Anda di halaman 1dari 12

DAMPAK GIZI BURUK PADA BALITA

DI SUSUN OLEH:

RESTI FRANITA

DOSEN PEMBIMBING:

YUDA OKTANA, S.I. Kom

AKPER YBIS SUNGAI PENUH


TAHUN AJARAN 2018/2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan
rahmat-nyalah kami akhirnya bisa menenyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudu ”Dampak Gizi
Terhadap Balita” ini baik dan tepat waktunya.

Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan karya
ilmiah ini. Mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan serta kekurangan dalam karya tulis ilmiah
ini. Sehingga kami mengharapkan saran serta masukkan dari pembaca demi tersusunnya karya ilmiah
yang lain lagi. Akhir kata, kami berharap agar karya ilmiah ini bisa memberikan banyak manfaat.

Sungai penuh, 19 november 2018

penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................1

DAFTAR ISI.................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................3
1.3 TUJUAN...............................................................................................................................3
1.4 MANFAAT..........................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................4


2.1 PENGERTIAN GIZI BURUK............................................................................. .........................4
2.2 GEJALA GIZI BURUK PADA BALITA.....................................................................................5
2.3 DAMPAK GIZI BURUK..............................................................................................................6
2.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GIZI BURUK.................................................................7
2.5 CARA MENANGGULANGI GIZI BURUK................................................................................8

BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................................................9

BAB IV PENUTUP...............................................................................................................................10
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN.........................................................................................................................................10

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia,
masalah yang timbul akibat asupan gizi yang kurang diantaranya Kurang Energi Protein (KEP),
Kekurangan Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), dan Anemia. Pada
bayi dan anak, makan merupakan kegiatan natural yang terjadi sehari-hari. Namun pada
kenyataannya, 25% anak-anak normal dan 80% anak-anak dengan gangguan perkembangan
dilaporkan mempunyai masalah kesulitan makan. Salah satu gangguan perkembangan pada anak yang
berakibat pada kesulitan makan, mempengaruhi tumbuh kembang anak dan sering dijumpai adalah
malnutrisi(kurang gizi).

Selain masalah gizi kurang, akhir-akhir ini ditemukan juga dampak dari konsumsi berlebih atau
gizi lebih, tidak hanya pada orang dewasa tetapi juga pada anak dan balita. Masalah yang sering
muncul adalah obesitas (berat badan berlebih), yang akan diikuti dengan timbulnya penyakit seperti
jantung koroner, diabetes melitus, stroke, dan yang lainnya. Gizi juga sangat berpengaruh terhadap
perkembangan otak dan perilaku, kemampuan bekerja dan produktivitas serta daya tahan terhadap
penyakit infeksi.

Saat ini diera globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, indonesia
mengalami permasalahan gizi ganda. Disatu pihak masalah gizi kurang disebabkan oleh kemiskinan,
kurangnya kesediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang gizi. Selain itu masalah gizi lebih yang disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada
lapisan masyarakat tertentu disertai kurangnya pengetahuan tentang gizi.

Penanganan gizi buruk sangat terkait dengan strategi sebuah bangsa dalam menciptakan sumber
daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Upaya peningkatan sumber daya manusia yang
berkualitas dimulai dengan cara penanganan pertumbuhan anak sebagai bagian dari keluarga dengan
asupan gizi dan perawatan yang baik. Dengan lingkungan keluarga yang sehat, maka hadirnya infeksi
menular ataupun penyakit masyarakat lainnya dapat dihindari. Ditingkat masyarakat faktor-faktor
seperti lingkungan yang higienis, ketahanan pangan keluarga, pola asuh anak terhadap anak dan
pelayanan kesehatan primer sangat menentukan dalam membentuk anak yang tahan gizi buruk.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah yang muncul adalah sebagai berikut.
1. Pengertian gizi buruk
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi buruk pada balita
3. Gejala-gejala gizi buruk pada balita
4. Dampak gizi buruk pada balita
5. Bagaimana cara menanggulangi gizi buruk

1.3 Tujuan
Tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimanakah gizi buruk
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi gizi buruk
3. Untuk mengetahui gejala-gejala gizi buruk
4. Untuk mengetahui dampak gizi buruk
5. Untuk mengetahui cara menanggulangi gizi buruk

1.4 Manfaat
Manfaat dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
1. Dapat mengetahui tentang gizi buruk pada balita
2. Dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi gizi buruk
3. Dapat mengetahui gejala-gejala gizi buruk
4. Dapat mengetahui dampak dari gizi buruk
5. Dapat mengetahui cara menanggulangi gizi buruk

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian gizi buruk

Balita adalah masa tumbuh pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian
keoptimalan fungsinya. Periode tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini
pertubuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan kemampuan bahasa,
kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensi yang berjalan sangat cepat dan merupakan
landasan perkembangan berikutnya.

Gizi buruk adalah sebuah keadaan tubuh yang merusak beberapa bagian dalam tubuh akibat dari
kurangnya gizi yang dikonsumsi anak tersebut. Pengertan umum yang kita gunakan selama ini terkait
gizi buruk diantara dikemukakan gibson (2005), yang mengemukakan bahwa gizi buruk merupakan
salah satu klarifikasi status gizi dimana mengalami kurang gizi yang diketahui berdasarkan
pengukuran antropometri seperti pertambahan berat badan, tinggi badan /panjang badan, lingkar
kepala, lingkar lengan dan lain-lain. Sedangkan pengertian status gizi adalah suatu keadaan tubuh
yang diakibatkan oleh keseimbangan asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat
dilihat dari variabel-variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi/panjang badan, lingkar kepala,
lingkar lengan dan panjang tungkai.

Gizi buruk ini terjadi ketika kondisi tubuh dalam keadaan kekurangan gizi yang diakibatkan
kurangnnya asupan makanan yang mengandung gizi dan juga protein. Jadi dengan kata lain, gizi
buruk terjadi ketika anak tidak mendapatkan asupan energi dan protein yang cukup sehingga
perkembangan organ tubuh sang anak tidak bisa berkembang dengan maksimal. Pengertian gizi buruk
menurut Depkes RI, masalah gizi buruk adalah faktor pembunuh utama bagi bayi dan balita. Gizi
buruk pada balita tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi diawali dengan tidak bertambahnya berat badan
bayi sehingga tidak mampu melewati batas minimal berat bayi yang sesuai dengan umurnya.

Petunjuk awal terjadinya gizi buruk adalah perubahan berat badan balita dari waktu ke waktu.
Dalam periode 6 bulan, bayi yang berat badannya tidak naik dua kali dari berat awalnya beresiko
mengalami gizi buruk 12,6 kali dibandingkan dengan balita yang berat badannya naik terus.
Malnutrisi (gizi buruk adalah) adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi medis yang di
sebabkan oleh dietyang tak tepat atau tak cukup. Walaupun sering disamakan kurang gizi yang
disebabkan oleh kurangnya konsumsi, buruknya absorsi, atau kehilangan besar nutrisi atau gizi, istilah
ini sebenarnya mencakup kelebihan gizi ( overnutrition)yang disebabkan oleh makan yang berlebihan
atau masuknya nutrien secara spesifikberlebihan kedalam tubuh.

Seseorang akan mengalami malnutrisi jika tidak mengkonsumsi jumlah atau kualitas nutrien yang
mencukupi untuk diet sehat selama suatu jangka waktu yang cukup lama. Malnutrisi yang
berlangsung lama dapat mengakibatkan kelaparan, penyakit, dan infeksi. Defesiensi gizi dapat terjadi
pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan dalam waktu lama. Istilah dan klarifikasi
gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan masih merupakan masalahyang pelik. Walaupun
demikian, secara klinis igunakan istilah malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama umum.
Penentuan jenis MEP yang tepat harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap
(tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan
laboratorium.

Proporsi balita yang gizi kurang dan gizi buruk berbanding terbalik dengan pendapatan. Semakin
kecil pendapatan, semakin tinggi persentase balita yang kekurangan gizi, semakin tinggi pendapatan,
semakin rendah persentase gizi buruk. Pendapatan merupakan salah satu unsur yang dapat
mempengaruhi status gizi secara tidak langsung. Hal ini menyangkut daya beli keluarga untuk
memenuhi ketersediaan pangan dalam rumah tangga atau kebutuhan konsumsi makan untuk
kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak

Menurut perkiraan WHO, sebanyak 54% penyebab kematian balita dan bayi disebabkan oleh
keadaan gizi anak yang buruk. Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar
dibandingkan anak yang normal. Ketika balita kurang mendapat asupan gizi, dari makanan yang di
konsumsi, gizi buruk pun rentan mereka alami. Sayangnya, gizi buruk yang dialami balita bisa
bertambah parah akibat kurangnya pengetahuan orang tua tentang gizi buruk dan cara menanganinya.

Padahal banyak faktor yang menyebab seorang Status gizi pada balita dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung yang mempengaruhi status gizi
balita ialah penyakit infeksi dan asupan makan balita, sedangkan faktor tidak langsung yang
mempengaruhi status gizi balita diantaranya ialah pendidikan, pengetahuan, ketrampilan keluarga dan
ketahanan pangan yang berkaitan dengan kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan
seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup, baik jumlah maupun gizinya serta
pemanfaatan pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan, dengan penyebab dasar struktur atau
kondisi ekonomi. Terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan status gizi
balita. Karna apabila pendapatan keluarga sedikit, akan sangat mempempengaruhi status gizi pada
balita.

2.2 Gejala gizi buruk pada balita


Menurut arsad (2010) gejala klinis gizi buruk ada 3 bentuk yaitu:
a. gejala klinis dari marasus
gejala klinis kurang energi protein (KEP) dari maramus adalah:
a. Wajah seperti orang tua
b. Cengeng dan rewel
c. Sering disertai peny, infeksi (diare, umumnya kronis berulang, TBC)
d. Tampak sangat kurus ( tulang terbungkus kulit)
e. Kulit keriput
f. Jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada
g. Perut cekung
h. Iga gambang

b. gejala klinis dari kwarshiorkor


gejala klinis kurang energi protein (KEP) dari kwarshiorkor adalah:
1. Rambut tipis, mera seperti warna
2. Edema ( pada kedua punggung kaki, bisa seluruh tubuh)
3. Rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit
4. Rambut rontok
5. Kelainan kulit (dermatosis)
6. Wajah membulat dan sembab
7. Pandangan mata sayu
8. Pembesaran hati
9. Sering disertai peny inpeksi akut
10. Diare, ispa
11. Apatis dan rewel
12. Otot mengecil (hipotrofy)

c. gejala klinis dari marasus-kwarshiorkor


berdasarkan berat badan menurut umur di peroleh kategori (kemkes RI,2011)
1. Gizi buruk ika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD
2. Gizi kurang ika hasil ukur-3 SD sampai dengan <-2SD
3. Gizi baik jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD
4. Gizi lebih ika hasil ukur >2SD

gejala klinis kurang energi protein (KEP) dari marasus-kwarshiorkor pada dasarnya adalah
campuran dari gejala maramus dan kwashiorkor, ciri khas yang dapat dilihat secara klinis yakni:
A. Beberapa gejala klinik maramus, terlihat sangat buruk dalam hal berat badan (BB/U) berada
dibawah < -3 SD dan bila dikonfirmasi dengan BB/TB dikategorikan sangat kurus ;BB/TB<-3 SD)
B. Kwashiorkor secara klinis terlihat disertai edema yang tidak mencolok pada kedua punggung kaki

d. obesitas
obesitas adalah masalah gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai dengan akumulasi
lemak secara berlebihan ditubuh, dimana dapat penimbunan lemak yang berlebihan dari yang
diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas berarti berat badan yang melebihi berat badan rata-rata.
Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih besar dari setengah kisaran berat badannya yang
normal berarti mengalami obesitas.

3.1 Dampak gizi buruk pada balita


a. tingkat IQ yang rendah
kekurangan gizi yang dialami sejak kecil akan menyebabkan pertumbuhan yang tidak optimal
pada organ tubuh nya. Alhasil kecerdasan anak, yakni kemampuan daya tangkap otak menjadi rendah.

Menurut data yang dilansir pada National Examination Survey, anak-anak dengan gizi buruk
cenderung melewatkan pelajaran dikelas sehingga anak tidak naik kelas. Anak menjadi lemas, lesu,
dan tidak dapat bergerak aktif karena kekurangan, vitamin, mineral dan nutrisi lainnya. Hal ini
didukung oleh data World Bank yang juga mencatat hubungan antara gizi buruk dan tingkat IQ yang
rendah. Anak-anak ini juga mengalami kesulitan menacri teman karna perilaku mereka.

b. kurus pendek , kegemukan


pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat adalah dampak gizi buruk pada anak. Ketika
mengalami masa pertumbuhan, anak sangat memerlukan zat protein yang diandalkan untuk
membangun sel-sel tubuh dan karbohidrat sebagai sumber energi utama tubuh.

Bila tidak ada protein dan zat nutsrisi lainnya, maka bukan tidak mungkin pertumbuhan sikecil
terhambat bahkan berhenti sebelum waktunya. Sedangkan kelebihan gizi akan membuat tubuh
menjadi gemuk atau obesitas.

c. gangguan kesehatan mental dan emosional


anak-anak yang kekurangan asupan nutrisi berisiko menderita gangguan psikologis, seperti rasa
cemas yang berlebih maupun kemampuan tidak bisa belajar, sehingga memerlukan konseling
kesehatan mental. Gizi burruk juga membawa dampak buruk bagi perkembangan dan kemampuan
adaptasi anak pada situasi tertentu.

Dampak gizi buruk pada anak adalah:


1..Kekurangan zat besi mengakibatkan gangguan hiperaktif
2. Kekurangan yodim menghambat pertumbuhan
3. .Kebiasaan melewatkan waktu makan cenderung suka pada makanan yang menggandung gula
yang berkaitan dengan depresi anak

d. kematian
gizi buruk dapat meningkatkan resiko tingkat kematian pada anak. Damayanti menjelaskan anak
bertubuh pendek memiliki resiko meningggal 4 kali lebih besar dari anak yang normal.

e. sulit bekerja
gizi buruk membuat anak mengalami hambatan kerja, penurunan fungsi kognitif, dan kekebalan
serta sulit untuk membakar lemak.

3.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi buruk


A Faktor risiko status sosial ekonomi terhadap kejadian gizi buruk
Terdapat hubungan yang bermakna antara status sosial ekonomi dengan kejadian gizi
buruk.Selain itu diperoleh pula status sosial ekonomi merupakan faktor risiko kejadian gizi buruk.

Status sosial ekonomi merupakan faktor risiko kejadian gizi buruk dikarenakan rendahnya status
sosial ekonomi akan berdampak pada daya beli makanan.Rendahnya kualitas dan kuantitas makanan
merupakan penyebab langsung dari gizi buruk pada balita. Status sosial ekonomi yang kurang
sebenarnya dapat diatasi jika keluarga tersebut mampu menggunakan sumber daya yang terbatas,
seperti kemampuan untuk memilih bahan yang murah tetapi bergizi dan distribusi makanan yang
merata dalam keluarga.

B. Faktor risiko pendidikan ibu terhadap kejadian gizi


Pendidikan ibu merupakan faktor risiko kejadian gizi buruk.Hasil penelitian sebelumnya sesuai
dengan penelitian yang saya teliti rendahnya pendidikan ibu mempunyai hubungan yang bermakna
dengan kejadian gizi buruk dan pendidikan ibu merupakan faktor risiko dari kejadian gizi buruk.Hal
ini dikarenakan tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap kualitas pengasuhan balita terutama
anak yang masih diasuh oleh ibunya. Kualitas pengasuhan balita yang buruk dan rendahnya
pendidikan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas asupan makanan balita yang menyebabkan
balita tersebut mengalami gizi buruk.kualitas dan kuantitas makanan merupakan penyebab langsung
dari gizi buruk pada balita.

C. Faktor risiko penyakit penyerta terhadap kejadian gizi buruk


Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penyakit
penyerta dengan kejadian gizi buruk.Selain itu diperoleh hasil pula bahwa penyakit penyerta
merupakan faktor risiko kejadian gizi buruk. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, penyakit
penyerta merupakan faktor risiko kejadian gizi buruk. Penyakit penyerta dapat menyebabkan gizi
buruk dikarenakan terdapat hubungan timbal balik antara kejadian penyakit dan gizi buruk. Balita
yang menderita gizi buruk akan mengalami penurunan daya tahan sehingga rentan terhadap penyakit.
Selain itu anak yang menderita sakit akan memperjelek keadaan gizi melalui gangguan asupan
makanan dan meningkatnya kehilangan zat-zat gizi esensial.

Penyakit penyerta yang paling banyak dialami oleh balita kelompok gizi buruk adalah diare
kronik dan ISPA.Sekitar 10% diare kronik dan 10% ISPA. Hal ini dapat terjadi gizi buruk pada balita
yang mengalami diare karena balita akan mengalami asupan makanan dan banyak nutrisi yang
terbuang serta kekurangan cairan. Selain itu, balita dengan ISPA yaitu salah satu penyakit infeksi
yang sering dialami oleh balita, dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan sehingga asupan zat
gizi ke dalam tubuh anak menjadi berkurang.

D. Faktor risiko ASI terhadap kejadian gizi buruk


Penelitian ini diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian ASI
eksklusif dengan kejadian gizi buruk. Selain itu diperoleh pula simpulan bahwa pemberian ASI
eksklusif merupakan faktor risiko kejadian gizi buruk. Berdasarkan catatan medik, ibu balita yang
tidak memberikan ASI ekslusif dikarenakan ASI yang tidak keluar dan anak yang sudah besar.
Pendeknya masa ASI eksklusif merupakan faktor risiko kejadian gizi buruk. ASI mempengaruhi
kejadian gizi buruk dikarenakan ASI mengandung zat antibodi sehingga balita yang tidak diberikan
ASI eksklusif akan rentan terhadap penyakit dan akan berperan langsung terhadap status gizi balita.

E. Faktor risiko BBLR ( bayi berat lahir rendah) terhadap kejadian gizi buruk
Data yang diperoleh dari penelitian memberi simpulan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara BBLR dengan kejadian gizi buruk.Selain itu BBLR merupakan faktor risiko dari kejadian gizi
buruk. BBLR merupakan faktor risiko kejadian gizi buruk.Gizi buruk dapat terjadi apabila BBLR
jangka panjang. Pada BBLR zat antibodi kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit.
Penyakit ini menyebabkan balita kurang nafsu makan sehingga asupan makanan yang masuk ke
dalam tubuh menjadi berkurang dan dapat menyebabkan gizi buruk.

F. Faktor risiko kelengkapan imunisasi terhadap kejadian gizi buruk


Terdapat hubungan yang bermakna antara kelengkapan imunisasi dengan kejadian gizi
buruk.Pemberian imunisasi yang tidak lengkap merupakan faktor risiko kejadian gizi buruk. Terdapat
hubungan yang bermakna antara imunisasi yang tidak lengkap dengan kejadian gizi buruk.Ini
dikarenakan apabila bayi atau balita tidak diberikan imunisasi yang lengkap maka balita akan mudah
terkena penyakit dan tidak memiliki kekebalan yang baik terhadap penyakit. Bayi yang terkena
penyakit akan menyebabkan menurunnya nafsu makan dan asupan makanan ke dalam tubuh balita
menjadi berkurang.

3.2 cara menanggulangi gizi buruk pada balita


Penanganan gizi buruk pada balita diantaranya adalah:
1. Beri makanan yang seimbang
2. Beri ASI pada anak yang baru lahir sampai 2 tahun
3. Minum obat cacing setiap 6 bulan sekali
4. Jaga kebersihan rumah dan lingkungan
5. Beri makanan sedit tapi sering
6. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan
7. Ikuti program posyandu setempat
8. Beri vitamin
9. Makan makanan gizi seimbang secara teratur
10. Perbanyak minum air putih

BAB 3
PEMBAHASAN

Gizi kurang banyak menimpa balita sehingga golongan ini disebut golongan rawan gizi. Gizi
kurang berdampak langsung terhadap kesakitan dan kematian, gizi kurang juga berdampak terhadap
pertumbuhan, perkembangan intelektual dan produktivitas. Anak yang kekurangan gizi pada usia
balita, akan tumbuh pendek dan mengalami gangguan pertumbuhan serta perkembangan otak yang
berpengaruh pada rendahnya tingkat kecerdasan.

Status gizi pada balita dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor langsung dan faktor tidak
langsung. Faktor langsung yang mempengaruhi status gizi balita ialah penyakit infeksi dan asupan
makan balita, sedangkan faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi balita diantaranya ialah
pendidikan, pengetahuan, ketrampilan keluarga dan ketahanan pangan yang berkaitan dengan
kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah
yang cukup, baik jumlah maupun gizinya serta pemanfaatan pelayanan kesehatan dan sanitasi
lingkungan, dengan penyebab dasar struktur atau kondisi ekonomi.

Proporsi balita yang gizi kurang dan gizi buruk berbanding terbalik dengan pendapatan. Semakin
kecil pendapatan, semakin tinggi persentase balita yang kekurangan gizi, semakin tinggi pendapatan,
semakin rendah persentase gizi buruk. Pendapatan merupakan salah satu unsur yang dapat
mempengaruhi status gizi secara tidak langsung. Hal ini menyangkut daya beli keluarga untuk
memenuhi ketersediaan pangan dalam rumah tangga atau kebutuhan konsumsi makan untuk
kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak.

Faktor lain, selain pendapatan yang mempengaruhi status gizi balita adalah faktor pengetahuan
ibu mengenai gizi. Ibu adalah seseorang yang paling dekat dengan anak haruslah memiliki
pengetahuan tentang gizi. Pengetahuan minimal yang harus diketahui ialah pentingnya makanan bagi
pertumbuhan atau kesehatan balita, pemilihan bahan makanan dan usia menyusui bayi sampai usia
penyapihan. Pengetahuan tersebut diharapkan akan menjamin balita dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal. Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orang tua, khususnya ibu merupakan salah
satu penyebab kekurangan gizi pada balita.

Peranan ibu dalam melindungi keadaan gizi anak adalah dengan meningkatkan pengetahuannya
mengenai gizi. Gangguan gizi bisa diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan gizi dalam upaya
menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan gizi ibu berdampak terhadap
ketahanan pangan keluarga, dimana pemilihan bahan makanan keluarga sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan gizi ibu, ibu yang mempunyai pengetahuan gizi kurang, akan memilih bahan makanan
yang kurang sesuai dengan persyaratan gizi, sehingga akan berdampak buruk terhadap pemberian
makan dan asupan makan balita yang akan mempengaruhi status gizi balita.

Sedangkan pencegahan dapat dilakukan dengan menimbang secara rutin dan menjaga kondisi gizi
balita secara baik untuk pertumbuhan dan kecerdasannya, maka sudah seharusnya oran tua
memperhatikan hal-hal yang dapat mencegah terjadinya kondisi gizi buruk pada balita. Berikut adalah
beberapa cara untuk mencegah gizi buruk pada balita adalah:

a. Memberikan ASI ekslusif (hanya ASI) sampai umur 6 bulan. Setelah itu anak dikenalkan dengan
makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur , lalu disapih setelah
berumur 2 tahun.

b. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan
mineralnya. Perbandingan komposisinya untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan,
sementara protein 12% dan sisaya karbohidrat.

c.Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program posyandu. Cermatilah
apakah apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar diatas, ika tidak sesuai segera konsultasikan
kedokter.

d.jika anak dirawat di rumah sakit karena gizi nya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan
jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.

e. Jika anak telah menderita kekuranan gizi maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk
karbohidrat, lemak dan gula. Dan sedang untuk proteinnya bisa diberikan sumber-sumber kalori
lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin
penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah
berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatansecara umum. Namun, biasanya
akan menimbulkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di
kemudian hari.
BAB 1V
PENUTUP

KESIMPULAN
Usia dibawah lima tahun atau balita merupkan usia penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
fisik anak. Pada usia ini anak anak masih rawan dengan gangguan kesehatan, baik jasmani maupun
rohani. Salah satu faktor yang menentukan daya tahan tubuh seorang anak adalah keadaan gizinya.
Pertumbuhan anak pada masa balita sangatlah pesat. Sehingga membutuhkan zat gizi yang relatif
tinggi dari pada orang dewasa. Untuk itu di perlukan juga perhatian dan pengetahuan yang baik dan
benar agar pertumbuhan dan perkembangan anak juga optimal. Sebab tidak arang hasil deteksi gizi
buruk pada anak dikarenakan telah terjadi gagal pertumbuhan yang penyebabnya karena kurang gizi ,
kurangya perhatan dan pedulinya orang tua terhadap tumbuh kembang anak.

SARAN
Berdasarkan urutan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, dapat diketahui bawah
balita merupakan masa emas dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Akan tetapi kasus gizi buruk
diindonesia pada balita masih banyak terjadi. Oleh karena itu, peran pemerintah dan masyarakat
sangat dperlukan guna menanggulani semakin luasnya kasus gizi buruk pada balita. Dengan
melakukan tindakan preventif seperti halnya sosialisasi diberbagai media dan konsultasi gizi kepada
masyrakat khususnya para orang tua sangat berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan
tentang pemberian gizi yang tepat kepada anak.

Anda mungkin juga menyukai