Analisis Kasus Tun
Analisis Kasus Tun
KASUS POSISI
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta menolak gugatan Direktur Sutrisno
S.H, M.Hum terhadap Ketua Badan Pertimbangan Kepegawaian. Adapun obyek gugatan
dalam perkara tersebut adalah Keputusan Badan Pertimbangan Kepegawaian Nomor :
108/Kpts/Bapek/2021,tanggal 7 juli 2017 Tentang Penguatan Hukuman Disiplin Atas Nama
Sutrisno S.H, M.Hum. Dalam gugatannya, penggugat menyatakan bahwa Keputusan Badan
Pertimbangan Kepegawaian melalui Bupati Bulungan memberikan Surat Keputusan
Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil
terhadap dirinya merupakan tindakan yang sepihak karena penggugat merasa tidak pernah
diperiksa oleh pihak berwenang.
Penggugat tidak dapat menerima dan sangat keberatan terhadap Keputusan Bupati
Bulungan tersebut karenanya Penggugat mengajukan Upaya Banding Administrasi kepada
Tergugat/Ketua Badan Pertimbangan Kepegawaian (BAPEK) di Jakarta sebagaimana Surat
Penggugat dan atas upaya Banding Administratif tersebut Tergugat/Badan Pertimbangan
Kepegawaian telah mengeluarkan Keputusan yang pada pokoknya memberikan penguatan
hukuman disiplin yang telah dijatuhkan oleh Bupati Bulungan kepada Penggugat.
sebagaimana Surat Keputusan Tergugat/Badan Pertimbangan Kepegawaian Nomor :
108/KPTS/BAPEK/ 2021
Penggugat tidak pernah merasa dilakukan pemeriksaan oleh atasan langsung dari
Penggugat (Direktur RSUD) atau Tim Pemeriksa yang terdiri dari atasan langsung, unsur
pengawasan, dan unsur kepegawaian yang ditunjuk, dan kemudian pemeriksaan dibuatkan
Berita Acara Pemeriksaan yang ditandatangani oleh Penggugat serta Tim pemeriksa
dimaksud, namun dalam Keputusan ada dipertimbangkan dalam konsideran Membaca :
angka 3. Berita Acara Pemeriksaan tanggal 5 Oktober 2015, (melanggar Peraturan
Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor : 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor : 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil. Khususnya Bagian V. huruf C angka 6)
Bahwa sekiranyapun ada dilakukan pemeriksaan dengan dimintai keterangan atau
klarifikasi kepada Penggugat, itupun hanya dilakukan oleh pemeriksa internal Rumah Sakit
Umum Daerah yang anggotanya ada pangkatnya lebih rendah dari terperiksa/Penggugat
padahal persyaratan menjadi Tim Pemeriksa tidak boleh berpangkat atau memangku jabatan
lebih rendah dari PNS yang diperiksa, dan ini jelas melanggar Peraturan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor : 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor : 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Khususnya Bagian
V. huruf C angka 11)
Oleh karena itu penggugat tidak dapat menerima Keputusan Bupati Bulungan tentang
Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS terhadap dirinya
B. ANALISIS KASUS
1. Objek
Adapun Objek Gugatan dalam sengketa Tata Usaha Negara ini adalah Keputusan
Badan Pertimbangan Kepegawaian Nomor : 108/Kpts/Bapek/2017,Tanggal 7 Juli
2017, Tentang Penguatan Hukuman Disiplin Atas Nama Sutrisno S.H, M.Hum, NIP.
19761027200112 1 004. Para pihak dalam kasus ini yaitu:
a. Penggugat
b. Tergugat
Objek Gugatan dalam sengketa ini adalah merupakan Keputusan Tata Usaha Negara
dikarenakan:
Menurut Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, gugatan yang diajukan pihak yang
dirugikan pada pihak lain harus didasarkan pada ketentuan yang terdapat dalam Pasal 53 ayat
I, dan bila melihat objek sengketa, maka pengajuan gugatan oleh penggugat ke Peradilan
Administrasi pada dasarnya sudah tepat karena diajukan masih dalam tenggang waktu 90
hari sejak Penggugat menerima Surat Keputusan tersebut ( Pasal 55 UU No 5 tahun 1986 Jo
UU No. 9 tahun 2004 ), akan tetapi bila melihat ketentuan dalam Pasal 15 ayat (2) PP No. 30
tahun 1980 Tentang Peraturan Disiplin PNS khususnya untuk putusan berupa hukuman
disiplin, dapat dilakukan melalui upaya administratif yaitu, Penggugat menyampaikan
keberatan disertai alasan-alasan walaupun sengketa belum selesai..
Tindakan hukum Tata Usaha Negara adalah perbuatan hukum Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara yang bersumber pada suatu ketentuan hukum Tata
Usaha Negara yang dapat menimbulkan hak atau kewajiban pada orang lain.
Dalam Kasus isi dari keputusan yang dikeluarkan Keputusan Badan Pertimbangan
Kepegawaian Nomor : 108/Kpts/Bapek/2017,Tanggal 7 Juli 2017, Tentang
Penguatan Hukuman Disiplin Atas Nama Oktovianthinno Esr Wa Ro, A.Mk
4) Bersifat Konkrit
Artinya objek yang diputuskan dalam Keputusan Tata Usaha Negara itu tidak
abstrak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat ditentukan kepada siapa keputusan
TUN tersebut ditujukan. Dalam Kasus Keputusan Tata Usaha Negara yang
dilahirkan oleh Tergugat I bersifat konkrit karena berwujud yaitu Surat Keputusan
Badan Pertimbangan Kepegawaian Nomor : 108/Kpts/Bapek/2017,Tanggal 7 Juli
2017, Tentang Penguatan Hukuman Disiplin Atas Nama Oktovianthinno Esr Wa
Ro, A.Mk
5) Bersifat individual
Artinya Keputusan Tata Usaha Negara tersebut tidak ditujukan untuk umum
tetapi tertentu baik alamat maupun hal yang dituju. Dalam Kasus keputusan yang
dilahirkan oleh Tergugat bersifat individual karena tidak ditujukan kepada umum
melainkan hanya kepada Oktovianthinno Esr Wa Ro, A.Mk
6) Bersifat Final
b. Kompetensi Relatif
Berdasarkan pasal 109 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1986 maka Putusan Pengadilan harus me-
muat:
1) Kepala putusan yang berbunyi: “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa”
2) nama, jabatan, kewarganegaraan, tempat kediaman atau tempat kedudukan para pi-
hak yang bersengketa;
3) Ringkasan gugatan dan jawaban tergugat yang jelas.
Dalam putusan kasus ini, terhadap ketiga hal diatas telah terpenuhi. Majelis hakim
memutuskan menolak seluruh gugatan penggugat. Salah satu pertimbangan hakim karena
Penggugat mendalilkan alasannya bahwa sejak tahun 2014 sampai dengan 2021(berjalan 7
tahun) Penggugat sama sekali tidak mendapat kenaikan pangkat serta tidak diberikan tanda
jasa Setia Lencana 10 tahun, hal mana menyebabkan Penggugat menjadi down dan
kehilangan semangat untuk bekerja karena pengabdian Penggugat selama ini tidak dihargai
dan tidak dilakukan pembinaan oleh Pemerintah Daerah Bulungan.