Studi Perubahan Penggunaan Lahan DI KECA
Studi Perubahan Penggunaan Lahan DI KECA
Oleh
Suhadi Purwantoro
Bambang Syaeful Hadi
ABSTRAK
B. Identifikasi Masalah
Beberapa masalah yang berkaitan dengan perubahan penggunaan lahan
di daerah Kecamatan Umbulharjo yang dapat diidentifikasi adalah sebagai
berikut :
1. Terjadi perubahan penggunaan lahan kota yang pesat dan sulit dikendalikan
2. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi tidak dapat diketahui seberapa
luas untuk tiap unit penggunaan lahan.
3. Belum ada data komprehensif mengenai intensitas dan frekuensi perubahan
penggunaan lahan.
4. Pemetaan perubahan penggunaan lahan secara terestrial memerlukan biaya,
waktu, dan tenaga yang tidak sedikit.
5. Belum tersedia peta-peta digital penggunaan lahan yang sangat diperlukan
dalam pembuatan perencanaan penggunaan lahan
6. Belum tersedia data digital tentang penggunaan lahan dilihat dari aspek
intensitas, luas, dan jenis penggunaan lahan
7. Belum dimanfaatkannya data penginderaan jauh yang dalam hal ini berupa
data foto udara pankromatik multitemporal
8. Belum diketahui secara pasti tingkat ketelitian foto udara yang berbeda
skala dan tahun pemotretan untuk identifikasi perubahan penggunaan lahan
di daerah penelitian, sehingga data tersebut belum dapat dimanfaatkan
secara optimal oleh para pengelola kota.
C. Perumusan Masalah
Daerah perkotaan berkembang secara cepat, terutama perkembangan
penduduk, aktivitas, dan fisik kota. Perkembangan ini akan memunculkan
sejumlah persoalan ketika dihadapkan pada kenyataaan luas wilayah kota yang
terbatas. Kebutuhan ruang untuk melakukan berbagai aktivitas dan sarana
pendudukung lainnya mendorong intensitas perubahan bentuk dan luas
penggunaan lahan. Oleh karenanya dalam penanganannya memerlukan arahan
dan perencanaan yang diawali dengan penelitian.
Pada penelitian penggunaan lahan yang akan dilakukan ini ditetapkan
tiga permasalahan yang penulis anggap penting, yakni :
1. Seberapa besar tingkat ketelitian foto udara pankromatik hitam putih skala
1: 8000 dan 1:11.000 untuk megidentifikasi perubahan penggunaan lahan
di daerah penelitian ?
2. Bagaimana perubahan luas dan jenis penggunaan lahan antara tahun 1987-
1996 ?
3. Bagaimana agihan perubahan penggunaan lahan dilihat dari aspek
intensitas, luas, dan jenis penggunaan lahan di daerah penelitian ?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan ini mempunyai beberapa tujuan, yakni :
1. Memperoleh kepastian tentang tingkat ketelitian foto udara pankromatik
hitam putih multitemporal skala 1:8000 dan 1:11.000 untuk identifikasi
perubahan penggunaan lahan
2. Memperoleh informasi perubahan penggunaan lahan dilihat dari aspek
luas dan jenis penggunaan lahan
3. Memetakan agihan perubahan penggunaan lahan dilihat dari aspek
intensitas, luas, dan jenis penggunaan lahan di daerah penelitian .
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan ilmiah maupun matra
kebijakan, yakni :
1. Pengembangan pemanfaatan data foto udara untuk kajian perubahan
penggunaan lahan pada wilayah kecamatan
2. Memberikan informasi perubahan penggunaan lahan di daerah penelitian
sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan
arahan penggunaan lahan atau kebijakan keruangan yang realistis
3. Mengusung wacana perubahan penggunaan lahan sebagai praksis yang
harus diawasi/dikontrol tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga oleh
masyarakat.
A. Deskripsi Teoritik
1. Penggunaan Lahan
Istilah penggunaan lahan (land use), berbeda dengan istilah penutup
lahan (land cover). Perbedaannya, istilah penggunaan lahan biasanya
meliputi segala jenis kenampakan dan sudah dikaitkan dengan aktivitas
manusia dalam memanfaatkan lahan, sedangkan penutup lahan mencakup
segala jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi yang ada pada lahan
tertentu. Kedua istilah ini seringkali digunakan secara rancu.
Suatu unit penggunaan lahan mewakili tidak lebih dari suatu mental
construct yang didisain untuk memudahkan inventarisasi dan aktivitas
pemetaan (Malingreau dan Rosalia, 1981). Identifikasi, pemantauan dan
evaluasi penggunaan lahan perlu selalu dilakukan pada setiap periode
tertentu, karena ia dapat menjadi dasar untuk penelitian yang mendalam
mengenai perilaku manusia dalam memanfaatkan lahan. Dengan demikian,
penggunaan lahan menjadi bagian yang penting dalam usaha melakukan
perencanaan dan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan keruangan di
suatu wilayah. Prinsip kebijakan terhadap lahan perkotaan bertujuan untuk
mengoptimalkan penggunaan lahan dan pengadaan lahan untuk menampung
berbagai aktivitas perkotaan. Dalam hubungannya dengan optimalisasi
penggunaan lahan, kebijakan penggunaan lahan diartikan sebagai
serangkaian kegiatan tindakan yang sitematis dan terorganisir dalam
penyediaan lahan, serta tepat pada waktunya, untuk peruntukan pemanfaatan
dan tujuan lainnya sesuai dengan kepentingan masyarakat (Suryantoro,
2002).
2. Perubahan Penggunaan Lahan
Menurut Malingreau (1979), penggunaan lahan merupakan campur
tangan manusia baik secara permanen atau periodik terhadap lahan dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan kebendaan, spiritual
maupun gabungan keduanya. Penggunaan lahan merupakan unsur penting
dalam perencanaan wilayah. Bahkan menurut Campbell (1996), disamping
sebagai faktor penting dalam perencanaan, pada dasarnya perencanaan kota
adalah perencanaan penggunaan lahan.
Kenampakan penggunaan lahan berubah berdasarkan waktu, yakni
keadaan kenampakan penggunaan lahan atau posisinya berubah pada kurun
waktu tertentu. Perubahan penggunaan lahan dapat terjadi secara sistematik
dan non-sistematik. Perubahan sistematik terjadi dengan ditandai oleh
fenomena yang berulang, yakni tipe perubahan penggunaan lahan pada
lokasi yang sama. Kecenderungan perubahan ini dapat ditunjukkan dengan
peta multiwaktu. Fenomena yang ada dapat dipetakan berdasarkan seri
waktu, sehingga perubahan penggunaan lahan dapat diketahui. Perubahan
non-sistematik terjadi karena kenampakan luasan lahan yang mungkin
bertambah, berkurang, ataupun tetap. Perubahan ini pada umumnya tidak
linear karena kenampakannya berubah-ubah, baik penutup lahan maupun
lokasinya (Murcharke, 1990).
Di daerah perkotaan perubahan penggunaan lahan cenderung berubah
menjadi dalam rangka memenuhi kebutuhan sektor jasa dan komersial.
Menurut Cullingswoth (1997), perubahan penggunaan yang cepat di
perkotaan dipengaruhi oleh empat faktor, yakni : (1) adanya konsentrasi
penduduk dengan segala aktivitasnya; (2) aksesibilitas terhadap pusat
kegiatan dan pusat kota; (3) jaringan jalan dan sarana transportasi, dan; (4)
orbitasi, yakni jarak yang menghubungkan suatu wilayah dengan pusat-pusat
pelayanan yang lebih tinggi.
3. Interpretasi Foto Udara Untuk Studi Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan mencerminkan sejauh mana usaha atau campur
tangan manusia dalam memanfaatkan dan mengelola lingkungannya. Data
penggunaan/tutupan lahan ini dapat disadap dari foto udara secara relatif
mudah, dan perubahannya dapat diketahui dari foto udara multitemporal.
Teknik interpretasi foto udara termasuk di dalam system penginderaan jauh.
Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
tentang obyek, daerah atau gejala dengan cara menganalisis data yang
diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung dengan objek,
daerah, atau gejala yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1997). Penggunaan
foto udara sebagai sumber informasi sudah meluas dalam berbagai aplikasi.
Hanya saja untuk dapat memanfaatkan foto udara tersebut diperlukan
kemampuan mengamati keseluruhan tanda yang berkaitan dengan objek atau
fenomena yang diamati. Tanda-tanda tersebut dinamakan kunci pengenalan
atau biasa disebut dengan unsur-unsur interpretasi. Unsur-unsur tersebut
meliputi : rona/warna, tekstur, bentuk, ukuran, pola, situs, asosisasi, dan
konvergensi bukti (Sutanto, 1997).
Untuk dapat melakukan interpretasi penggunaan lahan secara sederhana
dan agar hasilnya mudah dipahami oleh orang lain (pengguna), diperlukan
panduan kerja berupa sistem klasifikasi penggunaan lahan/tutupan lahan.
Sistem klasifikasi penggunaan lahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sistem klasifikasi penggunaan kota karena wilayah yang
diinterpretasi merupakan wilayah kota. Sistem klasifikasi penggunaan lahan
kota yang dipakai adalah sistem klasifikasi menurut Sutanto (1981) dengan
sedikit perubahan (disesuaikan dengan kondisi penggunaan lahan di daerah
penelitian).
Penelitian yang telah dilakukan ini menggunakan foto udara sebagai media.
Foto udara, sebagai salah satu data penginderaan jauh, mampu menyajikan
gambaran mirip wujud dan letak sebenarnya di lapangan dan dapat dilihat
pola keruangannya (Sutanto, 1987). Oleh karenanya tidak mengherankan
bila hingga kini foto udara menjadi sumber utama bagi data penginderaan jauh
untuk penelitian kekotaan (Sutanto, 1995). Disamping itu, aplikasi foto udara
untuk studi penggunaan lahan kota ini berarti mengoptimalkan fungsi data foto
udara yang telah tersedia untuk 100 kota di Indonesia (Sutanto, 1989),
sehingga fungsi foto udara menjadi multiguna.
Interpretasi penggunaan lahan dari foto udara ini dimaksudkan untuk
memudahkan deliniasi area/ unit-unit penggunaan lahan. Salah satu syarat dari
teknik sederhana yang digunakan untuk mengkaji atau melakukan evaluasi
terhadap perubahan, termasuk untuk mengetahui sejauh mana perubahan
penggunaan lahan kota telah terjadi, adalah dengan cara menginterpretasi dua citra
yang berbeda waktu perekamannya (multitemporal). Citra multitemporal adalah
citra yang menggambarkan kondisi dan saat perekaman yang berbeda (Sutanto,
1992).
Penelitian yang telah dilakukan ini menggunakan foto udara sebagai
media/sumber informasi utama. Foto udara, sebagai salah satu produk dari
penginderaan jauh, mampu menyajikan gambaran mirip wujud dan letak
sebenarnya di lapangan dan dapat dilihat pola keruangannya (Sutanto,
1987). Oleh karenanya tidak mengherankan bila hingga kini foto udara menjadi
sumber utama bagi data penginderaan jauh untuk penelitian kekotaan (Sutanto,
1995). Disamping itu, aplikasi foto udara untuk studi lingkungan permukiman
kota ini berarti mengoptimalkan fungsi data foto udara yang telah tersedia untuk
100 kota di Indonesia (Sutanto, 1989), bahkan dalam perkembangannya banyak
kota-kota lain yang baru direkam,sehingga fungsi foto udara menjadi multiguna.
Foto udara yang tersedia untuk daerah penelitian (Kecamatan Umbulharjo
Kota Yogyakarta) adalah foto udara pankromatik hitam putih tahun 1987 dengan
skala 1 : 11.000 dan tahun 1996 dengan skala 1 : 13.000 (untuk keperluan
penelitian ini skala diperbesar menjadi 1:8000), dengan perbedaan waktu
perekaman adalah 9 tahun. Menurut Sutanto (1992), data yang berupa foto udara
saat perekamannya dilakukan dengan jarak waktu 3 tahun atau lebih, karena
dianggap sudah cukup banyak perubahan. Pada rentang waktu 9 tahun (1987-
1996) tentu banyak terjadi perubahan penggunaan lahan
B. Kerangka Berpikir
Penggunaan lahan merupakan fenomena berdimensi fisik-sosial- ekonomi
yang keberadaannya dipengaruhi oleh aktivitas manusia, oleh karena itu
keberadaannya bersifat dinamis. Ketersedian lahan yang terbatas dengan jumlah
penduduk yang bertambah terus menerus serta semakin kompleksnya aktivitas
manusia menyebabkan karakteristik penggunaan lahan semakin rumit. Bentuk
penggunaan lahan semakin variatif, frekuensi dan intensitas perubahannya makin
tinggi, serta semakin sulit pengendaliannya. Fenomena ini yang paling sering
terjadi di daerah perkotaan.
Kenyataan perubahan penggunaan lahan kota tersebut berimplikasi pada
semakin sulitnya perencanaan, pengelolaan dan evaluasi perkembangannya.
Untuk itu agar para pengelola kota lebih mudah dalam melakukan manajamen
penggunaan lahan diperlukan peta-peta aktual kota. Hanya saja, penyusunan peta-
peta penggunaan lahan dengan berbagai perubahannya sangat sulit dilakukan
karena berbagai keterbatasan pengukuran secara terestrial. Oleh karena itu perlu
dilakukan pemetaan dengan cara alternatif, yang dalam hal ini menggunakan
teknik penginderaan jauh, khususnya dengan memanfaatkan data foto udara. Foto
udara yang digunakan untuk keperluan studi perubahan pengunaan lahan ini
adalah foto udara hitam putih multitemporal tahun 1987 dan tahun 1996, dengan
maksud untuk mengetahui perubahan bentuk, luas, dan intensitas penggunaan
lahan (tiap-tiap unit) menurut saat pemotretan tersebut dilakukan. Untuk
mengetahui perubahan bentuk, luas, dan intensitas tiap unit penggunaan lahan
akan sangat sulit dilakukan dengan cara manual, oleh karenanya diperlukan data
bantu tersebut.
Hasil interpretasi penggunaan lahan dari masing-masing tahun pemotretan
kemudian diuji tingkat ketelitiannya, dengan maksud untuk mengetahui tingkat
kesahihan data foto udara untuk keperluan studi ini. Untuk memperoleh ukuran
luas dan bentuk perubahan penggunaan lahan selanjutnya hasil interpretasi yang
berupa peta penggunaan lahan tahun 1987 dan 1996 diubah dalam bentuk peta
digital agar dapat diolah lebih lanjut dengan komputer dengan menggunakan
perangkat lunak Sistem Informasi Geografis (SIG), khususnya dengan perangkat
lunak Arc/Info dan ArcView. Pengolahan dengan SIG memungkinkan dilakukan
analisis secara spasial dan temporal Peta akhir yang diperoleh dari tumpang susun
antara peta-peta yang berbeda tahun tersebut akan menghasilkan blok-blok unit
penggunaan lahan dan perubahannya. Selanjutnya peta akhir yang diperoleh yang
telah dianalisis dengan SIG dapat dibaca untuk dilakukan deskripsi dan analisis
lanjut, sehingga dapat menjawab permasalahan penelitian.
A. Desain Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan ini merupakan penelitian deskriptif-analitik
dengan pendekatan interpretasi foto udara, cheking lapangan, dan sistem
informasi geografis.
Keterangan :
32 = Jumlah seluruh kategori obyek jagung
25 = Jumlah kategori hasil interppretasi obyek
284 = Jumlah seluruh kategori dari seluruh kelas hasil interpretasi untuk obyek-
obyek yang diinterpretasi sesuai dengan kategori lapangan
25
Ketelitian hasil interpretasi masing-masing kategori (misal jagung) = ----x 100 %
32
= 78 %
Penggunaan lahan untuk pom bensin pada foto udara tahun 1987 belum
banyak. Baru pada foto udara tahun 1996 nampak beberapa pom bensin.
Penambahan pom bensin baru yang nampak pada foto udara, diantaranya adalah
pom bensin di Jalan Gedongkuning dan Kusumanegeran, semula lahan tersebut
digunakan untuk kompleks pertokoan. Sementara perubahan penggunaan lahan
yang paling tinggi persentasenya adalah penggunaan lahan untuk pertokoan yang
tersebar di sepanjang Jalan Kusumanegara, sebelah timur Kebun Binatang
Gembira Loka dan di sekitar terminal Umbulharjo.
3. Penggunaan Lahan Untuk Industri
Penggunaan lahan untuk industri yang ada di daerah penelitian ternyata
tidak mempunyai pola agihan yang konsisten, karena industri yang ada
mempunyai variasi yang besar dalam beberapa hal, dianataranya adalah variasi
jenis produk, bahan dasar, jumlah dan kualifikasi tenaga kerja, proses produksi,
dan pangsa pasarnya. Oleh karenanya sangat sulit untuk membuat evaluasi dan
prediksinya.
Lahan untuk industri di daerah penelitian diklasifikasikan menjadi dua,
yakni lahan untuk pabrik/perusahaan dan gudang. Secara keseluruhan luas lahan
untuk industri di daerah penelitian adalah 16,78 ha pada tahun 1987 dan 26,31 ha
pada tahun 1996. Perincian luas masing-masing penggunaan lahan untuk industri
dan perkembangannya dapat dilihat pada tabel 4.6. Lahan untuk industri di
daerah ini relatif sempit dibandingkan dengan penggunaan lahan lainnya. Lahan
untuk industri hanya menempati lahan 3,24 %, sebagian besar berupa
perusahaan/pabrik. Perkembangan luas lahan untuk industri relatif lambat
dibandingkan dengan perubahan penggunaan lain, karena antara tahun 1987-1996
hanya bertambah rata-rata 6,30 % per tahunnya. Kelambatan perubahan perluasan
ini mungkin terjadi karena masyarakat setempat lebih suka membuat bangunan
untuk disewakan sebagai hunian bagi para pendatang.
Tabel 10. Penggunaan Lahan Untuk Industri Tahun 1987 dan 1996
Tabel 11. Penggunaan Lahan Untuk Jasa Tahun 1987 dan 1996
No. Penggunaan Lahan Luas (ha) Perubahan
1987 1996 (ha)
1. Jasa kelembagaan
a. Perkantoran 24,4190 31,4497 + 7,0307
b. Kampus/sekolah 27,3450 41,1250 + 13,7800
c. Rumah sakit 0,5352 0,7321 + 0,2031
d. Bank 0,1550 0,2600 + 0,1050
2. Jasa non-kelembagaan (hotel) 0,5565 1,4102 + 0,8537
Jumlah 53,0307 74,9770 + 21,9463
Sumber : Hasil interpretasi foto udara dan cek lapangan
Tabel 12. Penggunaan Lahan Untuk Rekreasi Tahun 1987 dan 1996
No Penggunaan Lahan Luas (ha) Perubahan
1987 1996 (ha)
1. Kebun binatang 7,2560 8,1094 0,8534
2. Lapangan Olah raga 1.8797 1.5476 -0,4030
3. Stadion 6,0000 6,0000 0
4. Gedung Olah raga - 1,2000 1,2000
Jumlah 14,536 14,424 2,4564
Sumber : Hasil interpretasi foto udara dan cek lapangan
Tabel 13. Penggunaan lahan untuk pertanian dan non pertanian tahun 1987-1996
No Penggunaan Lahan Luas (ha) Perubahan
1987 1996 (ha)
1. Pertanian - - -
. a. Sawah 305,4796 132,3415 - 173,1381
b. Tegalan/ladang 8,2340 4,8000 - 3,4340
c. Kebun campuran 2,5639 2,0500 - 0,5139
2. Non-pertanian 495,7225 672,8085 + 183,14
Jumlah 812,0000 812,0000 -
Sumber : Foto udara pankromatik h/p dan cek lapangan
Tabel 14. Penggunaan Lahan Untuk Lain-lain Tahun 1987 dan 1996
Luas (ha) Perubahan
No Penggunaan Lahan 1987 1996 (ha)
1. Kuburan 20,070 20,070 0
2. Lahan kosong 13,916 7,350 -6,570
3. Lahan sedang dibangun 3,994 1,930 -2,064
Jumlah 37,500 28,425 -9,075
Sumber : Hasil interpretasi foto udara pankromatik h/p dan cek lapangan
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dapat ditarik beberapa kesimpulan,
sebagai berikut :
1.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, J.B., 1996. Introduction to Remote Sensing. Taylor & Francis, London.
Estes, John E., 1992. Remote Sensing and GIS Integration: Research needs Sta- tus and
Trends, ITC Journal, No. 1, Enschede. Halaman 2-9.
Light, Donald L. 1993. The National Aerial Photography Program as A Geo graphic
Information System. Photogrammetric Engeneering and Remote
Sensing Vol. 59 No. 1 January, ASPRS,
Lillesand, Thomas M. and Ralph W. Kiefer. 1994. Remote Sensing and Image
Interpretation. Second Edition. John Wiley & Sons, Inc. New York.
Murchacke, Philip, C. 1990. Map Use Reading, Analysis and Interpretation, J.P.,
Publication Medison, Wisconsin.
Short, Nicholas M., 1982. The Landsat Tutorial Workbook, NASA, New York.
Suryantoro, Agus. 2002. Penggunaan Lahan dengan Foto Udara di Kota Yogyakarta.
Disertasi. UGM Yogyakarta
--------. 1994. Penginderaan Jauh Jilid 1. Cet. 3, Gadjah Mada University Press
Yogyakarta.