Anda di halaman 1dari 3

Nama : Citra Anastasya

NPP : 31.0821
Kelas : A3
RESUME ILMU-ILMU POLITIK
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah usaha untuk
menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga, untuk
membawa masyarakat ke arah kehidupan bersama yang harmonis. Usaha menggapai the good
life ini menyangkut bermacam-macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses
penentuan tujuan dari sistem, serta cara-cara melaksanakan tujuan itu. Politik adalah
perebutan kuasa, takhta, dan harta. Di bawah ini ada dua sarjana yang menguraikan deinisi
politik yang berkaitan dengan masalah konlik dan konsensus. Menurut Rod Hague et al.:
“Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok mencapai
keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan
perbedaan-perbedaan di antara anggota-anggotanya.
Sehingga dalam perbedaan dengan ilmu politik yaitu bahwa ilmu politik adalah ilmu
yang mempelajari kehidupan bermasyarakat dengan negara sebagai bagiannya. ilmu politik
mempelajari negara dan bagaimana negara tersebut melakukan tugas serta fungsinya. Ilmu
Politik mempelajari negara, tujuan-tujuan negara dan lembaga lembaga yang akan
melaksanakan tujuan-tujuan itu, hubungan antara negara dengan warganya serta hubungan
antarnegara. Ilmu Politik adalah ilmu sosial yang khusus mempelajari sifat dan tujuan dari
negara sejauh negara merupakan organisasi kekuasaan, beserta sifat dan tujuan dari gejala-
gejala kekuasaan lain yang tidak resmi yang dapat memengaruhi negara.
Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik, negara adalah organisasi pokok
dari kekuasaan politik. Negara adalah alat (agency) dari masyarakat yang mempunyai
kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan
gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. Manusia hidup dalam suasana kerja sama,
sekaligus suasana antagonis dan penuh pertentangan. Negara adalah organisasi yang dalam
sesuatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan
kekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan tujuan dari kehidupan bersama itu. Negara
menetapkan cara-cara dan batas-batas sampai di mana kekuasaan dapat digunakan dalam
kehidupan bersama, baik oleh individu, golongan atau asosiasi, maupun oleh negara sendiri.
Dengan demikian negara dapat mengintegrasikan dan membimbing kegiatan-kegiatan sosial
dari penduduknya ke arah tujuan bersama.
Masyarakat adalah keseluruhan antara hubungan-hubungan antarmanusia. Robert M.
McIver mengatakan: “Masyarakat adalah suatu sistem hubungan hubungan yang ditata.
Biasanya anggota-anggota masyarakat menghuni suatu wilayah geograis yang mempunyai
kebudayaan-kebudayaan dan lembaga-lembaga yang kira-kira sama. Masyarakat dapat
menunjuk pada masyarakat kecil, misalnya, masyarakat kelompok etnis Batak di Sumatera
Utara, atau suatu masyarakat yang lebih luas nation state seperti masyarakat Indonesia.
Dalam masyarakat seperti ini anggota masyarakat dapat berinteraksi satu sama lain karena
faktor budaya dan faktor agama, dan/atau etnis. Semua ilmu sosial mempelajari manusia
sebagai anggota kelompok. Timbulnya kelompok-kelompok itu ialah karena dua sifat
manusia yang bertentangan satu sama lain; di satu pihak ia ingin kerja sama, di pihak lain ia
cenderung untuk bersaing dengan sesama manusia.
Pemerintah setiap negara mempunyai organisasi yang berwenang untuk merumuskan
dan melaksanakan keputusan-keputusan yang mengikat bagi seluruh penduduk di dalam
wilayahnya. Keputusan-keputusan ini antara lain berbentuk undang-undang dan peratu
peraturan lain. Dalam hal ini pemerintah bertindak atas nama negara dan menyelenggarakan
kekuasaan dari negara. Bermacam-macam kebijaksanaan ke arah tercapainya tujuan-tujuan
masyarakat dilaksanakannya sambil menertibkan hubungan-hubungan manusia dalam
masyarakat. Negara mencakup semua penduduk, sedangkan pemerintah hanya mencakup
sebagian kecil daripadanya. Pemerintah sering berubah, sedangkan negara terus bertahan
(kecuali kalau dicaplok oleh negara lain). Kekuasaan pemerintah biasanya dibagi atas
kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Kedaulatan adalah kekuasaan yang tertinggi untuk membuat undang-undang dan
melaksanakannya dengan semua cara (termasuk paksaan) yang tersedia. Negara mempunyai
kekuasaan yang tertinggi ini untuk memaksa semua penduduknya agar menaati undang-
undang serta peraturan-peraturannya (kedaulatan ke dalam—internal sovereignty). Di
samping itu negara mempertahankan kemerdekaannya terhadap serangan-serangan dari
negara lain dan mempertahankan kedaulatan ke luar (external sovereignty). Untuk itu negara
menuntut loyalitas yang mutlak dari warga negaranya. Kedaulatan merupakan suatu konsep
yuridis, dan konsep kedaulatan ini tidak selalu sama dengan komposisi dan letak dari
kekuasaan politik. Kedaulatan yang bersifat mutlak sebenarnya tidak ada, sebab pemimpin
kenegaraan (raja atau diktator) selalu terpengaruh oleh tekanan-tekanan dan faktor-faktor
yang membatasi penyelenggaraan kekuasaan secara mutlak. Apalagi kalau menghadapi
masalah dalam hubungan internasional; perjanjian-perjanjian internasional pada dasarnya
membatasi kedaulatan sesuatu negara. Kedaulatan umumnya tidak dapat dibagi-bagi, tetapi di
dalam negara federal sebenarnya kekuasaan dibagi antara negara dan negara-negara bagian.
Di antara konsep politik yang banyak dibahas adalah kekuasaan. Hal ini tidak
mengherankan sebab konsep ini sangat krusial dalam ilmu sosial pada umumnya, dan dalam
ilmu politik khususnya. Malahan pada suatu ketika politik (politics) dianggap identik dengan
kekuasaan Perumusan yang umumnya dikenal ialah bahwa kekuasaan adalah kemampuan
seorang pelaku untuk memengaruhi perilaku seorang pelaku lain, sehingga perilakunya
menjadi sesuai dengan keinginan dari pelaku yang mempunyai kekuasaan. Dalam perumusan
ini pelaku bisa berupa seorang, sekelompok orang, atau suatu kolektivitas. Jadi, umpamanya
A mempunyai kekuasaan atas B, jika A dapat menyebabkan B bertindak sesuai dengan
keinginan A. Dalam hal ini diasumsikan bahwa B sebenarnya mempunyai niat lain daripada
yang dikehendaki A. Kekuasaan selalu berlangsung antara sekurang-kurangnya dua pihak,
jadi ada hubungan (relationship) antara dua pihak atau lebih.
Suatu contoh dari kekuasaan manifes ialah jika seorang polisi menghentikan seorang
pengendara motor karena melanggar peraturan lalu lintas. Contoh dari kekuasaan implisit
ialah seorang anak sekolah membatalkan rencana untuk main bola dan memutuskan untuk
membuat pekerjaan rumahnya, karena takut akan dimarahi bapaknya. Esensi dari kekuasaan
adalah hak mengadakan sanksi. Cara untuk menyelenggarakan kekuasaan berbeda-beda.
Upaya yang paling ampuh adalah kekerasan isik (force). Seorang penjahat yang
bersenjatakan celurit yang memaksa seseorang untuk menyerahkan miliknya merupakan
suatu contoh dari kekuasaan yang paling terbuka dan brutal. Kekuasaan dapat juga
diselenggarakan lewat koersi (coercion), yaitu melalui ancaman akan diadakan sanksi. Suatu
upaya yang sedikit lebih lunak adalah melalui persuasi (persuasion) yaitu proses meyakinkan,
berargumentasi atau menunjuk pada pendapat seorang ahli (expert advice). Dalam kehidupan
sehari-hari seorang pelaku berkuasa kadang-kadang cenderung memakai cara ini agar tidak
terlalu menonjolkan kekuasaannya.

Anda mungkin juga menyukai