Anda di halaman 1dari 2

Penanganan Dalam Kehamilan

Untuk kepentingan ibu dan janin, perlu diadakan pencegahan pre-eklampsia dan eklampsia, partus
prematurus, dan anemia. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, perlu dibuat diagnosis dini kehamilan
kembar. Pemeiksaan antenatal perlu diadakn lebih sering. Mulai kehamilan 24 minggu pemeriksan
dilakukan tiap 2 minggu; sesudah kehamilan 36 minggu tiap minggu, sehingga tanda-tanda pre-
ekslampsia dapat diketahui dini dan penanganan dapat dikerjakan dengan segera. Istirahat-baring
dianjurkan lebih banyak karena hal itu menyebabkan aliran darah ke plasenta meningkat, sehingga
pertumbuhan janin lebih baik.

Setelah kehamilan mencapai 30 mingg, perjalanan jauh dari koitus sebaiknya sebaiknya dilarang
karena dapat merupakan faktor predisposisi partus prematurus.

Anemia hipokrom tidak jarang terjadi pada kehamilan kembar karena kebutuhan besi dua bayi dan
penambahan volume darah ibu sangat meningkat.

Pemakaian korset sering meringankan beban pembesaran perut. Makanan dianjurkan mengandung
banyak protein dan makanan dilaksanakan lebih sering dalam jumlah lebh sedikit.

Penanganan Dalam Persalinan

Semua persiapan untuk resusitasi dan perawatan bayi prematur disediakan. Golaongan darah ibu
sudah ditentukan dan persdiaan darah diadakan mengingat kemungkinan pendarahan postpartum
lebih besar.

Kala I dilakukan seperti biasa bila anak pertama letaknya memanjang. Karena sebagian bear
persalinan kembar bersalin prematur, maka pemakaian sedativa perlu dibatasi. Episiotomi
mediolateral dikerjakan untuk memperpendek kal pengeluaran dan mengurangi tekanan pada
kepala bayi.

Setelah bayi pertam lahir, segera dilakukan pemeriksaan luar dan vaginal untuk mengetahui letak
dan keadaan janin kedua. Bila janin dalam letak memanjang, selaput ktuba dipecahkan dan air
ketuban dialirkan perlahan-lahan untuk menghindarkan prolapsus funikuli. Penderita dianjurkan
meneran atau dilakukan tekanan terkendali pada fundus uteri., agar bagian bawah janin masuk
dalam panggul. Janin kedua turun dengan cepat sampai ke dasar panggul dan lahir spontan karena
jalan lahir telah dilalui anak pertama.

Tenggang waktu antara lahirnya anak pertama dan anak kedua adalah antara 5 sampai 15 menit.
Kelahiran anak kedua kurang dari 5 menit setelah anak pertama lahir, dengan tindakan yang cepat
ini, dapat menimbulkan trauma persalinan pada anak. Kelahiran anak kedua lebih dari 30 menit
dapat menimbulkan insufisiensi uteroplasental, karena erkurangnya volume uterus dan juga dapat
terjadi solusio plasenta sebelum anak kedua dilahirkan.

Bila janin kedua dalam letak lintang, denyut jantung janin tidak teratur, terjadi prolapsus funikuli,
atau solusio plasenta, atau bila persalinan spontan tidak terjadi dalam 15 menit, maka jnin perlu
dilahirkan dengtan tindakan obstetrikkaren risiko akan meningkat dengan meningkatnya waktu.
Dalam hal letak lintang, dicoba untuk mengadakan versi luar dan bila tidak berhasil, maka segera
dilakukan versi ekstraksi tanpa narkosis. Pada janin dalam etak memanjang dapat dilakukan ekstraksi
cunam pada letak kepala dan ekstraksi kaki pada letak sungsang.

Seksio sesarea pada kehamilan kembar dilakukan atas indikasi janinpertama dalam letak lintang,
prolapsus funikuli, plasenta previa, dan lain-lain,

Masuknya dua bagian besar kedua janin dalam panggul sangat luas. Kesulitan ini dapat diatasi
dengan mendorong kepala atau bokong yang belum masuk benar dalam rongga panggul, ke atas
untuk memungkinkan janin yang lain lahir lebih dahulu.

Kesulitan lain yang mungkin terjadi adalah interlocking, dalam hal ini janin pertama dalam letek
sunsang dan janin kedua dalam persentasi kepala. Setelah bokong lahir, dagu janin pertama
tersangkut pada leher dagu janin kedua. Bila kedaan ini tidak dapat dilepaskan, dilakukan dekapitasi
atau seksio sesarea menurut keadaan janin.

Segera setelah anak kedua lahir, penderita disutik 10 satuan oksitosin, dan tingginya fundus uteri
diawasi. Bila tanda-tanda plasenta lepas tampak, mka plasenta dilahirkan dan diberi 0,2mg
methergin secara intravena. Kala IV diawasi secara cermat dan cukup lama, agar pendarahan
postpartum dapat diketahui dini dan penanggulangannya dilakukan segera.

Prognosis

Bahaya bagi ibu pada kehamilan kembar lebih besar daripada kehamilan tunggal karena lebih
seringnya terjadi anemia, pre-eklampsia dan eklampsia, operasi obstetrik, dan pendarahan
postpartum.

Kematian perinatal anak kembar lebih tinggi daripada anak kehamilan tunggal. Prematuritas
merupakan sebab utama. Selain itu, juga lbih sering terjadi pre-eklampsia dan eklampsia,
hidramnion, kelainan letak, prolapsus funikuli, dan operasi obstetrik, dan menyebabkan sindroma
distres respirasi, trauma persalinan dengan pendarahan serebral dan kemungkinan adanya kelainan
bawaan pada bayi.

Kematian anak kedua lebih tinggi daripada anak pertama karena lebih sering terjadi gangguan
sirkulasi plasenta setelah anak pertama lahir, lebih banyaknya terjadi prolapsus funikuli, sdlusio
plasenta, serta kelainan letak pada janin kedua.

Kematian anak pada kehamilan monozigotik lebih besar daripada kehamilan dizigotik karena pada
yang pertama dapat terjadi lilitan tali pusat antara janin pertama dan kedua.

Anda mungkin juga menyukai