Anda di halaman 1dari 4

Memahami konsep kehamilan pada remaja:

1. Perkembangan usia remaja


a. Perkembangan fisik
Perubahan fisik terjadi dengan cepat pada remaja. Kematangan seksual sering terjadi
seiring dengan perkembangan seksual secara primer dan sekunder. Perubahan secara
primer berupa perubahan fisik dan hormon penting untuk reproduksi, perubahan
sekunder antara laki-laki dan perempuan berbeda (Pieter dan Lubis, 2013). Anak laki-laki
tumbuhnya kumis dan jenggot, jakun dan suara membesar. Puncak kematangan seksual
anak laki-laki adalah dalam kemampuan ejakulasi, pada masa ini remaja sudah dapat
menghasilkan sperma. Ejakulasi ini biasanya terjadi pada saat tidur dan diawali dengan
mimpi basah (Sarwono, 2011). Anak perempuan tampak perubahan pada bentuk tubuh
seperti tumbuhnya payudara dan panggul yang membesar. Puncak kematangan pada
remaja wanita adalah ketika mendapatkan menstruasi pertama (menarche). Menstruasi
pertama menunjukkan bahwa remaja perempuan telah memproduksi sel telur yang
tidak dibuahi, sehingga akan keluar bersama darah menstruasi melalui vagina atau alat
kelamin wanita (Sarwono, 2011).

b. Perkembangan emosi
Perkembangan emosi sangat berhubungan dengan perkembangan hormon, dapat
ditandai dengan emosi yang sangat labil. Remaja belum bisa mengendalikan emosi yang
dirasakannya dengan sepenuhnya (Sarwono, 2011).

c. Perkembangan kognitif
Remaja mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah dengan
tindakan yang logis. Remaja dapat berfikir abstrak dan menghadapi masalah yang sulit
secara efektif. Jika terlibat dalam masalah, remaja dapat 15 mempertimbangkan
beragam penyebab dan solusi yang sangat banyak (Pieter dan Lubis, 2013).

d. Perkembangan psikososial Perkembangan psikososial ditandai dengan terikatnya remaja


pada kelompok sebaya. Pada masa ini, remaja mulai tertarik dengan lawan jenis. Minat
sosialnya bertambah dan penampilannya menjadi lebih penting dibandingkan
sebelumnya. Perubahan fisik yang terjadi seperti berat badan dan proporsi tubuh dapat
menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan seperti, malu dan tidak percaya diri
(Pieter dan Lubis, 2013).

Penelitian Aziza dan Amperaningsih (2014) menyatakan faktor penyebab terjadinya


kehamilan pada remaja diantaranya yaitu kurangnya pengetahuan mengenai kehamilan
remaja, kurangnya peran orangtua dalam memberikan pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi remaja khususnya tentang kehamilan remaja, kurangnya pendidikan
penyuluhan kesehatan reproduksi remaja, kurangnya penerapan ajaran agama dan iman
dalam diri remaja, perkembangan IPTEK, sosial budaya

Dampak Kehamilan Usia Dini pada Remaja Rohan dan Siyoto (2013) menyatakan dampak kehamilan
di usia muda yaitu :

a. Keguguran Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya : karena
terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non
profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping 17 yang serius seperti
tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat
menimbulkan kemandulan
b. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), dan kelainan bawaan Prematuritas
terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim yang belum siap dalam
suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil
kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. cacat bawaan dipengaruhi
kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah,
pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat
bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal,
seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan
memijat perutnya sendiri.
c. Mudah terjadi infeksi Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress
memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
d. Anemia kehamilan atau kekurangan zat besi Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda
disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda.karena
pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat besi dalam tubuh
fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah janin
dan plasenta.lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah akan menjadi
anemia.
e. Keracunan kehamilan (Gestosis) Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil
dan anemia, makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia
atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat
menyebabkan kematian.
f. Kematian ibu yang tinggi Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena
perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung juga cukup
tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun). Angka kematian
karena gugur kandung yang dilakukan dukun cukup tinggi, tetapi angka pasti tidak diketahui.
Kematian ibu terutama karena perdarahan dan infeksi.

Menjadi orangtua pada remaja

Orang tua merupakan komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu dan merupakan hasil dari
sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki
tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahap
tertentu yang menghantarkan siap dalam kehidupan bermasyarakat (Soethiningsih, 2007). Menjadi
orangtua bukanlah hal yang mudah, tetapi tidak juga sesulit yang dibayangkan.Salah satu kunci
sukses menjadi orangtua sukses adalah mempersiapkan dari kedua belah pihak.Hamil dan punya
anak sudah pasti menjadi dambaan bagi pasangan usai menikah. Ketika memiliki kehidupan pun
akan berubah. Dan yang pasti, kedua pasangan, akan menjadi orangtua. Menjadi orangtua
merupakan dambaan bagi mereka yang sudah membina rumah tangga. Oleh sebab itu, tidak ada
salahnya jika sudah mempersiapkan hal ini sejak awal. Dimulai dari persiapan kehamilan sampai
kelahiran. Namun ini bukan saja menjadi tugas seorang istri, tetapi juga suami yang harus mengerti
apa saja yang harus dipersiapkan untuk menjadi orangtua (Rostinah, 2012).
Kehamilan terlalu dini di usia remaja secara psikologis menjadi penyebab tekanan psikologis pada
remaja. Remaja yang menjadi ibu akan merasakan dampak psikososial seperti ketegangan mental
dan kebingungan akan peran sosial, selain itu juga akan mengalami cemoohan dari lingkungan
masyarakat sekitar. Remaja dituntut untuk dapat berpikir ke depan dan memilah sisi yang positif dan
negatif dalam membina suatu rumah tangga yang harmonis. Terutama remaja putri harus
mempersiapkan fisik dan mental yang matang dan kuat untuk menerima kehamilan serta
mempersiapkan diri untuk berperang dengan maut saat bersalin atau melahirkan. Apalagi setelah
melahirkan, remaja putri harus mempersiapkan diri sebagai seorang ibu baru sekaligus sebagai
seorang istri yang mempunyai tugas dan kewajiban yang lebih besar dari sebelumnya.

Remaja yang menjadi orang tua memiliki perbedaan sendiri khususnya transisi saat menjadi orang
tua akan lebih sulit bagi orang tua yang masih remaja. Tugas dan kewajiban sebagai orang tua
dialami oleh remaja yang sudah memiliki anak. Berbagai kewajiban dan tugas tugas perkembangan
orang tua sering kali diperburuk oleh kebutuhan dan tugas perkembangan remaja yang belum
dipenuhi (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2005). Menjadi orang tua di usia dini menciptakan
ketidakstabilan perilaku transisi untuk menjadi orang tua. Peran ibu sangat penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak. Salah satunya, mengasuh anak adalah tugas penting saat
menjadi ibu. Ini termasuk tugas yang sulit. Ibu harus kompeten dalam melaksanakan perannya
dengan cara memiliki kemampuan dan keyakinan untuk menampilkan peran menjadi seorang ibu.
Sikap pengasuhan yang positif harus dimiliki dan dibutuhkan oleh para ibu (Mercer 1986).

Tugas menjadi ibu bukanlah sebuah tugas yang ringan, ibu harus mengerjakan beberapa peran
seperti, menyelesaikan peran dalam merawat anak, mengatur rumah dan membina karier. Beberapa
ibu sulit menyesuaikan diri terhadap peran barunya dalam membagi semua tugasnya. Remaja juga
mengalami proses penyesuaian diri dimana proses penyesuaian diri ini merupakan suatu peralihan
dari satu tahap ke tahap perkembangan berikutnya. Remaja perempuan juga akan mengalami
konflik ketika ia berusaha memenuhi tanggung jawabnya pada saat harus menjadi ibu di usia yang
sangat muda. Hal ini menyebabkan remaja secara ekonomi masih tergantung dengan orang tua
justru seharusnya bebas dari orang tua. Ini menjadi salah satu penghambat remaja memenuhi tugas
perkembangan untuk mandiri dari orang tua (Murray & McKinney, 2007).

Dan biasanya dari beberapa penelitian memberikan gambaran penyesuaian diri pada remaja yang
menjadi Ibu. Berdasarkan hasilnya terdapat klien satu belum dapat menyesuaikan dirinya setelah
memiliki anak karena semua kebutuhan masih bergantung dengan orangtua. Dan pada klien 2 dan 3
mereka dapat menerima dirinya karena pengaruh dukungan sosial.

Jadi factor nya bisa di pengaruhi oleh Lingkungan Sosial, dan segi ekonomis

Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV Sagung seto

ada beberapa perencanaan yang bisa dilakukan bagi calon orang tua atau orang tua pada usia
remaja untuk perencanaan menjadi orang tua, maka para calon orang tua wajib
mempersiapkan diri mereka masing"masing yaitu:

a. persiapan fisik
persiapan fisik penting untuk perencanaan menjadi orang tua himbauan berlaku bagi calon
ayah dan ibu. perokok aktif dan pasif dapat membuat janin mengalami gangguan
pertumbuhan. Asap rokok yang terhisap oleh calon ibu dapat menghambat suplai oksigen,
sehingga resiko janin prematur menjadi lebih tinggi.

b. persiapan psikologis

Bagi calon ayah dan ibu, proses kehamilan hingga melahirkan akan menjadi pengalaman
yang luar biasa akan dirasakan ketika pasangan suami istri menjadi orangtua. jadi sebelum
memiliki anak sebaiknya di diskusikan perubahan dan tantangan hidup yang akan dialami
tidak hanya fisik yang disiapkan psikologi juga sangat penting untuk menempuh suatu
kehidupan yang baru sehingga calon orangtua telah siap dengan segala kemungkinan. yang
akan terjadi.

c. persiapan finansial

dalam hal ini terkadang menjadi pemicu sebuah keretakan rumah tangga karena faktor ini,
tetapi ketika keduanya sudah berkomitmen maka semua kan bisa dilalui dengan mudah sekali
pun itu masalah seberat apapun persiapan ini sangat penting dan benar-benar harus
dipersiapkan.

semua bukan karena waktu maupun umur tetapi berkaitan dengan kesiapan seberapa siap
menjalani sebuah komitmen dan kehidupan baru tanpa orang tua pastinya. dan hanya berdua
dengan sang suami. proses menjadi orang tua tak semudah membalikkan telapak tangan
sangat butuh proses dan perjuangan yang luar biasa. semoga orang-orang yang membaca
artikel ini mampu menjadi orang tua yang terbaik untuk anak-anaknya. a

Anda mungkin juga menyukai