Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISA DAMPAK KERENGGANGAN CELAH ELEKTRODE


BUSI TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN 4 TAK

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program


Studi S-1 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Sumatera Barat

Disusun Oleh:

ADE ARI AGASI


17.10.002.21201.035

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATRERA BARAT


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan terus berkembangnya kemajuan teknologi dikala ini, seluruh upaya
buat meningkatkan performa mesin untuk modifikasi di sistem pembakaran adalah
solusi yang selalu di coba di dunia otomotif di kala ini. Upaya yang di coba dalam
memperbaiki pembakaran dengan metode mengendalikan ulang system pengapian dari
suatu kendaraan. Dengan mengganti busi standart dengan busi racing dari pasar yang
belum dikenanal kwalitasnya. Busi merupakan suatu komponen yang dirancang guna
melompatkan tegangan tinggi diantara 2 elektroda guna menciptakan bunga api listrik.
Torsi merupakan perkalian antara style dengan jarak, Sepanjang proses usaha hingga
tekanan-tekanan yang terjadi di dalam silinder motor menimbulkan suatu gaya yang
luar biasa kuatnya pada torak. Daya dapat disebut juga sebagai power dari motor bakar.
Daya dihasilkan ketika gerakan piston akibat pembakaran yang terjadi di dalam ruang
bakar menggerakkan poros engkol, sehingga momen putar terjadi pada poros engkol
guna menciptakan energi pada motor.
Motor bensin (spark Ignition Engine) adalah bagian dari motor bakar torak
dan dikatakan dengan motor pembakaran dalam ( internal combustion engine). Pada
Internal Combusion Engine ini, proses pembakaran dan penghasil tenaga, berada pada
satu tempat yaitu pada ruang bakar. Proses pembakarannya terjalin akibat adanya
peruabahan temperature dan tekanan pada ruang pembakaran, sehingga kombinasi
bahan bakar serta udara yang dihisap masuk keruang bakar lewat katup hisab (intake
valve) untuk dimampatkan, lalu terbakar karena adanya loncatan bunga api listrik dari
busi (spark plug) pada akhir langkah kompresi. Gas hasil pembakaran antara bahan
bakar dan udara merupakan energy panas yang sanggup menggerakan torak secara
translasi serta gerakan ini dihubungkan ke poros engkol lewat batang torak selaku
penghubung gerakan translasi torak akan menyebabkan gerak rotasi poros engkol dan
ini akan bergerak secara terus menerus selama terjadi proses pembakaran pada ruang
bakar.

1
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana pengaruh kerenggangan busi terhadap energi motor 4
langkah dengan putaran mesin yang berbeda?
2. Bagaimana pengaruh kerenggangan busi terhadap torsi motor 4 langkah
dengan putaran mesin yang berbeda?

1.3 Tujuan penelitian


1. Mengetahui pengaruh kerenggangan busi terhadap energi motor 4
langkah dengan putaran mesin yang berbeda.
2. Mengetahui pengaruh kerenggangan terhadap torsi motor 4 langkah
dengan putaran mesin yang berbeda.
1.4 Batasan Masalah
1. Pengguanaan busi jenis NGKC7HSA (standar)
2. Celah busi yang di gunakan 0,6 0,7 0,8 (mm)
3. Mesin yang di gunakan yaitu mesin 4 tak, motor supra x dengan variasi
putaran mesin 6000,7000,8000 (rpm)

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Busi
Bunga api listrik dengan menggunakan tegangan tinggi yang dihasilkan Salah
satu komponen yang memegang peran cukup penting dalam proses pembakaran pada
motor bensin adalah busi (spark plug). Busi ini dipasang di atas silinder pada mesin
pembakaran dalam. Pada bagian tengah busi terdapt electrode yang dihubungkan
dengan kabel lilitan penyala diluar busi dan dengan ground pada bagian bawah busi.
Busi ini berfungsi untuk menghasilkan percikan oleh ignition coil. Bunga api tersebut
kemudian digunakan untuk membakar campuran bahan bakar dan udara yang
dikompresikan di dalam silinder. Busi terdiri dari beberapa bagian seperti electrode
positif,electrode negative, insulator/ isolator dan terminal busi.
Proses terjadinya percikan bunga api listrik pada busi dapat digambarkan
sebagai berikut, busi tersambung ke tegangan yang besarnya 20.000 Volt yang
dihasikan oleh lilitan penyala ( ignition coil ). Elektron yang terdorong masuk dari
liliran menghasilkan beda tegangan antara electrode di bagian tengah busi dengan yang
di bagian samping. Arus tidak dapat mengalir karena bensin dan udara yang ada di
celah merupakan isolator, namun semakin besar beda tegangan, struktur gas di antara
kedua elektroda tersebut berubah.
Pada saat tegangan melebihi kekuatan di elektrik dari gas yang ada, gas-gas
tersebut mengalami proses ionisasi dan yang tadinya bersifat insulator, berubah
menjadi konduktor. Setelah ini terjadi, arus electron dapat mengalir, dan dengan
mengalirnya electron, suhu di celah percikan busi naik drastic, sampai 60.000 K. Suhu
yang sangat tinggi ini membuat gas yang terionisasi untuk memuai cepat, seperti
ledakan kecil. Inilah percikan busi, yang pada prinsipnya mirip dengan halilintar atau
petir mini.

3
Celah busi diukir antara jarak electrode positif dan electrode negative dan
ukuran celah pada busi akan memperoleh resistensi listrik pada busi tersebut. Selain di
pengaruhi oleh ukuran celah busi, resistensi listrik juga dipengaruhi oleh kompresi
campuran bahan bakar dan udara. Celah ini sangat menentukan intensitas letusan bunga
api listrik. Bila arus bertegangan tinggi mengalir dari koil, maka antara kedua elektroda
busik terjadi tegangan yang tinggi sehingga terjadilah loncatan bunga api.
Pada busi, semakin besar jarak elektroda positif dan elektroda negative, maka
makin besar pula perbedan tegangan yang diperlukan untuk memperoleh intensitas api
listrik yang sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa intensitas bunga api listrik ditentukan
oleh celah busi, namun untuk mencapai intensitas Bungan api listrik yang sama dengan
celah busi yang besar diperlukan juga tegangan listrik yang tinggi. Umumnya pada
system penyalaan disediakan tegangan yang diperlukan untuk menjamin agar selalu
terjadi loncatan api listrik di dalam segala keadaan, yaitu antara 10.000-20.000 volt.
Oleh karenanya, untuk mencapai loncatan api listrik yang baik maka ukuran celah busi
yang dipakai oleh motor perlu dibatasi dan biasanya ditetapkan menurut standar teknik
masing-masing spesifikasi motor tersebut dan alat yang digunakan untuk mengukur
kerenggangan celah electrode busi adalah filler gauge.

4
2.2 Bagian Bagian Busi
Berikut bagian bagian pada busi

Gambar 2.1bagian bagian busi

2.3 Celah elektrode busi


Celah busi adalah jarak yang sangat sempit antara elektroda tengah dan
elektroda massa. Celah busi yang kecil memerlukan tegangan pengapian yang rendah.
Bila celah busi terlalu kecil, tegangan cadangan (voltage reserve) menjadi tinggi, tetapi
kesalahan pengapian bisa terjadi karena sangat sedikit jumlah campuran bahan bakar
yang bisa dicapai oleh bunga api busi.
Walaupun dalam proses pengapian hasilnya bagus, kondisi ini kemungkinan
juga terjadi bahaya kesalahan pengapian (misfiring). Celah elektroda biasanya berkisar
antara 0,7 - 1,1 mm. Celah elektroda secara presisi dan optimal ditentukan oleh pabrik.
Untuk lebih tepatnya harus melihat buku manual dari kendaraan yang bersangkutan.

5
Kondisi permukaan ujung kepala busi akan menjelaskan kemampuan kerja
busi, yang erat hubungannya dengan komposisi campuran udara dan bahan bakar serta
pembakaran didalam engine. Informasi yang ditunjukkan permukaan kepala busi
menjadi bagian penting dalam mendiagnosis engine. Informasi yang ditunjukkan
permukaan busi ini bisa diterapkan bila kendaraan telah beroperasi sebelumnya sekitar
10 km pada kecepatan engine yang berbeda pada daerah kerja menengah. Berikut ini
dijelaskan tentang kondisi permukaan kepala busi dan kemungkinan penyebabnya
Jika celah busi terlalu besar berarti membutuhkan tegangan tinggi untuk proses
pengapian. Dalam hal ini tegangan cadangan jadi rendah.

Gambar 2.2

2.4 Kinerja Mesin


Kinerja atau kerja mesin (prestasi mesin), bisa diketahui dengan membaca atau
menganalisis parameter yang ditulis dalam sebuah laporan, dalam hal ini adalah daya
dan torsi. Secara umum daya berbanding lurus dengan luas piston, sedangkan torsi
berbanding lurus dengan volume langkah.
Daya didefenisikan sebagai energi yang diproduksi tiap waktu. Sedangkan
energi sendiri didefenisikan sebagai gaya dikali jarak, sehingga satuan daya adalah
Newton meter per detik (watt|). Tetapi dalam satuan SI, satuan daya adalah HP (1 HP
= 746 watt).

6
Gambar 2.3poroses kinerja motor 4 tak

Sedangkan torsi yang dihasilkan mesin didefenisikan sebagai daya dibagi kecepatan
putaran mesin. Maka dapat dipahami jika mesin yang menghasilkan torsi besar pada
putaran menengah, akan menghasilkan daya yang besar pula pada putaran tersebut.
Secara teoritis, rumus yang digunakan untuk menghitung torsi adalah.
T = (m.g.1) (Nm)……………………………1
Dimana :
T= torsi (Nm)
m= masa yang terukur pada dynamometer
g= percepatan gravitasi (9,81 m/s2)
l= panjang lengan dynamometer (m)
sedangkan rumus daya mesin adalah :
2𝜋𝑁𝑇
𝑃 = 60 𝑥 1000 (kW)……………………………..2

Dimana :
P = daya (kW)
N = putaran mesin (rpm)
T = torsi (Nm)

7
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat Dan Bahan Yang Digunakan dalam pengujian


Spesifikasi mesin :
a. Jenis : HONDA SUPRA
b. Tipe : 4 langkah
c. Perbandingan kompresi : 8,8 : 1
d. Daya maksimal : 8 DK/8000 rpm
e. Torsi maksimal : 0,76 kg.m/5000 rpm
f. System pengapian : CDI

1. Busi
Busi yang digunakan adalah busi merk (NGK) tipe C7HSA dan busi ini
dikenakan perlakuan perubahan jarak kerenggangan celah elektrodenya.

Gambar 3.1 Busi NGK C7HSA

8
2. Bahan bakar
Bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar jenis bensin.

Gambar 3.2 Bensin

3. Tachometer
Alat ini digunakan untuk mengukur putaran mesin.

Gambar 3.3 Tachometer

9
4. Filer gauge
Alat ini digunakan untuk mengukur lebar celah electrode busi

Gambar 3.4 Filer gauge

5. Stop watch
Alat untuk mengukur waktu operasi mesin untuk setiap perlakuan jarak
kerenggangan celah electrode busi.

Gambar 3.5 Stop watch

10
3.2 Metode Pengambilan Data
Pelaksanaan penelitian diawali dengan panduan benda uji, kemudian
memeriksa system bahan bakar, system penyalaan pada motor dan memasang busi
yang akan digunakan untuk penelitian. Setlah tahap awal selesai, maka dilakukan
penelitian dengan kerenggangan celah electrode busi 0,6 mm, menggunakan transmisi
4 (gigi 4) dengan variasi putaran mesin 4000, 5000, 6000, 7000, 8000, 9000 dan 10000
rpm. Setelah diperoleh data torsi dan daya untuk kerenggangan celah electrode busi 0,6
mm, maka dilakukan pengujian lagi untuk kerenggangan celah electrode busi 0,7 mm
dan 0,8 mm dengan variasi putaran yang sama. Diagram alir penelitian dapat dilihat
pada gambar berikut :

11
star

Studi literatur
1. Teori Buku
2. Referensi jurnal penelitian

Studi Lapangan
1. Pengamatan pengoperasian
mesin
2. Kinerja busi

Proses Pengumpulan data


1. Pengadaan benda uji
2. Proses persiapan alat uji
3. Proses pengujian
4. Mencatat dan mengolah
data

tidak

Analisa Data

ya

Kesimpulan dan saran

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

12
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah proposal skripsi disetujui, diperkirakan
memerlukan waktu antara Juni-Agustus 2021 dan dilaksanakan ditempat Klinik
Engine, Jl. Jambu Air No.254, Taluak Ampek Suku, Banuhampu, Kabupaten Agam,
Sumatera Barat.

Gambar 3.5 Tata letak lokasi penelitian

13
DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar, W., 1973, motor bakar torak, ITB, bandung


Berenschot, H,. Arends, 1980, BPM, Motor Bensin, Erlangga, Jakarta
Daryanto, 1997, Teknik Reaparsi dan Perawatan Sepeda motor, PT. Bumi Aksara,
Jakarta
Heywood, J.B, 1998 Internal Combustion Engine Fundamental, Mc Graw Hill Int,.
New York
Jalius, J,. Wagino 2008, Teknik Sepeda Motor, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan
Pulkabrek, W.W., 1992, Engginering Fundamental Of THd internal Combustion
Engines, University If Wisconsin Platteviile
Soenarta, N., Furuhama, S., 2002, Motor Serba Guna, Cetakan Ketiga, PT Pradya
Paramitha, Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai