com
DAPATKAN
LANGGANAN KOMPAS.ID
JELAJAHI
Telegram
Home Edu
Logo Parapuan
Growth
Growth Center
Sebagai bagian dari KOMPAS GRAMEDIA, Growth Center adalah ekosistem solusi yang memfasilitasi
pertumbuhan organisasi dan individu untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka. Growth Center
hadir untuk menjadi teman bertumbuh dalam mempercepat pertumbuhan dan transformasi melalui
solusi sumber daya manusia berbasis teknologi yang teruji secara saintifik berdampak.
Kami meningkatkan pertumbuhan para individu melalui proses siklus yang berkelanjutan dari
menemukan jati diri (discovery) hingga menyediakan pengembangan (development) yang
diperlukan. Semua ini hadir dalam produk kami, Kognisi Discovery dan Kognisi Development untuk
memfasilitasi individu untuk mengenal dirinya sendiri dan berkembang sesuai dengan keunikan
(idiosyncrasy) mereka.
Silakan kunjungi situs kami www.growthcenter.id dan info kolaborasi lebih lanjut bisa kirim surel ke
info@growthcenter.id.
Telegram
Komentar
Ilustrasi
Lihat Foto
TAHUKAH kamu, kekuatan pola pikir dapat mengubah aspek psikologis, dan akhirnya mengubah
hidup seseorang?
Hal tersebut diungkapkan Dr Carol S Dweck, profesor di bidang psikologi dari Stanford University. Ia
menyatakan bahwa kesuksesan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan dan bakat, tetapi juga
oleh pola pikir kita.
Pola pikir atau mindset, menurut Dweck, adalah persepsi diri atau self-theory yang diyakini
seseorang tentang dirinya sendiri.
Dalam bukunya yang berjudul Mindset: Changing the Way You Think to Fulfil Your Potential, Dweck
menyatakan bahwa ada dua jenis mindset, yaitu: fixed mindset dan growth mindset. Lalu,
bagaimana kedua jenis pola pikir tersebut memengaruhi cara seseorang menjalani hidup?
Fixed mindset adalah pola pikir yang meyakini bahwa kualitas dasar diri, seperti intelegensi atau
bakat, bersifat menetap.
Daftarkan email
Seseorang dengan fixed mindset percaya bahwa kemampuan untuk melakukan sesuatu dipengaruhi
oleh faktor genetis atau bawaan. Mereka meyakini bahwa keterampilan dan keahlian bersifat terberi
(given). Mereka juga menghargai hasil akhir yang bagus.
Sementara growth mindset adalah pola pikir yang meyakini bahwa kemampuan dasar dapat
dikembangkan melalui kerja keras dan dedikasi, intelegensi, dan bakat hanya merupakan modal awal
saja.
Seseorang dengan pola pikir ini meyakini bahwa keterampilan dan keahlian merupakan sesuatu yang
bisa dibangun dan dikembangkan. Mereka sangat menghargai perbaikan proses.
Alhasil, akan ada perbedaan reaksi antara orang dengan fixed mindset dan growth mindset ketika
menghadapi tantangan dan kegagalan dalam situasi tertentu.
Namun, fixed mindset dan growth mindset bukanlah suatu kondisi yang bersifat dikotomi, dan tidak
dapat digeneralisasikan untuk semua situasi.
Baca juga: Penggunaan “Digital Payment” Diprediksi Semakin Meningkat di 2021
Mindset tidak bersifat genetik dan tidak bersifat permanen. Pada dasarnya, setiap orang memiliki
percampuran dari kedua mindset ini. Dan seseorang dapat berubah secara ekstrem dari satu
mindset ke mindset yang lainnya karena dipengaruhi oleh hal-hal yang terjadi di dalam hidupnya.
“Pintar!”
Pujian yang sering kita dengar saat seorang anak mendapatkan nilai sekolah yang bagus. Niat baik
memberikan penghargaan belum tentu memberikan dampak positif bagi perkembangan pola pikir
seseorang.
Apalagi bila pujian terus menerus diberikan untuk menghargai hasil akhir, dan bukan proses belajar
atau kerja keras si anak.
Seseorang dengan fixed mindset menjadikan hasil akhir yang bagus sebagai ukuran keberhasilan
yang menggambarkan identitas dirinya.
Mereka memiliki keyakinan bahwa keterampilan dan keahlian bersifat bawaan serta bersifat
menetap atau tidak bisa diubah.
Oleh sebab itu, orang dengan fixed mindset tidak suka mengalami kegagalan. Kegagalan dalam
mencapai hasil yang bagus dianggap sebagai konfirmasi atas kapabilitasnya. Kesalahan dan
kegagalan, menurut mereka, menunjukkan ketidakmampuan mereka.
Hal tersebut menyebabkan orang dengan fixed mindset cenderung menghindari tantangan yang
menurut mereka memberi peluang terjadinya kegagalan.
Oleh sebab itu, mereka lebih suka bermain di area zona nyaman – area yang mereka kuasai –
sehingga dapat memberikan probabilitas keberhasilan yang lebih besar.
Mereka juga memandang upaya pengembangan diri adalah hal yang sia-sia, dan cenderung
menganggap kritik atau masukan sebagai sebuah cara untuk menyerang pribadi mereka.
Seperti anak yang dipuji “pintar” saat nilai akademisnya bagus, lama-kelamaan akan membangun
persepsi diri bahwa nilai bagus tersebut bisa diperoleh karena kecerdasannya semata.
Bila pada suatu ketika ia memperoleh nilai buruk , persepsi dirinya bisa berubah. Ia akan merasa
tidak pintar atau tidak cerdas.
Dalam upaya agar tetap dianggap pintar, oleh dirinya dan lingkungannya, ia sangat mungkin untuk
melakukan kecurangan seperti tidak melaporkan nilai buruk ke orangtua, berupaya menyontek, atau
menyalahkan guru yang tidak jelas dalam menyampaikan materi.
Dalam dunia kerja dan organisasi, karyawan dengan fixed mindset akan menganggap status sebagai
hal yang sangat penting.
Mereka akan berupaya keras untuk tampak pintar. Mereka cenderung akan menutupi kegagalan
mereka dan menghindari diskusi tentang kesalahan yang mereka lakukan.
Mereka menghindari tantangan, bersikap defensif, dan mudah menyerah saat menghadapi
kesulitan.
Pada saat mereka menghadapi kegagalan, biasanya mereka akan menyalahkan orang lain,
memanipulasi prestasi, atau cenderung bertindak curang.
Mereka tidak mampu mengatasi kegagalan dengan baik karena kegagalan membuat mereka
mempertanyakan kapabilitas diri mereka sendiri.
Karyawan yang memiliki fixed mindset dengan kinerja semenjana (biasa-biasa saja), menerima
umpan balik dari atasan atau peers sebagai penegasan atas ketidakmampuan mereka.
Sementara bagi karyawan berkinerja tinggi, umpan balik akan diabaikan karena mereka merasa
secara alamiah sudah lebih baik daripada karyawan lainnya.
Oleh sebab itu, pada umumnya karyawan dengan fixed mindset dapat berprestasi pada awalnya,
namun selanjutnya tidak ada perbaikan signifikan atau bahkan gagal mencapai pengembangan
potensi dirinya secara optimal.
Seperti apa gambaran orang yang memiliki growth mindset?
Seseorang dengan growth mindset percaya bahwa kemampuan mereka dapat dikembangkan
melalui dedikasi, kerja keras, dan umpan balik dari orang lain.
Mereka juga lebih menghargai perbaikan proses daripada semata-mata hasil akhir yang baik. Pola
pikir ini membuat seseorang yang memiliki growth mindset lebih terbuka dengan tantangan.
Mereka tidak melihat tantangan sebagai sesuatu yang mengancam, tetapi mereka justru melihat
tantangan sebagai kesempatan untuk berkembang.
Oleh sebab itu mereka lebih berani mencoba hal-hal baru di luar zona nyaman mereka. Tentu saja
setiap tantangan mengandung risiko untuk gagal, namun orang dengan growth mindset tidak takut
mengalami kegagalan atau membuat kesalahan karena mereka merasa mendapatkan kesempatan
belajar dari kesalahan dan kegagalan tersebut.
Dari pembelajaran tersebut mereka tidak segan untuk berupaya keras, mencari strategi yang tepat,
mencari umpan balik dari orang lain, serta belajar dari keberhasilan orang lain untuk memperbaiki
dan meningkatkan kapabilitas mereka.
Anak yang terbiasa dihargai upaya belajarnya – bukan hanya hasil akhirnya – akan lebih mampu
menikmati proses pembelajaran.
Baginya, nilai akhir bukan yang utama. Terpenting, kesenangan saat ia dapat menyelesaikan masalah
atau menemukan pembelajaran baru.
Jika mendapatkan nilai buruk, perhatian utamanya bukan pada nilai akhirnya, tetapi justru pada rasa
ingin tahu bagaimana caranya dapat menjawab soal-soal tersebut dengan tepat.
Oleh sebab itu ia tak akan segan untuk mencari umpan balik dari gurunya atau belajar dari teman
lainnya yang lebih tahu.
Sebagai karyawan, orang yang memiliki growth mindset lebih terbuka terhadap tantangan, bekerja
lebih keras dan lebih efektif sehingga lebih mampu menjadi manusia pembelajar dan memberikan
kontribusi yang lebih baik untuk organisasi dibandingkan dengan karyawan yang memiliki fixed
mindset.
Dampak pola pikir pemimpin bagi organisasi
Di dalam membangun budaya organisasi, faktor pemimpin menjadi kunci keberhasilan. Pemimpinlah
yang akan memberikan nafas dan warna di dalam organisasinya.
Oleh sebab itu, pola pikir pemimpin memberikan kontribusi signifikan di dalam menciptakan budaya
organisasi.
Apa yang akan terjadi jika organisasi memiliki pemimpin dengan fixed mindset? Pada umumnya
seseorang dipromosikan menjadi pimpinan atau menduduki posisi struktural karena kemampuan
dan prestasi yang berhasil dicapainya.
Pemimpin dengan fixed mindset meyakini bahwa mereka berhasil dipromosikan karena kemampuan
dan bakat bawaan yang melekat pada diri mereka, sehingga pada saat menjadi pemimpin mereka
kurang toleran terhadap kegagalan atau kesalahan yang dibuat oleh anggota timnya.
Mereka akan beranggapan bahwa kegagalan atau kesalahan tersebut merupakan akibat dari
ketidakmampuan anggota timnya, baik dari aspek intelegensi maupun kompetensi.
Karena mereka percaya bahwa kemampuan dan bakat bersifat bawaan dan sulit diubah, maka
pemimpin dengan fixed mindset cenderung jarang memberikan umpan balik yang membangun dan
seringkali gagal merekognisi perbaikan kinerja anggota timnya.
Pemimpin dengan fixed mindset akan menciptakan budaya organisasi yang juga fixed mindset.
Di dalam budaya organisasi yang fixed mindset, kepintaran dan bakat dihargai lebih tinggi
dibandingkan perilaku lainnya.
Dalam budaya organisasi yang seperti ini, karyawan dari semua lapisan akan berlomba-lomba untuk
tampak pintar dan berbakat agar dihargai.
Akibatnya, mereka akan cenderung menutupi kesalahan dan kegagalan, atau menyalahkan pihak lain
atas kesalahan dan kegagalan yang terjadi.
Hal ini justru menghilangkan kesempatan belajar dari kesalahan dan kegagalan yang dapat
mendorong pertumbuhan dan inovasi.
Pola pikir tersebut tentunya berbeda dengan pola pikir pemimpin dengan growth mindset.
Pemimpin dengan growth mindset percaya bahwa kemampuan dapat dikembangkan, intelegensi
dan bakat hanya merupakan modal awal.
Oleh sebab itu pemimpin dengan growth mindset sangat mendukung pertumbuhan anggota timnya.
Mereka mampu mengidentifikasi dan menghargai perbaikan kinerja dan perkembangan anggota
timnya.
Mereka pun tak segan untuk meluangkan waktu memberikan pendampingan dan coaching bagi
anggota timnya. Mereka percaya bahwa kinerja anggota timnya akan meningkat jika mereka
mendapatkan umpan balik yang konstruktif, penugasan-penugasan yang mendorong pengembangan
diri, atau program pengembangan lainnya.
Pemimpin dengan growth mindset akan mendorong tumbuhnya pola pikir growth mindset di
lingkungannya.
Budaya organisasi yang growth mindset dapat meningkatkan motivasi karyawan, tingkat retensi dan
loyalitas, serta mendorong kolaborasi, inovasi dan solusi kreatif di dalam organisasi.
Banyak riset menunjukkan bahwa menumbuhkan growth mindset di dalam organisasi menjadi faktor
kunci untuk menumbuhkan budaya kerja yang kolaboratif dan inovatif, serta untuk membangun
lingkungan kerja yang berkomitmen, saling percaya dan engaging.
Apakah kalian sudah memiliki growth mindset? Silakan klik di sini untuk mengetahuinya.
Kompas.com Play
LIHAT SEMUA
TAG:
Growth Mindset
Fixed Mindset
Mgid
Mgid
Oqular
GlucoActive
Cardiovax
Wanita 55 Tahun dengan Wajah Bayi: Dia Lakukan Ini sebelum Tidur
Cellarin
ARTIKEL TERKAIT
PR
Perayaan Rolex yang menggugah. Diskon 90% untuk semua jam tangan replika
PR
PR
Kutil lepas & parasit akan keluar dari tubuh jika kamu campur ini
PR
Recommended by
REKOMENDASIpowered by
Raih Nilai Sempurna di UTBK 2021, Ini Cerita Hanan dan Irfan
Ilmuwan Temukan Lagi Data Hilang Misterius Terkait Asal Virus Corona
Dirjen Vokasi Dorong Politeknik eLBajo Commodus Kembangkan SMK-D2 “Fast Track”
TERPOPULER
3Bantuan Subsidi Upah Guru Honorer Cair hingga 30 Juni 2021, Cek di Sini
TERPOPULER LAINNYA
TOPIK TERPOPULER
EURO 2020
KOMENTAR
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung
jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Kirim
KOMENTAR
TERKINI
Dirjen Vokasi Dorong Politeknik eLBajo Commodus Kembangkan SMK-D2 “Fast Track”
Raih Nilai Sempurna di UTBK 2021, Ini Cerita Hanan dan Irfan
Ikut PPDB SMA DIY 2021? Hari Ini Terakhir Aktivasi Akun
Panduan Belajar dari Rumah di TV Edukasi SD Kelas 1-6, Kamis 24 Juni 2021
Next
[POPULER EDUKASI] Nadiem Makarim: Ada 4 Penentu Siswa Bisa Naik Kelas | Kuota Gratis
Kemendikbud Berlanjut dengan Kuota Berbeda | Syarat Kelulusan Pengganti UN 2021
Mendikbud Nadiem: Besar Dana BOS Reguler Antardaerah Tak Sama di 2021
Kisah Pilu Britney Spears Dijadikan ‘Mesin Uang’ oleh Orang Tua Sendiri
Suka Kelewat Iseng, 5 Shio yang Suka Banget Bikin Emosional Orang Disekitarnya
Kanal motivasi
Motivasi
Kanal fengshui
Fengshui
Tips Bisnis
Kanal kesehatan
Kesehatan
JELAJAHI
KOMPAS.COM
BOLA
TEKNO
OTOMOTIF
INTERNASIONAL
NEWS
NASIONAL
MEGAPOLITAN
ENTERTAINMENT
MONEY
SAINS
REGIONAL
TREN
HYPE
FOOD
HEALTH
PARAPUAN
GLOBAL
HOMEY
PROPERTI
LIFESTYLE
TRAVEL
EDUKASI
IMAGES
VIK
OHAYO JEPANG
KOLOM
JEO
KOMPAS VIDEO
SKOLA
ARTIKEL TERPOPULER
ARTIKEL TERKINI
TOPIK PILIHAN
ARTIKEL HEADLINE
BACK TO TOP
About
Policy
Contact Us
Career