FLUOR ALBUS
Disusun oleh :
IKRIMAH, S.Ked
196100802039
Pembimbing :
dr. TUMPAL SIMATUPANG, Sp.OG(K), MARS
1
2
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 196100802039
Ikrimah
196100802039
iii
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
referat dengan judul Fluor Albus. Penulisan referat ini sebagai sebagian syarat
untuk mengikuti ujian akhir kepaniteraan klinik di bagian kesehatan wanita RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
iv
v
bedah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya hingga penyelesaian referat
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan serta
masih jauh dari kesempurnaan dalam penulisan referat ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya
membangun demi memperbaiki kesalahan yang ada pada penulisan referat ini.
Akhir kata semoga referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi
dokter-dokter muda lainnya yang sedang dalam menempuh pendidikan agar
referat ini dapat berguna sebagai referensi dan sumber bacaan untuk menambah
ilmu pengetahuan.
Ikrimah
196100802039
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN.......................................................................iii
KATA PENGANTAR...................................................................................iv
DAFTAR ISI.................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
2.1 DEFINISI.....................................................................................2
2.2 EPIDEMIOLOGI..........................................................................2
2.3 KLASIFIKASI..............................................................................3
2.4 ETIOLOGI....................................................................................3
2.5 PATOGENESIS...........................................................................8
2.6 GEJALA.....................................................................................10
2.7 DIAGNOSIS..............................................................................15
2.8 TATALAKSANA.......................................................................23
2.9 PENCEGAHAN.........................................................................24
2.10 KOMPLIKASI............................................................................25
2.11 PROGNOSIS..............................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................28
vi
BAB I
PENDAHULUAN
fisiologis dapat terjadi pada bayi baru lahir, saat menarke, saat ovulasi, karena
rangsangan seksual, saat kehamilan, mood/ stress serta penggunaan kontrasepsi
hormonal. Sedangkan, Fluor albus patologis dapat terjadi diakibatkan oleh infeksi
pada alat reproduksi yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri (Neisseria
gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, Gardnerella vaginalis, Treponema
pallidum), Jamur (Candida Albicans), Parasit (Trichomonas vaginalis), benda
asing, iritasi,dll.1,2
Menurut Depkes tahun 2010 terdapat 75% wanita yang mengalami fluor minimal
satu kali selama hidupnya dan setengah diantaranya mengalami sebanyak dua kali atau
lebih. Studi menunjukkan bahwa Candida albicans merupakan penyebab tersering pada
wanita usia muda. Penyebab lainnya antara lain Bacterial vaginosis dan Trichomonas
vaginalis. Hal ini dapat terjadi karena banyak wanita yang kurang menyadari pentingnya
menjaga kebersihan daerah vagina serta tidak tahu cara membersihkan daerah vagina secara
tepat.
Lebih dari sepertiga penderita di Indonesia yang berobat, 80%
diantaranya merupakan Fluor albus patologis. Sebagian besar penderita memiliki
keluhan seperti sering mengganti pakaian dalamnya/ menggunakan pembalut disertai
keluhan rasa gatal, duh tubuh vagina yang keluar berbau, rasa panas bahkan rasa
sakit saat bersenggama. Keluhan dapat bervariasi dari ringan hingga berat. Kendala
yang sering terjadi antara lain ketidaktahuan pasien serta umumnya pasien akan
datang saat dirasakan rasa gatal atau rasa sakit yang hebat karena fluor albus
umumnya dinilai sebagai sesuatu yang memalukan sehingga pasien tidak
1
2
3
4
2.3 KLASIFIKASI
2.3.1 Fluor Albus Fisiologis
Fluor Albus yang fisiologis merupakan cairan/sekret tidak berwarna, tidak
gatal dan tidak berbau yang keluar dari vagina. Cairan/ sekret ini mengandung
banyak epitel dan sedikit leukosit. Normalnya, hanya ditemukan didaerah porsio
vagina, disebabkan oleh pengaruh hormonal. Fluor Albus fisiologis dapat ditemukan
pada bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari, saat menarke, saat ovulasi, saat
rangsangan sebelum dan pada waktu koitus, saat kehamilan, saat stress/kelelahan dan
parasit), iritasi, benda asing, tumor/ jaringan abnormal lain, radiasi, dan lain-lain1
2.4 ETIOLOGI
1. Keputihan Fisiologis
Keputihan atau fluor albus yang fisiologis dapat ditemukan pada :2
a. Bayi baru lahir sampai umur kira-kira sepuluh hari. Hal ini dikarenakan
adanya pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina
janin.
b. Saat menarche karena pengaruh estrogen yang meningkat.
c. Rangsangan saat koitus terjadi pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
d. Saat masa ovulasi adanya peningkatan produksi kelenjar-kelenjar pada
5
mulut rahim.
e. Kehamilan menyebabkan peningkatan mukus servik yang padat sehingga
menutup lumen serviks yang berfungsi mencegah kuman masuk ke rongga
uterus.
f. Penggunaan kontrasepsi hormonal atau mengubah metode kontrasepsi
.
2. Keputihan Patologis
Keputihan patologis dapat disebabkan beberapa hal berikut ini, yaitu :
a. Infeksi
1) Infeksi Jamur
Candida albicans adalah spesies jamur dari deuteromycota merupakan
mikroorganisme oportunistik, selalu ada dan terdapat pada tubuh dalam jumlah
yang sedikit. Apabila terjadi ketidakseimbangan seperti pH vagina berubah atau
perubahan hormonal terjadi maka Candida akan bertambah banyak dan
terjadilah Candidiasis. Sekitar 75% semua wanita dewasa minimal 1 kali
pernah alami infeksi jamur dalam seumur hidupnya, laki- laki juga dapat
terkena walaupun jarang. Faktor resiko terjadinya infeksi jamur ini antara lain
sistem imun yang rendah, kehamilan, diabetes melitus, penggunaan antibiotik
oksidase, reduksi nitrat, indole dan urease semuanya negatif. Bakteri ini
biasanya mengisi penuh sel epitel vagina dengan membentuk bentukan khas
yang disebut clue cell. Bakteri ini merupakan penyebab dari penyakit
Vaginosis Bakterial (VB). Vaginosis bakterial merupakan infeksi
polimikrobial yang disebabkan oleh penurunan jumlah laktobasilus dikuti oleh
peningkatan bakteri anaerob yang berlebihan. Paling sering terjadi pada usia
15-44 tahun. Faktor resiko terjadinya VB antara lain berganti-ganti
pasangan, hubungan seksual terlalu dini, IUD, merokok dan ras hitam yang
membuat keseimbangan flora normal vagina terganggu. VB bukan termasuk
penyakit menular seksual (PMS), namun dapat meningkatkan resiko terkena
3) Parasit
Trichomonas vaginalis merupakan flagelata berbentuk filiformis,
mempunyai 4 flagela dan bergerak seperti gelombang. Parasit ini berkembang
biak secara belah pasang memanjang dan dapat hidup dalam suasana pH 5-
7,5. Parasit ini paling baik tumbuh dalam keadaan anaerobik dan tidak dapat
tumbuh pada keasaman vagina normal. Bentuk infektifnya adalah fase trofozoit.
Trichomoniasis merupakan penyakit menular seksual yang sangat sering terjadi
disebabkan oleh infeksi parasit Trichomonas vaginalis. Lebih sering
menginfeksi wanita (lebih sering wanita dewasa daripada wanita muda)
dibandingkan laki-laki. Tranmisi dari penyakit ini melalui hubungan seksual.
Namun dapat juga melalui handuk, pakaian atau saat berenang. Pada wanita,
bagian tubuh yang terinfeksi yakni vulva, vagina atau uretra. Sedangkan, pada
laki-laki bagian tubuh yang terinfeksi yakni penis (uretra). Selama hubungan
seksual, parasit dapat ditransmisikan dari vagina ke penis atau sebaliknya atau
dan 2 yang mempunyai pili sehingga bersifat virulen dan tipe 3 dan 4 yang tidak
memiliki pili sehingga bersifat nonvirulen. Pili ini akan melekat pada mukosa epitel
dan akan menimbulkan reaksi radang. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah
daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang
(immatur) yakni pada vagina wanita sebelum pubertas. Pada masa pra pubertas, epitel
vagina dalam keadaan belum berkembang (sangat tipis) sehingga mudah terjadi
vaginitis gonore. Sedangkan, pada masa reproduktif, lapisan selaput lendir vagina
menjadi matang dan tebal dengan banyak glikogen dan basil Doderlein. Basil
Doderlein akan memecahkan glikogen sehingga menghasilkan suasana asam yang
tidak menguntungkan kuman gonokok. Kemudian, kuman ini akan mengalami
pertumbuhan lagi pada masa menopause karena selaput lendir vagina menjadi atrofi,
kadar glikogen menurun dan basil Doderlein juga berkurang sehingga
pada penis.1
Gambar 2.7 Candidosis Vulvovagina
c) Trikomoniasis
Trikomoniasis pada wanita, yang diserang terutama dinding vagina. Dapat
bersifat akut dan kronik. Pada kasus akut, terlihat sekret vagina seropurulen
berwarna kekuning-kuningan, kuning-hijau, berbau tidak enak
(malodorous), berbusa, rasa gatal dan dapat disertai disuria. Dinding
vagina tampak kemerahan dan sembab. Kadang terbentuk abses kecil
pada dinding vagina dan serviks, yang tampak sebagai granulasi berwarna
merah yang dikenal sebagai strawberry apperance dan disertai dispareunia,
pendarahan pascakoitus dan pendarahan intermenstrual. Bila sekret, banyak
yang keluar dapat timbul iritasi pada lipat paha atau sekitar genitalia
eksterna. Pada kasus kronik, gejala lebih ringan dan biasanya sekret vagina
tidak berbusa.1,7
kehamilan ektopik.1,6
pada pemeriksaan serviks, tampak merah dengan erosi dan sekret purulen.1,5
2.7 DIAGNOSIS
2.7.1 Anamnesis
Fluor Albus cukup mengganggu penderita baik fisik maupun mental. Sifat
dan banyaknya keputihan dapat memberikan petunjuk ke arah etiologinya. Perlu
di- tanyakan sudah berapa lama keluhan itu, terjadinya secara terus-menerus atau
hanya pada waktu-waktu tertentu saja, seberapa banyaknya, apa warnanya,
baunya, disertai rasa gatal/nyeri atau tidak.1
Secara fisiologis keluarnya getah yang berlebihan dari vulva (biasanya
lendir) dapat dijumpai (1) waktu ovulasi; (2) waktu menjelang dan setelah haid;
(3) rangsangan seksual; dan (4) dalam kehamilan. Akan tetapi, apabila perempuan
tersebut merasa terganggu dirinya, berganti celana beberapa kali sehari, apalagi
bila keputihannya disertai rasa nyeri atau gatal, maka dapat dipastikan itu
merupakan keadaan patologis, yang memerlukan pemeriksaan dan penanganan
yang saksama. Fluor albus karena trikomoniasis dan kandidiasis hampir selalu
disertai rasa gatal. Demikian pula halnya dengan fluor albus karena diabetes
mellitus, sedangkan vaginitis senilis disertai rasa nyeri.1
2.7.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik terutama dilakukan pada daerah genitalia dan
sekitarnya, yang dilakukan di ruang periksa dengan lampu yang cukup terang .
Lampu sorot tambahan diperlukan untuk pemeriksaan pasien perempuan dengan
spekulum. Dalam pelaksanaan sebaiknya pemeriksa didampingi oleh seorang
tenaga kesehatan lain. Pada pemeriksaan terhadap pasien perempuan, pemeriksa
didampingi oleh paramedis perempuan, sedangkan pada pemeriksaan pasien laki-
laki, dapat didampingi oleh tenaga paramedis laki-laki atau perempuan. Beri
penjelasan lebih dulu kepada pasien mengenai Tindakan yang akan dilakukan:7
1. Pada saat melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan sekitarnya, pemeriksa
17
harus selalu menggunakan sarung tangan. Jangan lupa mencuci tangan sebelum
dan sesudah memeriksa.
2. Pasien harus membuka pakaian dalamnya agar dapat dilakukan pemeriksaan
genitalia (pada keadaan tertentu, kadang–kadang pasien harus membuka
seluruh pakaiannya secara bertahap). Pasien perempuan, diperiksa dengan
berbaring pada meja ginekologik dalam posisi litotomi. Pemeriksa duduk
dengan nyaman sambil melakukan inspeksi dan palpasi mons pubis, labia, dan
perineum, Periksa daerah genitalia luar dengan memisahkan ke dua labia,
perhatikan adakah kemerahan, pembengkakan, luka/lecet, massa, atau duh
tubuh.
3. Lakukan inspeksi dan palpasi daerah genitalia, perineum, anus dan sekitarnya.
4. Jangan lupa memeriksa daerah inguinal untuk mengetahui pembesaran kelenjar
getah bening setempat (regional)
5. Bilamana tersedia fasilitas laboratorium, sekaligus dilakukan pengambilan
bahan pemeriksaan.
Pasien perempuan dengan status sudah menikah, dilakukan pemeriksaan
dengan spekulum serta pengambilan specimen dengan cara berikut :
1. Beri penjelasan lebih dulu mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan agar
pasien tidak merasa takut
2. Bersihkan terlebih dahulu dengan kain kasa yang telah dibasahi larutan NaCl
3. Setiap pengambilan bahan harus menggunakan spekulum steril (sesuaikan
ukuran spekulum dengan riwayat kelahiran per vaginam), swab atau sengkelit
steril
4. Masukkan daun spekulum steril dalam keadaan tertutup dengan posisi
tegak/vertical ke dalam vagina, dan setelah seluruhnya masuk kemudian putar
pelan-pelan sampai daun spekulum dalam posisi datar/horizontal. Buka
spekulum dan dengan bantuan lampu sorot vagina cari serviks. Kunci
spekulum pada posisi itu sehingga serviks terfiksasi.
5. Setelah itu dapat dimulai pemeriksaan serviks, vagina dan pengambilan
specimen
a. Dari serviks: bersihkan daerah endoserviks dengan kasa steril, kemudian
18
ambil spesimen duh tubuh serviks dengan sengkelit/ swab Dacron™ steril
untuk pembuatan sediaan hapus, dengan swab Dacron™ yang lain dibuat
sediaan biakan,
b. Dari forniks posterior: dengan sengkelit/ swab Dacron™ steril untuk
pembuatan sediaan basah, dan lakukan tes amin
c. Dari dinding vagina: dengan kapas lidi/ sengkelit steril untuk sediaan hapus,
d. Dari uretra: dengan sengkelit steril untuk sediaan hapus
6. Cara melepaskan spekulum: kunci spekulum dilepaskan, sehingga spekulum
dalam posisi tertutup, putar spekulum 90o sehingga daun spekulum dalam
posisi tegak, dan keluarkan spekulum perlahan-lahan.
Pada pasien perempuan berstatus belum menikah tidak dilakukan
pemeriksaan dengan spekulum, karena akan merusak selaput daranya sehingga
bahan pemeriksaan hanya diambil dengan sengkelit steril dari vagina dan uretra.7
Untuk pasien perempuan yang belum menikah namun sudah aktif
berhubungan seksual, diperlukan informed consent sebelum melakukan
pemeriksaan dengan spekulum. Namun bila pasien menolak pemeriksaan dengan
spekulum, pasien ditangani menggunakan bagan alur tanpa spekulum.7
19
epitel.1
2.7.3 Pemeriksaan Penunjang
Pada Fluor Albus akibat Vaginosis Bakterial, di diagnosis dengan Amsel’s
Diagnostic Criteria, dimana harus memenuhi 3 dari 4 tanda/ gejala dibawah ini :8
Duh tubuh vagina tampak homogen, tipis dan berwarna putih keabu-abuan
20
flora normal vagina oleh mikroorganisme lain. Sistem skoring pada pewarnaan Gram
dipakai sebagai metode standar untuk diagnosis VB. Skoring berdasarkan tiga
morfotipe, yaitu : bakteri batang Gram positif besar (Lactobacillus),bakteri batang
Gram negatif kecil atau variabel (Gardnerella dan bakteri anaerob) dan bakteri
batang bengkok Gram negatif/batang Gram variabel. Pemeriksaan ini berdasarkan
pergeseran morfotipe dari Lactobacillus yang dominan menjadi Gardnerella
vaginalis dan bakteri anerob serta Mobiluncus. Pulasan vagina pada pewarnaan Gram
dilihat dibawah mikroskop dengan pembesaran 100 kali. Skor yang diberikan adalah 0
sampai 10 berdasarkan proporsi relatif dari morfologi bakteri, yaitu apakah bentuk
batang Gram positif besar, bentuk batang Gram negatif kecil dan variabel atau bentuk
merupakan tes yang paling sensitif menggunakan spesimen tersebut dan dapat
digunakan untuk diagnosis infeksi Chlamydia trachomatis.9
Pada Kandidiasis, Kandidiasis terbagi atas uncomplicated dan complicated
vulvovaginal candidiasis. Dalam anamnesis pada uncomplicated VVC, penderita
dengan Candida vaginitis terdapat gejala disuria dan pruritus pada vulva, nyeri,
bengkak dan kemerahan. Tandanya berupa edema pada vulva, fisura, ekskoriasi
dan cairan/ sekret vagina yang tebal. Diagnosis dapat dibuat pada penderita yang
memiliki tanda-tanda dan gejala vaginitis ditambah dengan 1) Persiapan basah
(saline, 10% KOH) atau pewarnaan gram pada cairan vagina menunjukkan
budding yeasts, hyphae atau pseudohyphae atau 2) Kultur atau tes lainnya
menghasilkan hasil yang positif untuk spesies ragi. Candida vaginitis dikaitkan
dengan pH vagina normal (<4,5).9
Penggunaan KOH 10% pada wet preparations meningkatkan visualisasi pada
ragi dan miselia. Pemeriksaan ini seharusnya dilakukan pada semua wanita
dengan tanda dan gejala vulvovaginal candidiasis dan yang hasilnya positif harus
diberikan terapi yang adekuat. Untuk yang hasilnya negatif dalam wet preparations,
namun memiliki tanda/gejala, kultur vagina untuk Candida dipertimbangkan. Apabila
kultur tidak dapat dilakukan, berikan terapi empiris. Mengidentifikasi Candida
dengan kultur tanpa adanya gejala atau tanda-tanda bukan merupakan indikasi
untuk pengobatan, karena sekitar 10% -20% dari wanita memiliki Candida sp. dan
ragi yang lain pada vagina. Kultur tetap merupakan gold standard dalam
diagnosis vulvovaginal candidiasis. Pada complicated VVC, kultur vagina harus
dilakukan konfirmasi diagnosis dan deteksi spesies yang tidak biasanya/ jarang
seperti Candida glabrata (Candida glabrata tidak membentuk pseudohifa/ hifa
perubahan yang berupa ada atau tidak ada warna memutih pada serviks yang
mncerminkan kondisi lesi prakanker serviks. Fase ini merupakan tujuan utama
dari skrining kanker serviks. Keuntungan dari metode ini adalah sederhana, cepat,
mudah, murah, tidak nyeri, dan hasil langsung bisa dilihat tanpa intepretasi
laboratorik. Metode ini dapat dikerjakan pada low resource setting sehingga
diutamakan untuk golongan masyarakat miskin, masyarakat terpencil yang sulit
mendapatkan akses pelayanan kesehatan, dan dapat dikerjakan oleh bidan di
puskesmas.10
2.8 TATALAKSANA
a. Fluor albus Fisiologis
Secara umum, Fluor Albus yang keluar secara fisiologis tidak diperlukan
terapi. Namun, diperlukan edukasi bahwa cairan/ sekret tersebut akan keluar
secara fisiologis dari tubuh karena pengaruh hormonal seperti yang telah
dijabarkan diatas. Apabila cairan/ sekret tersebut menjadi bertambah banyak,
berbau, gatal bahkan menimbulkan nyeri baik saat berkemih maupun bersenggama,
lakukan konsultasi ke dokter segera agar dapat mengetahui penyebab dan dapat di
berikan terapi yang adekuat.1
b. Fluor albus Patologis
Penatalaksanaan keputihan sebaiknya dilakukan sedini mungkin untuk
menghindari komplikasi sekaligus untuk menyingkirkan adanya penyebab lain
seperti kanker leher rahim yang memiliki gejala keputihan berupa sekret encer,
bewarna merah muda, coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.10
Penatalaksanaan fluor albus dilakukan tergantung pada penyebabnya. Umumnya
obat-obatan untuk mengatasi penyebab dan mengurangi keluhan. Misalnya
diberikan obat golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi jamur dan golongan
metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat yang
diberikan dapat berupa sediaan oral (berupa pil, tablet, kapsul), sediaan topikal
seperti krim yang dioleskan, dan uvula yang dimasukkan ke dalam liang vagina.
Pada penderita yang sudah memiliki pasangan, sebaiknya pasangannya juga diberi
pengobatan, serta diberi anjuran untuk tidak berhubungan seksual selama dalam
pengobatan.10
26
*Tidak boleh diberikan pada ibu hamil, menyusui, anak usia <12 tahun
**Pasien dalam pengobatan metronidazone dianjurkan untuk menghindari minum
alkohol
Tabel 2.5 Ringkasan Terapi Duh Tubuh Vagina Karena Vaginitis
2.9 PENCEGAHAN
Pencegahan yang dapat dilakukan agar Fluor Albus/ keputihan
kehamilan yakni persalinan prematur, ketuban pecah dini dan bayi berat lahir rendah.
6. infeksi sampai ke dalam rahim dapat menimbulkan endometritis. 12
2.11PROGNOSIS
Secara umum memiliki prognosis yang baik apabila diberikan
regimen terapi dengan durasi yang tepat serta terapi pada pasangan
seksual serta mengikuti instruksi (minum obat secara rutin dengan dosis
yang sesuai dan tidak melakukan hubungan seksual selama pengobatan
sampai terapi selesai dan tidak bergejala). Pada Vaginosis Bakterial
prognosis kesembuhan baik yakni mencapai 70-80%, Kandidiasis sekitar
80-95% dan Trikomoniasis sekitar 95% dengan terapi yang
adekuat.9,11
BAB III
KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
30
31
12. Dina I, Rijanto, Murvira PF. Fluor Albus Dengan Kanker Serviks Pada
Pasangan Usia Subur. Jurnal Penelitian Kesehatan. Poltekkes Kemenkes
Surabaya. 2014. [Diakses 30 April 2021] Available at :
http://journal.poltekkesdepkessby.ac.id/index.php/JPK/article/download/430/
353.