Cara Berkomunikasi Dalam Keperawatan
Cara Berkomunikasi Dalam Keperawatan
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya
kesadaran diri dimana kita harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang
terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal kita selalu memberi dorongan
penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui
dari anak, bersalaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan
perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali perasaan
dan fikiran anak si saat melakukan komunikasi.
3. Usia Sekolah (5-11 tahun)
Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan
kemampuan anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar
dan apa yang dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran anak dan
kemampuan anak membaca disini sudah muncul, pada usia ke delapan anak sudah
mampu membaca dan sudah mulai berfikir tentang kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata
sederhana yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada
anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek
fungsional dan prosedural dari objek tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti,
fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakn secara
jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak
mampu berkomunikasi secara efektif.
5. Usia (LANSIA)
Menurut WHO, batasan umur seseorang yang tergolong lanjut usia (lansia) adalah
sebagai berikut :
Middle age : 45 – 59 tahun
Elderly (lansia) : 60 – 70 tahun
Old (lansia tua) : 75 – 90 tahun
Very Old (lansia sangat tua) : >90 tahun
Prinsip Komunikasi untuk Lansia
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Prinsip komunikasi untuk lansia (Ebersole dan Hess dalam Brunner dan
Siddarth, 1996) adalah :
Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.
Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol
Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik (periksa baterai).
Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.
Jangan berbicara dengan keras atau berteriak, bicara langsung dengan
telinga yang dapat mendengar dengan lebih baik. Berdiri di depan klien.
Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana
Beri kesempatan pada klien untuk mengenang.
Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan
orang tua, kegiatan rohani
Membuat rujukan pada terapi wicara dan kegiatan sosial sesuai
kebutuhan.
Berbicara pada tingkat pemahaman klien.
Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau
keahlian.
Komuikasi Verbal dan Non Verbal
Komunikasi verbal dan non verbal yang digunakan untuk berkomunikasi
dengan lansia antara lain :
1. Saling mengenalkan nama dan jabat tangan, panggil klien dengan sapaan
hormat dan nama panggilan lengkap.
2. Gunakan sentuhan untuk memperkuat pesan verbal dan komunikasikan non
verbal.
3. Menjelaskan tujuan dari pertemuan, diskusikan hanya satu topik.
4. Dimulailah dengan pertanyaan yang sederhana dan gunakan bahasa yang
sering digunakan oleh klien secara singkat dan terstruktur.
5. Gunakan pertanyaan terbuka – tertutup dan ciptakan suasana yang nyaman.
6. Klarifikasi pesan secara periodik, validasikan apakah klien sudah mengerti
dengan maksud perawat.
7. Pertahankan kontak mata, tingkatkan perhatian, dan mendorong untuk
memberi informasi yang jelas.
8. Bersikaplah empati, jaga selalu privasi klien.
9. Mintalah izin sebelum menanyakan status mental, memori dan kemampuan
yang lain.
10. Tuliskan perintah atau hal – hal penting untuk diingat.
Komunikasi Terapeutik pada Lansia dengan Masalah Fisik Maupun
Mental
1. Lansia dengan Gangguan Pendengaran :
a. Berdiri dekat menghadap klien.
b. Bertanya diarahkan pada telinga yang lebih baik.
c. Berikan perhatian dan tunjukkan wajah saudara.
d. Tegurlah nama sebelum pembicaraan dimulai.
e. Gunakan pembicaraan yang keras, jelas, pelan, dan diarahkan langsung
pada klien.
f. Hindari pergerakan bibir yang berlebihan.
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
g. Hindari memalingkan kepala, tidak berbalik atau berjalan saat bicara.
h. Jika klien belum memahami, ulangi dengan menggunakan kata – kata yeng
berbeda.
i. Membatasi kegaduhan lingkungan.
j. Gunakan tekanan suara yang sesuai.
k. Berilah instruksi sederhana untuk mengevaluasi pembicaraan.
l. Hindari pertanyaan tertutup, gunakan kalimat pendek saat bertanya.
m. Gunakan bahasa tubuh yang sesuai dengan isi komunikasi.
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
e. Dorong lansia untuk menulis dan mengekspresikannya dan berikan
kesempatan untuk membaca dengan keras.
f. Gunakan gerakan isyarat terhadap objek pembicaraan jika mampu
meningkatkan pemahaman.
g. Gunakan sentuhan untuk memfokuskan pembicaraan, meningkatkan rasa
aman.
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
8. Lansia yang menunjukkan penolakan :
a. Kemukakan kenyataan perlahan lahan.
b. Jangan menyokong penolakan klien.
c. Bantu klien mengungkapkan keresahan atau perasaan sedihnya.
d. Libatkan keluaraga
.
9. Lansia yang mengalami depresi :
a. Lakukan kontak sesering mungkin.
b. Beri perhatian terus – menerus.
c. Libatkan klien dalam menolong dirinya sendiri.
d. Gunakan pertanyaan terbuka.
e. Libatkan staf dan anggota dalam memberikan perhatian.
6. Usia dewasa
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
mengembangkan komunikasi (sebagai media transfer informasi). Dalam
menguasai pesan yang diterima, individu dewasa tidak hanya melihat isi pesan,
tetapi juga mempersiapkan pesan tersebut dengan lebih baik serta menciptakan
hubungan antar pesan yang di terima dengan konteks atau situasi pesan tersebut
disampaikan. Pesan yang diterima individu dewasa kadang kala di persepsikan
bukan hanya dari konteks isi pesan, tetapi lebih kompleks lagi disesuaikan dengan
situasi dan keadaan yang menyertai. Contoh: “sayang…” dari sepenggal kata
tersebut ketika di ungkapkan dengan nada datar, akan memberi kesan yang
menyesalkan. Kesan ini semakin kuat bila penyampai pesan menunjukkan rasa
penyesalan dari gerakan bibir, raur wajah, kepala menunduk. Namun, bila
ungkapan tersebut di ucapkan dengan menggunakan bahasa yang halus dan
mendesah serta menyampaikan pesan dengan menunjukkan ekspresi mata
bersinar, wajah cerah atau normal, persepsi individu dewasa tersebut adalah
bahwa makna kata “sayang” tersebut adalah perasaan suka atau cinta.
Kemampuan untuk menilai respon verbal dan nonverbal yang disampaikan
lingkungan member keuntungan karena pesan yang kompleks dapat disampaikan
secara sederhana. Namun, kadang kala kemampuan kompleks untuk menangkap
pesan ini menimbulkan kerugian pada manusia karena kesalahan dalam menerima
pesan menjadi lebih besar, akibat pengguna persepsi dan lingkungan yang lebih
kompleks. Contoh : seseorang yang meludah didepan atau didekat orang
seseorang kadang kala di persepsikan sebagai rasa tidak suka atau benci terhadap
orang tersebut, atau orang yang meludah tersebut tidak bermaksud sebagaimana
dipersepsikan orang lain. Situasi diatas selanjutnya menimbulkan konflik antar
individu atau kelompok.
B.Suasana Komunikasi
Agar komunikasi dengan klien dewasa efektif perlu memperhatikan
terciptanya suasana komunikasi yang mendukung tercapainya tujuan komunikasi
seperti saling menghormati, percaya dan terbuka.
C.Suasana saling menghormati
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan klien dewasa, lawan
komunikasi (perawat/tenaga kesehatan) harus dapat menghormati pendapat
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
pribadinya. Klien dewasa akan merasa lebih senang apabila ia diperbolehkan
untuk menyampaikan pemikiran atau pendapat, ide, dan sistem nilai yang
dianutnya. Apabila hal-hal tersebut diabaikan akan menjadi kendala bagi
keberlangsungan komunikasi.
D. Suasana saling percaya
Komunikasi dengan klien dewasa perlu memperhati- kan rasa saling percaya
akan kebenaran informasi yang dikomunikasikan. Apabila hal ini dapat
diwujudkan maka tujuan komunikasi akan lebih mudah tercapai.
E.Suasana saling terbuka
Keterbukaan untuk menerima hasil komunikasi dua arah, antara perawat atau
tenaga kesehatan dan klien dewasa akan memudahkan tercapainya tujuan
komunikasi.
Klien dewasa yang menjalani perawatan di rumah sakit dapat merasa tidak
berdaya, dan tidak aman ketika berada di hadapan pribadi-pribadi yang mengatur
sikap dan perilakunya. Status kemandirian mereka berubah menjadi bergantung
pada aturan dan ketetapan pihak lain. Hal ini dapat menjadi suasanya yang
dirasanya sebagai ancaman. Akumulasi perasaan ini dapat terungkap dalam
bentuk sikap emosional dan agresif.
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
langsung oleh pihak penerima. Meskipun demikian, pada model ini pun ter dapat
kelemahan yang berupa hubungan antara sumber dan penerima pesan tidak kasat
mata. Karena itu klien dewasa lebih memilih komunikasi secara langsung karena
penerapan komunikasi melalui perantara dapat mengurangi kejelasan pesan yang
dikomunikasikan.
Pada kasus ini lebih tepat apabila diterapkan dimensi suka (hue) dalam kadar
tertentu, sebatas untuk sarana penyampaian pesan profesional. Model ini
ditekankan pada pentingnya hubungan dalam membantu klien pada pelayanan
kesehatan secara langsung.
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Model interaksi King menekankan arti proses komunikasi antara perawat dan
klien dengan mengutamakan penerapan system perspektif untuk mengilustrasikan
profesionalisme perawat dalam memberikan bantuan kepada klien.
Model inimenekankan arti penting interaksi berkesinambungan di antara
perawat dan klien dalam pengambilan keputusan mengenai kondisi klien
berdasarkan persepsi mereka terhadap situasi.
Interaksi merupakan proses dinamis yang melibatkan hubungan timbal balik
antara persepsi, keputusan, dan tindakan perawat-klien. Umpan balik pada model
ini nienunjuknya arti penting hubungan antara perawat dan klien.
Komunikasi berdasarkan model interaksi King lebih sesuai diterapkan pada
klien dewasa karena model ini mempertimbangkan faktor intrinsik-ekstrinsik
klien dewasa yang bertujuan untuk menjalin transaksi. Umpan balik yang terjadi
bermanfaat untuk mengetahui hasil informasi yang disampaikan diterima dengan
baik oleh klien.
a. Hubungan perawat dengan kliein adalah hubungan terapeutik yang saling
menguntungkan.
c. Kualitas hubungan perawat dan klien ditentukan oleh bagaimana perawat
mendefinisikan dirinya sebagai manusia
d. Perawat menggunakan dirinya dengan teknik pendekatan yang khusus untuk
memberi pengertian dan merubah prilaku klien.
Keberhasilan komunikasi
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
komunikasi terapeutik dalam hubungan perawat dan klien, kredibilitas perawat
sebagai komunikatorakan menentukan keberhasilan hubungan yang terapeutik.
Karakteristik keberhasilan komunikasi yaitu :
3. mampumengeksplorasikan perasaan
5. motifasi altruistic
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
9. menghentikan atau mengalihkan pembicaraan
KOMUNIKASI TERAPEUTIK