Anda di halaman 1dari 8

LITERASI INFORMASI BENCANA ALAM GEMPA BUMI

MASYARAKAT JAWA BARAT


REKAYASA GEMPA

Dosen Pembimbing:
YULIUS RIEF ALKHALY.,ST.,M.Eng

Disusun Oleh :
MUHAMMAD RIZKI ALFANDI
180110093
A1

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat


lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di bagian Utara, lempeng Indo-
Australia di bagian Selatan, lempeng Filipina dan Samudera Pasifik di bagian Timur.
Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat kerawanan bencana alam tinggi,
seperti letusan gunungapi, gempabumi, tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain
sebagainya. Tercatat setidaknya 257 kejadian bencana terjadi di Indonesia dari
keseluruhan 2.866 kejadian bencana alam di Asia selama periode tersebut. Data
menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat
kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di
Amerika Serikat. Gempa bumi yang disebabkan oleh interaksi lempeng tektonik
dapat menimbulkan gelombang pasang apabila terjadi di samudera. Selama kurun
waktu 1600 – 2000, tercatat 105 kejadian tsunami yang 90 persen diantaranya
disebabkan oleh gempa tektonik, 9 persen oleh letusan gunung api, dan 1 persen oleh
tanah longsor (Sumber: Pusat Mitigasi Bencana-ITB, 2008).

Beberapa faktor penyebab utama timbulnya banyak korban akibat bencana


gempa adalah karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bencana dan
kurangnya kesiapan masyarakat dalam mengantisipasi bencana tersebut. Khusus
untuk gempa bumi korban yang meninggal banyak terjadi karena tertimpa reruntuhan
akibat bangunan yang roboh. Diantara korban jiwa tersebut, paling banyak adalah
wanita dan anak-anak. Dalam manajemen risiko bencana dikenal tindakan
pengurangan risiko bencana (disaster risk reduction measure).

Pengetahuan mengenai pengurangan risiko bencana belum masuk ke dalam


kurikulum pendidikan di Indonesia. Padahal 113 negara lain yang sudah
memasukkannya ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah diantaranya
adalah Bangladesh, Iran, India, Mongolia, Filipina, Turkey, dan Tonga. Berdasarkan
Hyogo Framework yang disusun oleh PBB maka pendidikan siaga bencana
merupakan prioritas, yakni Priority for Action 3: Use knowledge, innovation and
education to build a culture of safety and resilience at all levels

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Cara mengatasi agar masyarakat melek bencana dengan


Literasi
Literasi Informasi merupakan keterampilan dalam mencari, mengumpulkan,
mengevaluasi, kemudian menggunakan informasi tersebut dengan tujuan tertentu.
Seperti yang diutarakan oleh Hasugian (2008, hlm. 35) dalam tulisannya “Literasi
informasi sebagai kemampuan mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi
yang dibutuhkan secara efektif bukanlah merupakan kemampuan atau keterampilan
baru yang muncul sebagai tuntutan dari era informasi.” Hal tersebut senada dengan
apa yang diungkapkan oleh Bundy (2001, hlm. 2) yang menyebutkan bahwa “Dalam
rumusan yang sederhana literasi informasi adalah kemampuan mencari, mengevaluasi
dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif. Hakekat dari literasi
informasi adalah seperangkat keterampilan yang diperlukan untuk mencari,
menelusur, menganalisis, dan memanfaatkan informasi”.
Pengertian mengenai definisi literasi informasi tersebut diperkuat oleh
pernyataan yang dikeluarkan oleh UNESCO (2005, hlm 27) yang menyebutkan
bahwa:
Literasi informasi merupakan kemampuan untuk menyadari kebutuhan
informasi dan saat informasi diperlukan, mengidentifikasi dan menemukan
lokasi informasi yang diperlukan, mengevaluasi informasi secara kritis,
mengorganisasikan dan mengintegrasikan informasi ke dalam pengetahuan
yang sudah ada, memanfaatkan serta mengomunikasikannya secara efektif,
legal dan etis.
Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa literasi informasi
terdiri atas empat indikator penting di dalamnya, yang pertama adalah kemampuan
mencari informasi, kedua mengidentifikasi informasi, ketiga mengevaluasi informasi,
dan keempat menggunakan informasi. Empat indikator tersebut saling berkaitan satu
sama lain secara utuh dalam membentuk literasi informasi.
Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh literasi informasi bencana
terhadap kesiapsiagaan masyarakat yaitu mencapai 45%. Literasi Informasi tersebut
terdiri atas 4 indikator, yaitu mengidentifikasi dan menemukan informasi 36%,
mengevaluasi informasi 25%, mengorganisasikan dan mengintegrasikan informasi

2
26%, serta memanfaatkan dan mengkomunikasikan informasi secara efektif legal dan
etis 26%. Pembahasan dari hasil per-indikator tersebut akan dijabarkan seperti
dibawah ini.

2. Pendekatan secara akademis, sosial, dan masyarakat


A. Akademis
Banyak cara atau teknik pembelajaran yang dapat diberikan oleh seorang
guru kepada siswa di dalam meningkatkan pengetahuan pengurangan risiko
bencana gempa, baik individu maupun secara kelompok. Salah satu pendekatan
untuk meningkatkan pengetahuan pengurangan risiko bencana gempa yaitu
melalui pendekatan scientific dengan model pembelajaran Student Teams
Achievement Division (STAD), model pembelajaran STAD adalah model
pembelajaran yang diajarkan belajar secara berkelompok, kelompok belajar yang
terdiri dari 4-5 orang siswa, berdasarkan kemampuan tinggi, sedang dan rendah
yang dimiliki siswa di kelas, semua siswa diberi kesempatan yang sama di dalam
berpartisipasi di dalam kelompoknya, tidak ada perbedaan etnis, semua siswa di
anggap sama sebagai peserta didik yang menuntut ilmu pengetahuan. Pendekatan
scientific merupakan pendekatan yang diimplementasikan dalam kurikulum
2013, peserta didik di tuntut untuk lebih aktif dan kreatif di dalam proses
pembelajaran, di mana pada kegiatan inti dalam pembelajaran scientific terdapat
5 (lima) langkah pembelajaran yang dituntut bagi peserta didik, diantaranya;(1)
mengamati, (2) menanya, (3) menalar, (4) mengorganisasikan, dan (5)
mengkomunikasikan. Dari lima langkah-langkah tersebut diharapkan peserta
didik lebih memahami materi pelajaran yang diajarkan di sekolah.

B. Sosial
Pendekatan sosiologis (Drabek, 1986) mendiskusikan kerentanan dan
dampak bencana pada pola perilaku manusia dan pengaruhnya atas fungsi
struktur masyarakat dan organisasi.

3
Pada saat terjadi peristiwa bencana, ahli sosiologi akan bertanya
“bagaimana manusia atau kelompok manusia tersebut memberikan tanggapan
atas suatu kejadian bencana?” Studi Sosiologi tentang bencana dimulai oleh
Prince’s (1920) tentang tabrakan dua kapal di Pelabuhan Halifax pada 6
December 1917. Peristiwa tersebut merupakan peristiwa kunci agenda riset
sosiologis tentang bencana. Secara epistemologis, semua peristiwa bencana
merupakan peristiwa Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 18 No. 1 Tahun
2016 83 sejarah yang unik. Analisis komparatif dapat dilakukan untuk
merumuskan bagian-bagian umum pola perilaku individu dan unit sosial mereka,
mulai dari keluarga, organisasi, sampai komunitas (Kreps 1984; Drabek 1986).
Drabek (1996b, 2004) mengembangkan bahan yang memberikan fokus pada
dimensi sosial dari bencana, sejumlah hasil studi pascabencana, kesiapsiagaan
dan mitigasi, penyebab bencana, serta sejumlah assessment pascabencana,
termasuk studi tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana (Quarantelli 1984;
Enarson et al. 2003).
Dalam perspektif sosiologis, bencana seringkali dipahami berdasarkan
persepsi manusia atau masyarakat, dan atas apa yang mereka rasakan terkait
pengalaman emosional pada kejadian-kejadian yang dapat mengancam
kelangsungan hidup mereka. Bencana merupakan salah satu bagian definisi yang
disusun dalam suatu konteks sosial budaya hidup masyarakat yang mengalami
bencana. Oleh karena itu, menurut Sjoberg (1962), dalam upaya untuk
mengumpulkan data dan melakukan analisis data dalam suatu kegiatan penelitian
untuk mendapatkan kesimpulan tentang apa itu bencana, pemahaman tentang
pola kehidupan masyarakat di masa lalu seharusnya tidak diabaikan. Pengabaian
akan konteks tersebut akan mengakibatkan data-data yang dikumpulkan akan
cenderung hilang dari penelitian jika objek yang diuji terlalu kompleks bagi
peneliti, sehingga menurut Britton (1988) hasil-hasil riset tergantung pada
bagaimana manusia sebagai subjek melihat suatu keberadaan atau kejadian.

4
C. Masyarakat
Berdasarkan masalah yang dialami oleh warga masyarakat, maka
usaha yang dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan
memberikan kegiatan sosialisasi yang membuat masyarakat menjadi lebih
paham resiko jika terjadi
bencana alam dan mengurangi kekhawatiran berlebihan akibat
kurangnya pemahaman masalah bencana. Untuk itu maka perlu dilakukan
pemecahan masalah melaui sosialisasi mitigasi bencana. Pengabdian
Masyarakat ini dilaksanakan dalam bentuk seminar yang terdiri dari dua tahap
yaitu: tahap pertama, penjelasan pemahaman mekanisme terjadinya bencana
gempa dan bencana sekundernya melalui metode ceramah dan presentasi
dengan animasi serta video. Tahap kedua, dilakukan dengan metode
ceramah/diskusi tentang mitigasi dan upaya penyelamatan saat dan setelah
terjadinya gempa.

5
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Secara keseluruhan literasi informasi berpengaruh terhadap kesiapsiagaan
masyarakat dalam menghadapi bencana di Jawa Barat. Jika dilihat secara rinci
berdasarkan Indikator dari kegiatan literasi informasi dapat disimpulkan sebagai
berikut.
a. Terdapat pengaruh yang signifikan dari kemampuan mengidentifikasi dan
menemukan lokasi informasi terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi bencana di Jawa Barat.
b. Terdapat pengaruh yang signifikan dari kemampuan mengevaluasi informasi
secara kritis terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana
di Jawa Barat. Pengaruh yang ditemukan signifikan akan tetapi
persentasenyanya cukup kecil.
c. Terdapat pengaruh yang signifikan dari kemampuan mengorganisasikan dan
mengintegrasikan informasi ke dalam pengetahuan yang sudah ada terhadap
kesiapsiagaan msyarakat dalam menghadapi bencana di Jawa Barat. Pengaruh
yang ditemukan signifikan akan tetapi persentasenya cukup kecil.

6
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2006). Pengembangan Framework Untuk Mengukur Kesiapsiagaan


Masyarakat Terhadap Bencana Alam. LIPI-UNESCO/ISDR.

Faiq, M, 2013, http://penelitiantindakankelas. blogspot.com/2013/07/pendekatan–


sceintific-dalam-implementasi-kurikulum2013.html.di akses 20
Agustus
https://www.researchgate.net/publication/335987012_Sosialisasi_Tentang_Mitigasi
Bencana_Tsunami_dan_Gempa_Lombok_Di_Jempong_Baru_Sekarb
ela_Maaram

Anda mungkin juga menyukai