Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MANDIRI PERTEMUAN 11

Nama : Iqbal Rafiud Drajat


NIM : 190401209
Mata Kuliah : Al-Islam 4

1. Silakan saudara membuat resume materi pertemuan ke-11  yang telah di-share!
Jawaban :
Resume
ETIKA PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN IPTEKS
DALAM PANDANGAN ISLAM

Ilmu dalam prosesnya telah menciptakan peradaban bagi manusia, mengubah


wajah dunia, dan masuk ke setiap lini kehidupan sebagai sarana yang membantu manusia
dalam mencapai tujuan hidupnya. Sehingga manusia berhutang banyak terhadap ilmu.
Namun, ketika ilmu berbalik menjadi musibah bagi manusia, di saat itulah dipertanyakan
kembali untuk apa seharusnya ilmu itu digunakan. Dalam persoalan ini, maka ilmuwan
harus kembali pada persoalan nilai dan etika dalam bingkai ilmu agar ilmu tidak bergerak
ke arah yang membahayakan.

Ilmu bebas nilai dalam bahasa Inggris sering disebut dengan value free, yang
menyatakan bahwa ilmu dan teknologi adalah bersifat otonom. Bebas nilai
artinya setiap kegiatan ilmiah harus didasarkan pada hakikat ilmu pengetahuan itu
sendiri. Ilmu pengetahuan menolak campur tangan faktor eksternal yang tidak secara
hakiki menentukan ilmu pengetahuan itu sendiri. Penganut paradigma ini menginginkan
bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai, baik secara ontologis maupun
aksiologis.

1) Ilmu tidak bebas nilai, ilmu itu selalu terkait dengan nilai-nilai. Perkembangan ilmu
selalu memperhatikan aspek nilai yang berlaku. Perkembangan nilai tidak lepas dari
dari nilai-nilai ekonomis, sosial, religius, dan nilai-nilai yang lainnya.

2) Ilmu bebas nilai mengemukakan bahwa antara ilmu dan nilai tidak ada kaitannya,
keduanya berdiri sendiri. Menurut pandangan ilmu bebas nilai, dengan tujuan
mengembangkan ilmu pengetahuan kita boleh mengeksplorasi alam tanpa batas dan
tdak harus memikirkan nilai-nilai yang ada, karena nilai hanya akan menghambat
perkembangan ilmu.

3) Basis keilmuan tanpa nilai dan tidak dilengkapi oleh aksiologi, etika, religiousitas,
dan sosiologi, akan mengakibatkan runtuhnya tatanan sistem kemasyarakatan serta
menciptakan tatanan hidup masyarakat yang tidak bertanggungjawab. Kekeringan
nilai dalam bingkai ilmu akan berakibat pada runtuhnya ruh ilmu itu sendiri.

4) Pentingnya akhlak Islami bagi pengembangan ilmu, untuk menjaga agar ilmu itu
tidak menjadi penyebab bencana bagi kehidupan manusia dan kerusakan lingkungan
serta kehancuran di muka bumi ini

2. Bagaimanakah Penerapan Ilmu menurut Etika Islam?


Jawaban :
a) Rasa tanggung jawab di hadapan Allah. Rasa tanggung jawab di hadapan Allah,
sebab ulama merupakan pewaris para anbiya. Tidak ada pangkat yang lebih tinggi
daripada pangkat kenabian dan tidak ada derajat yang ketinggiannya melebihi para
pewaris pangkat itu.

b) Amanat Ilmiah. Sifat amanah merupakan kemestian iman termasuk ke dalam


moralitas ilmu, tak ada iman bagi orang yang tidak memiliki sifat amanah. Dalam
memberikan kriteria orang beriman Allah menjelaskan dalam firmanNya sebagai
berikut:

ِّ ‫َ وٱ َّل ِّذينَ ُه ۡ َم ِّۡلمٰ ـ ٰن‬


َ‫ـت ِّه ۡ َموع ۡه ِّد ِّه ۡ َمرٲ ُعون‬

“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan


janjinya”
(Q.S. Al-Mu’minun [23]: 8)

c) Tawadu’. Salah satu moralitas yang harus dimiliki oleh ilmuan ialah tawadu’. Orang
yang benar berilmu tidak akan diperalat oleh ketertipuan dan tidak akan diperbudak
oleh perasaan ‘ujub mengagumi diri sendiri, karena dia yakin bahwa ilmu itu adalah
laksana lautan yang tidak bertepi yang tidak ada seorang pun yang akan berhasil
mencapai pantainya.

d) Izzah. Perasaan mulia yang merupakan fadhilah paling spesifik bagi kaum muslimin
secara umum. Izzah di sini adalah perasaan diri mulia ketika menghadapi orang-
orang yang takabbur atau orang yang berbangga dengan kekayaan, keturunan,
kekuatan atau kebanggaan-kebanggaan lain yang bersifat duniawi. Izzah adalah
bangga dengan iman dan bukan dosa dan permusuhan. Suatu perasaan mulia yang
bersumber dari Allah dan tidak mengharapkan apapun dari manusia, tidak menjilat
kepada orang yang berkuasa.

e) Mengutamakan dan menerapkan Ilmu. Salah satu moralitas dalam Islam adalah
menerapkan ilmu dalam pengertian bahwa ada keterkaitan antara ilmu dan ibadah.
Seorang moralis yang memandang sesuatu perbuatan tetapi dia
sendiri ikut melakukannya dan bergelimang dengan kehinaan itu. Jenis ilmu yang
hanya teoritis seperti ini tidak diridhai dalam Islam.

f) Menyebarkan ilmu. Menyebarkan ilmu adalah moralitas yag harus dimiliki oleh para
ilmuwan/ulama, mereka berkewajiban agar ilmu tersebar dan bermanfaat bagi
masyarakat. Ilmu yang disembunyikan tidak mendatangkan kebaikan, sama halnya
dengan harta yang ditimbun. Gugurnya kewajiban menyebarkan ilmu hanya dibatasi
jika ilmu yang disebarkan itu akan menimbulkan akibat negative bagi yang
menerimanya atau akan mengakibatkan dampak negatif bagi orang lain atau jika
disampaikan akan menimbulkan mudaratnya lebih banyak daripada manfaatnya.

g) Hak Cipta dan Penerbit. Mengenai hak cipta dan penerbit digambarkan bahwa
kehidupan para ilmuan tidak semudah kehidupan orang lain pada umumnya, karena
menuntut kesungguhan yang khusus melebihi orang lain, seorang ilmuwan
pengarang memerlukan perpustakaan yang kaya dengan referensi penting dan juga
memerlukan pembantu yang menolongnya untuk menukil, mengkliping dan
sebagainya dan memerlukan pula orang yang mendapat menopang kehidupan
keluarganya.

3. Bagaimanakah Prinsip dan Ajaran Islam dalam Memahami Ilmu?


Jawaban :
Islam mementingkan pengembangan dan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana
ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah SWT dan mengembang amanat khalifatullah
(wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada kemanusiaan dan
menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil ’Alamin). Ada lebih dari 800 ayat
dalam Al-Qur’an yang mementingkan proses perenungan, pemikiran dan pengamatan
terhadap berbagai gejala alam, untuk ditafakuri dan menjadi bahan dzikir (ingat) kepada
Allah.
Ajaran Islam dan ilmu pengetahuan, tidak terlepas satu sama lain. Ajaran Islam
dan ilmu pengetahuan adalah dua sisi koin dari satu mata uang koin yang sama.
Keduanya saling membutuhkan, saling menjelaskan dan saling memperkuat secara
sinergis, holistik dan integratif. Pengetahuan yang dilimpahkan kepada manusia, tidak
akan bermakna tanpa dilandasi iman yang benar.
Iman tanpa ilmu seperti orang buta, sebaliknya ilmu tanpa iman dapat menjadi
bumerang yang dapat menghancurkan diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu,
manusia tidak hanya bisa mengandalkan kecerdasan intelektual sebagai representasi
potensi manusia dalam menemukan ilmu pengetahuan dan teknologi, akan tetapi
kecerdasan spiritual yang bermanfaat membimbing manusia tetap berada pada jalur yang
benar juga menjadi bagian yang sangat penting. Demikian pula dalam praktek kehidupan
manusia sering ditemukan seseorang bisa berbuat bodoh atau jahat padahal ia termasuk
orang-orang intelek.

Anda mungkin juga menyukai