Idwal. B
Dosen Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam IAIN Bengkulu
Abstrak lembaga keuangan adalah semua badan yang kegiatannya di bidang keuangan,
melakukan perhimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai
investasi perusahaan. Pada saat ini, di samping lembaga keuangan konvensional, terdaapat
lembaga keuangan syari’ah yang semakin hari semkin besar dan terus berkembang hingga
sekarang. Seirang dengan perkembangan tersebut, perlu kiranya di kaji, bagaimana sejarah
lembaga keuangan syari’ah, sehingga bisa dilihat bagaimana landasan utama berdirinya
lembaga keuangan khususnya lembaga keuangan syari’ah.Dalam tulisan ini, akan dibahas
bagaimana perkembangan lembaga keuangan dari masa Rasulullah SAW, hingga
perkembangan lembaga keungan diera modern.
19
Ibid. hal 122
sidang ini, terjadi kesepakatan tentang dipertanyakan kesyariahannya, namun
pentingnya OKI memiliki bidang khusus seiring berjalannya waktu, bank
yang menangani masalah ekonomi dan syariah mulai memiliki tempat di hati
keuangan. Pada tahun yang sama, komite masyarakat. Yang tentunya merupakan
ahli wakil dari negara-negara penghasil peluang bagi bankir- bankir Islam untuk
minyak bertemu kembali untuk mengembangkan produk-produk bank
membicarakan secara lebih rinci rencana syariah, dan pastinya juga diikuti
pendirian Bank Islam. Namun Anggaran pemurnian kesyariahan produk-produknya
Dasar dan Anggaran Rumah Tangganya agar tidak mengecewakan nasabahnya.
baru selesai dibicarakan pada pertemuan
lanjutan kedua tahun 1974. Penutup
Pada sidang Menteri Luar Negeri Dalam lembaga keuangan, Al-
negara-negara anggota OKI pada tahun Qur’an memberikan aturan-aturan dasar,
1975 di Jeddah telah menyetujui pendirian agar transaksi ekonomi dalam lembaga
Bank Islam Internasional dengan nama keuangan tersebut tidak sampai melanggar
Islamic Bank Development (IBD) dan norma/ etika. Lebih jauh dari itu, transaksi
resmi berdiri pada tanggal 20 Oktober ekonomi dan keuangan lebih berorientasi
1975. Modal disetor awalnya 2 milyar pada keadilan dan kemakmuran umat.Pada
dinar, yang berasal dari semua anggota zaman Rasullah SAW kegiatan praktek-
OKI. Pada awal tahun berdirinya, IDB praktek seperti menerima titipan harta,
masih banyak mengalami kendala karena meminjamkan uang untuk keperluan
faktor politik. Namun demikian, IDB juga konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta
mengalami perkembangan melakukan pengiriman uang, telah lazim
keanggotaannya, yakni dari 22 negara dilakukan.Lembaga keuangan yang ada
menjadi 44 negara. IDB telah berhasil pada masa Rasulullah yaitu Baitul maal
memberikan pinjaman bebas bunga kepada dan wilayatul hisbah. Rasulullah SAW
para anggotanya terutama untuk adalah seorang yang sangat menjunjung
pembangunan infrastruktur sebanding nilai-nilai Al-Quran dalam menjalankan
dengan partisipasi modalnya. Pada tahap bisnisnya (aktivitas perniagaan)
awal model pembiayaannya masih .Kemudiaan ketika Rasulullah wafat,
menggunkan sistem ijarah dan murabahah. lembaga keuangan diteruskan pada zaman
Tujuan utama IDB adalah untuk memupuk Khulafaur Rasyidin. Dalam prakteknya
dan meningkatkan perkembangan ekonomi masih seperti tradisi yang dilakukan oleh
dan sosial negara-negara anggota dan Rasulullah, tetapi pada zaman
masyarakat muslim secara sendiri-sendiri ini,berkembang sangat pesat. Selanjutnya
maupun bersama-sama sesuai dengan setelah zaman Khulafaur Rasyidin
prinsip syariat Islam. Fungsi utama bank berakhir dilanjutkan pada zaman Dinasti,
ini berperan serta dalam modal usaha dan yaitu Dinasti Umayah dan Dinasti
bantuan cuma-cuma untuk proyek Abasiyah. Pada zaman Dinasti ini fungsi
produksi dan perusahaan di samping lembaga keuangan hampir sama dengan
memberikan bantuan keuangan bagi zaman-zaman sebelumnya, tetapi pada
negara-negara anggota dalam bentuk lain zaman ini ada perubahan pola ekonomi.
untuk perkembangan ekonomi dan sosial. Setelah peradaban Dinasti berakhir maka
Perbankan syariah merupakan berlanjut pada masa modern, Lembaga
suatu kebutuhan masyarakat. Di mana keuangan modern ini mengarah kepada
keberadaannya diharapkan dapat sistem keuangan yang bebas riba, daimana
menghilangkan sistem riba yang terdapat pada zamannya kaum penjajah telah
dalam bank-bank konvensional dan dapat mengenalkan sisitem ribawi karenan hal ini
mengatasi masalah-masalah ekonomi yang seiring dengan menghilangnya Baitul
ada saat ini. Walaupun bank syariah masih Maal dalam khazanah kenegaraan.
Referensi Berbagai Siatem Masa Kini,
(Terjemah) Oleh Abdullah Suhaili
Abu A’la al-Maududi, Dasar-Dasar (Bandung : PT. Al_ma’rif, 1984),
Ekonomi dalam Islam, dan
Abu Ubaid, Al-Amwal, (Maktabah at- Ridwan, Muhammad, Manajemen Baitul
Tijariyah al-Wqubra, 1353 H) Mal Wa Tamwil,Yogyakarta, UII
Pres, 2004.
Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran
Ekonomis Islam: dari Masa Klasik Maryam,Siti, dkk, Sejarah Peradaban
Hingga Kontemporer. (Jakarta: Islam, Jogjakarta, Fakultas Adab
Pustaka Agustus, 2005) IAIN Sunan Kalijaga dan LESFI,
2002.
Chapra, Umer. Sistem Moneter Islam-
Penerjemah Ikhwan Abidin B. Shiddiqi, Nouruzzaman, Tamadun Muslim,
Judul ash Towards a Just Monetary Jakarta: Bulan Bintang, 1986.
System'. (Jakarta: Gema Insani
Press, 2000) Surawardi K. Lubis. Hukum Ekonomi
Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2000
Chapra,Umar, Islam dan Tantangan
Ekonomi, (Terjemah) oleh Ikhwan Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Makro
Abidin Basri, (Jakarta : Gema Ekonomi. (Jakarta: PT Raja
Insani Press, 2000 Grafindo, 2002)
Al-Mawardi, Al-Ahkam la-Sulthaniyah,
terjemahan oleh Kamaluddin
Nurdin dan Abdul Hayyi al-
Khattani (Jakarta: Gema Insani
Press, tt)