Anda di halaman 1dari 16

Makalah

“ Mampu menjelaskan dan menghitung Pph Pasal 22 “


Perpajakan 1
Dosen pengampu : Adriyanti Agustina Putri, SE. M.Ak, Ak, CA

Disusun oleh :
 Ulvia citra dewi ( 170301229)
 Windy gustia (170301172)

FAKULTAS EKONOMII DAN BISNIS


PRODI AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karna atas berkat rahmatnya kami
bisa menyelesaikan makalah mata kuliah Perpajakan mengenai Pajak Penghasilan Pasal 22.

Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "PajakPanghasilan (PPh)


Pasal 22", yang menurut kami dapat memberikan manfaat
yang besar bagi kita guna lebih mengetahui ruang lingkup yang terdapat pada Pajak
penghasilan Pasal 22

Kami juga berharap agar para pembaca mau memaafkan kami jika ada kesalahan dalam
pengetikan makalah ini. Kami juga mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun
atas kelemahan dan kekurangan dalam makalah ini demi perbaikan selanjutnya. Sekian dan
terimakasih
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian PPh pasal 22


B. Pemungut PPh Pasal 22
C. Kegiatan yang dikenakan PPh pasal 22
D. Kegiatan yang tidak dikenakan PPh pasal 22
E. Saat Terutangnya PPh Pasal 22
F. Dasar dan tarif pemungutan
G. Cara Menghitung PPh Pasal

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
C. Daftar pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Dalam suatu negara untuk menjalankan fungsinya pemerintah atau penguasa setempat
memerlukan dana atau modal. Modal yang diperlukan itu salah satunya bersumber dari
pungutan berupa pajak dari rakyatnya. Pajak juga merupakan gejala sosial dan hanya
terdapat dalam suatu masyarakat, tanpa ada masyarakat, tidak mungkin ada suatu pajak.
Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan akan digunakan untuk
kepentingan pemerintah dan masyarakat umum.

Rakyat yang membayar pajak tidak akan merasakan manfaat dari pajak secara langsung.
Pajak digunakan untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan pribadi. Pajak
merupakan salah satu sumber dana pemerintah untuk melakukan pembangunan, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemungutan pajak dapat dipaksakan karena
dilaksanakan berdasarkan undang-undang.

Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan
lembaga-lembaga Negara lainnya berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang,
dan badan-badan tertentu baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan
kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain.

Dasar hukum pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah Pasal 22 Undang-undang Pajak
Penghasilan, selanjutnya diikuti dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
210/PMK.03/2008 berlaku sejak 31 Agustus 2010.
B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian PPh pasal 22 ?

2. Apa saja kegiatan yang dikenakan PPh pasal 22 ?

3. Apa saja kegiatan yang tidak dikenakan PPh pasal 22 ?

4. Kapan saat terhutangnya PPh pasal 22 ?

5. Bagaimana dasar dan tarif pemungutan PPh pasal 22 ?

6. Bagaimana perhitungan PPh pasal 22 ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian dari PPh pasal 22

2. Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang dikenakan PPh pasal 22.

3. Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang tidak dikenakan PPh pasal 22

4. Untuk mengetahui kapan saat terhutangnya PPh pasal 22

5. Untuk mengetahui bagaimana dasar dan tarif PPh pasal 22

6. untuk mengetahui bagaimana perhitungan PPh pasal 22


BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian

Merupakan pembayaran pajak penghasilan dalam tahun berjalan yang dipungut oleh :

 Bendahara pemerintah, termasuk pada pemerintah pusat, pemerintah daerah,


instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya,berkenaan
dengan pembayaran atas penyerahan barang, termasuk juga dalam pengertian
bendahara adalah pemegaang kas dan pejabat lain yang menjalankan fungsi yang
sama.
 Badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta, berkenaan dengan
kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain,seperti kegiatan usaha
produksi barang tertentu antara lain otomotif dan semen dan
 Pajak penghasilan pasal 22 dibayar dalam tahun berjalan melalui pemotongan atau
pemungutan oleh pihak-pihak tertentu. Selanjutnya pemotong/pemungut akan
menyetor dan melaporkan pajak yang telah dipotong/dipungut.

Pemungutan pajak

Pemungutan pajak PPh pasal 22 adalah :

1. Bank devisa dan direktorat jenderal bea dan cukai, atas impor barang dan ekspor
komoditas tambang batubara, mineral logam dan mineral bukan logam.
2. Direktorat jenderal perbendaharaan, bendara pemerintah baik di tingkat pusat
maupun ditingkat daerah, yang melakukan pembayaran atas pembelian barang;
3. Bendahara pengeluaran atas pembelian barang yang dilakukan dengan
mekanisme uang persediaan.
4. Kuasa pengguna anggaran (KPA) atau pejabat penerbit surat perintah membayar
yang diberi delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atas pembelian barang
kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung
(LS)
5. Badan usaha tertentu meliputi :
a. Badan Usaha Milik Negara
b. Badan Usaha Milik Negara yang dilakukan restrukturisasi oleh pemerintah
setelah berlakunya pengalihan saham milik negara kepada BUMN lainnya.
c. Badan usaha tertentu yang dimiliki langsung oleh badan usaha milik
negara meliputi PT Pupuk Kalimantan Timur, PT Pupuk Iskandar Muda, PT
Telekomunikasi Seluler, PT Indonesia Power, PT Kimia Farma Apotek.
6. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas,
industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi atas pejualan hasil produksi
kepada distributor di dalam negeri.
7. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen pemegang Merek (ATM), dan
importir umum kendaraan bermotor atas penjualan kendaraan bermotor
didalam negeri oleh ATPM,APM, dan importir umum kendaraan bermotor.
8. Produsen atau importir bahan bakar minnyak, gas, dan pelumas atas penjualan
hasil produksinya kepada distributor dalam negeri
9. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan,perkebunan,
pertanian dan perikanan yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak atas
pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspornya.
10. Industri atau badan usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang
batubara, minaral logam, dan mineral bukan logam, dari badan atau orang
pribadi pemegang izin usaha pertambangan atas pembelian komoditas tambang
batubara, mineral logam dan mineral bukan logam dari badan atau orang pribadi
pemegang izin usaha pertambangan.
11. Badan usaha yang memproduksi emas batangan atas penjualan emas batangan
oleh produsen emas batangan.
12. Wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat
mewah.

Objek pemungutan PPh pasal 22

Yang merupakan objek pemungutan PPh pasal 22 adalah :

1. Impor barang dan ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam dan mineral
bukan logam yang dilakukan oleh eksportir, kecuali yang dilakukan oleh wajib pajak
yang terikat dalam perjanjian kerja sama pengusahaan pertambangan dan kontrak
karya.
2. Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh bendahara pemerintah dan
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungutan pajak pada pemerintah pusat,
pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah, dan lembaga – lembaga
negara lainnya.
3. Pembayaran atas pembellian barang yang dilakukan dengan mekanisme uang
persediaan (UP) oleh bendahara pengeluaran.
4. Pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan
mekanisme pembayaran langsung (LS) oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau
pejabat penerbit surat perintah membayar yang diberi delegasi oleh Kuasa
Pengguna Anggran (KPA).
5. Pembayaran atas pembelian barang dan atau bahan-bahan untuk keperluan
kegiatan usaha oleh badan usaha tertentu.
6. Penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh badan usaha yang
bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, industri
otomotif dan industri farmasi.
7. Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh ATPM, ATM, dan importir
umumkendaraan bermotor agen tunggal pemegang merek (ATPM) Agen pemegang
merek (APM) dan importir umum kendaraan bermotor.
8. Penjualan hasil produksinya kepada distributor dalam negeri oleh produsen atau
importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas dan pelumas.
9. Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspornya oleh industri atau
eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebuna, pertanian,
perternakan dan perikanan.
10. Pembelian komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam,
dari badan atau orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan oleh industri atau
badan yang melakukan pembelian komoditas tambang batubara, mineral logam dan
mineral bukan logam, dari badan atau orang pribadi pemegang izin usaha
pertambangan.
11. Penjualan emas batangan oleh badan usaha yeng memproduksi emas batangan.
12. Penjualan barang yang tergolong mewah oleh wajib pajak badan yang melakukan
penjualan barang yang tergolong mewah.

Dikecualikan dari pemungutan PPh pasal 22 adalah :

1. Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan tidak terutang pajak penghasilan
2. Impor barang yang dibebaskan dari pemungutan Bea masuk atau pajak
pertambahan nilai :
a) Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di
indonesia berdasarkan asas timbal balik.
b) Barang untuk keperluan badan internasional yang diakui dan terdaftar pada
pemerintah indonesia beserta pejabatnya yang bertugas di indonesia dan
tidak memegang paspor indonesia.
c) Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal sosial, atau
kebudayaan.
d) Barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam
itu yang terbuk untuk umum.
e) Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
f) Barang untuk kepeerluan khusus tunanetra dan penyandang cacat lainnya.
g) Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah.
h) Barang pindahan
i) Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas dan
barang kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan kepabeanan.
j) Barang di impor oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang
ditunjukkan untuk kepentingan umum.
k) Persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer, termasuk suku cadang yang
diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara.
l) Barang dan bahan yang di pergunakan untuk menghasilkan barang bagi
keperluan pertahanan dan keamanan negara.
m) Vaksin polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan Imunisasi Nasional
(PIN).
n) Buku ilmu pengetahuan dan teknologi, buku pelajaran umum, kitab suci dan
buku-buku pelajaran agama, dan buku ilmu pengetahuan lainnya.
o) Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau, kapal angkutan
penyebrangan, kapal pandu, kapal tunda,kapal penangkap ikan, kapal
tongkang, yang di impor dan digunakkan oleh perusahaan pelayaran niaga
nasional atau perusahaan penangkapan ikan nasional, perusahaan
penyelenggaraan jasa kepelabuhan nasional atau perusahaan
penyelenggaraan jasa angkutan sungai, danau dan penyebrangan nasional
sesuai dengan kegiatan usahanya.
p) Pesawat udara atau suku cadang serta alat keselamatan penerbangan dan
atau alat keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau
pemeeliharaan yang di impor dan digunakan oleh perusahaan angkutan
udara niaga nasional, dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan pesawat udara yang di impor oleh pihak yang ditunjuk oleh
peerusahaan angkutan udara niaga nasional yang digunakan dalam rangka
pemberian jasa perawatan atau reparasi pesawat udara kepada perusahaan
angkutan udara niaga nasional.
q) Kereta api atau suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan serta prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT Kereta
Api Indonesia (persero) dan kompoonen atau bahan yang di impor oleh pihak
yang ditunjuk oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang digunakan untuk
pembuatan kereta api, suku cadang, peralatan untuk perbaikan atau
pemeliiharaan, serta orasarana yang akan digunakan oleh PT Kereta Api
Indonesia (Persero)
r) Peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan oleh kementriaan
pertahanan atau TNI untuk penyediaan data batas dan foto udara wilayah
Negara Republik Indonesia yang dilakukan untuk mendukung pertahanan
nasional, yang di impor oleh Kementerian Pertahanan, TNI atau pihak lain
yang ditunjuk oleh kementerian pertahanan atau TNI dan/atau
s) Barang untuk kegiatan hulu minyak dan gas bumi yang di importasinya di
lakukan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama.
t) Barang untuk kegiatan panas bumi.

3. impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk di ekspor
kembali.

4. impor kembali yang meliputi barang-barang yang telah di ekspor kemudian diimpor
kembali dengan kualitas yang sama atau barang –barang yang telah diekspor untuk
keperluan perbaikan, peengerjaan, dan peengujian yang memenuhi syarat yang ditentukan
oleeh Direktorat Jeenderal Bea dan Cukai.

5. pembayaraan yang dilakukan oleh pemungut pajak berkenaan dengan hal-hal berikut ini:

a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak yang jumlahnya paling banyak
Rp2.000.000 dan bukan merupakan jumlah yang di pecah-pecah. Pemungut pajak ini
meliiputi bendahara pemeerintah dan kuasa pengguna anggaran (KPA) pada
pemerintah pusat atau pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan
lembaga-lembaga negara lainnya, bendahara pengeluaran, kuasa pengguna
anggaran (KPA) atau pejabat penerbit surat perintah membayar yang diberi delegasi
oleh kuasa penggguna anggaran.
b. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak yang jumlahnyaa paling banyak Rp
10.000.000 dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah. Pemungut pajak ini
meliputi badan usaha tertentu yang terdiri atas BUMN dan badan-badan tertentu
yang dimiliki oleh BUMN.
c. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas, pelumas dan
benda-benda pos; pemakaian air dan listrik.
d. Pembayaran untuk pembelian minyak bumi, gas bumi, dan/atau produk sampingan
dari kegiatan usaha hulu di bidang minyak dan gas bumi yang dihasilkan di Indonesia
dari sumber-sumber berikut ini:
1. Kontraktor yang melakukan eksplorasi dan ekspoitasi berdasarkan konntrak
kerja sama.
2. Kantor pusat kontraktor yang melakukan eksplorasi dan ekspoitasinya
berdasarkan kontrak kerja sama.

e. pembayaran untuk pembelian panas bumi atau listrik hasil pengusahaan panas bumi
dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha dibidang usaha panas bumi berdasarkan
kontrak kerja sama pengusahaan sumber daya panas bumi.

f. pembayaran atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor yang
bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, perternakan, dan perikanan
yang jumlahnya paling banyak Rp20.000.000, tidak termasuk PPN dan bukan merupakan
jumlah yang dipecah-pecah.
g. pembelian batubara, mineeral logam dan mineral bukan logam dari bahan atau orang
pribadi pemegang izin usaha pertambangan yang telah dipungut PPh pasal 22 atas
pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usaha oleh BUMN.

6. impor emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dari
emas untuk tujuan ekspor.

7. pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana Bantuan


Operasional Sekolah (BOS).

8. penjualan emas batangan oleh badan usaha yang memproduksi emas batangan kepada
Bank Indonesia.

9. pembelian gabah dan/atau beras oleh bendahara pemerintah (Kuasa Pengguna Anggaran,
pejabat penerbit surat perintah membayar yang diberi delegasi oleh KPA atau bendahara
pengeluaran).

10. pembelian gabah dan/atau beras oleh Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum
BULOG).

Saat terutangnya PPh pasal 22

No Jenis kegiatan Saat terutang PPh pasal 22


1 PPh pasal 22 atas impor barang Terutang dan dilunasi bersamaan dengan
saat pembayaraan Bea Masuk. Jika
pembayaraan Bea Masuk ditunda atau
dibebaskan, PPh pasal 22 terutang dan
dilunasi pada saat penyelesaian dokumen
Pemberitahuan impor barang (PIB).
2 PPh pasal 22 atas pembelian barang Terutang dan dipungut pada saat
oleh pemungut pajak pada nomor 2,3, pembayaran.
dan 4(bendahara
pemerintah,KPA,bendahara
pengeluaran,pejabat penerbit,SPM)
BUMN tertentu dan bank-bank BUMN
3 PPh pasal 22 atas penjualan hasil Terutang dan dipungut pada saat penjualan.
produksi industri semen, industri
kertas, industri baja, industri otomotif,
industri farmasi, dan penjualan
kendaraan bermotor oleh ATPM,APM
dan importirnya
4 PPh pasal 22 atas penjualan bahan Terutang dan dipungut pada saat penerbitan
bakar minyak, bahan bakar gas, dan surat perintah pengeluaran barang (delivery
pelumas order).
5 PPh pasal 22 atas pembelian bahan- Terutang dan dipungut pada saat pembelian.
bahan pedagang pengumpul

Menghitung PPh pasal 22

PPh pasal 22 = Tarif x Dasar Pengenaan Pajak

Tarif dasar pengenaan pajak PPh pasal pasal 22 dijelaskan dalam tabel berikut :

No Objek pajak (kegiatan) Tarif Dasar pengenaan PPh pasal 22


1 Impor barang
a) Barang tertentu 10% Nilai impor 10% x Nilai impor
(Lampiran l PMK
No.107 tahun 2015)
b) Barang tertentu 7,5% Nilai impor 7,5% x Nilai impor
lainnya (Lampiran ll
PMK No. 107 tahun
2015)
c) Selain huruf a dan b 2,5% Nilai impor 2,5% x Nilai impor
d) Kedelai, gandum, 0,5% Nilai impor 0,5% x Nilai impor
tepung terigu
e) Selain huruf a, b dan 7,5% Nilai impor 7,5% x Nilai impor
c tidak mempunyai
API
f) Barang tidak dikuasai 7,5% 7,5% x Nilai impor
2 Ekspor komoditas tambang 1,5% Nilai ekspor 1,5% x Nilai ekspor
batubara, mineral logam,
dan mineral bukan logam
yang dilakukan oleh
eksportir, kecuali yang
dilakukan oleh wajib pajak
yang terikat dalam
perjanjian kerja sama
pengusaha pertambangan
dan kontrak karya
3 Pembelian barang oleh 1,5% Harga pembelian tidak 1,5% x Harga beli
bendahara pemerintah dan termasuk PPN
KPA
4 Pembelian barang yang 1,5% Harga pembelian tidak 1,5% x Harga beli
dilakukan dengan termasuk PPN
mekanisme uang persediaan
(UP) oleh bendahara
pengeluaran
5 Pembelian barang kepada 1,5% Harga pembelian tidak 1,5% x Harga beli
pihak ketiga yang dilakukan termasuk PPN
dengan mekanisme
pembayaran langsung (LS)
oleh KPA atau pejabat SPM
6 Pembelian barang dan/atau 1,5% Harga pembelian tidak 1,5% x Harga beli
bahan-bahan untuk termasuk PPN
keperluan kegiatan
usahanya oleh badan usaha
tertentu
7 Penjualan hasil produksi
kepada distributor di dalam
negeri oleh industri yang
bersangkutan :
a. Penjualan semua 0,25% Dasar pengenaan PPN 0,25% x DPP PPN
jenis semen
b. Penjualan kertas 0,1% Dasar pengenaan PPN 0,1% x DPP PPN
c. Penjualan baja 0,3% Dasar pengenaan PPN 0,3% x DPP PPN
d. Penjualan semua 0,45% Dasar pengenaan PPN 0,45% x DPP PPN
jenis kendaraan
bermotor beroda
dua atau lebih
e. Penjualan semua 0,3% Dasar pengenaan PPN 0,3% x DPP PPN
jenis obat
8 Penjualan kendaraan 0,45% Dasar pengenaan PPN 0,45% x DPP PPN
bermotor didalam negeri
oleh ATPM, APM dan
importir umum kendaraan
bermotor
9 Penjualan hasil produksi
kepada distributor dalam
negeri oleh produsen atau
importinya :
a. Penjualan bahan 0,25% Penjualan tidak 0,25% x Nilai
bakar minyak kepada termasuk PPN penjualan
SPBU pertamina
b. Penjualan bahan 0,3% Penjualan tidak 0,3% x Nilai
bakar minyak kepada termasuk PPN penjualan
SPBU bukan
pertamina
c. Penjualan bahan 0,3% Penjualan tidak 0,3% x Nilai
bakar minyak kepada termasuk PPN penjualan
pihak selain a dan b
diatas
d. Penjualan bahan 0,3% Penjualan tidak 0,3% x Nilai
bakar gas termasuk PPN penjualan
e. Penjualan pelumas 0,3% Penjualan tidak 0,3% x Nilai
termasuk PPN penjualan
10 Pembelian bahan-bahan 0,25% Harga pembelian tidak 0,25% x Nilai
untuk keperluan industri termasuk PPN pembelian
atau ekspornya oleh industri
atau ekspornya
11 Pembelian komoditas 1,5% Harga pembelian tidak 1,5% x Nilai
tambang batubara, mineral termasuk PPN pembelian
logam, dan mineral bukan
logam dari badan atau
orang pribadi pemegang izin
usaha pertambangan oleh
industri atau badan usaha
yang melakukannya
12 Penjualan emas batangan 0,45% Harga pembelian tidak 0,45% x Nilai
oleh produsen emas termasuk PPN pembelian
batangan termasuk yang
melalui pihak ketiga
13 Penjualan barang tergolong 5% Harga barang 5% x harga barang
sangat mewah oleh Wajib
pajak yang melakukannya

Contoh 1:

Pada 1 april 2016, dinas pendidikan dan pengajaran A membeli mebel dan peralatan kantor
lainnya dari perdana furniture senilai Rp220.000.000 (termasuk PPN 10%).

Pph pasal 22 yang dipungutt oleh bendaharawan dinas tersebut dihitung sebagai berikut .

DPP : (100/110) x Rp220.000.000 Rp200.000.000

Pph pasal 22 : 1,5% x Rp220.000.000 Rp 3.000.000

Contoh 2:

Bendahara pengeluaran Dinas Pertanian Kabupaten A pada 10 juli 2016 melakukan


pembayaran atas pembelian alat tulis kantor dari toko kuning senilai Rp2.100.000 (termasuk
PPN 10%) pembayaran dilakukan menggunakan uang persediaan.

Pph pasal 22 yang dipungut oleh bendahara tersebut dihitung sebagai berikut .

DPP : (100+1100) x Rp2.100.000 Rp1.909.090

Pembayaran tersebut tidak dikenakan Pph pasal 22 karena nilainya kurang dari Rp2.000.000
Contoh 3:

Bank Negara Indonesia merupakan salah satu BUMN pada juni 2016. Pihak bank melakukan
pembayaran kepada PT Bahtera Motor atas pengadaan barang sebanyak 20unit dengan
harga Rp198.000.000 per unitt. Harga ini termasuk PPN 10%

PPh pasal 22 yang dipungut Bank Negara Indonesia dihitung sebagai berikut.

DPP : (100 : 110) x 20 x Rp198.000.000 Rp3.600.000.000

PPh pasal 22 : 1,5% x Rp3.600.000.000 Rp 54.000.000

Contoh 4:

PT cahaya dunia paper pada Mei 2016 menjual kertas hasil produksi kertas kepada CV
merah jaya dengan total harga sebesar Rp880.000.000. harga tersebut sudah termasuk PPN
sebesar 10%

PPh pasal 22 yang dipungut oleh PT Cahaya Dunia Paper dihitung sebagai berikut.

DPP : (100+110) x Rp880.000.000 Rp800.000.000

PPh pasal 22 : 0,10% x Rp880.000.000 Rp 800.000


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

PPh pasal 22 merupakan pembayaran PPh dalam tahun berjalan yangdipungut oleh:
Bendaharawan pemerintah baik pusat atau daerah, instansi atau
lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga Negara lainnya sehubungan dengan pembayara
n atas penyerahan barang. Badan-badan tertentu, baik badan pemrintah maupun swasta
berkenaandengan kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lainnya. Wajib
Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolongsangat mewah

B. Saran

Setelah penulis memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan PPh pasal


22, penulis menyarankan kepada pembaca untuk lebih taat melakukan pembayaran pajak
guna membantu meningkatkan APBN dan APBDkhususnya pada PPh pasal 22.

DAFTAR PUSTAKA

B. Ilyas, Wirawan dan Suhartono, Rudy. 2013. PERPAJAKAN. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana


Media. Waluyo. 2013. PERPAJAKAN INDONESIA. Jakarta: Salemba Empat.

Puspa, dian. “Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22)”. Diakses pada 27 maret 2018.

EkonomiHolic.com. (2013, Januari). Tarif Pajak Penghasilan 2016 dan Contoh Cara


Penghitungannya. dipetik from EkonomiHolic.com: http://www.ekonomi-
holic.com/2013/01/tarif-pajak-penghasilan-2013-dan-cara_2918.html/.Diakses pada 27
maret 2018.

Anda mungkin juga menyukai