Disusun oleh :
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Implikasi Peserta Didik Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan” ini dengan lancar.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
pengampu mata kuliah Perkembangan Peserta Didik,
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberikan manfaat, dalam
hal ini dapat menambah wawasan para pembaca mengenai keterlibatan peserta didik terhadap
penyelenggaraan pendidikan. Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..........................................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................................
1.1 Latar Belakang................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................
1.3 Tujuan..............................................................................................................................
PENDAHULUAN
Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya peserta didik, peserta
didik merupakan komponen yang sangat penting dalam system pendidikan, sebab seseorang
tidak bisa dikatakan sebagai pendidik apabila tidak ada yang dididiknya.
Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu dikembangkan
melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik pendidikan itu dilingkungan
keluarga, sekolah maupun dilingkkungan masyarakat dimana anak tersebut berada.
Sebagai peserta didik juga harus memahami hak dan kewajibanya serta
melaksanakanya. Hak adalah sesuatu yang harus diterima oleh peserta didik, sedangkan
kewajiaban adalah sesuatu yang wajib dilakkukan atau dilaksanakan oleh peserta didik.
Namun itu semua tidak terlepas dari keterlibatan pendidik, karena seorang pendidik
harus memahami dan memberikan pemahaman tentang dimensi-dimensi yang terdapat
didalam diri peserta didik terhadap peserta didik itu sendiri, kalau seorang pendidik tidak
mengetahui dimensi-dimensi tersebut, maka potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut
akan sulit dikembangkan, dan peserta didikpun juga mengenali potensi yang dimilikinya.
Implikasi berarti keterlibatan atau hubungan, karakteristik bisa diartikan sebagai ciri-ciri
atau sifat-sifat tertentu. Dari kedua kata tersebut dapat melanjutkan bahasan materi implikasi
karakteristik terhadap penyelenggaraan pendidikan sebagai keterlibatan atau hubungan sifat-
sifat yang dimiliki oleh peserta didik untuk kelangsungan penyelenggaraan pendidikan.
Masing-masing peserta didik atau siswa sebagai individu dan subjek belajar memiliki
karakteristik atau ciri-ciri sendiri. Kondisi atau keadaan yang terdapat pada masing-masing
siswa dapat mempengaruhi bagaimana proses belajar siswa tersebut. Dengan kondisi peserta
yang mendukung maka pembelajaran tentu dapat dilakukan dengan lebih baik, sebaliknya
pula dengan karakteristik yang lemah maka dapat menjadi hambatan dalam proses belajar
mengajar.
Lebih lanjut lagi bahwa keadaan peserta didik bukan hanya berpengaruh pada
bagaimana belajar masing-masing peserta didik, namun dari proses belajar masing-masing
siswa dapat mempengaruhi pembelajaran secara keseluruhan serta juga mempengaruhi
bagaimana proses belajar peserta didik lainnya. Jika pengaruh positif maka akan memberikan
efek yang baik bagi proses pembelajaran, namun tentu saja juga terdapat karakteristik atau
keadaan dari siswa yang buruk dan memberikan pengaruh negatif bagi pembelajaran.
1.3 Tujuan
Adapapun penulisan makalah ini bertujuan untuk agar pembaca dapat memmahami
bagaimana karakteristik peserta didik. Dalam bahasan nanti kami akan menjelaskan berbagai
implikasi yang berkaitan terhadap penyelenggaraan pendidikan, seperti faktor fisik, faktor
intelektual, faktor bakat khusus, faktor sosial-kultural, faktor komunikasi dan faktor
perkembangan peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara umum Pengertian Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat. Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mencapai
taraf hidup atau untuk kemajuan lebih baik. Secara sederhana, Pengertian pendidikan adalah
proses pembelajaran bagi peserta didik untuk dapat mengerti, paham, dan membuat manusia
lebih kritis dalam berpikir.
Secara Etimologi atau asal-usul, kata pendidikan dalam bahasa inggris disebut dengan
education, dalam bahasa latin pendidikan disebut dengan educatum yang tersusun dari dua
kata yaitu E dan Duco dimana kata E berarti sebuah perkembangan dari dalam ke luar atau
dari sedikit banyak, sedangkan Duco berarti erkembangan atau sedang berkembang. Jadi,
Secara Etimologi pengertian pendidikan adalah proses mengembangkan kemampuan diri
sendiri dan kekuatan individu. Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia, pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan dapat diperoleh baik secara formal dan non formal. Pendidikan secara
formal diperoleh dengan mengikuti program-program yang telah direncanakan, terstruktur
oleh suatu insititusi, departemen atau kementtrian suatu negara. Sedangkan pendidikan non
formal adalah pengetahuan yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari dari berbagai
pengalaman baik yang dialami atau dipelajari dari orang lain.
Tujuan Pendidikan
Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1985 yang berbunyi bahwa tujuan pendidikan yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsadan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan bangsa.
Berdasarkan MPRS No. 2 Tahun 1960 bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk
pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh pembukaan UUD
1945 dan isi UUD 945.
Berdasarkan UU. No.20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional dalam
pasal 3, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Sebagai individu yang tengah mengalami fase perkembangan, tentu peserta didik
tersebut masih banyak memerlukan bantuan, bimbingan dan arahan untuk menuju
kesempurnaan. Hal ini dapat dicontohkan ketika seorang peserta didik berada pada usia balita
seorang selalu banyak mendapat bantuan dari orang tua ataupun saudara yang lebih tua.
Dengan demikina dapat di simpulkan bahwa peserta didik merupakan barang mentah (raw
material) yang harus diolah dan bentuk sehingga menjadi suatu produk pendidikan.
Berdasarkan hal tersebut secara singkat dapat dikatakan bahwa setiap peserta didik
memiliki eksistensi atau kehadiran dalam sebuah lingkungan, seperti halnya sekolah,
keluarga, pesantren bahkan dalam lingkungan masyarakat. Dalam proses ini peserta didik
akan banyak sekali menerima bantuan yang mungkin tidak disadarinya, sebagai contoh
seorang peserta didik mendapatkan buku pelajaran tertentu yang ia beli dari sebuah toko
buku. Dapat anda bayangkan betapa banyak hal yang telah dilakukan orang lain dalam proses
pembuatan dan pendistribusian buku tersebut, mulai dari pengetikan, penyetakan, hingga
penjualan.
Dengan diakuinya keberadaan seorang peserta didik dalam konteks kehadiran dan
keindividuannya, maka tugas dari seorang pendidik adalah memberikan bantuan, arahan dan
bimbingan kepada peserta didik menuju kesempurnaan atau kedewasaannya sesuai dengan
kedewasaannya. Dalam konteks ini seorang pendidik harus mengetahuai ciri-ciri dari peserta
didik tersebut.
Model Pendidikan yang aktif adalah model yang tidak menunggu sampai
peserta didik siap sendiri. Tetapi sekolahlah yang mengatur lingkungan belajar
sedemikan rupa sehingga dapat memberi kemungkinan maksimal pada peserta didik untuk
berinteraksi. Dengan lingkungan yang penuh rangsangan untuk belajar
tersebut, proses pembelajaran yang aktif akan terjadi sehingga mampu membawa
peserta didik utuk maju ke taraf/tahap berikutnya. Dalam hal ini pendidik
hendaknya menyadari benar-benar bahwa perkembangan intelektual anak berada
ditangannya. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:
a. Menciptakan interksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik.
b. Memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang
yang ahli dan berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan akan sangat
menunjang perkembangan intelaktual anak.
c. Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik peserta didik baik mlalui kegiatan olah
raga maupun menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan berfikir
peserta didik.
d. Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik baik melalui mass-media cetak
maupun menyediakan situasi yang memungkinkan peserta didik berpendapat atau
mengemukakan ide-idenya, sengat besar pengaruhnya bagi perkembangan intelektual peserta
didik.
a. Dikembangkan suatu situasi dan kondisi yang memberikan kesempatan bagi peserta
didik untuk mengembangkan bakat-bakatnya, dengan selalu mengusahakan adanya dukungan
psikologis maupun fisiologis.
b. Dilakukan usaha menumbuh kembangkan minat dan motivasi berprestasi yang tinggi
serta kegigihan dalam melakukanusaha dikalangan anak dan remaja, baik dalam lingkungan
keluarga, sekolah, maupun masyarakat oleh semua pihak yang terkait secara terpadu.
c. Dikembangkannya program pendidikan berdiferensi di lingkungan lembaga pendidikan
formal (sekolah) guna memberikan pelayanan secara lebih efektif kepada peserta didik yang
memiliki bakat khusus menonjol.
a. Sekolah harus merupakan dasar untuk perkembangan kepribadian peserta didik.
b. Saling menghargai merupakan kunci yang dapat digunakan untuk menanggulang masalah-
masalah yang timbul dalam hubungan dengan peserta didik yang bertabiat apapun
c. Pola pengajaran yang demokratis merupakan alternatif yang sangat bermanfaat bagi guru.
5. Implikasi Faktor Komunikasi terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Tiga tingkatan kemampuan peserta didik sebagaimana dikemukakan di atas tentunya
akan sangat mempengaruhi aktivitas komunikasi dua arah antara pendidik dengan peserta
didik. Persoalannya adalah bagaimana untuk menjadi pendidik yang memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik ? Beberapa hal dibawah ini dapat digunakan sebagai acuan oleh
orang-orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan.
a. Memberi penjelasan Dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik (yang
berkaitan dengan iptek), hendaknya:
b. Menentukan hal-hal pokoknya dan hubungannya satu sama lainnya.Memberi penjelasan
yang meyakinkan artinya menerangkan hal-hal yang benar dan menghindari penjelasan yang
salah baik disengaja maupun tidak.
c. Memberi penjelasan secara gamblang dan sederhana sehingga sehingga semua peserta
didik dapat menangkapnya dengan baik.
d. Menghindari berbicara dengan bahasa yang muluk, dan mengusahakan berbicara dengan
bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta didik.
e. Menghindari penggunaan kata-kata yang tidak jelas, tidak pasti dan tidak tegas.
f. Memeriksa kembali penjelasan apakah semua peserta didik telah mengerti terhadap
informasi yang disampaikannya.
g. Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan oleh pengajar dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu pertanyaan
“tingkat tinggi” dan pertanyaan “tingkat rendah”. Pertanyaan tingkat tinggi adalah pertanyaan
yang menuntut pemikiran abstrak, sedangkan pertanyaan tingkat rendah adalah pertanyaan
yang menyangkut fakta, pengetahuan sederhana, dan penerapan pengertian. Hal yang perlu
diusahakan oleh pendidik dalam kaitannya dengan kegiatan ini adalah :
1.) Mengulangi pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik dengan maksud agar peserta
didik yang lain mengetahui secara jelas masalah yang ditanyakan.
2.) Menempatkan pertanyaan peserta didik dalam konteks keseluruhan bahan pelajaran.
3.) Merangsang peserta didik agar mau mengajukan pertanyaan.
4.) Merespon pertanyaan dengan baik.
h. Memberikan Umpan Balik
Dengan umpan balik akan diketahui apakah komunikasi dua arah sudah tercapai
dengan baik atau belum. Umpan balik ini berlaku baik dari pengajar kepada peserta didik
atau sebaliknya.
6. Karakteristik Konsep Diri Anak Usia Sekolah
Seiring dengan perkembangan dan perubahan fisik, kognitif, dan kemampuan sosial,
anak usia sekolah dasar juga mengalami perubahan dalam pandangan terhadap dirinya
sendiri. Mc. Devitt dan Ormrod, 2002, memberikan gambaran tentang perubahan-perubahan
konsep diri anak usia sekolah (usia 6-10 tahun), pada awal-awal masuk sekolah dasar, terjadi
penurunan dalam konsep diri anak-anak. Hal ini mungkin disebabkan oleh tuntutan baru
dalam akademik dan perubahan sosial yang muncul disekolah. Sekolah dasar banyak
memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk membandingkan dirinya dengan teman-
temannya., sehingga penilaian dirinya secara gradual menjadi lebih relistis. Anak-anak yang
secara rutin lebih mungkin untuk melakukan langkah-langkah yang dapat mempertahankan
keutuhan harga dirinya. Mereka sering memfokuskan perhatian pada bidang-bidang dimana
mereka unggul (seperti : olahraga, hubungan sosial, atau hobi) dan kurang perhatiannya pada
bidang-bidang yang memberi kesukaran pada dirinya. Mugkin karena mereka telah
menguasai sejumlah bidang dan pengalaman untuk memperhitungkan kekuatan-kekuatan
dalam penampilan diri mereka, maka kebanyakan anak berusaha mempertahankan kestabilan
harga diri mereka selama tahun-tahun sekolah dasar.
Menurut Santrock (1995), perubahan-perubahan dalam konsep diri anak selama
tahun-tahun sekolah dasr dapat dilihat sekurang-kurangnya dari tiga karakteristik konsep diri,
yaitu (1) karakteristik internal, (2) karakteristik aspek-aspek sosial, dan (3) karakteristik
perbandingan sosial.
Karakteristik internal, berbeda dengan anak-anak prasekolah, anak sekolah dasar lebih
memahami dirinya memahami dirinya melalui karakteristik internal daripada melalui
karakteristik eksternal. Anak-anak pada masa perterngahan dan akhir lebih cenderung
mendefinisikan dirinya melalui keadaan-keadaan dalam yang subjektif daripada melalui
keadaan luar. Penelitian F. Abound dan S. Skerry (1983), menemukan bahwa anak-anak kelas
dua jauh lebih cenderung menyebutkan karakteristik psikologis (seperti preferensi atau sifat-
sifat kepribadian) dalam pendefinisian diri mereka dan kurang cenderung menyebutkan
karakteristik fisik (seperti warna mata atau pemilikan). Misalnya anak 8 tahun
mendeskripsikan dirinya sebagai: “Aku seorang yang pintar dan terkenal.” Anak usia 10
tahun berkata tentang dirinya,” Aku cukup lumayan tidak khawatir terus-menerus, aku
biasanya suka marah, tetapi sekarang aku sudah lebih baik.
Karakteristik aspek-aspek, selama tahun-tahun sekolah dasar, aspek-aspek sosial dari
pemahaman dirinya juga meningkat. Dalam suatu investigasi, anak-anak sekolah dasar
seringkali menjadikan kelompok-kelompok sosial sebagai acuan dalam deskripsi diri mereka
(Livesly & Bromley, 1983). Misalnya, sejumlah anak mengacu diri mereka sendiri sebagai
Pramuka perempuan, sebagai seorang Islam atau sebagai seorang yang memilki dua sahabat
karib.
Karakteristik Perbandingan sosial, pemahaman diri anak-anak usia sekolah dasar juga
mengacu pada perbandingan sosial (sosial Comparison). Pada tahap perkembangan ini, anak-
anak cenderung membedakan diri mereka dari orang lain secara komparatif daripada secara
absolut. Misalnya anak-anak usia sekolah dasar tidak lagi berpikir tentang apa yang “aku
lakukan” atau yang “tidak aku lakukan” tetapi cenderung berpikir tentang “apa yang dapat
aku lakukan dibandingkan dengan apa yang dapat dilakukan oleh orang lain.”
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari bahasan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa Implikasi Karakteristik Peserta
Didik terhadap Penyelenggaraan Pendidikan yang ada dan berkembang merupakan suatu
keterkaitan beberapa faktor yang mempengaruhi sifat-sifat khusus para peserta didik dalam
hal ini siswa untuk berlangsungnya suatu pendidikan yang formal dan baik.
Faktor-faktor yang berjalan baik ataupun dimiliki dengan baik, maka penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia ini mungkin dapat sesuai dengan ketentuan dan kurikulum yang
berlaku.
Apabila terjadi salah satu dari faktor-faktor tersebut buruk yang dimiliki oleh peserta
didik ataupun pendidik, mungkin akan terjadi beberapa masalah yang akan dihadapi oleh
peserta didik atau pendidik untuk menyelenggarakan suatu pendidikan yang baik dan
berkualitas serta dianggap sesuai dengan budaya bangsa kita.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber
yang lebih banyak dan dapat dipertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA