Batu Cawan
Stopwatch Loyang
KomporGas Gliserin
Gambar II.2 Pengujian Penetrasi
b. Titik Lembek Aspal (softening point).
1. Maksud dan Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik lembek aspal
yang berkisar antara >48˚. Yang dimaksudkan titik lembek adalah suhu
pada saat bola baja dengan berat tertentu mendesak turun saat lapisan
aspal tersebut menyentuh plat dasar yang terletak di bawah cincin pada
tinggi tertentu.
2. Peralatan
a. Thermometer.
b. Cincin kuningan.
c. Bola baja diameter 9,53 mm, berat 3,45 gr sampai 3,55 gr.
d. Gelas ukur volume 1000 cc.
e. Dudukan benda uji.
f. Kompor listrik.
g. Sampel (Benda uji).
h. Air + es
i. Stopwatch
j. Gliserin
k. Kompor Gas
3. Cara Pengujian
a. Aspal dipanaskan.
b. Tuangkan aspal pada cincin kuningan bergliserin sampai penuh.
c. Pasang dan atur kedua benda uji di atas dudukannya dan letakkan
bola baja di atasnya. Kemudian masukkan semua peralatan tersebut
ke dalam bejana gelas. Kemudian isi bejana tersebut dengan air
dengan suhu air 5˚C.
d. Tunggu sampai permukaan aspal terdapat busa aspal, dan coba bakar
pemukaan aspal dengan korek api jika sudah terjadi nyala singkat itu
namanya titik nyala dan catat pada suhu berapa titik nyalanya
dengan thermometer.
Gliserin
e. Setelah 24 jam, jika ada aspal yang terlepas dari agregat ambil dan
timbang beratnya.
4. Gambar Peralatan Praktikum
2. Peralatan
b. Benda uji
d. Kompor Gas
e. Garam
f. Gliserin
3. Cara pengujian
a. Aspal dipanaskan
b. Cetak ke dalam cetakan daktilitas sampai penuh
e. Pasanglah benda uji ada alat mesin dan tariklah benda uji secara teratur
dengan kecepatan 5 cm/menit sampai benda uji putus.
f. Bacalah jarak antara pemegang cetakan, pada saat benda uji putus
(dalam cm). Selama percobaan berlangsung benda uji harus selalu
terendam.
4. Gambar Alat Pengujian Daktilitas
Gliserin
2. Perlatan
a. Thermometer gun
c. Cawan logam
d. Timbangan 0,001
e. Benda uji.
3. Cara Pengujian
a. Panaskan aspal.
c. Letakkan benda uji di atas pinggan setelah oven mencapai 163 ˚C.
5.
Cawan Oven
Benda Uji
LosAngeles Timbangan
f. Letakkan cup berisi samel pada tempatnya dan pastikan letak cup
sudah baik dan tidak bergeser akibat tumbukan.
g. Atur ketinggian palu agar jarak antara bidang kontak palu dengan
permukaan sampel 380±5 mm.
h. Lepaskan pengunci palu dan biarkan palu jatuh bebas ke sampel.
Angkat palu pada posisi semula dan lepaskan kembali (jatuh bebas).
Lakukan hal berikut sebanyak 15 kali.
i. Setelah selesai saring benda uji dengan saringan no. 8 (2,36 mm)
dan timbang berat yang lolos saringan (B) dan yang tertahan
saringan berat (C). Pastikan tidak ada partikel yang hilang selama
proses pengujian. Jika selisih jumlah berat agregat yang lolos dan
tertahan (A) dengan berat awal (A’) lebih dari 1 gram, maka
pengujian harus diulangi.
j. Ulangi prosedur tersebut untuk sisa sampel berikutnya
5. Gambar Peralatan Praktikum
Mistar Loyang
Oven Saringan no 4
Picnometer Labu
shaker Timbangan
Ayakan
Timbangan Oven
Saringan No. 8
Gambar II.15 Pengujian Pelapukan Agregat.
D. Rekayasa Blending Agregat
Rekayasa Blending Agregat adalah prosedur kegiatan untuk menentukan
proporsi (dalam batas-batas spesifikasi) material yang merupakan kompromi
campuran supaya tercapai kinerja yang optimum. Prosedur ini termasuk
mempertimbangkan factor ekonomi dan lingkungan.
Pencampuran gradasi agregat ( Blending Agregat ) Biasanya agregat dari
quarry terdiri atas :
1. Agregat kasar (5 mm – 40 mm )
2. Agregat halus atau pasir (< 5 mm )
3. Filler (<0,0075mm)
Ketiga jenis agregat tersebut perlu dicampur supaya memenuhi spesifikasi
gradasi.
Pemeriksaan Agregat
Pencampuran Agregat
Pemeriksaan Aspal
Membuat Sampel
Menggambarkan hasil
Spesifikasi dari Bina
perhitungan dan grafik.
Marga
d. Langkah kerja
1. Agregat (1200 gr) di panasi 165˚C-175˚C, aspal keras juga di panasi
150˚C-160˚C.
Timbangan Mistar
Thermometer Gun
Gambar II.18 Pengujian Marshall Test
e. Perhitungan Marshall Test
Setelah dilakukan Marshall Test didapatkan data stabilitas
Marshall dan Flow atau Pelelehan. Dalam perhitungan Marshall.
Dihutung Void In Mix (VIM), Void Filled With Asphalt (VFWA), Void in
Mineral Aggregate (VMA). Void In Mix adalah rongga udara yang
terdapat dalam campuran. Untuk menghitung VIM, persen total campuran
(100%) dikurangi dengan persen campuran yang terisi oleh aspal dan
agregat. Void Filled With Asphalt adalah rongga udara yang diisi oleh
Aspal. Perhitungan VFWA dari persen volume binder dibagi persen total
agregat dikali 100%. Void in Mineral Aggregate adalah rongga yang
terdapat dalam agregat. Perhitungan VMA dari persen total campuran
(100%) dikurangi dengan persen volume total agregat. Di dalam sebuah
campuran yang telah dipadatkan, terdapat agregat, aspal, dan rongga
udara. Volume udara dalam campuran tesebut merupakan VIM. VIM,
VMA, VFWA dihitung dalam satuan persen.
f. Ekstraksi
1. Maksud dan Tujuan
Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui kadar aspal dalam
campuran aspal beton.
2. Peralatan
a. Reflux Extractor.
b. Glass Jar (tabung gelas)
c. Funnel (saringan kerucut)
d. Condensor (tabung pendingin)
e. Kompor Listrik
f. Filter Paper (kertas saring)
g. Asbestos Wire Gauge (kawat asbes)
h. Bensin (cairan pencampur)
i. Triple Beam Balance (timbangan)
j. Drying oven (oven pemanas)
3. Cara Pengujian
a. Mengambil benda uji sebanyak 500 gr
Glass Jar