Disusun oleh
Siti Mudrikah (042014553006)
Muhammad Anis (042014553009)
B. PEMBAHASAN
1. Sejarah Multi Level Marketing
Secara Etimologi Multi Level Marketing (MLM) berasal dari bahasa inggris,
Multi berarti banyak dan Level berarti jenjang atau tingkat, sedangkan Marketing
memiliki arti pemasaran. Network Marketing atau Multi Level Marketing adalah suatu
sistem penjualan produk yang dilakukan oleh perusahaan dengan memanfaatkan pembeli
atau pemakai produk tersebut sebagai tenaga distributor untuk melakukan penjualan
langsung ke konsumen lagi.
Dalam sejarah industri ini direct selling muncul pertama kali dengan
beroperasinya the California perfume company di New York pada tahun 1886 yang
didirikan oleh Dave MC. Connel. Orang ini lah yang memiliki ide memperkerjakan Mrs.
Albee sebagai California Perfume Lady yang pertama dengan cara menjual lagsung
kepada konsumen dari rumah kerumah.
Dalam perkembangan berikutnya munculnya perusahaan Nutrilite tahun 1934 di
California dengan metode penjualan baru memberi komisi tambahan kepada distributor
independen yang berhasil merekrut, melatih, dan membantu anggota baru untuk ikut
menjual produk. Kemudian pada tahun 1956 berdiri Shaklee dan di tahun 1959 berdiri
Amway dengan metode penjualan yang sama dan kemudian lama kelamaan dikenal
dengan metode penjualan Multi Level Marketing (Wahyudi , 2014).
Menurut World federation of Direct Selling Association di Amerika Serikat
terdapat lebih dari 13 juta penduduk terlibat dalam bisnis network marketing ini.
Kemudian industri bisnis ini tidak hanya terjadi di Amerika saja melainkan di
negara-negara Asia termasuk Malaysia dan Indonesia. (Djalimin , 2016).
Terdaftar pada APLI (Asosiasi Penjualan Perusahaan Money Game tidak tergabung
Langsung Indonesia) bahkan WFDSA dalam APLI dan WFDSA
(World Federation of the Direct Selling
Associations)
Setiap orang hanya berhak menjadi anggota Setiap orang berhak menjadi anggota
satu kali saja berkali-kali dalam satu waktu tertentu
menjadi anggota disebut dengan membeli
kavling, jadi satu orang boleh membeli
beberapa kavling.
Biaya pendaftaran menjadi anggota tidak Biaya pendaftaran anggota sangat tinggi.
terlalu mahal dan masuk akal. Imbalannya
adalah Stater Kit yang senilai.
Produk yang dijual jelas dan dijamin oleh Tidak mempunyai produk nyata, kalaupun
perusahaan, mudah dijual dipasaran karena ada biasanya bukan hal yang utama
harga yang rasional. biasanya produk tersebut susah dijual
karena kualitas kurang bagus atau harga
tidak rasional.
Jumlah orang yang direkrut jadi anggota Jumlah anggota yang direkrut dibatasi, jika
tidak dibatasi, tetapi dianjurkan sesuai ingin menambah anggota maka, ybs harus
kapasitas dan kemampuan masing-masing menjadi anggota kavling lagi.
anggota.
Setiap mitra usaha dilarang menumpuk Setiap anggota dianjurkan untuk menjadi
barang (Inventory Loading) karena dalam anggota berkali-kali dimana setiap kali
penjualan langsung yang terpenting adalah menjadi anggota harus membeli produk
produk yang dibeli bisa dipakai atau dengan harga yang tidak masuk akal. Hal
dirasakan manfaatnya oleh konsumen ini menyebabkan banyak sekali anggota
yang menimbun barang dan tidak dipakai.
Memiliki marketing plan yang jelas, Berlaku sistem binary ataupun piramid,
anggota MLM dapat terus menjalankan dimana upline pasti mendapatkan
bisnis dengan atau tanpa downline, ada keuntungan yang lebih besar. Bonus yang
aturan main yang jelas, bonus yang diperoleh adalah berasal dari biaya
diperoleh berasal dari omzet penjualan pendaftaran anggota baru. Artinya jika
anggota tersebut tidak mendapatkan
downline baru maka bisnis akan terhenti.
1. Adanya objek transaksi riil tangan dan perhiasan, makanan dan minuman
rumah dan kehidupan, sehat, serta produk
teknologi perawatan diri dan
keluarga
Dalam praktiknya,
terdapat perekrutan
dengan cara
menyebarkan lowongan
kerja dengan gaji yang Tidak ditemukan praktik
Transaksi tidak mengandung
lumayan, namun gharar, maysir, riba,
3. unsur gharar, maysir, riba,
setibanya di lokasi bukan dharar, dzulm dan maksiat
dharar, dzulm, maksiat
mendapat pekerjaan (Dwyanita & Zaki , 2014)
mereka justru diikutkan
presentasi Q-Net (Janet,
Murwadji, &
Suwandono, 2020)
Terdapat mark up bahkan
10 kali lipat. Pada produk
sejenis produk utama
Terdapat mark up pada
Tidak ada kenaikan harga yang Q-Net di toko online
4 produk (tidak semua
berlebihan (excessive mark up) harga sekitar 1,5 juta, di
produk)
Q-Net harga 7,5 juta
(Harahap & SIregar,
2020)
Terdapat bonus
pasangan, dimana
Tidak ada jaminan dari
member yang berada di
KK Indonesia apabila
atas mendapat
seorang distributor lebih
6 Poin 6-9 keuntungan berterusan
dahulu bergabung akan
meskipun tidak ada
memiliki penghasilan
pembinaan dan penjualan
yang lebih besar.
secara langsung (Harahap
& SIregar, 2020)
KK Indonesia mewajibkan
Setiap Mitra usaha yang Member yang berada di
anggotanya untuk
melakukan perekrutan atas mendapat
melakukan sponsoring
keanggotaan berkewajiban keuntungan berterusan
8 kepada anggota baru,
melakukan pembinaan dan meskipun tidak ada
harus membina dengan
pengawasan kepada anggota pembinaan dan penjualan
benar sehingga target
yang direkrutnya tersebut secara langsung
tercapai
C. KESIMPULAN
Dalam sejarah industri ini direct selling muncul pertama kali dengan
beroperasinya the California perfume company di New York pada tahun 1886 yang
didirikan oleh Dave MC. Connel.
Dalam mekanismenya MLM mengajak orang lain untuk ikut bergabung dan
menjualkan produk atau barang yang ditawarkannya, kemudian orang lain tersebut dapat
mengajak orang lain lagi untuk ikut dan bergabung kedalamnya dan begitu seterusnya.
Semua yang diajak dan bergabung merupakan suatu kelompok distributor yang bebas
mengajak orang lain sampai level yang tidak terbatas.
Dalam praktiknya MLM seringkali diidentikkan dengan money game, hal ini
bukan tanpa alasan, banyak diantara MLM yang menggunakan skema ini untuk
keuntungannya maupun untuk menarik member. Namun, sebenarnya multi level
marketing dan money game merupakan hal yang berbeda.
Dari sudut ekonomi Islam setidaknya ada tiga pendapat menurut para ulama
mengenai hukum bisnis multi level marketing yaitu haram secara mutlak, boleh dengan
syarat dan syubhat.
Dalam perkembangannya, seiring fatwa DSN MUI terkiat Penjualan Langsung
Berjenjang Syariah (PLBS), bisnis multi level marketing memiliki pedoman terkait
kesyariahan produknya, sehingga saat ini ditemukan beberapa perusahaan MLM
memiliki sertifikasi dari MUI.
Terkait hal ini ada dua aspek untuk menilai apakah bisnis MLM itu sesuai dengan
syariah atau tidak, yaitu: aspek produk atau jasa yang dijual dan sistem dari MLM itu
sendiri.
Daftar Pustaka
Wikipedia. (2019). Retrieved from https://id.wikipedia.org/wiki/Skema_Ponzi
Arum, I. M. (2013). Multi Level Marketing Syariah: Solusi Praktis Menekan Praktik Bisnis Riba Money
Game. Maqashid, 39.
Djalimin , J. (2016). Sudah lama di MLM, kenapa belum sukses? Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Dwyanita , A., & Zaki , I. (2014). ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH PADA SISTEM OPERASI BISNIS MULTI
LEVEL MARKETING (MLM) KK INDONESIA DENGAN FATWA DSN MUI NO: 75/DSN MUI/VII/2009.
JESTT, Vol. 1, No. 4, 265-277.
Hasanah, M. d. (2016). Multi Lavel Marketing Perspektif Ekonomi Islam. FALAH Jurnal Ekonomi Islam, 33.
Wahyudi , F. (2014). Multi Level Marketing dalam Kajian Fikih Muamalah . AL-Banjari, Vol 13, No. 2,
163-177.