk mereka dulu.” (Arisa)
“Selanjutnya, untukku.” (Mia)
“Iya, iya, selanjutnya untuk Mia. Lulu dan Liza setelahnya, tidak apa-apa kan?”
(Arisa)
“Iya, tidak apa-apa.” (Liza)
“Aku tidak akan cocok dengan baju mewah seperti itu.” (Lulu)
“Pasti cocok. Oh iya, apa perlu aku beri tambahan hiasan di apronmu? Kau akan
terlihat seperti istri muda loh nanti~.” (Arisa)
Jarang sekali bisa mendengar obrolan gadis-gadis, entah kenapa, ini menyejukkan
hati.
Sambil mendengar perbincangan mereka, aku kembali menyiapkan makan siang.
Keahlianku semakin meningkat setelah Liza mengajariku. Tentu kita pasti akan bosan
kalau makan daging serigala setiap hari, tak peduli seenak apapun itu, ya kan?
“Hati-hati menyendoknya saat sudah larut. Karena akan sia-sia kalau supnya terbuang,
gunakan kain ini untuk menyaringnya dan masukkan ke wadah, lalu ke panci.” (Liza)
Kupikir kita hanya perlu memotong bahan-bahannya saja, tapi ternyata, merepotkan
juga.
“Puas~?” (Tama)
“Enak sekali nodesu~.” (Pochi)
“Haa, nikmatnya.” (Arisa)
Ketiganya berbaring malas, sembari aku mengkompon di samping mereka. Akhir-
akhir ini, Nana dan Mia membantu mencuci dan membereskan, jadi mereka sedang
tidak ada disini.
Karena gadis dari toko sihir itu mengatakan, “magic core akan tetap tidak stabil
meskipun sudah dibalur dengan stabilizer”, aku akan coba tes, seberapa tidak
stabilnya itu.
Aku meletakkan seujung sendok teh bubuknya di atas penampang kayu dan
mengalirkan kekuatan sihirku. Saat aku baru saja mengeluarkan 1 poin dari kekuatan
sihirku, “Pon”, meledak. Penampang kayu setebal 3cm itu berlubang sampai
bawahnya.
Pochi dan Tama yang sedang melamun terkejut dan melihat bingung ke arahku. Arisa
menatapku. “Maaf sudah mengagetkan kalian.”, Akupun kembali melanjutkannya
setelah mengatakan itu.
Aku merasa, ini lebih kuat dari bubuk mesiu dalam jumlah yang sama. Yah, meskipun
bubuk mesiu yang aku tahu hanyalah dari pengalamanku melihat kembang api, jadi
standarku mungkin berbeda.
Memang, orang biasa mungkin akan mati dengan satu ledakan ini.
Aku meletakkan bubuk merah yang terbuat dari magic core di atas piring dan
mencampurnya dengan stabilizer. Karena stabilizer berwarna putih, jadi campurannya
berwarna seperti bunga sakura (TLN : Bilang ‘pink’ aja napa ( -_-)).
Aku meletakkan potongan-potongan kertas kecil di atas alat magic bestowing, lalu
meletakkan sekitar 1 gram dari bubuk campuran tadi di atasnya. Aku mengoperasikan
regulator yang ada di ujung alat magic bestowing itu, dan mengaturnya sesuai buku
petunjuk. Setelah ini, aku hanya perlu memberikan kekuatan sihirku ke alat magic
bestowingnya.
Reagennya selesai dalam waktu 10 detik masing-masingnya. Terlihat dari AR,
Reagent 1(+5). Aku membungkus reagennya dengan kertas, sesuai petunjuk buku, dan
menyimpannya di dalam kantung kecil. Aku akan meletakannya dalam penyimpanan
setelah jumlahnya cukup banyak.
Karena aku jadi semakin terampil, aku meletakkan 10 grams dipercobaan kedua ini
dan melanjutkannya. Aku berhenti setelah membuat 100 reagents dalam 10 menit.
Selanjutnya, aku menggunakan reagent itu untuk membuat ramuan pemulih kekuatan
sihir, darah, dan stamina, masing-masing 10. Karena aku bisa membuatnya 5
sekaligus, dan aku juga sudah membuat bahan lain sebelumnya, jadi tidak butuh
waktu lama untuk menyelesaikannya.
“Arisa, bawa ini. Pakai ini saat dibutuhkan.” (Satou)
“Ho~i” (Arisa)
Aku meletakkan setengahnya di item box Arisa.
Pochi dan Tama yang melihatku membersihkan alat imbuing, mulai menyiapkan
kereta.
Kali ini giliran Liza yang jadi kusirnya. Karena kelihatannya tidak ada pencuri atau
hewan buas yang akan menyerang kereta, kurasa aku akan mempelajari tentang cara
membuat gulungan (scroll) lagi selama perjalanan.
Saat aku mendapatkan sihir [Perisai] di kolom sihirku, aku langsung mencari buku
cara pembuatan gulungan sihir, tapi tidak menemukannya. Aku bahkan mencarinya
dari buku-buku Arisa, Zen dan Trazayuya, tapi tetap tidak menemukannya. Saat aku
mengubah kata pencariannya, aku menemukan cara membuat peralatan sihir dan
golem tapi…tidak ada yang membahas tentang gulungan sihir.
Besoknya, aku selalu membaca buku sihir dan mencari petunjuk tentang pembuatan
gulungan sihir. Tapi tidak ada petunjuk sama sekali, untungnya, aku jadi mendapat
pengetahuan tentang berbagai tipe chanting dan teori sihir.
Tentu saja aku juga tertarik dengan peralatan sihir dan golem, tapi karena itu
membutuhkan fasilitas skala besar, mungkin aku akan mempertimbangkannya ke
depan. Ada beberapa cara pembuatan peralatan sihir menggunakan struktur sederhana,
aku akan coba membuatnya di peristirahatan selanjutnya.
Aku ingin cepat-cepat meningkatkan keahlianku, bukan hanya dalam memasak tapi
juga sihir.
Satous disini. Sangat sulit untuk bekerja di bawah pimpinan yang tidak kompeten.
Yah, meskipun pimpinan kita akan berpikir kebalikannya…
Kalau hanya dalam pekerjaan, kita masih bisa berganti tempat kerjanya, tapi kalau
wilayah?
◇
Kami baru saja tiba di wilayah baron Muno, jadi aku langsung melakukan [Pindai
Seluruh Peta] seperti biasa.
Sepertinya ada sebuah pos prajurit di depan. Ada sekitar 20 prajurit sekitar level 3-7,
dari tempat itu, ada beberapa gunung kecil dan hutan. Wilayah ini lebih luas dari
earldom Kuhanou. Namun, total populasinya hanya sekitar 40000 orang, 1/3 dari kota
Seryuu.
Hanya ada 1 kota besar di wilayah baron, yang lain hanyalah desa kecil dengan
penduduk kurang dari 1000 orang masing-masingnya. Kota dimana baron tinggal
memiliki populasi 20000 orang yang sepertinya disebut kota Muno.
Di kota Muno itu, ada satu iblis dengan level 30. Dia bersembunyi di dalam kota,
kemungkinan besar, dia sedang melakukan sesuatu yang mencurigakan. Karena
sepertinya akan merepotkan, aku akan berusaha menghindarinya sebisa mungkin.
Tapi, bukannya Arisa mengatakan bahwa, Iblis yang melintas antar dunia itu jenis
kelas eksekutif kan? Tapi kurasa, yang ini bukan, karena levelnya rendah. Aku
penasaran apa iblis bisa dilahirkan di dunia ini?
Selanjutnya, aku memeriksa monster yang ada di wilayah ini. Tidak ada monster level
rendah, tapi ada beberapa monster diatas level 10 di berbagai tempat. Bahkan di dekat
sini ada monster level 24 bernama belalang sembah serang (War Mantis) yang
berkeliaran.
Terlebih, ada juga sesuatu yang lain, meskipun mereka bukan monster. Mereka ada di
hutan dekat kota Munoo –hutannya berdiameter 30 km, dan yang paling pendek 20
km, hutan yang benar-benar besar—di dalamnya ada raksasa hutan. Hanya ada 10
raksasa hutan, dan yang paling kuat memiliki level 39, rata-rata dari mereka berlevel
30.
Yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah banyaknya pencuri. Meskipun aku sudah
menduga hal ini, kebanyakan dari mereka terdiri dari kelompok yang berisi 10-30
orang. Kelompok terbesar memiliki 200 orang. Sepertinya mereka membangun
markas di ujung perbatasan dari hutan dimana raksasa hutan itu tinggal.
Aku berencana memutari wilayah baron ini saja, tapi…artinya aku perlu memutari
ibukota kerajaan, dan kalau kami mengambil jalan memutar, kamu harus melewati
wilayah duke Oyugock. Setidaknya butuh waktu 2 bulan untuk itu. Terlebih,
berdasarkan jurnal perjalanan, kalau terjebak musim dingin, kami tidak akan bisa
bergerak sampai musim semi.
◇
“Selamat siang, prajurit-san, apa kau baik-baik saja?” (Satou)
“Faa, t-tidak apa-apa, hanya merasa malas hari ini.” (prajurit)
“Begitu ya, terima kasih atas kerja kerasnya.” (Satou)
“Umu, yasudah, kau boleh lewat.” (prajurit)
Prajurit penjaga itu mengatakannya dengan malas sambil duduk di depan pos
penjagaan dan membiarkan kereta kami lewat tanpa pemeriksaan. Seragamnya juga
terlihat sudah cukup pudar dan sobek, orang yang tidak tahu mungkin akan mengira
dia adalah bandit, tapi sebenarnya dia benar-benar prajurit dari baron Muno.
Prajurit yang tadi itu merasa lesu karena Arisa menggunakan sihirnya ke seluruh pos
penjagaan tadi yang membuat mereka merasa lelah. Meskipun, mereka mungkin akan
tetap seperti itu walaupun kami tidak menggunakan sihir, biasalah, ini masih pagi.
Dari hasil investigasi mendalamku, prajurit di pos tadi memiliki sesuatu seperti
[Bunuh], dan [Perkosa] di Penghargaan&Hukuman, seperti yang para pencuri itu
miliki. Aku tahu, mereka adalah orang-orang yang akan melakukan apa saja yang
mereka suka.
Aku melumpuhkan mereka untuk jaga-jaga dari serangan balasannya. Kalau bisa, aku
harap mereka tidak menyadari serangan sihir kami. Itulah rencanaku, jadi Arisa
menggunakan [Over Boost], di tambah dengan [Medan Ennui] dari jarak jauh untuk
membuat mereka kelelahan.
Kalau mereka memiliki alat deteksi sihir, itu bisa jadi masalah, tapi akan lebih
bermasalah lagi kalau kami berurusan dengan mereka, jadi aku memilih metode
dengan resiko paling kecil.
Aku tahu, memang akan merepotkan kalau membiarkan orang seperti mereka begitu
saja, tapi…karena War Mantis (TLN : Pake inggrisnya aja ya wkwkkw) sudah
mendekat ke pos itu, takdir mereka mungkin sudah…
Siangnya, masih di hari yang sama, saat kami melintasi jalanan dekat sebuah desa
dengan populasi 300 penduduk, kami dipanggil oleh seorang pria dari pinggir jalan.
Di sampingnya ada 3 gadis remaja kurus. Wajah mereka terlihat biasa, tapi…karena
mereka terlihat kelelahan dan murung, wajah mereka jadi terlihat lebih tua dari
usianya.
Aku menunjuk ke arah Arisa dan Nana yang langsung mengeluarkan wajah mereka
saat mendengar kata ‘selir’. Meskipun mereka memakai tudung, wajah cantik mereka
tetap bisa terlihat. Setelah pria itu melihatnya, dia pun menyerah.
“Apa kau tahu siapa pasangan dari putri baron ini?” (Satou)
“Menurut cerita dari penagih pajak, dia adalah hero-sama.” (pria x)
Hero?
aku mencari keseluruh wilayah, tapi tidak ada orang yang memiliki title hero.
Sepertinya dia melihat ekspresiku yang meragukannya, lalu menjawab :
“Dia mungkin saja penipu, tapi itulah yang dikatakan penagih pajaknya. Kau bisa
tanya langsung ke kepala desa kalau mau.” (pria x)
“Kalau puteri itu benar-benar menikahi seorang hero, kenapa mereka menyiksa
penduduk?” (Satou)
“Hah, orang rendahan yang tidak lebih dari alat pajak seperti kami ini mana mungkin
tahu bagaimana pola pikir para bangsawan.” (pria x)
Aku tidak bisa menyanggah pernyataannya itu.
Tapi, kalau memang dia adalah hero yang sama dengan yang hero [polos dan bodoh],
yang Arisa ceritakan itu, kita bisa menanyakan puteri itu tentang keputusannya ini.
Kalau tidak salah, hero itu memiliki selera yang sedikit aneh kan? (TLN : Loooliiiii
:v).
“Aku ada satu pertanyaan lagi, berapa usia puteri itu?” (Satou)
“Aku yakin usianya sekitar 19 atau 24 tahun.” (pria x)
“Begitu ya, terima kasih. Ini mungkin tidak banyak, tapi aku ada sedikit uang untuk
membayar informasi yang kau berikan.” (Satou)
Aku mengatakan itu sambil memberikannya beberapa koin perak dan kami lari dari
lokasi.
“Si mesum itu mungkin sudah disembuhkan, tapi Kekaisaran Saga tidak akan
membuat sesuatu yang sepele seperti menikahkan hero dengan bangsawan kecil
seperti ini.” (Arisa)
Seorang shotacon sepertimu bukannya tidak punya hak untuk menyebut seorang
lolicon mesum kan?
Untuk jaga-jaga, aku coba menyempitkan pencarian di peta, karena mungkin ada hero
selain Hayato Masaki.
Aku tidak tahu ada atau tidaknya hero palsu itu, tapi…saat aku coba rutin memeriksa
istana baronnya di peta, aku menyempitkan pencarian dan mendapatkan 1 kandidat
yang paling mencurigakan.
Nama hero palsu itu adalah Hauto—berbeda dengan hero Hayato Masaki—dia adalah
anak muda level 7 dengan skill pedang satu tangan dan skill perisainya. Terlihat juga
ada beberapa orang yang menemaninya, yaitu seorang pendekar
pedang (swordsman) level 10, seorang penyihir level 8, dan seorang
pendeta (priest) level 9. Benar-benar parti yang seimbang, mereka pasti bisa sukses
kalau mencari penghasilan dari labirin.
Iblis itu sepertinya memang terlibat, dia sering terlihat berada di dekat dengan si hero
palsu itu. Dia juga sering menyelinap keluar istana di malam hari, dan pergi menuju
hutan dimana markas para pencuri itu berada.
“Master, isi ulangnya sudah selesai.” (Nana)
Sial, aku menyianyiakan pagi yang indah ini dengan memikirkan sesuatu yang tidak
penting. Nana yang sihirnya sudah terisi penuh mulai membenahi pakaiannya.
Hari ini, aku membuat pedang kayu di atas kereta yang bergoyang ini. Aku merasa
cara bertarung Pochi dan Tama mulai mengendur, ini mungkin karena level para
pencuri dan monster yang sering menyerang kami telalu rendah, maka dari itu aku
menyiapkan ini untuk latihan mereka. Aku tidak ingin mereka menderita hanya karena
lengah.
Aku menggulungkan beberapa lembar kulit ke pedang kayunya untuk keamanan, jadi
mereka tidak akan terluka saat latihan.
Setelah itu, mereka berdua merasa puas dengan ukiran ke sembilanku. Karena aku
hanya mengukir bagian gagangnya, jadi bagian mata pisaunya masih berbentuk
bundar. Harusnya aku bisa membentuk bagian mata pisaunya di peristirahatan
selanjutnya untuk mereka berdua.
Sekarang, waktunya untuk menyiapkan makan siang. Lulu sudah ada di sampingku
dengan menggunakan pakaian yang berbeda dari biasanya. Dia mengikat rambutnya
dengan ikat rambut biru seperti kemarin, tapi apronnya sekarang memiliki beberapa
hiasan yang meningkatkan keimutannya sebanyak 50%.
“Bawang putihnya sudah cukup segitu saja. Letakkan ini di piring.” (Satou)
Lulu mengikuti arahanku, dan sepertinya dia merasa gugup karena wajah kami
berdekatan. Kelihatannya dia masih belum terbiasa dengan laki-laki, jadi aku memberi
arahan dari belakangnya.
“Saat kau mendengar suara seperti ini, itu berarti panasnya sudah pas, jadi kau bisa
mulai meletakkan dagingnya.” (Satou)
Meskipun dia begitu tegang, tapi dia melakukannya dengan baik, bagus.
“Tunggu sampai sisinya terlihat kecoklatan. Balik dagingnya saat baunya sudah
seperti ini. Kita bisa mudah untuk tahu kapan harus membaliknya dengan suara dan
baunya.” (Satou)
Aku mengatakan itu dengan aura seperti seorang pengajar, mungkin ini berkat skill
[Edukasi]nya.
Saat Lulu selesai memanggang steaknya, aku memotong nya sedikit dan
mencicipinya. Yep, sedikit di bawah dari yang biasa ku buat, tapi ini sudah cukup
layak untuk di jual. Lulu juga mencicipi dagingnya dan terkejut dengan hasil
masakannya sendiri. Karena Pochi dan Tama sudah terlihat ngiler di samping kami,
aku memotong daging untuk mereka juga. Bahkan Liza dan Arisa menunggu giliran
mereka juga, jadi dagingnya habis dengan cepat. Nafsu makan kalian benar-benar
tinggi ya.
Di tempat yang sedikit agak jauh dan sepi, Pochi dan Tama berlatih menggunakan
pedang kayu.
Gambaran umumnya, Alat sihir adalah alat untuk menciptakan kembali efek dari sihir
tertentu tanpa perlu chanting. Sirkuit sihir ditanamkan pada alat sihir sebagai
ganti chantnya. Untuk sirkuit sederhana, kita bisa membuatnya tanpa
berada/menggunakan fasilitas khusus, tapi kita tetap perlu tempat kerja khusus kalau
ingin membuat alat sihir dengan sirkuit kompleks. Gampangnya, perbedaannya sama
dengan [Miniatur bohlam yang dihubungkan dengan baterai menggunakan kabel
tembaga], dengan [Sirkuit elektronik menggunakan semikonduktor].
Dalam merangkai sirkuit sihir, kita perlu menggunakan cairan sirkuit untuk
menggambar pola tertentu. Tergantung fungsinya, kita juga kadang perlu
menggunakan sirkuit sihir dengan kekuatan resistansi sihir yang berbeda-beda, tapi
untuk sekarang, kita buat yang biasa saja dulu.
Aku ingin coba membuat cairan sirkuitnya, tapi caranya ditulis dengan Bahasa elf
yang rumit, mungkin tulisannya Trazayuya. Apa boleh buat, aku memaksimalkan skill
[Bahasa Elf] ku, kuharap, aku bisa memahaminya tanpa harus melakukan ini.
Untuk membuat cairan sirkuit, kita hanya perlu mencampur lelehan tembaga dengan
bubuk magic core dan stabilizer.
Pertama, aku melelehkan tembaganya. Untuk ini aku menggunakan alat sihir yang
kubeli dari toko ukir logam. Alat itu adalah pembakar yang bisa kita naikkan
panas/apinya dengan mengalirkan kekuatan sihir. Membakar tanpa bahan bakar,
benar-benar alat sihir.
Karena kelihatannya aku akan membutuhkan ini, aku menaikkan poin dan
mengaktifkannya.
Aku mencampurkan beberapa bubuk magic cores dan stabilizer di dalam panci tempat
melelehkan tembaganya. Dengan sedikit suara ledakan kecil, muncul sedikit asap
merah dari dalam panci, tapi tidak berbau.
Selanjutnya, aku mengalirkan cairan sirkuitnya ke ukiran kayu tadi, aku mencium bau
terbakar dari kayu saat menuangkan cairan sirkuit nya. Mungkin, aku harus menunggu
sampai sedikit dingin dulu?