Anda di halaman 1dari 19

TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN KRITIS PADA KASUS KERACUNAN

ALKOHAL ETHYLENE GLICOL ATAU METHANOL POISONING DENGAN


PENATALAKSANAAN PEMBERIAN FOMEPIZOLE

Di Susun Guna Memenuhi Mata Kuliah Emergency Nursing :

Oleh :

Brian Sesar Rosely

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

STIKES WIDYAGAMA HUSADA

MALANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mengkonsumsi minuman alcohol atau minuman keras (Miras)
merupakan perilaku yang biasa dilakukan oleh sekelompok orang dalam
mengekspresikan suatu acara, misalnya dalam pesta atau perpisahan tahun.
Ironisnya miras tersebut bukan hanya di konsumsi oleh orang dewasa namun
kaum remaja juga sudah mulai mencoba mengkonsusmi miras. Saat ini
pembicaraan mengenai bahaya mengkonsusmi minuman oplosan menjadi topic
yang hangat diperbincangkan oleh masyarakat Indonesia. Istilah kata
“opolosan” mempunyai arti campuran. Dimana miras oplosan tersebut
merupakan minuman keras yang terdiri dari berbagai campuran, diantaranya
dioplos dengan alcohol industry (Metanol) maupun dengan obat herbal seperti
obat kuat atau suplemen kesehatan. Miras oposan ini pada kenyataanya
memiliki permasalahan yang cukup besar yaitu dijual secara illegal.
Alkohol adalah deriva dan hidroksi yang mempunyai ikatan langsung
maupun rantai cabang dari alifatik hirokarbon. Pada umumnya semakin panjang
rantai karbon maka semakin tinggi daya toksisitasnya. Tapi ada pengecualian
dalam teori ini ialah metanol lebih toksi daripada etanol. Dihidroksi alkohol
disebut juga glikol (dari asal kata glyc atau glykol yang artinya manis) ini
mencerminkan rasa dari gikol yang terasa manis. Dihidraksi etan juga etilen
glikol adalah merupakan bentuk sederhana dari glikol. Etilen glikol ini jg
merupakan cairan anti beku dan merupakan cairan yang toksik. Glikol jenis lain
ialah trihidroksipropan (propilen glikol).
 Penyalahgunaan alkohol adalah lazim namun sering kali kondisisnya
tidak diakui pada lansia. Penyalahgunaan alkohol di alami 50-75% alkoholik
lansia. Alkoholik biasanya mulai menjadi penyalahgunaan pada saat lansia
berumur tiga puluhan dan empat puluhan. Mereka menjadi peminum reaktif
yang mulai minum akibat dari stres dan kehilangan yang berhubungan dengan
penuaan. Dari tahun ke tahun kasus minuman oplosan sering terjadi, pada
rentang bulan desember 2013-2014 tercatat 74 orang korban meninggal dunia
dan 192 korban lainya di rawat di RS akibat minuman oplosan dan 2 lainya
meninggal dunia merupakan warga asing (Mulyadi, 2014)

Alkohol yang paling sering di jumpai dalam bentuk minuman ini akan
menghilangkan kesadaran peminum yang sering juga disebut “mabuk” ini,
sehingga seseorang akan bersikap dan bertindak tidak sewajarnya Keracunan
alkohol adalah konsekuensi serius – dan terkadang bisa bersifat mematikan –
yang bisa ditimbulkan oleh konsumsi alkohol dalam jumlah besar dalam waktu
yang singkat. Minum terlalu banyak dan terlalu cepat dapat mempengaruhi
pernapasan, detak jantung, suhu tubuh dan refleks muntah dan berpotensi
menyebabkan koma dan kematian.Keracunan alkohol juga dapat terjadi ketika
orang dewasa atau anak-anak baik secara sengaja atau tidak sengaja
meminum produk rumah tangga yang mengandung alkohol.Seseorang yang
keracunan alkohol memerlukan pertolongan medis segera. Jika Anda
mencurigai seseorang mengalami keracunan alkohol, segera cari pertolongan
medis darurat.
B. Rumusan Masalah
Apa penatalaksanaan yang tepat dan cepat pada pasien dengan kasus
keracunan etanol dan methanol?
C. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penatalaksanaan Farmakologi yang cepat dan tepat pada
kasus keracunan etanol dan methanol.
D. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi alcohol
2. Untuk mengetahui jenis-jenis alkohol
3. Untuk mengetahui mekanisme keracunan akibat alkohol.
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan farmakologi yang tepat pada kasus
keracunan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Alkohol (Ethanol dan Methanol)
1. Definisi Methanol
Methanol adalah bentuk sederhana dari alcohol yang biasa
digunakan sebagai pelarut industry dan sebagai bahan tambahan dari etanol
dalam proses denaturasi sehingga etanol menjadi toksik. Rumus kimia dari
methanol adalah CH3OH dan dikenal dengan nama lain yaitu metil alcohol,
serta metal hidrat. Pada keadaan atmosfer methanol berbentuk cairan yang
ringan, mudah menguap tidak berwarna, mudah terbakar dan beracun
dengan bau yang khas. Methanol merupakan bahan kimia yang lebih
beracun lebih daripada ethanol (Cline, 2012).
2. Definisi Ethanol
Ethanol adalah kandungan murni alcohol yang memiliki kandungan
alcohol sebanyak 0,2%. Ciri-ciri dan bentuk daripada ethanol hamper sama
dengan methanol sehingga kebanyakan kasus, peminum sulit membedakan
antara ethanol dan methanol (cline,2012).

B. Definisi Intoksikasi  Methanol  


Intoksikasi adalah kondisi psikoaktif yang menyebabkan gangguan
kesadaran, kognisi, persepsi, afek, perilaku, fungsi dan respon psikologis,
bahkan sampai menyebabkan kematian.
Intoksikasi metanol terjadi melalui 2 mekanisme, yaitu (Ayu Indrayathi P dan
Widiana IG. 2016) :
1. pertama : metanol tertelan, terhirup, diserap melalui kulit dapat meneka
Sistem saraf pusat (SSP) seperti yang terjadi pada keracunan etanol dan
mata
2. kedua : metanol beracun setelah mengalami metabolisme oleh enzim alkohol
dehidrogenase (ADH) di hati menjadi formaldehid dan asam format.

Methanol (methyl alchohol, CH3OH) juga dikenal sebagai alkohol kayu


digunakan secara luas sebagai pelarut dalam industri dan campuran untuk
bahan bakar gasoline. Toksisitas methanol tetap merupakan masalah yang
umum terjadi khususnya pada kelas sosio ekonomi yang rendah. Hampir
semua kejadian intoksikasi methanol akibat tertelan, baik secara tidak
disengaja, percobaan bunuh diri, atau akibat digunakan sebagai pengganti

.
mthanol karena harganya yang lebih Murah

Kadar methanol yang dapat menimbulkan toksisitas berkisar dari 15-500


ml 40% larutan sampai 60-600 methanol murni. Risiko intoksikasi methanol
dapatmeningkat pada kondisi tetrahydrofolate di hati rendah yang
mempengaruhi kecepatan metabolisme asam format (Barceloux DG, et al.
2002).
Methanol relatif memiliki toksisitas yang rendah. Efek toksik muncul
akibat hasil metabolisme methanol di hati yaitu asam format yang bersifat
toksik. Methanol diubah menjadi formaldehyde di hati oleh enzim alcohol
dehydrogenase. Formaldehyde dioksidasi oleh enzim formaldehyde
dehydrogenase menjadi formic acid / asam format. Metabolisme asam format
tergantung pada kadar tetrahydrofolate yang akan membentuk 10-formyl
tetrahydrofolate yang dapat mengubah asam format menjadi karbon
dioksida
(CO2) dan air (H2O). Waktu paruh asam format sekitar 20 jam pada
manusia.

Gambar 1. Metabolisme methanol.


ADH : alchohol dehydrogenase; FDH : formaldehyde
dehydrogenase; F-THF-S: 10-formyl tetrahydrofolate
synthetase. (Barceloux DG, et al. 2002).

Formaldehyde bersifat toksik namun akibat proses metabolismenya yang


cepat menjadi asam format sekitar 1-2 menit, kadarnya hampir tidak pernah
terdeteksi pada tubuh setelah keracunan methanol (Barceloux DG, et al.
2002). Asam format dimetabolisme lebih lambat sehingga terjadi akumulasi
asam format dalam tubuh pada keracunan methanol. Asidosis metabolik
terjadi akibat efek asam format terakumulasi yang menghambat akivitas
cytochrome oxidase pada mitokondria sehingga mengganggu proses
metabolisme oksidasi intrasel dan memicu metabolisme anaerobik. Pada
tahap lebih lanjut, pembentukan asam laktat yang berlebih juga dapat
menyebabkan kondisi asidosis laktat dan memperburuk asidosis (Kraut JA
et al. 2008).
Toksisitas pada mata terjadi akibat efek toksik asam format secara
langsung. Asam format mengikat cytochrome oxidase sehingga
menghambat fungsi mitokondria pada retina dan saraf optik serta
menyebabkan deplesi ATP retina dan saraf optik. Kerusakan yang terjadi
pada mata berupa edema diskus optikus, kerusakan selubung mielin dan
lesi nervus optikus yang dapat menyebabkan kebutaan.

C. GEJALA INTOKSIKASI METANOL


Gejala awal, pasien mengalami mabuk seperti mabuk alkohol. Efek
keracunan akan terdeteksi keesokkan harinya, sekitar 12 – 72 jam. Beratnya
efek keracunan tergantung dari apakah sumber etanol berasal dari saluran
cerna, pernafasan atau kulit, seperti ysng di jelaskan pada tabel 1 dibawah ini,
sebagai berikut (Ayu Indrayathi P dan Widiana IG. 2016):
Tabel 1,

Bila, tertelan :
- Awalnya : Sakit perut, mual dan muntah
- Depresi SSP sehingga terlihat gejala keracunan alkohol seperti sakit
kepala, pusing, lemah, kesadaran menurun, kejang 12-24 jam
- Metabolisme asidosis : mual : muntah, nafas dalam dan cepat, tensi turun,
syok - koma – meninggal.
Terhirup : iritasi selaput lendir, sakit kepala, telinga berdenging, suka tidur,
kolik, sulit BAB
Terkena Kulit : Kulit kering, gatal-gatal
Keracunan ringan bergejala seperti orang mabuk berat, yang diawali dengan
rasa sakit kepala dan mual – muntah. Gejala yang lebih berat disertai dehidrasi,
pusing, sakit kepala hebat, gangguan keseimbangan, dan penglihatan kabur.
Gejala sangat berat dapat mengancam nyawa bisa bberupa kebingungan dan
tidak bisa bangun dari tempat tidur, karena kelemahan berat. Gejala dengan
kategori sedang – parah harus segera dirujuk ke rumah sakit. Petunjuk penting
dalam diagnosis keracunan alkohol dapat dilihat pada tabel 2 berikut
(Ayu Indrayathi P dan Widiana IG. 2016):
Tabel 2.
Mata, timbul 4-24 jam setelah Penglihatan menjadi kabur
konsumsi metanol hingga menyebabkan BUTA
Penyebabnya : menumpuknya
formaldehid yang merusak fosforilasi Walaupun segera diobati gagal
oksidatif retina dan asam format cacat
yang secara langsung merusak optic
disc Pada pemeriksaan: Refleks pupil
lambat, dilatasi pupil, lapangan
pandang menyempit

Funduskopi odem retina/hiperemi


pada optic disc.
Susunan saraf pusat (SSP) timbul 6 Bisa terjadi perdarahan atau tidak
– 24 jam, atau lebih lama 72 – 96
jam bila pasien juga minum etanol. Kesulitan memulai gerak yang
diinginkan
Kerusakan : basal ganglia, putamen, Parkinson/distonik/hipokinetik
nekrosis korteks cacat (MRI) lainnya

Kesadaran menurun : apatis –


koma, kejang
Lab : osmolaritas serum tinggi. Kusmaul  :    nafas  cepat  &  dalam  
Asidosis metabolik dengan anion gap
tinggi akibat penumpukkan asam
format

Laboratorium (Moss M, Burnham E.L. 2006) :


- Kadar metanol dalam darah diukur dengan menggunakan gas kromatografi.
Kadar metanol serum > 20 mg/dL sudah dianggap toksik dan kadar > 40
mg/dL dianggap sangat berbahaya. Kadar metanol yang rendah atau tidak
menyingkirkan intoksikasi.
- Apabila tidak tersedia pengukuran metanol, maka dapat digunakan osmolal
gap serum sebagai pengganti
- Osmolaritas darah dapat meningkatkan atau normal. Konsentrasi metanol
50/dL akan meningkatkan osmolaritas darah 15 mOsm/L.
- Anion gap tingkat asidosis metabolik (pH darah 6,8 -7,3), sebagai akibat
akumulasi formate.
- Asidosis laktat, sebagai akibat gangguan respirasi yang disebabkan oleh
formate atau meningkatnnya pembentukan NADH selama metabolisme
metanol.
- Hiperkloremik asidosis metabolik
- Pemeriksaan laboratorium lain yang diperlukan seperti elektrolit, kadar gula
darah, BUN, kreatinin, serum osmolaritas dan osmolar gap, analisa gas
darah, kadar etanol dan laktat

D. PENATALAKSANAAN  INTOKSIKASI    DI  RUMAH  SAKIT  


Penatalaksanaan intoksikasi metanol terdiri dari :
1. Penatalaksanaan kegawatdaruratan yang bertujuan untuk tindakan
penyelamatan nyawa. Dalam kondisi ini yang terpenting adalah memahami
masa kritis gejala keracunan. Dengan memahami masa kritis maka tidak ada
keterlambatan dalam penanganan khususnya keracunan dengan kategori
sedang dan berat.
2. Penatalaksanaan yang penting adalah menghambat metabolisme etanol dan
perubahannya menjadi asal format

Tahapan penatalaksanaan intoksikasi metanol dimulai dengan melakukan


pengkajian awal (ANAMNESA)
1. Danger
- Pastikan keamanan penolong, pasien dan lingkungan
2. Respon
- Setelah aman, tanyakan kepada pasien “apakah yang dia rasakan?”
- Jangan pindahkan/mobilisasi pasien bila tidak perlu
3. Call for Help
- Aktifkan Emergency Medical Service (EMS), Call ambulance 119
4. Primary Survey (ABCD)
- Periksa jalan nafas pasien (Airway)
- Periksa frekuensi pernafasan pasien (Breathing), breathing
- untuk sementara baik, bila saturasi O2 lebih dari 95%
- Pastikan sirkulasi pasien (Cirkulation)
- Disability (AVPU, Glasgow coma scale, tanda lateralisasi)
5. Secondary Survey
a.  Head to toe examination
b. Stabilisasi ---- transportasi (melakukan rujukan ke RS), berikut ini adalah
alur rujukan pasien keracunan:
Gambar 1:

Dari gambar 1, dapat dijelaskan bila pasien keracunan metanol datang ke PPK
II (Rumah Sakit), dengan gejala keracunan ringan, petugas hendaknya
langsung melakukan terapi etanol dengan dosis yang tepat. Namun, bila pasien
datang dalam keadaan tidak sadarkan diri atau mengalami gejala keracunan
berat, maka sesuai dengan hal diatas, yang perlu dilakukan adalah pasien
dibaringkan dengan posisi trendelenberg miring ke kiri untuk melindungi jalan
nafas. Jalan nafas pasien dibebaskan dan kalau perlu diberikan oksigen dengan
endotracheal tube. Pasien diberikan absorben berupa arang aktif (Norit) dengan
dosis 1g/kgBB (30-100g) diberikan dengan cara dicampur air (5-10g arang
dalam 100-200ml air) dan selanjutnya lakukan terapi etanol sesuai dengan dosis
yang tepat. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan hemodialisis.
(Ayu Indrayathi P dan Widiana IG. 2016)

E. TERAPI DAN ANTIDOTE INTOKSIKASI METANOL


Pada prinsipnya penatalaksanaan intoksikasi metanol secara spesifik dapat
dilakukan dengan diuresis paksa, pemberian fomepizole, etanol dan natrium
bikarbonat dan asam folat, seperti yang akan dijelaskan dalam tabel 3, sebagai
berikut:

Terapi suportif Proteksi jalan nafas, Oksigen, cairan


Diuresis paksa Methanol juga diekskresi melalui ginjal

Fomepizole Menghentikan ADH

Etanol Kompetitif -> dimetabolisme oleh ADH

Na.bikarbonat Koreksi terhadap asidosis

Asam folat Degradasi asam format -> CO2 & H2O

Hemodialisis (terbaik) Eleminasi metabolit toksik, Koreksi asidosis,


mencegah odem paru, odem otak, gagal
ginjal
Metanol juga diekresi melalui ginjal. Obat-obat fomepizole dan etanol bekerja
secara kompetitif dalam metabolisme metanol oleh enzim alcohol
dehydrogenase. Fomepizole dapat diberikan dengan dosis 20 mg/ kg/ BB/hari.
Natrium bikarbonat diberikan secara intravena atau melalui cairan infus, yang
bertujuan untuk mengkoreksi asidosis yang terjadi dan asam folat yang
diberikan untuk mempercepat degradasi asam folat menjadi air dan gas asam
arang. Asam folat diberikan secara intravena atau oral dengan dosis 50 mg
setiap 4-6 jam Selama beberapa hari.
Sedangkan etanol (metil alkohol) bisa diberikan secara oral atau intravena. Infus
etanol bisa diberikan bila pasien mengkonsumsi metanol dalam jumlah besar dan
menybabkan kadar metanol dalam darah lebih 20mg/dl. Kerja etanol menghambat
secara kompetitif enzim ADH sehingga metabolisme metanol menjdi asam format
terhambat. Etanol memiliki afinitas 20 kali lebih besar daripada metanol sehingga
menunda waktu paruh metanol hingga 40 jam. Konsentrasi etanol dalam darah
hendaknya di pertahankan 100 – 150 mg /dL. (Ayu Indrayathi P dan Widiana IG.
2016)

Hemodialisis adalah terapi eliminasi yang paling efektif. Hemodialisis  adalah 


suatu  usaha  untuk  memperbaiki  kelainan biokimiawi darah  yang  terjadi 
akibat  terganggunya  fungsi  ginjal. Ayu Indrayathi P dan Widiana IG. 2016).
Berikut  ini  adalah  gambar  skema  aliran  hemodialisis  (prinsip  kerja 
hemodialisis), yaitu:

Metanol, formaldehid, metabolit toksiknya asam format memiliki molekul kecil dan
larut dalam air, sehingga mudah lewat melalui membrane dialisr. Selain itu
hemodialisis dapat mengkoreksi asidosis, mencegah edema paru, edema serebri,
dan mengobati sindrom uremik bila terjadi gagal ginjal. Secara  umum  hemodialisis 
akan  memisahkan  racun  dari  darah  dan  memurnikan  darah  kembali. 
Dengan  beberapa  kali  hemodialisis,  maka secara  berangsurangsur  kadar 
racun  dalam  darah  akan  berkurang dan 
racun yang telah melekat pada organ vital dilepaskan kembali ke dalam darah. 
Secara umum indikasi hemodialisis adalah bila metabolik asidosis sedang (pH 7,2) t
erjadi sindroma uremik dan gagal  ginjal  akut,  gangguan  penglihatan,  dan 
konsentrasi  metanol dalam darah lebih 50 mg/dL.  (Ayu Indrayathi P dan Widiana
IG. 2016)
F. Algoritma

Sumber : Kadam et al. 2018


BAB III

PEMBAHASAN

Menurut varon 2010 penatalaksanaan keracunan alkohol adalah sebagai berikut :

1. Penatalaksanaan jalan nafas, membebaskan jalan nafas untuk menjamin


pertukaran udara.
2. Penatalaksanaan fungsi pernafasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi
dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya
kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbondioksida.
3. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah
4. Jika terjadi mual dan muntah dapat diberikan antiemetik (anti muntah)
5. Jika korban mengalami ketoasidosis alkohol dapat diberikan dextrose 5%
dalam Nacl 0,9% , vitamin B1 dan vitamin lainnya serta pengganti kalium
apabila diperlukan
6. Jika klien menunjukkan asidosis berat / kejang dapat diberikan natrium
bikarbonat dan benzodiazepin
7. Asidosis metabolik ditandadi dengan nafas cepat dan dalam (heperventilasi)
untuk melihat ada atau tidaknya metanol dalam miras atau oplosan dapat
dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap osmolaritas (aniongab)
kepekatan darah dalam tubuh
8. Dekontaminasi gastrointestinal dapat dilakukan melalui aspirasi nasogastric
apabila ingesti terjadi dalam rentang 30 menit
9. Jika alkohol mengenai mata pasien perlu dilakukan irigasi mata yaitu secara
perlahan, bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan sejumlah air
bersih dingin/larutan Nacl 0,9 % diguyur perlahan selama 15 – 20 menit atau
sekurangnya 1 liter untuk setiap mata. Hindarkan bekas air cucian mengenai
wajah/mata lainnya. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10
menit. Jangan menggosok mata karena dapat mengakibatkan irirtasi pada
kornea dan konjungtiva..
Sedangakan menurut Kadam, DB pada tahun 2015 pengobatan pada pasien dengan
keracunan methanol adalah sebagai berikut meliputi :

1. Sodium Bicarbonate: Komplikasi metanol yang mengancam jiwa adalah asidosis


metabolik yang parah. Oleh karena itu koreksi asidosis sangat penting. Defisit
natrium bikarbonat dihitung sebagai 0,5 x berat badan dalam kg x (18-
observasi bikarbonat). Defisit yang dihitung ini disuntikkan kepada pasien
dalam ml sebagai dosis setengah bolus dan setengah dosis selama 30 menit
berikutnya. Analisis gas darah berulang dilakukan setiap dua jam dan koreksi
seperti di atas diberikan sampai pH normal. Jika pH kurang dari 7 dan / atau S.
Bikarbonat kurang dari 5, koreksi penuh diperlukan.
2. Ketidakseimbangan: terutama hiperkalemia dan hipokalemia harus dideteksi
dengan segera dan dikoreksi.
3. Tingkat Serum Sodium bisa rendah karena adanya metanol dan harus dipantau
dan diperbaiki.
4. Pemberian etanol - pemberian etanol secara oral sebesar 1 ml / kg alkohol
absolut yang dilarutkan dalam volume air diberikan sebagai loading dosis dan
diikuti oleh 0,5 ml / kg alkohol setiap 2 jam. Dalam praktiknya, seseorang dapat
menggunakan minuman keras asing yang dijual seperti wiski, rum, brendi, gin
mulai 60 ml dan 30 ml setiap 2 jam hingga asidosis berlanjut atau selama 12-24
jam. Jika pasien tidak sadar maka hal yang sama dapat diberikan melalui tabung
Ryle. Tetes alkohol intravena dapat diberikan jika alkohol absolut tersedia
dalam 30 ml dalam satu liter dekstrosa 5% setiap 4 - 6 jam sekali tergantung
pada kondisi pasien. harus dijaga hipoglikemia dan ketidakseimbangan
elektrolit harus tetap dijaga, terutama hipokalemia, pada pasien yang
menggunakan terapi etanol. Kelompok alkohol oral harus menerima tambahan
blocker reseptor histamin H2 dan inhibitor pompa proton untuk mencegah
muntah dan pneumonia aspirasi.
5. Fomepizole - 15 mg / kg melalui bolus diikuti 10 mg / kg setiap 12 jam selama
24 jam.
6. Hemodialisis: Pasien dengan asidosis metabolik berat (pH <7,1 dan HCO3 <10)
akan memerlukan hemodialisis untuk koreksi asidosis yang cepat dan eliminasi
metanol. Hemodialisis harus dilakukan dengan vena femoralis sebagai akses
vaskular dengan 250 -300 ml / menit sebagai kecepatan pompa darah, - 50
sebagai tekanan transmembran dan selama dan dengan durasi 4 - 6 jam. Pasien
harus stabil secara hemodinamik dengan metode resusitasi sebelum
hemodialisis.
7. Asam folinat / asam folat: ini menurunkan asam format menjadi karbon
dioksida dan (CO2 + H2O). Karenanya asam folinat atau asam folat harus
diberikan. Asam Folat atau Asam Folinat 1 mg / kg (biasanya 50 mg) setiap 4-6
jam, IV dalam Dextrose 5% selama 30-60 menit.

Panduan praktik klinik toxicology menurut American Academy indikasi hemodialisis


untuk pengobatan keracunan metanol adalah sebagai berikut :

1. PH < 7,25 – 7,35


2. Tanda dan gejala penglihatan
3. Penurunan tanda-tanda vital
4. Gagal ginjal
5. Gangguan elektrolit
6. Kontsentrasi serum metanol > 50 mg/dl
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Intoksikasi adalah kondisi psikoaktif yang menyebabkan gangguan
kesadaran, kognisi, persepsi, afek, perilaku, fungsi dan respon psikologis, bahkan
sampai menyebabkan kematian. Methanol (methyl alchohol, CH3OH) juga dikenal
sebagai alkohol kayu digunakan secara luas sebagai pelarut dalam industri dan
campuran untuk bahan bakar gasoline. Intoksikasi metanol dapat menyebabkan
komplikasi penyakit seperti kebutaan bahkan kematian.
Beberapa penatalaksanaan kegawatdaruratan pasien dengan intoksikasi
metanol adalah dengan cara melakukan penanganan ABC, gastric lavage, pemberian
obat-obatan untuk mencegah agar methanol tidak terarbsobsi lebih banyak oleh
tubuh dan dilakukan hemodialisa. ......................................

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa Praktik
Diharapkan dengan adanya review jurnal ini dapat menambah wawasan
mahasiswa mengenai penatalaksanaan klien dengan intoksikasi metanol
DAFTAR PUSTAKA

Barceloux DG, Bond GR, Krenzelok EP, Cooper H, Vale JA, American Academy
of Clinical Toxicology Ad Hoc Committee on the Treatment Guidelines for
Methanol P. American Academy of Clinical Toxicology practice guidelines on
the treatment of methanol poisoning. Journal of toxicology Clinical
toxicology. 2002;40(4):415-46.

Kraut JA, Kurtz I. Toxic alcohol ingestions: clinical features, diagnosis, and
management. Clinical journal of the American Society of Nephrology :
CJASN. 2008;3(1):208-25.

Ayu Indrayathi P dan Widiana IG. 2016. Modul pelatihan penatalaksanaan korban


keracunan minuman beralkohol oplosan : Untuk tenaga kesehatan medis
(dokter dan perawat) di rumah sakit. Liam charitable Fund Australia. Methanol
Institute. Universitas Udyana : Denpasar.

Moss M, Burnham E.L. 2006. Alkohol Abuse in the Critically III Patient.
Lancet.368:2231-42

Kadam et al. 2018. Methanol Poisoning : Review Article. Journal of The Association
of Physician of India Vol.66.

Anda mungkin juga menyukai