Anda di halaman 1dari 3

DAMPAK RUU CIPTAKERJA TERHADAP SEKTOR KELAUTAN

Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman hayati sektor kelautan yang tinggi, yang
oleh beberapa kalangan disebut sebagai the Amazon of the seas. Indonesia juga memiliki
kawasan yang disebut The Coral Triangle yang juga kaya dengan keanekaragaman hayati.
Namun, keanekaragaman ini mengalami keterancaman seiring dengan rencana pemerintah yang
sedang menyusun RUU Cipta Kerja. Rencana untuk menerbitkan RUU Cipta Kerja sebagai suatu
kebijakan hukum (legal policy) menjadi perhatian publik, karena omnibus law belum dikenal
dalam sistem hukum Indonesia, ada resentralisasi kewenangan di pemerintah pusat, berpengaruh
pada hak tenaga kerja, serta keberpihakan pada investor. Pro kontra Omnibus Law memang kini
tengah berlangsung di masyarakat, bahkan di tengah merebaknya wabah Corona atau COVID-19
saat ini. Sektor kelautan kini menjadi salah satu sorotan karena beberapa pasal dalam RUU ini
dinilai sebagai kemunduran dan mengancam keberlanjutan ekosistem laut dan pesisir.
Director of International Engagement and Policy Reform, Indonesia Ocean Justive
Initiative, Stephanie Juwana, mencatat ada sejumlah hal yang bakal diatur oleh RUU Cipta Kerja
di sektor kelautan dan perikanan yakni perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan serta
penegakan hukum. Untuk perencanaan, RUU cipta kerja mengubah ketentuan mengenai
perencanaan tata ruang, amdal, dan menghapus Komisi NasionalPengkajian Sumber Daya Ikan
(Komnas Kajiskan)1. Dalam hal pemanfaatan, yang diubah antara lain perubahan pendekatan
perizinan menjadi risk based approach, dan menarik kewenangan dari daerah ke pusat.
Mengenai pengawasan dan penegakan hukum, RUU Cipta Kerja mengutamakan sanksi
administratif, menambah sanksi pidana, dan mengubah defenisi nelayan kecil 2. Dari perubahan
tersebut, setidaknya ada tiga dampak jika RUU ini disahkan. Pertama, Orientasi sektor kelautan
dan perikanan menghambat pembangunan berkelanjutan3. Dapat dilihat dari diubahnya izin
lingkungan menjadi persetujuan. Padahal, Padahal perizinan ini ditujukan sebagai upaya
preventif. Begitu juga penghapusan Komnas Kajiskan, hal ini mengurangi esensi best scientific
evidence available. Kedua, berkurangnya keterlibatan masyarakat terhadap RUU cipta kerja
sector kelautan. RUU cipta kerja menghapus komisi amdal dan membatasi keterlibatan
masyarakat dalam penyusunan amdal yakni hanya yang terdampak langsung. Perubahan
terhadap defenisi nelayan kecil memberi ketidakpastian hukum, dan tidak ada penguatan
pemberdayaan dan perlindungan nelayan kecil, petambak garam, pembudidaya kecil, dan anak
buah kapal (ABK).4 Ketiga, melemahkan efektivitas Melalui pendekatan ini, menjelaskan izin
dan pengawasan ketat hanya dikenakan kepada perusahaan yang usahanya masuk kategori risiko
1
Stephanie Juwana, “RUU Cipta Kerja dan Pembangunan Berkelanjutan di Sektor Kelautan dan
Perikanan”,diakses pada : https://pshk.or.id/wp-content/uploads/2020/08/RUU-Cipta-Kerja-dan-Pembangunan-
Berkelanjutan-di-Sektor-Kelautan-Stephanie-Juwana-Webinar-PSHK.pdf
2
Indonesian Center for Environmental Law “Berbagai Problematika dalam UU cipta kerja sector lingkungan dan
Sumber Daya Alam”, diakses pada 6 oktober 2020 di : https://icel.or.id/wp-content/uploads/ICEL-SERI-ANALISIS-
UU-CIPTA-KERJA-SEKTOR-LH-DAN-SDA-compressed.pdf
3
Diakses pada http://kkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/kkp/LAPORAN/Renstra%20dan
%20Renja%20KKP/RENSTRA%20Peraturan%20Menteri%2063%20FINAL%20(5).pdf
tinggi. Usaha risiko sedang hanya perlu mengantongi nomor induk berusaha dan sertifikat
standar. Untuk melaksanakan pendekatan ini perlu lembaga yang kuat dan kredibel dalam
menilai risiko usaha tersebut.5 Dan masih banyak dampak-dampak yang akan berakibat buruk
bagi masyarkat yang berhubungan atau bekerja di sektor kelautan dan perikanan. Namun, dibalik
dampak negatir dari RUU tersebut ada beberapa manfaat jika RUU cipta kerja tersebut disahkan
yakni, Perlindungan lingkungan lebih tinggi, banyak yang menganggap kehadiran UU Cipta
Kerja mengesampingkan analisis dampak lingkungan demi kelancaran investasi, karena tidak
tertera dalam pasal di dalamnya. Namun izin lingkungan tetaplah ada, dibahas lebih lanjutan
dalam aturan turunan yakni Peraturan Pemerintah yang tengah dirancang. Persetujuan
Lingkungan menjadi syarat memperoleh Perizinan Berusaha. Bila terjadi pelanggaran, Perizinan
Lingkungan dicabut yang artinya Perizinan Berusaha ikut dicabut. Sementara ketentuan lama,
bila salah satu izin dicabut, izin lainnya masih berlaku. 6 Kemudian, Lapangan kerja dan
meningkatkan peluang usaha kemudahan dan penyederhanaan perizinan menjadi kunci
meningkatnya investasi di Indonesia. Sejalan dengan itu, terjadi penyerapan tenaga kerja untuk
menggerakkan roda produksi dan distribusi. emudahan perizinan tidak hanya untuk sektor padat
modal tapi juga padat karya alias UMKM. Pemerintah juga memberikan stimulus, salah satunya
menanggung biaya sertifikasi halal bagi produk UMKM. kemudahan ini tentu mendorong
UMKM tumbuh dan meningkatkan peluang usaha di tengah masyarakat, seiring semakin
bervariasinya produk yang dihasilkan.
Menurut saya, RUU cipta kerja sektor kelautan tidak akan memberikan dampak yang buruk
apabila mampu membuat keputusan yang adil bagi negara maupun masyarakatnya. Agar RUU
ini dapat diterima oleh semua pihak, maka paradigm yang dibangun seharusnya mengedepankan
kaidah pembangunan, berkelanjutan menyeimbangkan aspek ekonomi dengan aspek ekologi dan
aspek social. Sejumlah langkah yang bisa dilakukan untuk menyempurnakan RUU tersebut,
yaitu. Pertama tidak membatasi masyarakat terutama masyarakat pesisir dalam meyampaikan
aspirasinya serta tetap melibatkan penuh masyarakat terhadap proses pembentukan RUU.
Kedua, membatasi serta mengatur tenaga kerja asing yang bidangnya belum mampu dikerjakan
oleh tenaga kerja Indonesia, dengan jumlah maksimal 20 persen.
Ketiga, tetap melibatkan peran Pemerintah Daerah atau masyarakat dalam aturan pengawasan
aktivitas usaha
Keempat, tetap menerapkan sanksi pidana maupun denda bagi setiap pelaku pelanggaran sesuai
dengan pelanggaran yang diperbuatnya.

4
Hikmah dan Zahri Nasution, “Upaya Perlindungan Nelayan Terhadap Keberlanjutan Usaha Perikanan Tangkap”
diakses pada ejournal.balitbang.kkp.go.id
5
Stephanie Juwana, “RUU Cipta Kerja dan Pembangunan Berkelanjutan di Sektor Kelautan dan
Perikanan”,diakses pada : https://pshk.or.id/wp-content/uploads/2020/08/RUU-Cipta-Kerja-dan-Pembangunan-
Berkelanjutan-di-Sektor-Kelautan-Stephanie-Juwana-Webinar-PSHK.pdf
6
Diakses pada https://kkp.go.id/artikel/23829-sederet-manfaat-uu-cipta-kerja-di-sektor-kelautan-dan-perikanan

Anda mungkin juga menyukai