Anda di halaman 1dari 10

HUKUM ISLAM DAN KONTRIBUSINYA

TERHADAP KEHIDUPAN

Oleh :
PRATAMA YULI ARIANTO (4112100043)
AINUR RAFIQ HUSAIN (44121000)
HAIYINA HASBIA AMALIA (XXX)
BAB I
PENDAHULUAN

Tidak dapat dipungkiri bahwa umat Islam di Indonesia adalah unsur paling mayoritas.
Dalam tataran dunia Islam internasional, umat Islam Indonesia bahkan dapat disebut sebagai
komunitas muslim paling besar yang berkumpul dalam satu batas teritorial kenegaraan.
Karena itu, menjadi sangat menarik untuk memahami alur perjalanan sejarah hukum Islam di
tengah-tengah komunitas Islam terbesar di dunia itu.
Islam sebagai agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk Indonesia, tentu sangat
berpengaruh terhadap pola hidup bangsa Indonesia. Perilaku pemeluknya tidak lepas dari
syari'at yang dikandung agamanya. Melaksanakan syari'at agama yang berupa hukum-hukum
menjadi salah satu parameter ketaatan seseorang dalam menjalankan agamanya.
Kata hukum yang dikenal dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab,hukum
yang berarti putusan (judgement) atau ketetapan (Provision). Dalam buku Ensiklopedi
Hukum Islam, hukum berarti menetapkan sesuatu atas sesuatu atau meniadakannya.
Sementara dalam A Dictionary of Law dijelaskan tentang pengertian hukum sebagai berikut
"Law is "the enforceable body of rules that govern any society or one of the rules making up
the body of law, such as Act of Parliament."
"Hukum adalah suatu kumpulan aturan yang dapat dilaksanakan untuk mengatur/memerintah
masyarakat atau aturan apa pun yang dibuat sebagai suatu aturan hukum seperti tindakan dari
Parlemen." .
Bagi kalangan muslim, jelas yang dimaksudkan sebagai hukum adalah Hukum Islam,
yaitu keseluruhan aturan hukum yang bersumber pada AIquran, dan untuk kurun zaman
tertentu lebih dikonkretkan oleh Nabi Muhammad dalam tingkah laku Beliau, yang lazim
disebut Sunnah Rasul.
Dalam perjalanan kodifikasi hukum nasional Indonesia, keberadaan hukum Islam
sangat penting, selain sebagai materi bagi penyusunan hukum nasional, hukum Islam juga
menjadi inspirator dan dinamisator dalam pengembangan hukum nasional. Hukum Islam
sangat dekat dengan sosioantropologis bangsa Indonesia, sehingga kehadirannya dapat
dengan mudah diterima oleh masyarakat luas. Sebagai negara berdasar atas hukum yang
berfalsafah Pancasila, negara melindungi agama, penganut agama, bahkan berusaha
memasukkan hukum agama ajaran dan hukum agama Islam dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, sebagaimana pernyataan the Bapak Pembangunan RI, Mohammad Hatta, bahwa
dalam pengaturan negara hukum Republik Indonesia, syari'at Islam berdasarkan AI-Qur'an
dan Hadis dapat dijadikan peraturan perundang-undangan Indonesia sehingga orang Islam
mempunyai sistem syari'at yang sesuai dengan kondisi Indonesia.
Selain itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa kata "kontribusi" berarti
sumbangan. Kamus bahasa Inggris (Oxford) menyebutnya dengan contribution, yang berarti
act of contributing, perbuatan memberikan sumbangan.Sumbangan yang dimaksud dengan
kata tersebut pada umumnya bersifat immaterial.
BAB II
Pembahasan

Hukum islam itu terbagi tiga yaitu:


☺Al_quran : yang benar-benar sudah ditetapkan & ada dari Allah
☺Al-Hadits : berdasarkan dari perkataan, perbuatan, taqrir, & himah nabi.
☺Ijtihad : adalah sebuah usaha dengan sungguh-sungguh untuk memutuskan hukum
suatu masalah atau perkara yang belum atau tidak ada dasar hukumnya atau
tidak dibahas dalam Al-Quran dan Hadis dengan menggunakan akal sehat
serta pertimbangan yang sangat matang.

Berbagai pengertian ijtihad:

1. Secara terminologis, ijtihad bisa juga diartikan sebagai kesanggupan seorang ahli
hukum Islam untuk mendapatkan pengetahuan mengenai hukum atas suatu hal
melalui dalil syara (agama). Ijthad dilakukan dalam berbagai bidang, seperti falsafat,
muamalah, dan akidah.
2. Menurut Ibnu Hajib, ijtihad merupakan pengerahan segala kemampuan yang
ada oleh seorang ahli fikih demi mendapat suatu dugaan kuat mengenai sebuah
ketetapan syariah.
3. Menurut Dr. Wahbah az-Zuahily, ijtihad adalah suatu bentuk usaha untuk
mengistimbatkan hukum syara dari dalil-dalilnya secara terperinci sehingga mudah
diaplikasikan dalam kehidupan.
4. Menurut Imam al-Ghazali, ijtihad adalah sesuatu yang sifatnya lebih umum
dari qiyas. Ini karena ijtihad kadang mengharuskan mujtahid (pelaku ijtihad)
melakukan pemahaman nalar mendalam terhadap suatu lafaz umum dan dalil lain
selain qiyas.

Tujuannya agar dapat ditemukan hukumnya yang sesuai dengan prinsip dan jiwa Al-Quran
dan As-Sunnah yang merupakan sumber pokok hukum Islam.

Ijtihad sebaiknya dilakukan oleh orang yang mengerti serta paham dengan baik tentang Al-
Quran dan hadis, hal ini dilakukan agar yang dihasilkan adalah sesuatu yang baik yang tidak
bertentangan dengan Al-Qur’an juga hadis.

Al-Qur’an diturunkan oleh Allah Swt. secara lengkap dan sempurna mencakup seluruh alam
beserta isinya. Akan tetapi tidak semua hal dalam kehidupan manusia diatur secara detail
dalam Al-Quran maupun hadis. Maka dari itu demi memenuhi keperluan masyarakat atau
umat manusia sebagai pegangan hidup dalam beribadah kepada Allah diperlukan upaya
Ijtihad.

Al-Quran adalah landasan dasar ilmu dan bagi orang yang berakal boleh
mengembangkannya. Akan tetapi kita tidak boleh menafsirkan Al-Quran dengan sekehendak
hati dan melencengkan dari arti yang sesungguhnya, seolah Al-Quran ikut akal manusia
padahal sesungguhnya akal-lah yang harus mengikuti Al-Quran. Maka dalam berijtihad
hendaknya mencari kemiripan yang terdapat dalam Al-Quran atau yang mendekati dalam
hadis.
Selain tersebut di atas ada perbedaan keadaan pada saat diturunkannya Al-Quran dengan
kehidupan setelahnya. Terlebih pada saat ini yang disebut dengan era modern, di mana setiap
saat masalah baru akan terus berkembang dan memerlukan peraturan peraturan baru dalam
melaksanakan ajaran Islam yang dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari.

Ada 6 jenis ijtihad yang masing-masing memiliki pengertian ijtihadnya sendiri. Inilah
keenam jenis ijtihad tersebut:

1. Ijma

Ijmak secara harfiah berarti kesepakatan atau setuju dengan suatu hal. Sementara itu menurut
istilah, pengertian ijtihad jenis ijma adalah kesepakatan para mujtahid (orang-orang yang
berijtihad) mengenai hukum suatu peristiwa yang terjadi saat Rasulullah wafat.

Contoh ijma adalah pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah pertaman selepas wafatnya
Nabi Saw. Pada saat itu tidak semua muslim setuju dengan ide pengangkatan Abu Bakar
sebagai khalifah. Akan tetapi setelah berijtihad, kaum muslim mencapai kata mufakat.

2. Qias

Qias secara harfiah berarti membandingkan, mengukur, atau menyamakan. Sementara itu
menurut istilah, pengertian ijtihad jenis qias adalah kesepakatan untuk menetapkan hukum
atas sesuatu (kejadian atau benda) yang tidak ada dasar nashnya dengan membandingkan
kejadian tersebut dengan kejadian yang sifat dan nilainya setara.

Contoh qias adalah penentuan hukum bagi narkoba. Narkoba adalah haram hukumnya,
seperti minuman keras. Para mujtahid menyepakati bahwa narkoba memiliki sifat dan
pengaruh yang sama dengan minuman keras, maka hukumnya sama-sama haram.

3. Istihsan

Istihsan secara harfiah berarti mencari yang baik atau menganggap baik. Sementara itu
menurut istiah, pengertian ijtihad jenis istihsan adalah kesepakatan untuk meninggalkan
hukum yang mengatur suatu peristiwa dan menggantinya dengan hukum lain dari peristiwa
yang sama, karena terdapat dalil yang mewajibkan umat muslim untuk meninggalkannya.

Contoh istihsan adalah ketika hukum melarang jual beli (ijab kabul) terhadap benda yang
tidak ada dan belum diketahui wujudnya, para ulama berijtihad untuk memperbolehkan
istihsan pada jual beli dengan pemesanan, sewa menyewa, dan sebagainya yang ketika akad
jual beli bendanya tidak ada.

4. Maslahah mursalah

Pengertian ijtihad jenis maslahah mursalah adalah ketetapan ketika hukum syariah tidak
mengatur suatu kejadian, tetapi tidak ada dalil yang melarang kejadian tersebut. Contoh
maslahah mursalah adalah pembentukan lembaga penjara, pemungutan pajak, pencetakan
mata uang, dan sebagainya.
5. Urf

Urf secara harfiah berarti kebiasaan. Sementara itu menurut istilah, pengertian ijtihad jenis
urf adalah penetapan hukum mengenai sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan tradisi,
yang tidak melanggar hukum Al-Quran dan hadis.

Contoh penerapan urf adalah halalnya jual beli tanpa mengucapkan ijab kabul secara lisan
karena penjual dan pembeli sudah saling mengerti maksud satu sama lain tanpa harus
dilisankan.

6. Istishab

Istishab secara harfiah berarti pengakuan akan suatu hubungan. Sementara itu menurut
istilah, pengertian ijtihad jenis istishab adalah penetapan hukum atas sesuatu dengan
bercermin pada peristiwa sebelumnya karena belum ditemukannya dalil terkait peristiwa
tersebut.

Contoh penerapan istishab adalah ketika mujtahid harus mencari tahu hukum tentang sebuah
perjanjian tetapi ia tidak menemukan jawabannya. Lantas ia menetapkan hukum berdasarkan
peristiwa yang sama sebelumnya.

Yang diatur dalam hukum Islam bukan hanya hubungan manusia dengan Tuhan,
tetapi juga hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain
dalam masyarakat, manusia dengan benda, dan antara manusia dengan lingkungan hidupnya.
Dalam Al Qur’an cukup banyak ayat-ayat yang terkait dengan masalah pemenuhan dan
perlindungan terhadap hak asasi manusia serta larangan bagi seorang muslim untuk
melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Bagi tiap orang ada kewajiban untuk mentaati
hukum yang terdapat dalam Al Qur’an dan Hadits. Peranan hukum Islam dalam kehidupan
bermasyarakat sebenarnya cukup banyak, tetapi dalam pembahasan ini hanya akan
dikemukakan peranan utamanya saja, yaitu :
a.     Fungsi Ibadah
Fungsi utama hukum Islam adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Hukum Islam
adalah ajaran Allah yang harus dipatuhi umat manusia, dan kepatuhannya merupakan ibadah
yang sekaligus juga merupakan indikasi keimanan seseorang.

b.     Fungsi Amar Ma’ruf Nahi Munkar


Hukum Islam sebagai hokum yang ditunjukkan untuk mengatur hidup dan kehidupan
umat manusia, jelas dalam praktik akan selalu bersentuhan dengan masyarakat. Sebagai
contoh, proses pengharaman riba dan khamar, jelas menunjukkan adanya keterkaitan
penetapan hokum  (Allah) dengan subyek dan obyek hokum (perbuatan mukallaf). Penetap
hokum tidak pernah mengubah atau memberikan toleransi dalam hal proses pengharamannya.
Riba atau khamar tidak diharamkan sekaligus, tetapi secara bertahap. Ketika suatu hokum
lahir, yang terpenting adalah bagaimana agar hokum tersebut dipatuhi dan dilaksanakan
dengan kesadaran penuh. Penetap hokum sangat mengetahui bahwa cukup riskan kalau riba
dan khamar diharamkan sekaligus bagi masyarakat pecandu riba dan khamar. Berkaca dari
episode dari pengharaman riba dan khamar, akan tampak bahwa hokum Islam berfungsi
sebagai salah satu sarana pengendali sosial. Hukum Islam juga memperhatikan kondisi
masyarakat agar hokum tidak dilecehkan dan tali kendali terlepas. Secara langsung, akibat
buruk riba dan khamar memang hanya menimpa pelakunya. Namun secara tidak langsung,
lingkungannya ikut terancam bahaya tersebut. Oleh karena itu, kita dapat memahami, fungsi
kontrol yang dilakukan lewat tahapan pengharaman riba dan khamar. Fungsi ini dapat disebut
amar ma’ruf nahi munkar. Dari fungsi inilah dapat dicapai tujuan hokum Islam, yakni
mendatangkan kemaslahatan dan menghindarkan kemudharatan, baik di dunia maupun di
akhirat kelak.

c.      Fungsi Zawajir


Fungsi ini terlihat dalam pengharaman membunuh dan berzina, yang disertai dengan
ancaman hokum atau sanksi hokum. Qishash, Diyat, ditetapkan untuk tindak pidana terhadap
jiwa/ badan, hudud untuk tindak pidana tertentu (pencurian , perzinaan, qadhaf, hirabah, dan
riddah), dan ta’zir untuk tindak pidana selain kedua macam tindak pidana tersebut. Adanya
sanksi hokum mencerminkan fungsi hokum Islam sebagai sarana pemaksa yang melindungi
warga masyarakat dari segala bentuk ancaman serta perbuatan yang membahayakan. Fungsi
hokum Islam ini dapat dinamakan dengan Zawajir.

d.     Fungsi Tandhim wa Islah al-Ummah


Fungsi hokum Islam selanjutnya adalah sebagai sarana untuk mengatur sebaik
mungkin dan memperlancar proses interaksi sosial, sehingga terwujudlah masyarakat yang
harmonis, aman, dan sejahtera. Dalam hal-hal tertentu, hokum Islam menetapkan aturan yang
cukup rinci dan mendetail sebagaimana terlihat dalam hokum yang berkenaan dengan
masalah yang lain, yakni masalah muamalah, yang pada umumnya hokum Islam dalam
masalah ini hanya menetapkan aturan pokok dan nilai-nilai dasarnya. Perinciannya
diserahkan kepada para ahli dan pihak-pihak yang berkompeten pada bidang masing-masing,
dengan tetap memperhatikan dan berpegang teguh pada aturan pokok dan nilai dasar tersebut.
Fungsi ini disebut dengan Tanzim wa ishlah al-ummah. Ke empat fungsi hokum Islam
tersebut tidak dapat dipilah-pilah begitu saja untuk bidang hokum tertentu, tetapi satu dengan
yang lain saling terkait.

e. Sebagai Penebus Dosa (Jawabir)


Sistem sanksi dalam Islam pun berfungsi sebagai penebus. Dikatakan sebagai penebus
karena sanksi yang dijatuhkan akan menggugurkan sanksinya di akhirat kelak. Atas dasar itu,
seseorang yang telah mendapat sanksi syariat di dunia, maka gugurlah sanksinya di akhirat.
Dari penjelasan tersebut, kita bisa melihat kekhasan hukum Islam dengan hukum positif yang
ada di negeri ini. Sanksi dalam Islam dijatuhkan kepada pelaku walaupun terdapat saling rida
karena yang melandasinya adalah semata-mata keimanan kepada Allah swt.
Sementara itu, aturan atau hukum positif yang ada saat ini menganggap bahwa tindakan
saling meridai (dalam hal kejahatan) tidak dianggap sebagai pelanggaran.
Akhirnya, Islam adalah agama yang universal. Hukum Islam tidak hanya baik untuk
muslim, tetapi akan bermanfaat bagi seluruh manusia.
Sistem hukum yang mewarnai hukum nasional kita di Indonesia selama ini pada
dasarnya terbentuk atau dipengaruhi oleh tiga pilar subsistem hukum yaitu sistem hukum
barat, hukum adat dan sistem hukum Islam, yang masing-masing menjadi sub-sistem
hukum dalam sistem hukum Indonesia.
Sistem Hukum Barat merupakan warisan penjajah kolonial Belanda yang selama
350 tahun menjajah Indonesia. Penjajahan tersebut sangat berpengaruh pada sistem hukum
nasional kita.
Sementara Sistem Hukum Adat bersendikan atas dasar – dasar alam pikiran bangsa
Indonesia, dan untuk dapat sadar akan sistem hukum adat orang harus menyelami dasar-dasar
alam pikiran yang hidup di dalam masyarakat Indonesia.
Sistem Hukum Islam, yang merupakan sistem hukum yang
bersumber pada kitab suci AIquran dan yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad
dengan hadis/sunnah-Nya serta dikonkretkan oleh para mujtahid dengan ijtihadnya.
Bustanul Arifin menyebutnya dengan gejala sosial hukum itu sebagai perbenturan
antara tiga sistem hukum, yang direkayasa oleh politik hukum kolonial Belanda dulu
yang hingga kini masih belum bisa diatasi12, seperli terlihat dalam sebagian kecil
pasal pada UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Dari ketiga sistem hukum di atas secara objektif dapat kita nilai bahwa hukum
Islamlah ke depan yang lebih berpeluang memberi masukan bagi pembentukan
hukum nasional. Selain karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dan adanya
kedekatan emosional dengan hukum Islam juga karena sistem hukum
barat/kolonial sudah tidak berkembang lagi sejak kemerdekaan Indonesia, sementara
hukum adat juga tidak memperlihatkan sumbangsih yang besar bagi pembangunan
hukum nasional, sehingga harapan utama dalam pembentukan hukum nasional
adalah sumbangsih hukurn Islam.

Hukum Islam memiliki prospek dan potensi yang sangat besar dalam
pembangunan hukum nasional. Ada beberapa pertimbangan yang menjadikan hukum
Islam layak menjadi rujukan dalam pembentukan hukum nasional yaitu:

1. Undang-undang yang sudah ada dan berlaku saat ini seperti, UU Perkawinan,
UU Peradilan Agama, UU Penyelenggaraan Ibadah Haji, UU Pengelolaan Zakat,
dan UU Otonomi Khusus Nanggroe Aceh Darussalam serta beberapa undangundang
lainnya yang langsung maupun tidak langsung memuat hukum Islam
seperti UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang mengakui keberadaan
Bank Syari'ah dengan prinsip syari'ahnya., atau UU NO. 3 Tahun 2006 tentang
Peradilan Agama yang semakin memperluas kewenangannya, dan UU Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

2. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih kurang 90 persen beragama


Islam akan memberikan pertimbangan yang signifikan dalam mengakomodasi
kepentingannya.
3. Kesadaran umat Islam dalam praktek kehidupan sehari-hari. Banyak aktifitas
keagamaan masyarakat yang terjadi selama ini merupakan cerminan kesadaran
mereka menjalankan Syari'at atau hukum Islam, seperti pembagian zakat dan waris.

4. Politik pemerintah atau political will dari pemerintah dalam hal ini sangat
menentukan. Tanpa adanya kemauan politik dari pemerintah maka cukup berat
bagi Hukum Islam untuk menjadi bagian dari tata hukum di Indonesia.

Untuk lebih mempertegas keberadaan hukum Islam dalam konstalasi hukum


nasional dapat dilihat dari Teori eksistensi tentang adanya hukum Islam di dalam
hukum nasional Indonesia. Teori ini mengungkapkan bahwa bentuk eksistensi
hukum Islam di dalam hukum nasional lndonesia itu ialah:

1. ada dalam arti sebagai bagian integral dari hukum nasional lndonesia.
2. ada dalam arti kemandirian, kekuatan dan wibawanya diakui adanya oleh hukum
nasional dan diberi status sebagai hukum nasional.
3. ada dalam hukum nasional dalam arti norma hukum Islam (agama) berfungsi
sebagai penyaring bahan-bahan hukum nasional lndonesia.
4. ada dalam arti sebagai bahan utama dan unsur utama hukum nasional Indonesia.
BAB III KESIMPULAN

Didalam kehidupan ini kita di berikan kebebasan untuk hidup, tetapi masih memiliki batasan
yang bernama hukum.

Sebagai seorang muslim, kita di ikat oleh hukum yang di tetapkan oleh Allah SWT yang di
sebut Hukum Islam.

Hukum Islam ini berdasarkan pada Al Quran, Hadist, dan Ijtihad, dan Ijtihad sendiri terdiri
dari 6 jenis, yaitu: Ijma, Qias, Istihsan, Maslahah Mursalah, Urf, dan Istishab.

Hukum Islam sendiri mengatur kehidupan kita, mulai dari untuk diri kita sendiri, hubungan
sesama manusia, dan hubungan kepada Tuhan YME. Peranan Hukum Islam terdiri dari
fungsi ibadah, fungsi amar ma'ruf nahi munkar, fungsi zawajir, fungsi tandhim wa islah al-
ummah, sebagai penebus dosa.

Tidak hanya itu, hukum islam sendiri termasuk salah satu sumber hukum di negera Indonesia,
yaitu pancasila.

Untuk lebih mempertegas keberadaan hukum Islam dalam konstalasi hukum nasional dapat
dilihat dari Teori eksistensi tentang adanya hukum Islam di dalam hukum nasional Indonesia,
yaitu: arti sebagai bagian integral dari hukum nasional lndonesia, arti kemandirian, kekuatan
dan wibawanya diakui adanya oleh hukum nasional dan diberi status sebagai hukum nasional,
ada dalam hukum nasional dalam arti norma hukum Islam (agama) berfungsi sebagai
penyaring bahan-bahan hukum nasional lndonesia, sebagai bahan utama dan unsur utama
hukum nasional Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA:

http://www.anneahira.com/pengertian-hukum-islam.htm

http://www.anneahira.com/pengertian-ijtihad.htm

http://yusril.ihzamahendra.com/2007/12/05/hukum-islam-dan-pengaruhnya-terhadap-hukum-
nasional-indonesia/

http://tafany.wordpress.com/2007/11/07/hukum-islam-implemetasinya-by-pls-reg/

www.badilag.net

e-book KONTRIBUSI- HUKUM ISLAM karya: muchsin

Anda mungkin juga menyukai