Anda di halaman 1dari 9

KASUS PELANGGARAN ETIKA DAN ETIKET DI INDONESIA

MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah etiket dan keprotokolan pamong praja

Dosen pengampu: Rerry Rofika Sinabela, SE

Disusun Oleh:
Kelompok Kelas A-3
- Humardani Sadar Alam (31.0992)
- Riyas Adikarya Wisda (31.0664)
- Irham Tri Atmojo (31.0335)
- Danang Fatih Hidayatullah (31.0145)
- Annisa Nur Syafitri (31.0253)
- Citra Anatasya (31.0876)

JURUSAN POLITIK INDONESIA TERAPAN


FAKULTAS POLITIK PEMERINTAHAN
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
Jatinangor, 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata
kuliah Bahasa Indonesia.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar--besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada dosen kami yang telah membimbing dalam menulis makalah
ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Jatinangor, 7 April 2021


Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………..........1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….2

1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………...3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kasus pelanggaran etika di Indonesia dan Pendapat mengenai kasus tersebut

2.2 Kasus pelanggaran etiket di Indonesia dan Pendapat mengenai kasus tersebut
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………4

3.2 Saran/solusi……………………………………………………………………5

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah pelanggaran etika politik memang lumrah ditemui dalam laku politik
para politisi maupun para pejabat publik. Hal itu tercermin dari kebiasaan mereka
yang kerap melanggar kode etik baik yang tertulis ataupun yang tak tertulis demi
mengejar apa yang mereka inginkan.Sebut saja salah satu kasus yang belakangan
diduga dilakukan oleh Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) periode
2019-2023, Komjen Firli Bahuri, ketika masih menjabat Deputi Bidang
Penindakan KPK. Firli disebut melakukan pelanggaran kode etik lantaran bertemu
dengan Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang yang saat itu masih
menjabat sebagai Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB).
Sebagai salah satu unsur pimpinan di lembaga antirasuah yang menangani
masalah korupsi, Firli dinyatakan melanggar kode etik lantaran menemui orang
yang diduga terlibat kasus korupsi. Padahal, secara etik, setiap unsur pimpinan di
wadah KPK tidak diperbolehkan memiliki afiliasi politik guna menghindari
terjadinya konflik kepentingan.Selain itu, dugaan kasus pelanggaran etik juga
belakangan dilakukan mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI),
Zulkifli Hasan alias Zulhas. Ia dinilai melanggar etika politik lantaran sampai
sekarang masih menempati kantor (ruang kerja) MPR RI yang semestinya sudah
ia tinggalkan sejak memasuki masa purna jabatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kasus pelanggaran etika yang terjadi di Indonesia dan
Pendapat mengenai kasus tersebut?
2. Bagaimana Kasus pelanggaran etiket yang terjadi di Indonesia dan
Pendapat mengenai kasus tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk menjelaskan dan memberi pendapat mengenai contoh kasus
pelanggaran etika yang terjadi di Indonesia
2. Untuk menjelaskan dan memberi pendapat mengenai contoh kasus
pelanggaran etiket yang terjadi di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kasus Pelanggaran Etika di Indonesia


Kasus Zulhas yang masih belum mengembalikan fasilitas negara, sempat
dikritik oleh Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang
Komarudin, yang menyebut sikap tersebut mencerminkan miskinnya suri tauladan
sebagai elite politik. Meskipun tidak ada aturan yang melarang, secara etika, apa
yang diperlihatkan Zulhas mencederai etika politik. Fenomena pelanggaran etika
politik ini jika ditelusuri lebih jauh hampir melanda sejumlah elite politik di tanah
air.Lord Paul Bew dalam Public Ethics and Political Judgment mengatakan,
masalah etika memang kerap mendera para politisi. Bew mendefinisikan etika
politik sebagai perangkat normatif yang meliputi standar-standar, norma, atau tata
aturan yang melekat pada peran dan fungsi yang seharusnya dipatuhi setiap
pejabat maupun elite politik.Bew mencoba memisahkan antara etika politik dan
etika personal. Menurutnya, perbedaan antara keduanya terletak pada derajat
kepatutan. Etika personal, menurutnya hanya terbatas pada soal integritas pribadi
atau moral seorang pejabat atau politisi. Sedangkan, etika politik bersinggungan
dengan perkara moralitas publik yang di dalamnya terdapat sejumlah standar-
standar normatif yang menjadi acuan perilaku elite politik.

Pendapat Mengenai Kasus Tersebut

Menurut pendapat kami, jika ditarik dalam kasus Zulhas, maka apa yang
tengah dilakukannya mengandung makna pelanggaran terhadap etika politik dan
etika personal sekaligus. Bahwa di satu sisi Zulhas memang bermasalah secara
personal (integritas diri) sebab sudah pasti tahu apa yang dilakukannya secara
moral tidak dibenarkan, namun dalam waktu bersamaan ia juga melakukan
pelanggaran secara etika politik.Seperti dinyatakan Angel Rodríguez Luño
dalam Personal Ethics and Political Ethics, bahwa etika personal lebih condong
pada kualitas pribadi yang dimiliki masing-masing orang dalam laku politiknya.
Sementara, etika politik adalah apa yang dilakukan seseorang menurut kerangka
normatif yang ada, baik itu mengacu pada konstitusi, hukum, adminsitrasi dan
sebagainya.

2.2 Kasus Pelanggaran Etiket Di Indonesia


Lecehkan Leluhur Toraja, Dua Wisatawan Menangis Jalani Hukum Adat,
Tingkah dua wisatawan ini menuai amarah masyarakat Toraja. Bagaimana tidak,
mereka berpose dengan gaya menginjak tengkorak dan memainkan tulang leluhur
di objek wisata kubur di Kete Kesu. Akibatnya, kedua wisatawan ini harus
mendapatkan hukuman adat. Mereka didenda adat dengan memotong satu ekor
babi. Keduanya mendapatkan hukuman setelah mengunggah foto dan
menyebarluaskannya di media sosial Facebook.
Kedua wisatawan tersebut adalah Riski dan Rendi. Mereka akhirnya mengakui
kesalahannya di hadapan pemangku adat Toraja Utara. Keduanya didampingi oleh
pihak Polres Tana Toraja Kapolres Tator, AKBP Julianto Sirait. Riski dan Rendi
juga meminta maaf secara langsung di lokasi tersebut dengan cara berbicara
langsung dengan tokoh adat dan juga beberapa keluarga Kesu. Mereka naik ke
lumbung yang usianya ratusan tahun tersebut dan membawa sirih, pinang, dan
alin sebagai ungkapan maaf atas perilaku yang telah mereka lakukan di makam
yang dianggap bersejarah tersebut.
Kapolres Tana Toraja, AKBP Julianto Sirait mengatakan bahwa kedua
wisatawan itu sebelumnya menyerahkan diri ke Polsek Panakukang saat mereka
mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan itu salah dan menentang adat dan
budaya Toraja. Sementara itu, Ketua Yayasan Objek Wisata Kete Kesu, Layuk
Sarungallo menyatakan bahwa kedua wisatawan ini dikenakan denda Hukum
Adat yang paling ringan dengan memotong satu ekor babi.

Pendapat mengenai kasus tersebut

Menurut pendapat kami terkait kasus yang melecehkan leluhur toraja dengan
cara berfoto di sosial media menggunakan pose menginjak tengkorak yang ada di
wisata kubur Kete Kesu tentu melanggar etiket yang ada di daerah tersebut.
Sebagaimana yang diketahui bahwa pada objek wisata kubur yang bertempat di
toraja adalah hal yang lumrah bagi penduduk sekitar dengan menyimpan
tengkorak mayat yang merupakan leluhur Tana Toraja tanpa menguburnya di
tanah. Sehingga ketika perbuatan kedua wisatawan tersebut yang mengambil
gambar dengan pose yang tidak pantas dilakukan hal tersebut sudah melanggar
etiket yang ada di daerah toraja sekaligus dikenakan sanksi adat yang berlaku di
daerah tersebut.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, didapatkan kesimpulan bahwa etika adalah niat,

perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak sesuai dengan pertimbangan niat baik

atau buruknya sedangkan etiket adalah cara untuk melakukan perbuatan benar

sesuai dengan yang diharapkan. Dari kedua kasus tersebut memperlihatkan

pelanggaran dari warga Indonesia yang tidak menempatkan sesuaatu hal pada

tempatnya, termasuk menghargai kebudayaan serta hilangnya kesopanan antar

sesama

3.2 Saran / Solusi


Sebagai generasi penerus bangsa alangkah lebih baiknya jika kita tetap terus

menjunjung dan menerapkan prinsip dan nilai-nilai etiket dan kehidupan sehari-

hari agar perilaku kita tetap santun dan menumbuhkan akhlak yang baik dalam

keluarga, lingkungan pergaulan maupun dalam masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

https://www.pinterpolitik.com/in-depth/zulkifli-hasan-dan-krisis-etika-politik
https://bahasan.id/hukum-adat-dalam-berbagai-putusan-pengadilan/

Anda mungkin juga menyukai