Anda di halaman 1dari 12

PORTFOLIO

TIFFANY C0818061
DF 2
KOBOS
PERMASALAHAN
keterbatasan lahan pada rumah susun

Jumlah penduduk pada daerah perkotaan semakin meningkat. Kebutuhan


akan tanah rumah tinggal semakin meningkat pula seiring padatnya penduduk
yang menjadi ciri khas daerah perkotan. Beragam upaya telah diterapkan untuk
menyelesaikan masalah ini, salah satunya adalah dengan mendirikan Rumah
Susun (Rusun).
Penambahan lahan tanpa harus menambah tanah bangunan tetapi
dengan dibangun secara vertikal telah menjadi andalan masyarakat begitu pula
pemerintah. Seperti pada Pasal 1 angka 1, Undang-Undang Nomor 16 tahun
1985 tentang Rumah Susun, Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat
yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang
distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan
merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan
secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian
bersama, benda-benda bersama dan tanah bersama. Rusun sering digunakan
pemerintah untuk mengatasi kepadatan penduduk terutama untuk warga yang
kurang mampu lantaran mahalnya harga tanah di perkotaan. Pemerintah telah
menggunakan cara ini untuk mengatasi penduduk perkotaan yang berekonomi
rendah dan tidak sanggup membeli rumah lantaran mahalnya harga tanah.
Salah satu contoh program pemerintah Indonesia dapat dilihat pada kota Jakarta
yaitu Lokbin Rusun (Lokasi Binaan Rumah Susun) Rawa Buaya.
Rusun Rawa Buaya memiliki beberapa bangunan rusun yang rumahnya
disewakan oleh pemerintah pada penduduk Jakarta Barat dengan harga rendah
sehinga masyarakat berekonomi rendah mampu menyewa rumah tersebut.
Rumah Susun ini dibangun seefisien dan seefektif mungkin untuk mengurangi
harga jual rumah tersebut. Salah satunya dengan memberikan lahan yang
seminimal mungkin yaitu hanya 30m2 pada setiap rumahnya. Penggunaan
rumah ini memang dikhususkan untuk diakomodasi oleh 2-3 orang tiap
rumahnya, tetapi hal ini berlainan pada penerapannya, setiap rumah Rusun ini
didapati selalu diisi oleh 4-5 orang. Kebutuhan ruang tempat tinggal per orang
dalam Rusun ini sangat tidak kondusif yaitu hanya sekitar 6 m2 per orang
padahal menurut standar SNI 03-1733-2004 bahwa standar kebutuhan ruang per
orang dalam suatu hunian adalah 9m2.
Lahan yang terbatas pada Rusun membatasi jumlah furnitur yang ditaruh
dalam rumah untuk dipakai oleh penggunanya. Kebanyakan warga tidak memiliki
fasilitas duduk atau furnitur yang sengaja dibuat untuk duduk dalam rumahnya.
Adanya faslitias dudukpun hanya ditaruh di luar rumah untuk bersantai. Lahan
yang kurang memadai membuat warga hanya memprioritaskan barang yang
penting dalam rumahnya dan memilih untuk tidak menaruh fasilitas duduk.
Pengguna rumah lebih memilih untuk duduk di lantai sebagai alas untuk duduk.
Tentu ini sangat tidak sesuai dengan ergonomi yang layak bagi tubuh manusia.
Karena itu diperlukan adanya fasilitas duduk yang baik (dengan maksud
ergonomis) untuk diterapkan pada Rusun dengan harga yang terjangkau dan
data analisis penggungaan fasilitas duduk warga rusun

Pengguna Aktivitas selama duduk Posisi duduk Letak


Pengguna yang akan memakai Bersantai sambil menonton TV,
fasilitas duduk ini adalah penghuni bermain HP, makan
Rusun terutama penghuni Lokbin
Rusun Rawa Buaya. Suku
kebanyakan disini adalah Jawa
dan Sunda sehingga dapat
menyesuaikan antropometri ras
Mongoliad. Perekonomian
penghuni rusun adalah ekonomi
rendah. Fasilitas Duduk
diutamakan untuk dapat dipakai
oleh lebih dari 1 orang.
ALTERNATIF IDE & GAGASAN
SOLUSI
Material yang akan dipakai adalah material dengan harga terjangkau, seperti kayu reng, MDF, blockboard, kain perca.
Sistem fasilitas duduk yaitu dapat disimpan dengan volume atau ukuran yang kebih kecil ketika tidak dipakai.

mengecilkan volume furnitur


Ruangan yang sempit membuat adanya furnitur yang tidak
bisa dimasukkan ke dalam rumah, karena itu dibutuhkannya furnitur
dalam volume yang lebih kecil agar dapat memberikan space untuk
furnitur lainnya. Sebagai salah satu furnitur dalam rumah, fasilitas
dudukpun menjadi salah satu furnitur yang dapat dikecilkan
volumenya. Pengecilan volume dapat dilakukan ketika furnitur itu
tidak digunakan lagi sehingga dapat disimpan dan digantikan
dengan furnitur lain yang ingin digunakan dalam space tersebut.
Dalam konteks ini, space yang dimaksud adalah ruang tamu di
dalam rumah susun yang sering dipakai sebagai tempat santai dan
tempat untuk tidur.
KONSEP DESAIN
adjustable bench box pendekatan estetika
Mengecilkan ukuran seminal mungkin agar mudah disimpan diimplementasikan dalam Pendekatan estetika diaplikasikan dalam pemilihan warna pada bantalan bangku
sebuah bangku berbentuk box yang dapat diperpanjang sehingga muat untuk beberapa yang menggunakan warna primer yaitu biru, hijau, dan kuning. Warna ini seperti adanya
orang. Bangku berbentuk box memudahkan penyimpanan furnitur ini, bisa dengan percampuran warna pada bagian tengah yaitu hijau yang merupakan pencampuran
menaruhnya ditas lemari atau disembunyikan di kolong meja maupun digeletakkan di warna biru dan kuning. Selain itu, ukiran pada kontruksi bangku juga menghias tampilan
lantai. Ketika ingin dipakai, bangku dapat diperbesar sehingga muat untuk lebih dari 1 furnitur ini.
orang.

Opsi desain ukiran

Bantalan bangku menggunakan


warna primer dari biru, hijau dan
Dari kursi kotak kuning seperti menyatu pada
bagian tengah di warna hijau
kecil yaitu perbaduan warna biru dan
kuning

Jadi lebar seperti ini

ADJUSTABLE BENCH BOX


kontruksi, material, finishing
Ada penanda
warna agar pengguna
dapat menyesuaikan
warna bantalan sofa
dengan letak yang
seharusnya ketika
digunakan. Warna
Tempat untuk
dengan hue yang jauh
menaruh bantalan
berbeda untuk
kursi ketika kursi
menghindari kesalahn
ditutup
Gagang berfungsi untuk
menarik kursi dan pegangan
saat ingin dibawa
GAMBAR KERJA
50.0

5.0 40.0 5.0

B B'

35.0

Tampak Atas
skala 1:5

40.0

35.0
A

1.0 1.0

35.0 31.0 KOBOS 35.0 31.0

3.0 3.0

A'

Tampak Depan Tampak Samping


skala 1:5 skala 1:5

Tampak Tertutup
110.0

3.0 31.0 1.0 40.0 1.0 31.0 3.0

12.5

35.0 10.0

12.5

Tampak Atas
skala 1:5

110.0

3.0 31.0 1.0 40.0 1.0 31.0 3.0 35.0

5.0 5.0

3.6

C C'
40.0 40.0

31.4
KOBOS 35.0

Tampak Depan Tampak Samping


skala 1:5 skala 1:5

Tampak Terbuka
40.0
35.2
0.3 3.0 33.4 3.0 0.3

Det.3
0.33.0 Det. 1 0.33.0

11.6

25.7
35.0 28.7 35.0
10.9

2.0
3.0
Det. 2 2.0
2.0

Potongan A - A' Potongan B-B'


skala 1:5 skala 1:5

110.0

2.02.0 27.7 3.0 3.0


0.6 33.4 3.0 3.0
0.6 27.7 2.02.0

Det. 4

2.3

10.2

35.0 10.0

10.2

2.3

Tampak C-C'
skala 1:5

Potongan
Kain nilon putih lapis dakron 10mm
5.0 Busa dens 30 5.0
Kain nilon putih lapis dakron 10mm
Busa dens 30
Kain staplek Kain staplek
Engsel baja Multipleks 3mm fin primer putih
Multipleks 3mm fin. primer putih 0.3 Kayu 2x3 0.3
2.7 3.0
0.6 Lem dan paku tembak
Kayu 3 x 3
Lem dan paku tembak

2.0
0.3 2.0

5.0 3.0
0.3

Detail 1 Detail 3
skala 1:1 skala 1:1

Kain nilon putih lapis dakron 10mm


Busa dens. 30
Multipleks 3mm fin primer putih Kain staplek
Multiplex 3mm fin. primer putih
0.3 2.0 Kayu 2x3
Lem dan paku tembak
Kayu 2x3

Engsel Baja 30 cm

2.0

2.0

2.0

0.6
2.7
0.3 3.3
0.6 0.3
5.00.3 3.0 1.7

Detail 4 Detail 2
skala 1:1 skala 1:1

Detail

Anda mungkin juga menyukai