Anda di halaman 1dari 4

TRAUMA SERVIKAL

Fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang, sedangkan menurut Boenges, ME.,
Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000) fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Back
dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal
yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan. Jadi fraktur servikal adalah rusaknya
dan terputusnya kontinuitas servikal.

Etiologi

Cedera spinal terjadi akibat patah tulang belakang dan terbanyak mengenai servikal dan lumbal.
Cedera terjadi akibat hiperfleksi, hiperekstensi, kompresi atau rotasi tulang belakang. Di daerah
torakal tidak banyak terjadi karena terlindung oleh struktur thoraks. Kelainan dapat berupa patah
tulang sederhana, kompresi atau kominutif dan dislokasi, sedangkan kerusakan pada sumsum
tulang belakang dapat berupa memar, kontusio, kerusakan melintang, laserasi dengan atau tanpa
gangguan peredaran darah atau perdarahan. Kelainan sekunder dapat disebabkan oleh
hipoksemia dan iskemia. Iskemia disebabkan oleh hipotensi, udem atau kompresi. Kerusakan
pada spinal merupakan kerusakan permanen karena tidak ada regenerasi dari jaringan saraf.
Dapat terjadi karena :
1. Kecelakaan lalu lintas (44%)
2. Kecelakaan olahraga (22%), terjatuh dari ketinggian (24%) dan kecelakaan kerja

Epidemiologi

Kecelakaan merupakan penyebab kematian ke empat, setelah penyakit jantung, kanker dan
stroke, tercatat 50 meningkat per 100.000 populasi tiap tahun, 3% penyebab kematian ini karena
trauma langsung medula spinalis, 2% karena multiple trauma. Insidensi trauma pada laki-laki 5
kali lebih besar dari perempuan. Ducker dan Perrot melaporkan 40% spinal cord injury
disebabkan kecelakaan lalu lintas, 20% jatuh, 40% luka tembak, sport, kecelakaan kerja. Lokasi
fraktur atau fraktur dislokasi cervical paling sering pada C2 diikuti dengan C5 dan C6 terutama
pada usia dekade 3.

Gambaran Klinis

Gambaran klinis tergantung dari letak dan besarnya kerusakan yang terjadi. Kerusakan melintang
memberikan gambaran hilangnya fungsi motorik maupun sensorik kaudal dari tempat kerusakan
disertai syok spinal. Syok spinal terjadi Karena hilangnya rangsang yang berasal dari pusat.
Peristiwa ini umumnya terjadi selama satu hingga enam minggu. Tandannya adalah kelumpuhan
flasid, anesthesia, arefleksia, hilangnya perspirasi, gangguan fungsi rectum dan kandung kemih,
priapismus, bradikardia dan hipotermal. Setelah syok spinal pulih akan terdapat hiperrefleksia.
Selain itu, terjadi pula manifestasi klinis berupa nyeri, bengkak, memar, spasme otot, mobilisasi
abnormal, krepitasi, dan deformitas.

Diagnosis

Pada penderita yang masih sadar, cedera spinal mudah dikenali dengan menilai keluhan dan
melakukan pemeriksaan terhadap kelainan yang terjadi; misalnya penderita mengeluh sakit
sepanjang kolumna vertebra, mengeluh baal, kebas hingga lumpuh pada anggota gerak tertentu.
Namun pada penderita yang mengalami penurunan kesadaran hingga koma akan sulit menilai
keluhan dan melakukan pemeriksaan klinis sehingga kita selalu melakukan praduga positif dan
melakukan serangkaian pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :

1. Foto polos
Cervical foto series dilakukan atas indikasi pasien dengan keluhan nyeri lokal,
deformitas, krepitasi atau edema, perubahan status mental, gangguan neurologis atau
cedera kepala, pasien denganmultiple trauma yang potensial terjadi cervical spine injury.
2. CT-Scan
Pada saat ini CT-Scan merupakan metode yang terbaik untuk akut spinal trauma,
potongan tipis digunakan untuk daerah yang dicurigai pada plain foto. CT-Scan juga
dilakukan bila hasil pemeriksaan radiologis tidak sesuai dengan klinis, adanya defisit
neurologis,
3. MRI
MRI banyak digunakan untuk mendiagnosi akut spinal cord dan cervical spinal injury
karena spinal cord dan struktur sekitarnya dapat terlihat.
4. Myelografi
Pemberian kontras dengan water soluber medium diikuti dengan plain atau CT dapat
melihat siluet dari spinal cord, subarachnoid space, nerve root, adanya lesi intra meduler,
extrameduler, obstruksi LCS, robekan duramater, tetapi dalam kasus trauma pemeriksaan
ini masih kontraversial.

Penatalaksanaan

Prinsip dasar pengelolaan cedera spinal adalah dengan melakukan proteksi sepanjang columna
vertebralis agar tidak terjadi gerakan baik fleksi, ekstensi, rotasi maupun lateral bending.
Proteksi spinal yang dilakukan adalah dengan memasang semi rigid servikal collar dan
memfiksasi penderita pada long spine board. Yang perlu diperhatikan pada prosedur proteksi
spinal ini adalah sesegera mungkin melakukan upaya menegakkan diagnosis ada tidaknya cedera
spinal.

Tujuan utama terapi pembedahan adalah melakukan dekompresi terhadap medulla spinalis dan
melakukan instrumentasi stabilisasi jika memang didapati keadaan tulang belakang yang tidak
stabil. Prognosis penderita sangat tergantung dari beratnya cedera dan lamanya pertolongan
hingga tindakan pembedahan.

Terapi medikamentosa segera diberikan begitu penderita dicurigai menderita cedera spinal,
selama transport hingga saat menjelang pembedahan. Pengelolaan suportif dan medikamentosa
berupa :

1. bantuan ventilasi nafas pada penderita yang mengalami paralisis otot nafas

2. cairan intravena dan penanganan renjatan neurogenik

3. obat medikamentosa seperti : glukokortikoid steroid metilprednisolon dosis tinggi, opiate


reseptor antagonis nalokson, non glukokortikoid steroid tirilazad, monocyaloganglioside.

• Prinsip umum 1 :

- Pikirkan selalu kemungkinan adanya cedera spinal


- Mencegah terjadinya cedera kedua
- Waspada akan tanda yang menunjukkan jejas lintang
- Lakukan evaluasi dan rehabilitasi

• Tindakan 1 :

- Adakan imobilisasi di tempat kejadian (menggunakan dasar yang rata seperti papan)
- Optimalisasi ABC : jalan napas, pernapasan dan peredaran darah - Penanganan
kelainan yang lebih urgent.
- Pemerikasaan neurologis untuk menentukan tempat lesi Pemeriksaan radiologis
(kadang diperlukan)
- Tindak bedah (dekompresi,reposisi dan stabilisasi)

Komplikasi

1. Syok neurogenic

Syok neurogenik merupakan hasil dari kerusakan jalur simpatik yang descending pada
medula spinalis

2. Syok spinal

Syok spinal adalah keadaan flasid dan hilangnya refleks, terlihat s etelah terjadinya
cedera medula spinalis

3. Hipoventilasi

Hipoventilasi, hal ini disebabkan karena paralisis otot interkostal yang merupakan hasil
dari cedera yang mengenai medula spinalis pada bagaian servikal bawah atau torakal atas
4. Hiperfleksia autonomik

Hiperfleksia autonomik, dikarakteristikkan oleh sakit kepala berdenyut, keringat banyak,


kongesti nasal, bradikardi dan hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai