Anda di halaman 1dari 6

A.

Larutan

Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua
zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah.
Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya
bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Fase larutan dapat
berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan padat misalnya
perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula
dalam air, dan lain-lain. Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute).
Pada bagian ini dibahas larutan cair (Darma, 2014).

Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan
alkohol. Jika pelarutnya bukan air, maka nama pelarutnya disebutkan. Misalnya larutan garam
dalam alkohol disebut larutan garam dalam alkohol (alkohol disebutkan), tetapi larutan garam
dalam air disebut larutan garam (air tidak disebutkan). Zat terlarut dapat berupa zat padat, gas
atau cair. Zat padat terlarut dalam air misalnya gula dan garam. Gas terlarut dalam air misalnya
amonia, karbon dioksida, dan oksigen. Zat cair terlarut dalam air misalnya alkohol dan cuka.
Umumnya komponen larutan yang jumlahnya lebih banyak disebut sebagai pelarut. Larutan 40
% alkohol dengan 60 % air disebut larutan alkohol. Larutan 60 % alkohol dengan 40 % air
disebut larutan air dalam alkohol. Larutan 60 % gula dengan 40 % air disebut larutan gula
karena dalam larutan itu air terlihat tidak berubah sedangkan gula berubah dari padatan
(kristal) menjadi terlarut (menyerupai air) (Darma, 2014).

B. Pengenceran

Pengenceran yaitu suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan
menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai yaitu aquadest dalam jumlah
tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar
kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan. Dalam
pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak kita
inginkan.Untuk mengetahui konsentrasi yang sebenarnya perlu dilakukan standarisasi.
Standarisasi sering dilakukan dengan titrasi. Zat-zat yang di dalam jumlah yang relatif besar
disebut pelarut. Pengenceran diartikan pencampuran yang bersifat homogen antara zat terlarut
dan pelarut dalam larutan.Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat)
terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam
larutan disebut pelarut atau solven (Alfa, 2014).

Rumus pengenceran berdasarkan Nita (2014) adalah:

V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan: V= volume cairan (L),

M= molaritas (mol/L)

Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan
pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang
pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi
pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam
sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan
ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan
air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya,
percikan asam sulfat ini merusak kulit (Alfa, 2014).

Pengenceran yaitu penambahan pelarut yang mengakibatkan jumlah pelarut lebih banyak
dibandingkan jumlah zat terlarutnya. Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu yang
berasal dari larutan pekat, maka diambil dengan volume tertentu (dengan gelas ukur atau pipet
ukur) larutan pekat yang yang diperlukan kemudian diencerkan dengan aquades sampai volume
yang dikehendaki. Ketelitian dalam pengenceran merupakan salah satu faktor untuk
memproleh ketepatan konsentrasi yang diinginkan, karena itu pengenceran akan lebih baik jika
dilakukan di dalam labu takar (Tim Dosen Kimia Universitas Hasanuddin, 2010).

C. Molaritas

Molaritas (disingkat M) adalah salah satu ukuran konsentrasi larutan. Molaritas suatu larutan
menyatakan jumlah mol suatu zat per liter larutan. Umumnya konsentrasi larutan berair encer
dinyatakan dalam satuan molar. Keuntungan menggunakan satuan molar adalah kemudahan
perhitungan dalam stoikiometri, karena konsentrasi dinyatakan dalam jumlah mol (sebanding
dengan jumlah partikel yang sebenarnya). Kerugian dari penggunaan satuan ini adalah
ketidaktepatan dalam pengukuran volum. Selain itu, volum suatu cairan berubah sesuai
temperatur, sehingga molaritas larutan dapat berubah tanpa menambahkan atau mengurangi
zat apapun. Selain itu, pada larutan yang tidak begitu encer, volume molar dari zat itu sendiri
merupakan fungsi dari konsentrasi, sehingga hubungan molaritas-konsentrasi tidak linear
(Wikipedia, 2014).

Rumus Molaritas berdasarkan Wikipedia (2014) yaitu:

M =n/V

Keterangan : M = Molaritas n = mol V = Volume (L)


D. Larutan Buffer

Larutan penyangga adalah larutan yang bersifat mempertahankan pH-nya, jika ditambahkan
sedikit asam atau sedikit basa atau diencerkan. Larutan penyangga merupakan campuran asam
lemah dengan basa konjugasinya atau campuran basa lemah dengan asam konjugasinya. Nilai
pH larutan buffer tidak berubah (konstan) setelah penambahan sejumlah asam, basa, maupun
air. Larutan buffer mampu menetralkan penambahan asam maupun basa dari luar (Utami,
2009).

Larutan buffer bisa dibuat bukan dari campuran antara basa lemah dengan garamnya
saja.Larutan buffer dapat juga berupa campuran hasil reaksi dari basa lemah dan asam kuat
asalkan banyaknya basa lemah lebih banyak dari pada asam kuat yang dicampurkan. Cara ini
lebih umum dilakukan untuk larutan buffer (Tim Dosen Kimia Universitas Hasanuddin, 2010).

Larutan buffer dapat dibuat dengan berbagai cara. Larutan buffer asam dapat dibuat dengan
cara mencampurkan sejumlah larutan asam lemah dengan larutan basa konyugasinya secara
langsung. Selain itu, larutan buffer asam juga dapat dibuat dengan mencampurkan sejumlah
larutan basa kuat dengan larutan asam lemah berlebih.Setelah reaksi selesai, campuran dari
larutan basa konjugasi yang terbentuk dan sisa larutan asam lemah membentuk larutan buffer
asam. Cara yang serupa, larutan buffer basa juga dapat dibuat melalui dua cara. Pertama,
mencampurkan sejumlah larutan basa lemah dengan larutan asam konjugasinya secara
langsung. Cara kedua, mencampurkan sejumlah larutan asam kuat dengan larutan basa lemah
berlebih.Setelah reaksi selesai, campuran dari larutan asam konjugasi yang terbentuk dan sisa
larutan basa lemah membentuk larutan buffer basa (Andy, 2009).

E. Jenis – Jenis Larutan Buffer

Jenis-jenis larutan buffer berdasarkan Chyntia (2014), yaitu:

1. Larutan Buffer yang Bersifat Asam

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini
dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya.
Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana
asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang
mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat
yang digunakan seperti natrium, kalium, barium, kalsium, dan lain-lain.

Contoh yang biasa merupakan campuran asam etanoat dan natrium etanoat dalam larutan.
Pada kasus ini, jika larutan mengandung konsentrasi molar yang sebanding antara asam dan
garam, maka campuran tersebut akan memiliki pH 4.76. Ini bukan suatu masalah dalam hal
konsentrasinya, sepanjang keduanya memiliki konsentrasi yang sama. Kita dapat mengubah pH
larutan penyangga dengan mengubah rasio asam terhadap garam, atau dengan memilih asam
yang berbeda dan salah satu garamnya.

2. Larutan Buffer yang bersifat Basa

Apabila suatu basa lemah dicampur dengan asam konjugasinya maka akan terbentuk suatu
larutan buffer basa. Larutan ini akan mempertahankan pH pada daerah basa (pH>7). Misalnya
larutan campuran NH3 dengan ion amonium (NH4+). Larutan buffer basa juga dapat terjadi dari
campuran suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemah dicampurkan
berlebih. Jika ke dalam larutan ditambahkan suatu asam kuat, maka ion H+ yang berasal dari
asam itu akan mengikat atau bereaksi dengan ion OH-. Hal itu menyebabkan kesetimbangan
larutan menjadi bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan atau
dengan kata lain pH larutan stabil atau dapat bertahan. Demikian juga pada penambahan suatu
basa kuat, jumlah ion OH- dalam larutan akan bertambah. Hal ini akan menyebabkan
kesetimbangan larutan menjadi bergeser ke kiri sehingga konsentasi ion OH- dapat
dipertahankan dan pH larutan tidak berubah.

F. Buffer Sitrat

Seperti yang kita ketahui bahwa larutan buffer memiliki peranan yang sangat penting, tidak
hanya bagi tubuh manusia namun juga dalam pekerjaan laboratorium. Larutan buffer
diperlukan agar kondisi atau tingkat keasaman atau kebasaan dalam suatu larutan tetap terjaga
pada nilai pH yang diinginkan. Hal tersebut terutama untuk zat-zat yang sifatnya sensitive
terhadapadanya perubahan sedikit pH. Salah satu contoh larutan buffer yaitu buffer sitrat
yangdigunakan untuk kisaran pH asam, yaitu pada kisaran nilai pH 3.0 – 6.2 (Rachma, 2014).

Buffer sitrat merupakan larutan buffer dengan pH 6. Jenis larutan untuk pembuatan buffer
sitrat yaitu larutan asam sitrat, natrium sitrat, natrium dihidrogen fosfat dan terakhir dinatrium
monohidrogen fosfat.Natrium sitrat digunakan sebagai zat buffer untuk mengontrol pH guna
membantu mengatur kegetiran atau untuk mengontrol keasaman.Larutan buffer pH 6 dapat
juga dibuat dari campuran larutan kalium dihidrogen fosfat dan natrium hidroksida (Susi, 2008).

G. Aplikasi Buffer

Larutan penyangga sangat penting dalam kehidupan, misalnya dalam analisis kimia, biokimia,
bakteriologi, zat warna, fotografi, dan industri kulit. Darah dalam tubuh manusia mempunyai
kisaran pH 7,35 sampai 7,45 dan apabila pH darah manusia di atas 7,8 akan menyebabkan
organ tubuh manusia dapat rusak, sehingga harus dijaga kisaran pHnya dengan larutan
penyangga (Sahri, 2013).
Fungsi penambahan larutan buffer dalam suatu larutan adalah untuk mempertahankan nilai pH
tertentu larutan agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung. Sifat yang khas
dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan pemberian sedikit
asam kuat atau basa kuat. Larutan penyangga mengandung komponen asam dan basa dengan
asam dan basa konjugasinya, sehingga dapat mengikat baik ion H+ maupun ion OH-. Sehingga
penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pH-nya secara signifikan
(Wikipedia, 2014).

Beberapa fungsi larutan penyangga menurut Sahri (2013), adalah sebagai berikut :

1. Darah sebagai Larutan Penyangga

Ada beberapa faktor yang terlibat dalam pengendalian pH darah, diantaranya penyangga
karbonat, penyangga hemoglobin dan penyangga sebagai berikut :

a. Penyangga Karbonat

Penyangga karbonat berasal dari campuran asam karbonat (H2CO3) dengan basa konjugasi
bikarbonat (HCO3). Penyangga karbonat sangat berperan penting dalam mengontrol pH darah.
Pelari maraton dapat mengalami kondisi asidosis, yaitu penurunan pH darah yang disebabkan
oleh metabolisme yang tinggi sehingga meningkatkan produksi ion bikarbonat. Kondisi asidosis
ini dapat mengakibatkan penyakit jantung, ginjal, diabetes miletus (penyakit gula) dan diare.
Orang yang mendaki gunung tanpa oksigen tambahan dapat menderita alkalosis, yaitu
peningkatan pH darah.Kadar oksigen yang sedikit di gunung dapat membuat para pendaki
bernafas lebih cepat, sehingga gas karbondioksida yang dilepas terlalu banyak, padahal CO2
dapat larut dalam air menghasilkan H2CO3. Hal ini mengakibatkan pH darah akan naik. Kondisi
alkalosis dapat mengakibatkan hiperventilasi (bernafas terlalu berlebihan, kadang kadang
karena cemas dan histeris).

b. Penyangga Hemoglobin

Pada darah, terdapat hemoglobin yang dapat mengikat oksigen untuk selanjutnya dibawa ke
seluruh sel tubuh. Asam hemoglobin ion aksi hemoglobin keberadaan oksigen pada reaksi di
atas dapat memengaruhi konsentrasi ion H+, sehingga pH darah juga dipengaruhi olehnya. Pada
reaksi di atas O2 bersifat basa.Hemoglobin yang telah melepaskan O2 dapat mengikat H+ dan
membentuk asam hemoglobin. Sehingga ion H+ yang dilepaskan pada peruraian H2CO3
merupakan asam yang diproduksi oleh CO2 yang terlarut dalam air saat metabolisme.Reaksi
kesetimbangan dari larutan penyangga oksi hemoglobin adalah:

HHb + O2 (g) « HbO2- + H+

c. Penyangga Fosfat
Pada cairan intra sel, kehadiran penyangga fosfat sangat penting dalam mengatur pH
darah.Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah 7,4. Penyangga di luar sel hanya
sedikit jumlahnya, tetapi sangat penting untuk larutan penyangga urin.

2. Air Ludah sebagai Larutan Penyangga

Gigi dapat larut jika dimasukkan pada larutan asam yang kuat. Email gigi yang rusak dapat
menyebabkan kuman masuk ke dalam gigi. Air ludah dapat mempertahankan pH pada mulut
sekitar 6,8. Air liur mengandung larutan penyangga fosfat yang dapat menetralisir asam yang
terbentuk dari fermentasi sisa-sisa makanan.

3. Menjaga Keseimbangan pH Tanaman

Suatu metode penanaman dengan media selain tanah, biasanya dikerjakan dalam kamar kaca
dengan menggunakan mendium air yang berisi zat hara, disebut dengan hidroponik. Setiap
tanaman memiliki pH tertentu agar dapat tumbuh dengan baik. Oleh karena itu dibutuhkan
larutan penyangga agar pH dapat dijaga.

4. Larutan Penyangga pada Obat-Obatan

Asam asetilsalisilat merupakan komponen utama dari tablet aspirin, merupakan obat
penghilang rasa nyeri. Adanya asam pada aspirin dapat menyebabkan perubahan pH pada
perut. Perubahan pH ini mengakibakan pembentukan hormon, untuk merangsang
penggumpalan darah, terhambat; sehingga pendarahan tidak dapat dihindarkan.

Kegunaan larutan penyangga tidak hanya terbatas pada tubuh makhluk hidup. Reaksi-reaksi
kimia di laboratorium dan di bidang industri juga banyak menggunakan larutan penyangga.
Reaksi kimia tertentu ada yang harus berlangsung pada suasana asam atau suasana basa. Buah-
buahan dalam kaleng perlu dibubuhi asam sitrat dan natrium sitrat untuk menjaga pH agar
buah tidak mudah dirusak oleh bakteri (Utami, 2009).

Anda mungkin juga menyukai