Anda di halaman 1dari 42

ALAT BERAT

UMUM

Analisa harga satuan pekerjaan (jalan) terlihat banyak terkait dengan alat berat, dan alat berat
merupakan analisis yang cukup kompleks, sehingga perlu dikaji khusus tentang alat berat.
Alat berat hubungannya sangat erat sekali dan tidak terpisahkan dengan pelaksanaan fisik
proyek (jalan) secara mekanis.
Hal-hal pokok yang berhubungan dengan alat berat, yaitu :
a. Volume pekerjaan yang harus diselesaikan dalam batas waktu tertentu.
b. Dengan volume pekerjaan tersebut dan waktu yang telah ditentukan berarti kita harus
menetapkan jenis dan jumlah alat untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Dari butir a dan b diatas dapat diprogramkan suatu penanganan proyek yang konseptional,
diharapkan target volume pekerjaan dan waktu pelaksanaan tidak meleset dari perkiraan. Ini
bisa terjadi bila didukung dengan pemilihan dan analisa kapasitas alat berat dengan cermat.
Dengan adanya analisa yang baik dalam Construction Method diharapkan peralatan yang
dioperasikan dapat tepat waktu dan tepat guna untuk menangani proyek tersebut.
Evaluasi dapat dikembangkan lebih jauh, yaitu dengan menempatkan peralatan tersebut pada
tiap-tiap aktivitas pekerjaan dengan jenis dan jumlah sesuai kebutuhan. Misalnya untuk aktivitas
: Pengangkutan raw material dari quarry dibawa ke Crushing Plant, Pekerjaan overlay hot-mix,
Pekerjaan excavation dan embankment. Aktivitas-aktivitas pekerjaan ini membutuhkan jenis
dan jumlah alat yang berbeda-beda.
Berikut ini diberikan kajian secara khusus dan mendetail tentang alat berat yang terkait dengan
pekerjaan jalan khususnya untuk peralatan pekerjaan utama (major work) , formula produksi
alat, penentuan kombinasi dan jumlah alat, serta pendekatan site output alat.
Dengan hasil pendekatan site output (produksi alat) tersebut beserta analisisnya, maka hasil
analisis alat berat yang handal akan membantu / bermanfaat dalam penyiapan analisa harga
satuan dan biaya proyek.
Perhitungan-perhitungan yang terkait dengan alat berat dalam tulisan ini dilakukan secara
computerized program.
Dalam pelaksanaan proyek (jalan), ada 3 hal utama yang harus ada, yaitu :

Man
Money Construction
Material
Method
Machine

Bagan alir manajemen operasi alat berat.

1
Jenis Pekerjaan

Volume pekerjaan Lokasi pekerjaan Waktu perkiraan awal

Pemilihan alat berat

Manajemen operasi alat berat

Kapasitas alat Jenis alat Jumlah alat Jarak / lokasi

Tidak
Otimal &
Efisien

Ya

Waktu Produksi alat Biaya

Bagan alir hubungan alat berat dengan harga satuan pekerjaan.

SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI ALAT BERAT BULLDOZER

Alat ini hanya dimungkinkan untuk diberikan kedudukan untuk mendorong lurus kedepan.
Bulldozer merupakan alat khusus untuk keperluan pekerjaan-pekerjaan mendorong yang
menggunakan traktor sebagai tempat kedudukan dan tenaga geraknya.
Bagian-bagian terpenting bulldozer ini adalah (lihat Gambar.) :
 Dozer blade (pisau dozer), yang terdiri dari molboard yang berbentuk lengkung dan mata
pisau (cutting edge), cutting edge ini biasanya terdiri dari 3 bagian, sebuah ditengah yang
panjang dan 2 buah tepian masing-masing di-baut (bolted) pada molboard.

2
HUBUNGAN ALAT BERAT DENGAN HARGA SATUAN PEKERJAAN

Jumlah harga
tenaga

Biaya pemilikan
Owning & Harga satuan Jumlah harga Harga satuan
Biaya operasi
Operating Cost peralatan bahan pekerjaan
Biaya umum dan keuntungan
Biaya mobilisasi dan demobilisasi

Pemilihan Jenis alat


Peralatan Kapasitas alat Jumlah harga
Kecepatan kerja peralatan
Lebar efektif alat
Tebal lapisan
Jumlah lintasan
Produksi Cycle time
Job efisiensi Kuantitas
alat peralatan
Konversi volume tanah
Kondisi / jumlah jam dan hari kerja
Jarak kerja
Berat satuan bahan

New construction

Pemeliharaan

3
 Push-arm (batang pendorong), yang terdiri dari push-arm nya sendiri, dan pitch-arm untuk
mengatur tegak dan condongnya kedudukan dozer blade.
 Control device (kendali blade), yang terdiri dari satu atau dua buah hydraulic rams pada
hydraulic controlled dozers .
Bulldozer ini untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi (terutama jalan-jalan raya) bersifat serba-
guna, dapat berfungsi antara lain :
 Pembersihan lapangan pekerjaan dari pepohonan, kayu-kayu dan bonggol-bonggolnya,
puing-puing bekas bangunan, dsb.
 Pemindahan / penggusuran tanah jarak dekat (maximum 100 meter).
 Meratakan timbunan tanah pada daerah fill, mengisi kembali galian-galian tanah, dsb.
 Pembukaan jalan-jalan kerja / darurat.
 Memelihara jalan kerja, jalan angkut, dll.

Gambar Bulldozer.

Tabel Data / spesifikasi Bulldozer Komatsu.

No. Merk / Lebar Tinggi Kecepatan Kecepatan


Model blade (m) blade (m) maju (km/jam) mundur (km/jam)

1. D40A 3,180 0,750 3,2 5,3


2. D60A 3,970 1,050 3,7 4,9
3. D65E 3,970 1,050 3,9 5,0
4. D65P 4,475 0,960 3,5 4,4
4. D75A 4,250 1,050 3,7 4,8
5. D85A 4,365 1,130 3,8 4,9
6. D155A 4,850 1,140 3,7 4,5
7. D355A 5,230 1,350 3,3 5,0

Tabel Blade factor.

Dozing conditions Blade factor

Easy dozing 1,1 – 0,9


Average dozing 0,9 – 0,7
Rather difficult dozing 0,7 – 0,6
Difficult dozing 0,6 – 0,4

4
Tabel Waktu pindah gigi.

Machine Time required for gear shifting (menit)

Direct drive 0,10


Torqflow 0,05

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel Data / spesifikasi Bulldozer Caterpillar.

Merk / Lebar Tinggi Kecepatan Kecepatan


No.
Model blade (m) blade (m) maju (km/jam) mundur (km/jam)

1. D5B 3,630 0,857 3,5 4,2


2. D6D 3,880 0,930 4,0 4,8
3. D7G 4,270 0,960 3,7 4,5
4. D8K 4,620 1,120 4,0 5,0

Sumber : Caterpillar performance handbook.

Perhitungan hasil guna atau produksi bulldozer dengan menggunakan formula sebagai berikut :
q  60  E
Q
Cm
q  L  H2  a

D D
Cm   Z
F R
Dimana :
Q : Produksi per jam (m3/jam)
q : Produksi per cycle (m3)
Cm : Cycle time (menit)
E : Job efficiency
L : Lebar blade (m)
H : Tinggi blade (m)
a : Faktor blade
D : Jarak kerja (m)
F : Kecepatan maju (m/menit)
R : Kecepatan mundur (m/menit)
Z : Waktu untuk ganti gigi (menit)
Untuk memperjelas dan kepraktisan dalam menghitung produksi alat bulldozer, disajikan bagan
alir seperti Gambar berikut :

5
BULLDOZER

INPUT DATA FORMULA OUTPUT

DATA ALAT :
 Lebar blade
 Tinggi blade q  L  H2  a
 Faktor blade
 Jarak kerja D D
 Kecepatan maju Cm   Z Produksi
F R
 Kecepatan mundur Alat
 Waktu untuk pindah gigi q  60  E
SUPPLEMENTARY DATA : Q 
 Job efficiency Cm
 Jumlah jam kerja per
hari
 Faktor konversi volume

Formulasi perhitungan produksi alat bulldozer

SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI ALAT BERAT WHEEL LOADER

Alat ini baik sekali untuk pekerjaan-pekerjaan menggali tanah (tetapi masih lebih baik Excavator
untuk alat menggali tanah) dan sekaligus memuatnya kedalam truck-truck, juga untuk membuat
timbunan bahan persediaan (stockpiling). Batu-batuan lepas seperti yang terdapat disungai-
sungai atau ditempat pengambilan batu dari gunung (stone quarry) bisa juga dimuat oleh alat ini
kedalam alat-alat angkut atau sekaligus kedalam alat pemecah batu (stone crusher) yang
dipasang disekitar tempat pengambilan tersebut. Wheel Loader ini juga dapat di-operasikan
untuk alat pemuat agregat kedalam hoper cold bin pada Asphalt Mixing Plant (AMP).
Bagian-bagian terpenting wheel loader ini adalah (lihat Gambar.) :
 Bucket.
 Dumping angles facilitate load / carry.
 Steering control, short turning radius control.
 Bucket & boom actions control.

Gambar Wheel Loader

6
Tabel : Kapasitas bucket.

No. Merk / Model Kapasitas bucket (m3)

1. W20 0,60
2. W30 0,80
3. W40 1,20
4. W60 1,40
5. W70 1.70
6. W90 2,30
7. W120 3,30
8. W170 3,50

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel : Bucket factor.

Loading conditions Bucket factor (k)

Easy loading 1,00 – 1,10


Average loading 0,85 – 0,95
Rather difficult loading 0,80 – 0,85
Difficult loading 0,75 – 0,80

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel : Travel speed.

Operating conditions Loaded (km/jam) Empty (km/jam)

Good 10 – 23 11 – 24
Average 10 – 18 11 – 19
Rather poor 10 – 15 10 – 16
Poor 9 – 12 9 – 14

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel : Fixed time.

Fixed time (Z) (menit)

Z 0,60 – 0,75

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Perhitungan produksi wheel loader dengan menggunakan formula sebagai berikut :


q1  k  60  E
Q
Cm

7
2D 2D
Cm   Z
F R

Dimana :
Q : Produksi per jam (m3/jam)
q1 : Kapasitas munjung (m3)
k : Faktor bucket
Cm : Cycle time (menit)
E : Job efficiency
D : Jarak kerja (m)
F : Kecepatan maju (m/menit)
R : Kecepatan mundur (m/menit)
Z : Waktu untuk ganti gigi (menit)
Untuk memperjelas dan kepraktisan dalam menghitung produksi alat wheel loader, disajikan
bagan alir seperti Gambar berikut :

WHEEL LOADER

INPUT DATA FORMULA OUTPUT

DATA ALAT :
 Kapasitas bucket
 Faktor bucket 2D 2D
 Jarak kerja Cms   Z
 Kecepatan maju
F R Produksi
 Kecepatan mundur Alat
q1  k  60 E
 Fixed time Q
SUPPLEMENTARY DATA : Cms
 Job efficiency
 Jumlah jam kerja per
hari
 Faktor konversi volume

Formulasi perhitungan produksi alat wheel loader.

SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI ALAT BERAT DOZER SHOVEL

Dozer shovel / Tractor loader, peralatan yang kegunaannya seperti halnya Wheel loader,
dengan roda baja (track).
Kecepatan kerja alat ini tidak secepat Wheel loader, sehingga produksi alat umumnya lebih
kecil dari pada Wheel loader.
Namun alat ini dapat di-operasikan pada kondisi tanah yang kurang baik, kalau Wheel loader
dapat di-operasikan pada kondisi tanah keras / kering.

8
Gambar : Dozer shovel.
Tabel : Kapasitas bucket.

No. Merk / Model Kapasitas bucket (m3)

1. D205 0,40
2. D215-6A 0,57
3. D315 0,80
4. D415 1,20
5. D535 1,50
6. D575 1,80
7. D665 2,00
8. D755 2,20
9. D955 3,20
10. D1555 4,50

Tabel : Bucket factor.

Loading conditions Bucket factor (k)

Easy loading 1,00 – 1,10


Average loading 0,95 – 1,00
Rather difficult loading 0,90 – 0,95
Difficult loading 0,85 – 0,90

Tabel : Fixed time.

Fixed time (Z) (menit)

Z 0,60 – 0,75

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

9
Tabel : Travel speed.

No. Merk / Model Kecepatan maju (km/jam) Kecepatan mundur (km/jam)

1. D205 4,0 6,5


2. D215-6A 4,1 4,5
3. D315 3,9 4,3
4. D415 4,4 5,5
5. D535 5,4 6,5
6. D575 5,7 6,9
7. D665 10,2 10,2
8. D755 5,8 7,5
9. D955 5,8 6,9
10. D1555 5,9 7,1

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Perhitungan produksi dozer shovel dengan menggunakan formula sebagai berikut :


q1  k  60  E
Q
Cm
D D
Cm   Z
F R
Dimana :
Q : Produksi per jam (m3/jam)
q1 : Kapasitas munjung (m3)
k : Faktor bucket
Cm : Cycle time (menit)
E : Job efficiency
D : Jarak kerja (m)
F : Kecepatan maju (m/menit)
R : Kecepatan mundur (m/menit)
Z : Fixed time (menit)

SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI ALAT BERAT EXCAVATOR

Excavator merupakan alat untuk pengangkat, menggali, mengisi/membuang (dumping).


Bagian-bagian utama excavator ini adalah (lihat gambar.) :
 Bagian atas yang dapat berputar (revolving unit).
 Bagian bawah untuk berpindah tempat (travel unit).
 Bagian tambahan (attachments).

10
Gambar : Excavator
Tabel : Bucket factor.

Excavating conditions Bucket factor

Easy 1,1 – 1,2


Average 1,0 – 1,1
Rather difficult 0,8 – 0,9
Difficult 0,7 – 0,8

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel : Kapasitas bucket.

No. Merk / Model Kapasitas bucket (m3)

1. PC100 0,18 – 0,55


2. PC120 0,18 – 0,60
3. PC150 0,57 – 0,75
4. PC180 0,57 – 1,00
5. PC200 0,36 – 1,17
6. PC210 0,36 – 1,40
7. PC220, PC240 0,44 – 1,26
8. PC280 0,44 – 1,40
9. PC300 0,52 – 1,80
10. PC400 1,30 – 2,20

Tabel : Conversion factor.

Dumping condition
Digging condition
Easy Normal Rather difficult Difficult

Belo 40 % 0,7 0,9 1,1 1,4


w
40 – 75 % 0,8 1,0 1,3 1,6
Over 75 % 0,9 1,1 1,5 1,8

11
Tabel : Standard cycle time (detik).

Swing angle
Model
45 - 90 90 - 180

PC60, PW 60 10 – 13 13 – 16
PC80, PC100, PW100, PC120 11 – 14 14 – 17
PC150, PW150, PC180, PC200 13 – 16 16 – 19
PC210, PW210, PC220 14 – 17 17 – 20
PC240, PC280, PC300 15 – 18 18 – 21
PC360, PC400 16 – 19 19 – 22

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Perhitungan produksi excavator dengan menggunakan formula sebagai berikut :


q1  k  60  E
Q
Cm
Cm = (Standard cycle time) x (Faktor konversi)
Dimana :
Q : Produksi per jam (m3/jam)
q1 : Kapasitas munjung (m3)
k : Faktor bucket
Cm : Cycle time (menit)
E : Job efficiency
Untuk memperjelas dan kepraktisan dalam menghitung produksi alat excavator, disajikan
bagan alir seperti Gambar berikut :

EXCAVATOR

INPUT DATA FORMULA OUTPUT

DATA ALAT :
 Kapasitas bucket
 Faktor bucket Cms = (Standard cycle time)
 Standard cycle time x (Faktor konversi) Produksi
 Faktor konversi cycle Alat
q1  k  60  E
time Q
SUPPLEMENTARY DATA : Cms
 Job efficiency
 Jumlah jam kerja per
hari
 Faktor konversi volume

12
Formulasi perhitungan produksi alat excavator.

SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI DUMP TRUCK

Dump truck adalah alat yang khusus dipergunakan sebagai alat pengangkutan. Oleh karena
kemampuannya untuk bergerak dengan cepat, truck ini dapat dikatakan mempunyai kapasitas
yang tinggi dan biaya operasi yang relatif murah.
Bagian-bagian terpenting dari dump truck adalah (lihat Gambar ) :
 Badan (body) yang terdiri dari bak muatan dengan sistem pengangkatnya (hidrolis).
 Chassis, meliputi frame, bumper, pegas serta roda dan ban.
 Cabine, untuk tempat sopir.
 Power train, terdiri dari mesin, clutch (kopling), transmisi, sumbu gerak.
Daya muat truck, dapat dinyatakan dalam :
 Berat muatan (ton)
 Isi peres (m3)
 Isi munjung (m3)

Gambar 3.7. : Dump truck.

Tabel : Speed factor.

Distance of each section When making When running


of haul road a standing start into each section

500 – 750 0,60 – 0,70 0,75 – 0,80


750 – 1.000 0,65 – 0,75 0,80 – 0,85
> 1.000 0,70 – 0,85 0,80 – 0,90

Tabel : Waktu dumping.

Operating conditions t1 (menit)

13
Favorable 0,5 – 0,7
Average 1,0 – 1,3
Unfavorable 1,5 – 2,0

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel : Waktu tunggu untuk pengisian kembali.

Operating conditions t2 (menit)

Favorable 0,10 – 0,20


Average 0,25 – 0,35
Unfavorable 0,40 – 0,50

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Perhitungan produksi dump truck dengan menggunakan formula sebagai berikut :


C  60  E  M
P
Cmt
D D
Cmt  n.Cm   t1   t2
V1 V2
Capasitas Dump Truck
n
Pr oduksi Per Cycle Me sin Pengisi

C=nxq
Dimana :
P : Produksi per jam (m3/jam, ton/jam)
C : Produksi per cycle (m3, ton)
E : Job efficiency
Cmt : Cycle time (menit)
M : Jumlah Dump Truck
n.Cm : Waktu muat (menit)
D/V1 : Waktu angkut (menit)
t1 : Waktu dumping (menit)
D/V2 : Waktu kembali (menit)
t2 : Waktu tunggu untuk pengisian kembali (menit)
n : Jumlah siklus pengisian
Cm : Cycle time mesin pengisi (menit)
D : Jarak angkut (m)
V1 : Kecepatan rata-rata truck bermuatan (m/menit)
V2 : Kecepatan rata-rata truck kosong (m/menit)
q : Produksi per cycle mesin pengisi (m3, ton)
Untuk memperjelas dan kepraktisan dalam menghitung produksi dump truck, disajikan bagan
alir seperti Gambar berikut :

14
DUMP TRUCK

INPUT DATA FORMULA OUTPUT

DATA ALAT :
 Kapasitas truck
 Kecepatan pada kondisi isi Capasitas Dump Truck
 Kecepatan pada kondisi n
Pr oduksi Per Cycle Me sin Pengisi
kosong
 Faktor kecepatan C=nxq Produksi
 Waktu dumping Alat
 Waktu tunggu untuk isi D D
Cmt  n.Cms   t1   t2
kembali V1 V2
SUPPLEMENTARY DATA :
 Kapasitas alat pengisi C  60  E  M
P
 Cycle time alat pengisi Cmt
 Jarak angkut
 Job efficiency
 Jumlah jam kerja per hari
 Faktor konversi volume

Formulasi perhitungan produksi alat dump truck.

SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI ALAT BERAT MOTOR GRADER

Satu-satunya alat yang paling cocok untuk keperluan perataan atau pembentukan kemiringan
(grade) tanah, sirtu, agregat batu pecah lepas didalam rangka membentuk permukaan secara
mekanis, adalah motor grader.
Dapat pula dipergunakan untuk keperluan lain, seperti untuk penggusuran tanah, penyampuran
bahan-bahan (blending), menggali saluran samping jalan, menggaruk lepas permukaan tanah
yang keras, perataan tanggul-tanggul, backfill, dsb.
Bagian-bagian penting motor grader adalah (lihat Gambar.) :
 Grader blade yang terpasang pada circle.
 Scarifier (ripper), yang dipasang didepan blade.
 Circle sebagai kedudukan blade digantungkan pada drawbar, yaitu sebuah frame yang
berbentuk segitiga.
 Kendali blade (control levers).
 Kendaraan sebagai mounting dari blade.
Gerakan-gerakan blade terdiri dari 3 gerakan pokok, yaitu :
 Angling : adalah gerakan memberikan kedudukan serong kepada blade terhadap arah
gerak motor grader.
 Side shift : untuk memberikan blade suatu kedudukan disamping poros motor grader, yaitu
untuk mengerjakan permukaan yang oleh sesuatu sebab, tidak boleh di-injak oleh roda
motor grader.
 Circle lift : adalah gerakan naik turun circle (berikut blade) dalam arah vertikal.

15
Gambar : Motor grader

Tabel : Data / spesifikasi.

No. Merk / Lebar Lebar blade effective (m)


Model blade (m) blade angle 60o Blade angle 45o

1. GD313A, GD461A 3,125 2,7 2,2


2. GD510R - GD661A 3,710 3,2 2,6
3. GD705A, GD705R, GD725A 4,320 3,7 3,0
4. GD825A 4,928 4,2 3,5

Tabel : Kecepatan kerja.

No. Operation Working speed


(km/jam)

1. Road repair 2,0 – 6,0


2. Trenching 1,6 – 4,0
3. Bank finishing 1,6 – 2,6
4. Field grading 1,6 – 4,0
5. Leveling 2,0 – 8,0

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Perhitungan produksi motor grader dengan menggunakan formula sebagai berikut :


V  L e  L o   E  H
Q
N
Dimana :
Q : Produksi per jam (m3/jam)
V : Kecepatan kerja (m/jam)
Le : Lebar blade efektif (m)
Lo : Lebar overlap (m)
E : Job efficiency
H : Tebal layer (m)
N : Jumlah pass

16
Untuk memperjelas dan kepraktisan dalam menghitung produksi alat motor grader, disajikan
bagan alir seperti Gambar berikut :

MOTOR GRADER

INPUT DATA FORMULA OUTPUT

DATA ALAT :
 Lebar efektif
 Kecepatan kerja
 Tebal lapisan V   Le  Lo   E  H Produksi
Q
 Jumlah pass N Alat
SUPPLEMENTARY DATA :
 Job efficiency
 Jumlah jam kerja per
hari
 Faktor konversi volume

Formulasi perhitungan produksi alat motor grader.

SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI ALAT BERAT COMPACTOR

1. Three Wheel Roller

Alat pemadat ini adalah type yang tertua, yang hingga kini masih dipergunakan pada pekerjaan-
pekerjaan pembuatan jalan di Indonesia.
Roller ini, pada hakekatnya dipergunakan untuk pemadatan lapisan yang terdiri dari bahan-
bahan yang berbutir kasar, misalnya untuk pembuatan jalan macadam. Meskipun demikian,
cukup baik juga untuk pemadatan tanah sebagai subgrade, base course.
Roller ini umumnya digunakan klas 8 – 10 ton, artinya berat roller dengan roda kosong adalah 8
ton, sedangkan kalau roda di-isi, beratnya menjadi 10 ton.

Gambar Three Wheel Roller.

Tabel : Data / spesifikasi alat.

17
No. Uraian Data

1. Type / merk Barata


2. Lebar efektif = Driving wheel width – 0,20 m 1,00 m
3. Kecepatan kerja 4 – 10 km/jam
4. Jumlah pass 4 – 12

Sumber : Semarang Surakarta Urban Development Project, 1995 – 2001.

2. Vibratory Roller

Vibratory roller mempergunakan pukulan getar untuk menambah pengaruh tekanan oleh roda
gilasnya. Dengan pukulan-pukulan getar (vibrating) ini dapat dicapai pengaruh pemadatan yang
besarnya 2 sampai 5 kali berat asli (berat statis) roller tersebut.
Vibratory roller baik sekali untuk memadatkan bahan-bahan berbutir kasar.
Berat compaction effect vibratory roller : 10 – 16 ton.

Gambar Vibratory Roller.

Data / spesifikasi alat BOMAG


 Vibratory roller : BOMAG BW 216 D-3
 Berat : 15,580 ton
 Lebar drum : 2,130 m

Tabel Data / spesifikasi KOMATSU

No. Model Operating weight (kg) Drum width (m)

1. JV80A 8.000 1,650


2. JV100A 9.600 2,130
3. JV100WA 10.590 2,130
4. JV100WP 11.490 2,130
5. JV140WA 13.600 2,100
6. JV140WAP 13.900 2,100
7. JV180WA 17.500 2,100
8. JV180WAP 17.800 2,100

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel Kecepatan kerja (KOMATSU)

18
No. Roller Operating speed

1. Vibration roller  1,5 km/jam

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel : Jumlah lintasan pemadatan (KOMATSU)

No. Roller Number of compaction passes

1. Vibration roller 4 – 12

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel : Lebar effective pemadatan (KOMATSU)

No. Type Effective compaction width

1. Vibration roller Lebar roller – 0,20 m

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

3. Sheep foot roller

Sheep foot roller sangat cocok untuk pemadatan timbunan tanah berskala besar dan timbunan
yang tinggi, alat ini mempunyai tingkat pemadatan yang tinggi.
Data / spesifikasi alat :
 Sheep foot roller : BOMAG
 Model : BW 216 PDH
 Berat : 16,130 ton
 Lebar drum : 2,130 m

Gambar Sheep Foot Roller.

4. Tandem Roller

Hasil pemadatan yang dipentingkan adalah permukaan yang halus, seperti pemadatan
pekerjaan hotmix.
Three Axle Tandem Roller, pada hakekatnya adalah suatu 2 Axle Tandem Roller yang ditambah
1 lagi roda depannya (guide roll). Three Axle Tandem Roller ini dapat menghasilkan pemadatan
yang memenuhi persyaratan yang lebih tinggi.

19
Klasifikasi berdasar berat roller yang biasa digunakan adalah 8 – 10 ton.

Gambar Tandem Roller (2 axle).

Tabel : Data / spesifikasi alat BOMAG

No. Uraian Data

1. Type / merk BOMAG BW 151 1D-2


2. Berat 6,80 ton
3. Lebar drum 1,68 m
4. Lebar efektif 1,00 m
5. Kecepatan kerja 6,00 km/jam
6. Jumlah pass 4–8

Sumber : BOMAG Heavy Equipment, 2004

Tabel : Data / spesifikasi alat SAKAI

No. Uraian Data

1. Type / merk Sakai


2. Lebar efektif 1,00 m
3. Kecepatan kerja 6,00 km/jam
4. Jumlah pass 4–8

Sumber : Semarang Surakarta Urban Development Project, 1995 – 2001.

5. Pneumatic Tire Roller (PTR)

Roda gilas roller jenis ini terdiri dari roda-roda ban karet dengan permukaan ban rata / halus.
Pneumatic Tire Roller (PTR) cocok untuk pemadatan :
 Pekerjaan pengaspalan/hotmix, pada secondary / intermediate rolling.
 Pekerjaan tanah.
Klas roller ini umumnya digunakan : 10 – 16 ton.

20
Gambar : Pneumatic Tire Roller.

Tabel : Data / spesifikasi alat BOMAG

No. Uraian Data

1. Type / merk BOMAG BW 24 R


2. Berat 24,000 ton
3. Lebar roda 1,986 m
4. Lebar efektif 1,300 m
5. Kecepatan kerja 8,00 km/jam
6. Jumlah pass 4–6

Sumber : BOMAG Heavy Equipment, 2004

Tabel : Data / spesifikasi alat SAKAI

No. Uraian Data

1. Type / merk Sakai


2. Lebar efektif 1,30 m
3. Kecepatan kerja 8,00 km/jam
4. Jumlah pass 4–6

Sumber : Semarang Surakarta Urban Development Project, 1995 – 2001.

Perhitungan produksi roller-roller tersebut diatas dengan menggunakan formula sebagai berikut
W  V HE
Q
N
Dimana :
Q : Produksi per jam (m3/jam)
W : Lebar efektif pemadatan (m)
V : Kecepatan kerja (m/jam)
H : Tebal padat satu lapis (m)
N : Jumlah pass
E THREE WHEEL ROLLER, VIBRATORY ROLLER, TANDEM, PTR
: Job efficiency

Untuk memperjelas dan kepraktisan dalam menghitung produksi compactor, disajikan bagan
alir seperti INPUT
GambarDATA
berikut : FORMULA OUTPUT

DATA ALAT :
 Lebar efektif
 Kecepatan kerja
 Tebal lapisan W  V  H E Produksi
 Jumlah pass Q Alat
SUPPLEMENTARY DATA : 21 N
 Job efficiency
 Jumlah jam kerja per
hari
 Faktor konversi volume
Gambar 3.13.a. : Formulasi perhitungan produksi alat three wheel roller, vibratory roller, tandem, PTR.

SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI ALAT BERAT ASPHALT FINISHER

Asphalt finisher digunakan untuk menghampar hotmix pada permukaan jalan sehingga
merupakan lapisan yang rata.
Bagian-bagian utama dari alat ini adalah (lihat Gambar.) :
 Hopper dengan feed conveyor , untuk menerima hotmix dari dump truck.
 Screw, untuk mengalirkan hotmix kesebelah luar secara merata pada seluruh lebar finisher.
 Cover plate, untuk menahan hotmix supaya tidak tercecer keluar batas jalur lapisan aspal,
pada bagian luar / ujung screw ditempatkan penutup (cover plate) yang menggantung pada
supporting frame.
 Screed, papan baja yang berfungsi sebagai pisau pemotong dan sebagai setrika.
 Screed control, untuk mengatur ketinggian screed atau ketebalan hamparan
 Prime mover.

Gambar : Asphalt Finisher

Tabel : Data / spesifikasi alat.

No. Uraian Data

1. Type / merk Niigata


2. Model NF 45 W (wheel type)

22
3. Output engine 50 PS
4. Paving width 2,5 – 4,5 m
5. Paving thickness 1 – 15 cm
6. Hopper capacity 8 ton
7. Kecepatan kerja 250 m/jam

Sumber : Semarang Surakarta Urban Development Project, 1995 – 2001.

Perhitungan produksi asphalt finisher dengan menggunakan formula sebagai berikut :


Q=WxVxHxE
Dimana :
Q : Produksi per jam (m3/jam)
W : Lebar penghamparan (m)
V : Kecepatan kerja (m/jam)
H : Tebal lapisan (m)
E : Job efficiency
Untuk memperjelas dan kepraktisan dalam menghitung produksi alat asphalt finisher disajikan
bagan alir seperti Gambar berikut :

ASPHALT FINISHER

INPUT DATA FORMULA OUTPUT

DATA ALAT :
 Lebar penghamparan
 Kecepatan kerja Produksi
 Tebal lapisan Q=WxVxHxE Alat
SUPPLEMENTARY DATA :
 Job efficiency
 Jumlah jam kerja per
hari
 Specific weight hotmix

Formulasi perhitungan produksi alat asphalt finisher.

SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI ALAT BERAT ASPHALT MIXING PLANT (AMP)

Secara garis besar, seluruh perlengkapan yang rumit dari AMP ini dapat dibagi dalam bagian-
bagian pokok sebagai berikut :
 Cold bin : untuk penimbunan agregat pada tahap pertama.
 Dryer : untuk mengeringkan dan atau memanasi agregat sebelum diaduk.

23
 Asphalt heater & storage tank : untuk memanasi aspal sampai pada suhu yang ditetapkan
dan menyimpannya sebelum dipompakan kedalam mixer untuk diaduk dengan agregat.
 Mixer : untuk mengaduk agregat dengan aspal menurut ketentuan-ketentuan laboratorium
(job mix formula).
1). Cold bin
Cold bin biasanya terdiri dari 3 atau 4 bins, tergantung dari jumlah fraksi agregat yang
ditentukan.
Pembagian bin umumnya sebagai berikut :
 Bin ke 1 : untuk penimbunan coarse aggregate (crushed stone).
 Bin ke 2 : untuk penimbunan medium aggregate (crushed stone).
 Bin ke 3 : untuk penimbunan fine aggregate (abu batu).
 Bin ke 4 : untuk penimbunan pasir (jika digunakan).
Cold bin ini, sebaiknya diberi atap pelindung, dan antara bins-bins diberi sekat pembatas
agar agregat tidak tercampur dengan bins sebelahnya.
Bagian bawah bin terdapat lubang yang dapat diatur besarnya keluaran agregat dengan
sebuah pintu (gate).
Agar material yang ada didalam bin dapat mengalir dengan baik, dibawah bin juga diberi
conveyor yang membawanya lebih lanjut kearah dryer.
2). Dryer
Dari cold bin, agregat dimasukkan kedalam suatu sistem pemanas bahan, dengan tujuan
untuk mengeringkan dan memberikan agregat suatu suhu yang diperlukan untuk
pengadukan nanti.
Bagian terpenting dari dryer ini terdiri dari :
 Cylinder besar (dryer).
 Burner.
 Corong.
 Dust collector.
Didalam dryer, agregat disembur panas api dari sebuah burner yang dipasang pada
ujung dari dryer ini. Pada ujung lainnya dari dryer ini terdapat sebuah corong untuk
memasukkan agregat dari cold bin. Cylinder dryer ini bergerak berputar selama
pemanasan agregat.
Agar memudahkan perjalanan agregat didalam cylinder, maka dryer diberikan kedudukan
agak miring, kemiringan ini dapat diatur.
Dust collector merupakan alat berupa tabung menyerupai corong yang ditempatkan di
ujung dryer, sebagai alat untuk pengumpul butir-butir halus (debu) yang beterbangan di
sekeliling plant, sehingga diharapkan tidak mengganggu lingkungan.
3). Asphalt heater & storage tank
Aspal disimpan didalam storage tank sebelum dipompa masuk kedalam mixer.

24
Storage tank biasanya berupa tanki untuk menampung sementara aspal yang dihasilkan
didalam heater (atau dinamakan melting tank).
Setelah mencapai temperatur yang dikehendaki, aspal yang telah dipanasi dalam asphalt
heater kemudian dipompakan kedalam storage tank.
4). Mixer
Mixer dibedakan menjadi 2 golongan :
 Batch type mixing plant.
 Continuous mixing plant.
5). Batch type plant
Sebelum dimasukkan kedalam mixer (batch type), fraksi-fraksi agregat ditimbang terlebih
dahulu, dan harus memenuhi syarat-syarat gradasi.
Bagian-bagian terpenting sebuah Batch Type Mixing Plant adalah (lihat Gambar .) :
 Screen.
 Hot bins.
 Weight hopper.
 Pugmill & discharge.
 Asphalt measuring & spraying system.
 Mineral filler feeder.

1. Bin dingin 8. Pengendali gradasi


2. Cold feed gate 9. Bin panas
3. Elevator dingin 10. Hopper penakar
4. Pengering 11. Pugmill
5. Kolektor debu 12. Penyimpan mineral
6. Cerobong asap 13. Penyimpan aspal panas
7. Elevator panas 14. Tempat penimbang aspal

25
Gambar AMP type Batching Plant.

Pada prinsipnya, cara kerja plant ini sebagai berikut :


Agregat panas dari hot elevator masuk kedalam screen (multiple deck) dan dalam
keadaan terpisah sesuai fraksi-fraksi yang telah ditentukan, dimasukkan kedalam hot
bins.
Melalui pintu-pintu dibawah masing-masing bin, agregat dimasukkan kedalam masing-
masing kompartimen weight hopper dalam jumlah yang ditentukan, kemudian seluruh
pintu dari hopper ini dibuka untuk memasukkan agregat kedalam pugmill.
Aspal yang telah ditimbang kemudian dimasukkan juga kedalam pugmill, untuk dicampur
dengan agregat dari weight hopper tersebut. Setelah adukan tercampur dengan baik
(homogeen), maka pintu discharge dibawah mill dibuka, dan hotmix jatuh kedalam dump
truck dibawah pintu discharge sebagai alat angkut hotmix.
Jumlah mix yang sekali aduk didalam pugmill ini disebut 1 batch.
Pada batch plant ini perlu diperhatikan faktor plant balance, yaitu bahwa masing-masing
bin harus diisi dengan kecepatan yang sebanding dengan penggunaan agregat dalam
tiap bin tersebut. Apabila salah satu bin terlambat mengisi, maka akan terjadi kondisi
mixing harus menunggu sampai cukup tersedia fraksi yang ter-ayak untuk ditimbang,
berarti juga akan terjadi overflow pada bin lainnya, yang perlu disalurkan keluar.
Pugmill menentukan kapasitas dari seluruh mixing plant, dan semua peralatan lainnya
disesuaikan dengan kapasitas mill ini.
Didalam pugmill ini pula ditambahkan aspal panas cair, jumlahnya ditimbang didalam
weight bucket tersendiri yang dapat dibaca pada scale tersendiri pula. Aspal yang telah
ditentukan jumlah beratnya tersebut disemprotkan melalui spray bar.
Waktu yang diperlukan untuk mengaduk agregat dengan aspal disebut mixing time.
Mixing time ini sekitar 45 – 90 detik, mixing time 0,80 - 1 menit adalah yang biasa kita
jumpai pada kebanyakan pugmill.

Tabel : Data / spesifikasi alat AMP type Batching Plant.

No. Uraian Data

1. Type / merk Batch, Taesung


2. Kapasitas batch 1,00 ton
3. Mixing time 0,80 menit

26
Sumber : Semarang Surakarta Urban Development Project, 1995 – 2001.

6). Continuous type plant

Continuous plant ini mendasarkan pengukuran perbandingan agregat dan aspal atas
volume dari masing-masing bahan, jadi bukan timbangan melainkan takaran.
Gambar 3.16. menunjukkan contoh AMP Continuous Type.
Prinsip pengukuran jumlah agregat yang secara terus menerus dimasukkan dari hot bin
kedalam pugmill sebagai berikut :
Dasar bin yang berupa apron feeder berjalan oleh putaran drive shaft dengan RPM
tertentu, apabila tiap putaran drive shaft menggerakkan maju feeder sejauh y meter,
sedang gate dibuka setinggi z meter, maka jumlah agregat yang dimasukkan kedalam
pugmill per menit adalah = z.y.RPM (m 3), dikalikan dengan berat jenisnya maka didapat
jumlah ton yang dihasilkan per satu satuan waktu.

Gambar : AMP type Continuous Plant.

Dengan prinsip serupa, aspal diukur jumlahnya berdasarkan kecepatan putaran drive
shaft dari pompa aspal. Apabila y adalah displacement aspal per putaran pompa, dan f
adalah luas potongan pipa penyalur aspal, maka jumlah aspal yang yang dipompakan
masuk kedalam pugmill adalah = f.y.RPM (kg/menit).
Perbandingan jumlah aspal dan agregat dapat diatur dengan perbandingan putaran drive
shaft masing-masing penggerak, ditambah dengan mengatur lebar bukaan gate dari bin.
Mixing time adalah waktu yang diperlukan untuk mengaduk campuran. Kalau pada batch
type mill pengaturan mixing time ini dilakukan dengan menentukan saat membuka
discharge gate dari pugmill. Pada continuous type, dilakukan dengan cara mengatur
kecepatan dari perjalanan campuran sepanjang mill tersebut.
Dari pugmill, hasil adukan langsung dapat dituangkan kedalam dump truck dibawah
discharge. Atau yang lebih lazim dilakukan ialah menampung dulu mix didalam sebuah
discharge hoper sampai cukup terkumpul bahan mix untuk memenuhi 1 dump truck.

27
Perhitungan produksi AMP dengan menggunakan formula sebagai berikut :
C  60  E
Q
Cms
Dimana :
Q : Produksi per jam (ton/jam)
C : Capasitas batch (ton)
Cms : Mixing time batch (menit)
E : Job efficiency
Untuk memperjelas dan kepraktisan dalam menghitung produksi alat AMP disajikan bagan alir
seperti Gambar berikut :

AMP

INPUT DATA FORMULA OUTPUT

DATA ALAT :
 Kapasitas batch
 Mixing time C  60 E Produksi
SUPPLEMENTARY DATA : Q Alat
 Job efficiency Cms
 Jumlah jam kerja per
hari
 Specific weight hotmix

Formulasi perhitungan produksi alat asphalt mixing plant.

28
SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI ALAT BERAT STONE CRUSHER

Stone crusher digunakan untuk memecah batu. Tujuan dari memecah batu didalam pekerjaan
konstruksi adalah untuk mendapatkan butiran batu dalam jumlah serta gradasi yang
direncanakan.
Proses pemecahan dilakukan dengan bertahap, sebagai berikut :
 Pemecahan tahap pertama (primary crushers).
 Pemecahan tahap kedua (secondary crushers).
Primary crusher dipergunakan :
 Jaw crusher
Secondary crusher dipergunakan :
 Roll crusher
 Impact crusher
 Cone crusher

1). Jaw crusher

Jaw crusher adalah jenis yang paling populer dipergunakan sebagai primary crusher.
Yang bertujuan untuk mengurangi besar ukuran batu-batu pada tingkat pertama, sebelum
dipecah lebih lanjut untuk mendapatkan gradasi yang dikehendaki.
Bagian-bagian jaw crusher terdiri (lihat Gambar.) :
 2 buah jaw, yang pertama tetap (fixed jaw), yang lain dapat digerakkan (movable
jaw).
 Feed opening : corong bagian atas.
 Discharge opening : corong pada dasar untuk keluaran batu pecah.
Penyetelan lebar rahang crusher bagian bawah disebut jaw setting, dan lebar opening
tersebut merupakan ukuran batu pecah yang kita kehendaki.

Gambar : Jaw crusher.

29
2). Roll crusher

Roll crusher dipergunakan untuk pemecahan tahap terakhir (secondary crushing).


Roll crusher terdiri dari 2 buah roll. Batu dimasukkan kedalam crusher lewat corong, batu
terlindas pecah oleh putaran kedua roll tersebut.
Gambar 3.18. menunjukkan contoh Roll Crusher.

Gambar : Roll Crusher.

3). Impact crusher

Bagian-bagian terpenting dari impact crusher ini serta cara bekerjanya, sebagai berikut :
 Rotor yang dapat berputar cepat, diberikan lengan-lengan yang ujungnya terdiri baja
keras.
 Batu yang masuk terpukul pecah oleh kepala lengan-lengan rotor dan terlemparkan
pada dinding.
 Pada dinding dipasang pelat pemecah (breaker plates).
 Oleh gaya berat, batu dapat keluar dari ruangan crusher lewat discharge opening
dibawah rotor.

Gambar . : Impact Crusher.

4). Cone crusher

Bagian pemecah yang bergerak berupa kerucut (cone). Bagian-bagian pemecah


(crushing members) terdiri dari crushing cone dan dinding dalam dari frame yang disebut
concaves. Batu-batu yang terdapat didalam ruangan cone akan tergerus pecah oleh
putaran cone.

30
Setting dapat diatur dengan menurunkan/menaikkan concaves dengan menyetel baut-
baut adjustment.

Gambar : Cone Crusher.

5). Ayakan (screen)

Screen sebagai alat pelengkap stone crusher, dimaksudkan untuk memisahkan butir-butir
besar dan yang lebih kecil. Pengayakan hasil crusher ini perlu dilakukan untuk memenuhi
spesifikasi agregat yang diperlukan.
Material yang lolos saringan tersebut dapat dipisahkan menjadi beberapa fraksi sesuai
dengan besar butir (size) agregat tertentu sesuai dengan yang diinginkan dan sesuai
dengan ukuran saringan yang dipasang.

6). Crushing & screening plant

Unit peralatan ini untuk memecah batu dan menyaringnya hingga mendapatkan agregat
dengan fraksi-fraksi yang dikehendaki.
Unit crushing & screening plant umumnya terdiri dari komponen utama sebagai berikut :
 Primary crushing : jaw crusher
 Secondary crushing : roll crusher atau cone crusher atau impact crusher
 Ayakan (screen) : vibrating screen
 Belt conveyor : sesuai dengan kebutuhan output jumlah fraksi agregat yang akan
dipecah.
Open circuit
Setelah melewati secondary crusher, agregat langsung ditampung, atau langsung
diangkut ketempat yang disiapkan.
Sistem ini umumnya :
 Menghasilkan produksi yang tinggi.
 Kualitas agregat pecah tidak cukup baik.
 Terdapat cukup banyak butir-butir yang oversize.
Close circuit
Material oversize dialirkan kembali kedalam secondary crusher untuk dipecah ulang.

Tabel : Data / spesifikasi alat.

31
No. Uraian Data

1. Type / merk Telsmith


2. Kapasitas stone crusher 30 m3/jam

Sumber : Semarang Surakarta Urban Development Project, 1995 – 2001.

7). Mobile crusher

Contoh alat ini seperti produk KOMATSU, mobile crusher model BR 350 JG-1 dan BR
500 JG-1.

Gambar : Mobile Crusher.

Tabel : Data / spesifikasi Mobile Crusher KOMATSU

Opr. weight Flywheel Crusher output Capacity


No. Model
(ton) (HP) (cm) (ton/jam)

1. BR 350 JG-1 30,0 158 0 – 12 54 – 160


2. BR 500 JG-1 53,5 306 0 – 17 85 – 240

Sumber : Komatsu 2004

Pendekatan perhitungan produksi stone crusher dengan menggunakan formula sebagai berikut
Q=CxE
Dimana :
Q : Produksi per jam (ton/jam, m3/jam)
C : Capasitas stone crusher (ton/jam, m3/jam)
E : Job efficiency

Berdasarkan kenyataan bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi produksi stone crusher


cukup banyak sehingga pendekatan formula tersebut kurang menghasilkan nilai yang
memuaskan, maka akan lebih baik jika untuk mendapatkan produksi stone crusher dilakukan
langsung dengan pengukuran di lapangan (tentunya setelah stone crusher nanti ber-operasi,
untuk check / koreksi produksi stone crusher sebenarnya) dengan cara sebagai berikut :

32
 Siapkan bak / kotak kayu ukuran 1 x 1 x 1 m dengan konstruksi yang kuat, sisi atas dan
bawah / dasar terbuka, jumlah kotak sesuai dengan jumlah fraksi agregat yang keluar dari
stone crusher.
 Siapkan stop-watch (pengukur waktu), jumlah stop-watch sesuai dengan jumlah fraksi
agregat yang keluar dari stone crusher.
 Ukur volume agregat produksi stone crusher yang masuk kedalam kotak untuk masing-
masing fraksi, untuk per satu satuan waktu yang sama.
 Tetapkan waktu yang sama untuk pengisian kotak tersebut.
 Isian agregat pada kotak tidak harus penuh, sebagian saja sudah cukup.
Dari hasil pengukuran produksi langsung dilapangan seperti tersebut diatas, akan didapat site
output stone crusher yang lebih mewakili. Dengan cara ini akan didapat hasil antara lain
sebagai berikut :
 Volume total agregat per jam dari produksi stone crusher.
 Volume setiap fraksi, sehingga dapat diketahui komposisi berapa persen perbandingan
produksi course aggregate, medium aggregate, fine aggregate dari stone crusher tersebut.
Selanjutnya dengan faktor job efficiency, akan didapat produksi (site output) dari stone crusher
tersebut.

Untuk memperjelas dan kepraktisan dalam menghitung produksi alat Stone Crusher disajikan
bagan alir seperti Gambar berikut :

STONE CRUSHER

Gambar : Formulasi perhitungan produksi alat stone crusher.

33
SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI WATER TANK TRUCK

Dioperasikan untuk :
 Pemberi air sesuai dengan kadar air yang diperlukan pada waktu pemadatan.
 Untuk supply air kebutuhan pembasahan roda Tandem Roller dan PTR.
 Untuk supply air kebutuhan proyek lainnya.

Gambar : Water tank truck.

Tabel : Data / spesifikasi.

No. Uraian Data

1. Type / merk Hino


2. Kapasitas 8.000 liter
3. Kecepatan pada kondisi isi 50 km/jam
4. Kecepatan pada kondisi kosong 60 km/jam
5. Faktor kecepatan 0,85
6. Waktu watering 5,00 menit
7. Waktu tunggu untuk isi kembali 0,30 menit

Sumber : Semarang Surakarta Urban Development Project, 1995 – 2001.

Pendekatan perhitungan produksi water tank truck dengan menggunakan formula :


C  60  E  M
P
Cmt
D D
Cmt  Cms   t1   t2
V1 V2

Dimana :
P : Produksi per jam (Ltr/jam)
C : Kapasitas water tank truck (Ltr)
E : Job efficiency
Cmt : Cycle time (menit)
M : Jumlah Water Tank Truck
Cms : Waktu muat (menit)
D/V1 : Waktu angkut (menit)
t1 : Waktu transfer air (menit)
D/V2 : Waktu kembali (menit)
t2 : Waktu tunggu untuk pengisian kembali (menit)
D : Jarak angkut (m)
V1 : Kecepatan rata-rata water tank truck bermuatan (m/menit)

34
V2 : Kecepatan rata-rata water tank truck kosong (m/menit)

SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI ASPHALT DISTRIBUTOR

Asphalt distributor dipergunakan untuk penyemprotan aspal guna lapisan prime coat dan tack
coat.
Pada hakekatnya, alat ini terdiri dari (lihat Gambar 3.23.) :
 Sebuah tanki aspal (storage tank) diatas sebuah truck
 Dilengkapi dengan burner
 Pompa aspal dan spray bar dengan nozles

Gambar : Asphalt distributor.

Pendekatan perhitungan produksi asphalt distributor dengan menggunakan formula sebagai


berikut :
Q=CxVxWxE
Dimana :
Q : Produksi per jam (Ltr/jam)
C : Kapasitas asphalt distributor (Ltr/m2)
V : Kecepatan kerja (m/jam)
W : Lebar penyemprotan (m)
E : Job efficiency

Untuk memperjelas dan kepraktisan dalam menghitung produksi alat asphalt distributor
disajikan bagan alir seperti Gambar berikut :

35
ASPHALT DISTRIBUTOR

INPUT DATA FORMULA OUTPUT

DATA ALAT :
 Kapasitas alat
 Kecepatan kerja Produksi
 Lebar penyemprotan Q=CxVxWxE Alat
SUPPLEMENTARY DATA :
 Job efficiency
 Jumlah jam kerja per
hari

Gambar : Formulasi perhitungan produksi alat asphalt distributor.

3.14. SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI ASPHALT SPRAYER

Asphalt sprayer digunakan juga untuk menyemprotkan aspal sebagai lapisan prime coat dan
tack coat, hanya pengoperasian penyemprotan dengan tenaga manusia.
Asphalt sprayer ini terdiri dari :
 Sebuah tanki aspal diatas roda yang ditarik.
 Burner.
 Pompa aspal dan spray bar, tangkai semprot aspal ini digerakkan oleh tenaga manusia.
Aplikasi aspal ke permukaan jalan sangat tergantung sekali kepada cara kerja operator
penyemprot aspal.
Tabel 3.36. : Data / spesifikasi.

No. Uraian Data

1. Type / merk Bukaka


2. Kapasitas tanki 850 liter
3. Kecepatan kerja 150 m/jam

Sumber : Semarang Surakarta Urban Development Project, 1995 – 2001.

Pendekatan perhitungan produksi asphalt sprayer dengan menggunakan formula :


C V E
Q
W
Dimana :
Q : Produksi per jam (Ltr/jam)
C : Kapasitas tanki asphalt sprayer (Ltr)

36
V : Kecepatan kerja (m/jam)
W : Lebar penyemprotan (m)
E : Job efficiency

Untuk memperjelas dan kepraktisan dalam menghitung produksi alat asphalt sprayer disajikan
bagan alir seperti Gambar berikut :

ASPHALT SPRAYER

INPUT DATA FORMULA OUTPUT

DATA ALAT :
 Kapasitas tanki
 Kecepatan kerja C V E Produksi
 Lebar penyemprotan Q Alat
SUPPLEMENTARY DATA :
W
 Job efficiency
 Jumlah jam kerja per
hari

Gambar : Formulasi perhitungan produksi alat asphalt sprayer.

SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI AIR COMPRESSOR

Air compressor yang dimaksud untuk peralatan jalan dalam hal ini, adalah yang dioperasikan
untuk membersihkan permukaan jalan yang akan dilapisi prime coat atau tack coat dari kotoran
dan debu.
Bagian terpenting dari air compressor adalah (lihat Gambar.) :
 Mesin penggeraknya.
 Tanki udara.

Gambar Air Compressor

Tabel : Data / spesifikasi.

37
Actual free air Rated operating Capacity of air
No. Merk / Model
delivery (m3/min) pressure (kg/cm2) receiver (ltr)

1. EC35Z 3,70 7,00 39,00


2. EC50Z 5,00 7,00 39,00
3. EC75Z 7,50 7,00 110,00
4. EC105Z 11,00 7,00 200,00

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Pendekatan perhitungan produksi air compressor dengan menggunakan formula sebagai


berikut :
Q=CxE
Dimana :
Q : Produksi per menit (m3/menit, cu.ft/min)
C : Kapasitas alat dalam cubic feet per minute (cfm) atau dalam m 3/menit
E : Job efficiency

JOB EFFICIENCY

Job efficiency alat mengacu pada Tabel Pendekatan dapat dilakukan untuk alat lain.

Tabel : Job efficiency.

Operating conditions Excavator Dump truck Bulldozer Motor grader Wheel Loader / Dozer Shovel

Good 0,83 0,83 0,83 0,80 0,83


Average 0,75 0,80 0,75 0,70 0,75
Rather poor 0,67 0,75 0,67 0,60 0,67
Poor 0,58 0,70 0,58 0,50 0,58

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

38
KONVERSI VOLUME TANAH

Faktor konversi volume tanah mengacu pada Tabel.

Tabel : Faktor konversi volume tanah.

Conditions of earth to be moved


Nature of earth Initial condition
Bank Condition Loosened Condition Compacted Condition

Bank Condition 1,00 1,11 0,95


Pasir Loosened Condition 0,90 1,00 0,86
Compacted Condition 1,05 1,17 1,00

Bank Condition 1,00 1,25 0,90


Sandy clay Loosened Condition 0,80 1,00 0,72
Compacted Condition 1,11 1,39 1,00

Bank Condition 1,00 1,43 0,90


Clay Loosened Condition 0,70 1,00 0,63
Compacted Condition 1,11 1,59 1,00

Bank Condition 1,00 1,18 1,08


Gravelly soil Loosened Condition 0,85 1,00 0,91
Compacted Condition 0,93 1,09 1,00

Bank Condition 1,00 1,13 1,03


Gravels Loosened Condition 0,88 1,00 0,91
Compacted Condition 0,97 1,10 1,00

Solid or rugged Bank Condition 1,00 1,42 1,29


gravels Loosened Condition 0,70 1,00 0,91
Compacted Condition 0,77 1,10 1,00

Broken Bank Condition 1,00 1,65 1,22


limestone,
sandstones & Loosened Condition 0,61 1,00 0,74
other soft rocks Compacted Condition 0,82 1,35 1,00

Broken granite, Bank Condition 1,00 1,70 1,31


basalt & other Loosened Condition 0,59 1,00 0,77
hard rocks Compacted Condition 0,76 1,30 1,00

Bank Condition 1,00 1,75 1,40


Broken rocks Loosened Condition 0,57 1,00 0,80
Compacted Condition 0,71 1,24 1,00

Blasted bulky Bank Condition 1,00 1,80 1,30


rocks Loosened Condition 0,56 1,00 0,72
Compacted Condition 0,77 1,38 1,00

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

39
PENDEKATAN KONDISI KERJA

Hari dan jam kerja yang direncanakan untuk pelaksanaan konstruksi berdasarkan asumsi /
estimit sebagai berikut :
a. Hari minggu dan hari libur resmi nasional tidak ada jam kerja, kecuali mengejar target
penyelesaian atau kondisi khusus.
b. Setiap bulan tidak ada hari kerja selama 1 hari untuk maintenance peralatan.
c. Anggapan jam kerja harian sebagai berikut :
Dibagi kedalam 2 kondisi sebagai berikut :
Untuk kondisi proyek jalan baru, proyek pemeliharaan jalan lokasi diluar kota, tidak
mengakibatkan kemacetan lalu-lintas umum :
 Pengangkutan raw material = 7 jam kerja
 Crushing plant = 10 jam kerja
 Pekerjaan tanah = 7 jam kerja
 Aggregate base coarse = 7 jam kerja
 Pekerjaan pengaspalan = 7 jam kerja
 Pekerjaan rigid pavement = 7 jam kerja
Untuk kondisi proyek pemeliharaan / peningkatan jalan lokasi didalam kota besar yang
mengakibatkan kemacetan lalu-lintas umum :
 Pengangkutan raw material = 7 jam kerja
 Crushing plant = 10 jam kerja
 Pekerjaan tanah = 5 jam kerja
 Aggregate base coarse = 5 jam kerja
 Pekerjaan pengaspalan = 5 jam kerja
 Pekerjaan rigid pavement = 5 jam kerja
5 jam kerja per hari tersebut dilaksanakan antara jam 23.00 s/d 04.00 dimana lalu-lintas
tidak begitu padat dibandingkan pada siang hari. Sedangkan pengangkutan raw material
dan crushing plant diasumsikan untuk pelaksanaan diluar kota sehingga jam kerja
standar / normal tersebut dapat tercapai.
d. Hari kerja efektip dalam setahun diperkirakan sebagai berikut :
 Hari minggu dalam setahun = 52 hari
 Hari libur resmi nasional = 11 hari
 Maintenance peralatan = 12 hari
 Hari hujan dalam setahun = 100 hari (jika diperoleh data jumlah hari hujan yang lebih
akurat gunakan data tersebut).
365  100
Jumlah hari kerja effective = 365 – 100 -  ( 52 + 11 + 12 ) = 210 hari
365
210
Prosen hari kerja efektip = = 57,68 %
365
Angka ini mempunyai nilai variabel sesuai dengan kajian secara khusus, dan angka
prosen hari kerja sebesar 0,60 (dengan ditambah kerja overtime) dapat digunakan untuk

40
pendekatan sebagai hari kerja efektip untuk kondisi proyek dengan waktu pelaksanaan
yang berada pada periode musim hujan dan musim kemarau.
Sedangkan, proyek dengan waktu pelaksanaan berada pada periode musim hujan saja
atau pada musim kemarau saja, perhitungan hari kerja efektip harus di-analisis secara
khusus.

41
MATA KULIAH
PTM / ALAT BERAT

UNIVERSITAS LAKIDENDE
UNAAHA 2009

42

Anda mungkin juga menyukai