Anda di halaman 1dari 25

ANOMALI GRAVITASI DI DAERAH LERENG GUNUNG KELUD

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Bahasa Indonesia Keilmuan
Yang dibina oleh Bapak Aga Shakti Kristian

Oleh
Ahmad Husnul Huluq
100321400987

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
November 2010
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan Makalah

“Gaya gravitasi adalah kekuatan atau tarikan yang dimiliki oleh benda

yang memiliki massa” (Hermana,2009:110). Newton menyatakan bahwa

banyaknya massa yang dimiliki sebuah benda mempengaruhi kuat lemahnya

tarikan gravitasi antara benda itu dan benda lain (Nasution,2010). Semakin besar

massa suatu benda, maka gaya gravitasi yang dimilikinya semakin besar, sehingga

benda yang mempunyai massa sangat besar akan lebih mudah untuk

mempengaruhi atau menarik benda-benda yang bermassa kecil. Hal ini dapat

dibuktikan dengan contoh bumi dan manusia. Bumi yang mempunyai massa

sangat besar akan dengan mudahnya mempengaruhi atau menarik manusia yang

bermassa kecil yang berada di atas bumi. Dalam hal ini manusia tersebut telah

mengalami gaya gravitasi bumi, sehingga manusia akan cenderung terus tertarik

oleh bumi.

Pada umumnya semua benda yang berada di atas bumi ini jika berada di

atas suatu bidang miring tanpa pengaruh gaya apapun pasti akan mengarah atau

menuju ke tempat yang lebih rendah, hal ini dikarenakan terjadinya gaya gravitasi

oleh bumi terhadap benda tersebut. Namun menurut pengamatan kacamata

manusia awam hal ini tidak selamanya benar dan terjadi, karena terdapat
keanehan di beberapa daerah di belahan bumi ini terhadap hukum gravitasi

tersebut. Di beberapa daerah, jika sebuah benda ditaruh di atas bidang miring,

benda tersebut justru akan mengarah ke tempat yang lebih tinggi, hal inilah yang

lazimnya disebut sebagai anomali/keanehan hukum gravitasi. Ada apakah dibalik

semua ini? Apakah hukum gravitasi yang dinyatakan oleh Newton masih belum

sempurna? Hal ini perlu kita selidiki dengan menggunakan kacamata sains agar

masalah tersebut dapat terpecahkan secara logika dan rasional. Bahkan, tak jarang

orang-orang awam yang primitif menganggap tempat tersebut adalah tempat

keramat yang dijaga oleh makhluk halus, sehingga terjadi keanehan di daerah

tersebut.

Makalah ini perlu ditulis agar sejumlah pertanyaan misteri mengenai

keanehan hukum gravitasi di beberapa daerah dapat terjawab dan masyarakat

awam dapat memahami apa yang sebenarnya terjadi pada daerah tersebut tanpa

harus mengetahui seluk beluk ilmu fisika yang rumit.

1.2 Masalah atau Topik Bahasan

1. Apakah anomali gravitasi itu?

2. Di daerah mana sajakah terdapat fenomena anomali gravitasi di belahan

bumi ini?

3. Kemungkinan apa sajakah yang sebenarnya terjadi pada daerah-daerah

anomali gravitasi melalui kacamata sains?

4. Kemungkinan apakah yang mempengaruhi anomali gravitasi di lereng

gunung Kelud dan apa sajakah bukti otentik yang mendukungnya?


1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagi berikut:

1. Pembaca mengerti definisi dan maksud dari anomali gravitasi.

2. Pembaca mengetahui di daerah mana sajakah terjadi anomali/keanehan

hukum gravitasi.

3. Pembaca dapat memahami fenomena apakah yang sebenarnya terjadi pada

daerah-daerah anomali gravitasi.

4. Pembaca lebih memahami terhadap fenomena anomali gravitasi yang terjadi

di lereng gunung Kelud.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anomali Gravitasi

Anomali gravitasi adalah perbedaan antara gravitasi yang diamati dengan

gravitasi normal yang mengacu pada perhitungan rumus gravitasi (Karit L.

Gaol:2007:25). Perbedaan tersebut dapat berakibat pada penyimpangan

pengamatan gravitasi oleh orang awam. Normalnya, jika suatu benda bebas gerak

dilepas di daerah bidang miring, benda tersebut akan mendekati daerah yang lebih

rendah, namun hal tersebut tidak selamanya terjadi, benda tersebut dapat menuju

ke arah daerah yang lebih tinggi. Hal itu adalah salah satu contoh efek nyata dari

adanya anomali gravitasi.

2.2 Daerah Anomali Gravitasi

Anomali gravitasi tersebar di beberapa daerah di belahan bumi ini, bahkan

ada di antaranya yang terdapat di negara kita negara Indonesia. Daerah-daerah

anomali gravitasi tersebut kebanyakan terdapat di daerah pegunungan berapi,

karena di daerah pegunungan berapi lebih sering terjadi letusan. Letusan ini dapat

berakibat pada perubahan kontur tanah maupun partikel penyusun gunung api

tersebut. Dengan terjadinya perubahan kontur dan struktur partikel gunung, hal ini

dapat pula merubah gaya gravitasi yang terjadi di sekitar lereng gunung tersebut.
Daerah-daerah yang dimaksud di atas di antaranya adalah: Jabal Magnet,

Gunung Kelud, dan Ladakh. Jabal Magnet adalah nama suatu daerah yang terletak

di Mantiqo Baidho sekitar 30 kilometer di luar kota Madinah, Arab Saudi. Jabal

Magnet mempunyai kontur perbukitan dan tersusun oleh batuan dengan cuaca

yang gersang. Jika bus atau kendaraan lain yang melewati lokasi tersebut bisa

tertahan lajunya atau terdorong hingga kecepatan 120 Km/Jam tanpa memasukkan

gigi persneling mobil. Jalan yang dipengaruhi oleh gaya magnet tersebut

sepanjang 4 kilometer.

Lereng gunung Kelud yang dipengaruhi oleh anomali gravitasi adalah

lereng yang terdapat di salah satu gunung di Indonesia, gunung tersebut berada di

daerah Jawa Timur, tepatnya di perbatasan kota Blitar dan Kediri. Keanehan ini

biasa disebut sebagai Mystery Road oleh masyarakat sekitar, bahkan di antara

mereka ada yang menganggap bahwa daerah tersebut aneh karena terdapat jin

penunggu daerah tersebut sedang asik usil menjahili manusia yang lewat. Sepintas

jalan misteri tersebut seperti jalan biasa, tetapi yang membuat istimewa adalah

fenomena anomali gravitasi tersebut.

Ladakh berada di negara India, di tempat ini pula juga terdapat keanehan

terhadap hukum gravitasi. Ladakh terletak di pangkuan pegunungan salju

Himalaya dan Silver Valley. Keanehan tersebut terletak pada jarak 30 km dari ibu

kota Leh dan terletak di jalan raya nasional Leh-Kargil-Baltik pada ketinggian

14.000 meter di atas permukaan laut. Daerah ini juga sering disebut sebagai

daerah Himalayan Wonder karena keanehannya tersebut. Ketika berada di

wilayah ini, orang-orang akan merasakan gaya tarikan atau gaya magnet yang

cukup kuat, bahkan ketika sebuah pesawat atau helikopter melintas di atas
wilayah ini, diharapkan pesawat tersebut melintas dengan kecepatan yang cukup

tinggi, karena jika tidak dikhawatirkan pesawat tersebut akan ngadat atau

kehilangan kendali dan kemungkinan buruk bisa terjatuh.

2.3 Formula Pemecahan Masalah

Dari berbagai daerah di penjuru dunia yang mempunyai keanehan konsep

hukum gravitasi, keanehan tersebut dapat dipecahkan melalu kacamata sains.

Melalui kacamata sains, keanehan tersebut dapat sedikit terpecahkan dan

pemecahannya tersebut dapat diterima secara logika dan akal. Perlu diketahui

bahwa pada dasarnya tidak ada kekeliruan dalam penjabaran hukum gravitasi

universal Newton, Newton telah menjabarkan hukum tersebut secara sempurna,

pada hakikatnya anomali gravitasi ini timbul dikarenakan adanya permasalahan

yang membutukan telaah lebih dalam dari perkembangan teori gravitasi universal

Newton.

Sampai saat ini masih terdapat dua pemecahan tentang permasalahan

tersebut yang dipecahkan melalui aturan-aturan sains yang berlaku secara

universal. Dua formula hasil penelitian para ilmuan tersebut adalah pusat massa

dan ilusi optikal. Terlebih dahulu akan dijelaskan konsep mengenai pusat massa.

Seperti yang sudah dibahas berulang kali, gaya gravitasi erat hubungannya

dengan massa. Tanpa adanya perbedaan massa maupun massa itu sendiri pada

benda-benda yang akan kita ketahui gaya gravitasinya, gaya gravitasi tidak akan

dihasilkan, karena hakikatnya massa merupakan objek yang kita acu sebagai

pembuktian adanya gaya gravitasi. Sesuai dengan hukum gravitasi universal

Newton setiap massa titik menarik semua massa titik lainnya dengan gaya segaris
dengan garis yang menghubungkan kedua titik. Besar gaya tersebut berbanding

lurus dengan perkalian kedua massa tersebut dan berbanding terbalik dengan

kuadrat jarak antara kedua massa titik tersebut. Secara matematis, hal ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

m 1 m2
F=G
r2

dengan F adalah besar dari gaya gravitasi antara kedua massa titik tersebut yang

dalam sistem Satuan Internasional (SI) diukur dalam satuan newton (N), G adalah

konstanta gravitasi yang mempunyai nilai sebanding dengan 6,67 x 10−11 N m2 kg−2

, m1 adalahbesar massa titik pertama dan m2 adalah besar massa titik kedua yang

dimana m1 dan m2 tersebut diukur dalam satuan kilogram (kg), dan r adalah jarak

antara kedua massa titik yang diukur dalam meter (m).

Dari persamaan rumus matematis hukum gravitasi universal Newton

tersebut, tanpa melakukan uji coba pada daerah yang sebenarnya, permasalahan di

atas tersebut dapat dipecahkan melalu cara berfikir logika. Cara berfikir secara

logika tersebut dapat dijelaskan bahwa terdapat sebuah pusat massa yang

bertempat di permukaan bumi yang mempunyai jarak lebih dekat daripada pusat

massa bumi hingga mengakibatkan timbulnya gaya gravitasi yang lebih besar

daripada gaya gravitasi bumi terhadap benda-benda disekitar pusat massa tersebut

(lihat gambar 2.3.1). Nilai dari pusat massa tersebut dapat kita hitung pula secara

matematis dengan perkiraan keadaan pusat massa tersebut tepat berada di

permukaan bumi dan dalam radius tertentu. Secara metematis hal ini dapat

diturunkan dari rumus hukum gravitasi universal Newton. Berikut penurunan

rumus yang dimaksud untuk mencari besar pusat massa yang terjadi di permukaan
bumi dengan konstanta gravitasi (G) sebesar 6,67 x 10 -11 Nm2kg-2, massa bumi

sebesar 5,98 x 1024 kg, dan jari-jari bumi sebesar 4,2 x 107 m.

Gambar 2.3.1 Hubungan Gravitasi Antara Bumi, Benda, dan Pusat Massa

F bumi−benda < Fbenda− pusat massa

m bumi x m benda m benda x m pusat massa


Gx <G x
Rbumi R pusat massa

−11 2 −2 5,98 x 1024 kg x m benda −11 2 −2 m benda x m pusat massa


6,67 x 10 N m kg 7
<6,67 x 10 N m kg
4,2 x 10 m R pusat massa

6,67 x 10−11 N m2 kg−2 x m benda x 5,98 x 1024 kg x R pusat massa


m pusat massa >
6,67 x 10−11 N m2 kg−2 x mbenda x 4,2 x 107 m

5,98 x 1024 kg x R pusat massa


m pusat massa >
4,2 x 107 m

dari penurunan rumus hukum gravitasi universal Newton di atas dapat kita lihat

bersama bahwa pusat massa yang terdapat pada daerah anomali gravitasi haruslah

5,98 x 1024 kg x R pusat massa


lebih besar dari , sehingga pusat massa dapat
4,2 x 107 m
mempengaruhi benda-benda di sekitar pusat massa yang akan mengakibatkan

benda di sekitar pusat massa cenderung lebih tertarik kepada pusat massa tersebut.

Pemecahan kedua dari permasalahan anomali gravitasi adalah dengan

melakukan pengamatan secara langsung pada daerah yang dipengaruhi oleh

anomali gravitasi. Seperti yang sudah disebutkan, cara ini lazim disebut sebagai

ilusi optikal.

Pada dasarnya hukum gravitasi tetap berlaku di daerah tersebut, bahkan di

daerah tersebut mempunyai ketepatan hukum gravitasi yang cukup akurat.

Namun, di daerah inilah terbukti bahwa persepsi manusia tidaklah terus sesuai

dengan realita yang terjadi. Akan terjadi banyak keanehan yang terungkap jika

diamati secara detail dan teliti terhadap daerah tersebut, pengamatan mulai dari

benda yang terkecil hingga terbesar.

Ilusi optikal sering digunakan oleh pesulap atau seorang ilusionist untuk

menciptakan efek-efek yang kasat mata, sehingga dapat menipu pandangan alami

kita jika kita tidak mengamatinya dengan teliti. Ilusi optikal yang pernah dipakai

oleh pesulap atau seorang ilusionist untuk menipu mata penontonnya adalah

dengan menghilangkan gajah dari kerumunan orang dan memunculkannya

kembali tanpa harus memindahkan posisi gajah. Namun ilusi optikal yang terjadi

di daerah anomali gravitasi ini adalah tipuan mata yang sudah terdapat di alam

maupun tipuan mata yang memang sengaja dibuat oleh manusia untuk membuat

efek tipuan mata. Alam dengan caranya yang unik memutuskan untuk

memberikan sedikit hiburan terhadap manusia.

Percaya atau tidak, di wilayah anomali gravitasi, susunan pepohonan,

jalan, arah pandang, dan benda sekitar bekerja sama untuk menciptakan sebuah
ilusi yang luar biasa hingga membuat mata kita tertipu dan persepsi kita

terbelokkan. Persepsi yang telah terbelokkan tersebut salah satunya adalah jalan

yang menurun justru terlihat seperti menanjak, jadi menurut pandangan kacamata

orang awam menurutnya jalan tersebut menanjak.

Mungkin menurut kacamata orang awam hal ini cukup membingungkan

dan sulit untuk diterima secara akal sehat, tetapi justru malah ilusi optikal inilah

yang mengungkap masalah anomali gravitasi secara akal dan logika. Ilusi optikal

ini telah diuji oleh banyak ilmuwan dengan menggunakan teknologi canggih.

Fisikawan Brock Weiss dari Pennsylvania, State University berkata, “Jalur jalan

yang ada di tempat itu memiliki lekuk yang memberikan efek seakan-akan jalur

itu menanjak. Ini ditambah lagi dengan posisi pohon di sekitarnya dengan horizon

yang membengkok yang akhirnya bercampur aduk dan menipu mata kita.”

Bagi pandangan mata kita, jalan bisa terlihat seperti menanjak, tetapi

dalam penelitian menggunakan alat-alat canggih seperti GPS dan waterpass, jalan

yang menanjak tersebut sebenarnya menurun. Faktor yang terpenting dari ilusi

optikal ini adalah horizon atau aksen pendukung, dengan adanya aksen pendukung

tersebut ilusi optikal yang menipu mata kita akan tergoyahkan dan kita akan lebih

mudah untuk menentukan apakah suatu jalan tersebut menanjak ataukah menurun.

Untuk memahami masalah ini lebih lanjut, lihatlah gambar ilusi optikal

untuk membantu anda lebih memahami tentang horizon dan ilusi optikal.

Gambar-gambar ilusi optikal ini dibuat oleh seseorang berkebangsaan Jepang

yang bernama Akiyoshi. Jika kita melihat gambar di sebelah kiri dari gambar

2.3.2, maka kita akan melihat jalan raya itu seperti menanjak. Tapi ketika kita
menambah horizon seperti di gambar sebelah kanan, maka jalan raya itu akan

terlihat menurun.

Gambar 2.3.2 Ilusi Optikal I (Sumber: www.myinfo-net.com)

Kemudian lihatlah gambar 2.3.3! Jalan yang dekat dengan kita (yang lebar

di bawah kotak) terlihat menurun di gambar sebelah kiri. Tapi ketika kita

menambah pemandangan atau landscape tambahan di kanannya seperti yang

terlihat di gambar kanan, maka jalan yang dekat dengan kita menjadi seperti

menanjak.

Gambar

2.3.3 Ilusi Optikal II (Sumber: www.myinfo-net.com)


Kembali pada gambar 2.3.3 yang sebelah kiri. Pada gambar itu jalan

rayanya berbentuk cekung, karena itu jalan raya yang terdekat dengan kita akan

terlihat seperti menurun, namun jika bentuk jalannya kita ubah menjadi cembung

seperti gambar 2.3.4, maka jalan raya yang terdekat dengan kita (yang lebar di

bagian

bawah

kotak)

akan terlihat

seperti

menanjak.

Gambar 2.3.4 Ilusi Optikal III (Sumber: www.myinfo-net)

Berikut terdapat beberapa gambar yang cukup membuktikan adanya ilusi

optikal di alam ini. Gambar jalan pada gambar2.3.5 ada di Magnetic Hill, Canada.
Jalan yang ada di dekat kita

yang lebih lebar terlihat seperti

menurun, walaupun

sebenarnya menanjak

Gambar 2.3.5 Magnetic Hill, Canada (Sumber: www.myinfo-net.com)

gambar 2.3.6 adalah gambar jalan yang ada di Ariccia, Itali. Jalan raya yang di

dekat kita terlihat seperti menurun, sedangkan jalan yang di ujung terlihat seperti

menanjak. Padahal sebenarnya tidak, justru jalan jalan raya yang di dekat kita

sebenarnya menanjak dan jalan yang di ujung sebenarnya menurun.


Gambar 2.3.6 Ariccia, Italy (Sumber: www.myinfo-net.com)

gambar 2.3.7 berasal dari jalan bercabang di Montagnaga, Italia. Jalan di cabang

kanan terlihat seperti menanjak, padahal sebenarnya tidak. Yang benar adalah

jalan di kiri yang menurun, sedangkan jalan di sebelah kanan rata.

Gambar 2.3.7 Montagnaga, Itali (Sumber: www.myinfo-net.com)

2.4 Mystery Road Gunung Kelud


Salah satu daerah yang terkenal akan anomali gravitasinya dan terletak di

Indonesia adalah gunung Kelud, lebih tepatnya berada di sebuah jalan menuju

kawah gunung Kelud. Daerah ini sepintas terlihat tidak ada bedanya dengan jalan-

jalan lainnya, tapi jika diperhatikan akan ditemukan sebuah keanehan yang

menurut kacamata sains ini merupakan salah satu gejala anomali gravitasi.
Sudah dipaparkan tentang kemungkinan-kemungkinan apa saja yang dapat

memecahkan misteri anomali gravitasi, dan sekarang akan coba diungkap apa

yang sebenarnya terjadi pada lereng gunung Kelud tersebut. Setelah dilakukan

penelitian, ternyata anomali gravitasi yang terjadi pada daerah lereng gunung

Kelud tersebut adalah termasuk anomali gravitasi yang disebabkan oleh ilusi

optikal. Berikut ditampilkan foto daerah anomali gravitasi lereng gunung Kelud

(gambar 2.4.1) dan gambar ilustrasi medan anomali gravitasi gunung Kelud

(gambar 2.4.2). Gambar ilustrasi pada gambar 2.4.2 adalah gambar olahan dari

foto daerah anomali gravitasi gunung kelud tersebut. Tanpa mengubah-ubah

keadaan aslinya dan dengan pengukuran yang cukup akurat.

Gambar 2.4.1 Anomali Gravitasi Lereng Gunung Kelud

Gambar 2.4.2 Ilustrasi Anomali Gravitasi Lereng Gunung Kelud


dari gambar ilustrasi di atas dapat kita lihat bahwa, jika seseorang mengendarai

motor dengan arah seperti yang telah ditunjukkan pada gambar 2.4.2, seolah-olah

orang tersebut akan merasa naik, padahal kenyataannya tidak. Hal ini tak lain

adalah karena adanya efek ilusi optikal yang mempengaruhi penglihatan

pengendara sepeda motor tersebut, karena pengendara tersebut dalam keadaan

awam dan tidak sedang memperhatikan dengan teliti keadaan sekitar.

Mungkin hal ini sulit dipahami dan diterima, tetapi akan coba dijelaskan

satu-persatu apa saja yang menjadi efek pendukung terciptanya ilusi optikal.

Seperti yang sudah dibahas, ilusi optikal adalah tipuan mata yang telah terdapat di

alam maupun tipuan mata yang memang sengaja dibuat oleh manusia untuk

membuat efek tipuan mata. Dengan begitu terdapat faktor-faktor pendukung yang

membuat terbentuknya ilusi optikal pada daerah ini, baik yang dibuat secara alami

oleh alam maupun yang sengaja dibuat oleh manusia.

Dari segi faktor yang disebabkan oleh alam, dapat kita perhatikan model

jalan pada gambar ilustrasi (gambar 2.4.2). Jalan tersebut mempunyai model

menurun dari kiri kemudian menanjak kembali pada sisi kanan, salah satu yang

dapat menimbulkan efek ilusi optikal adalah model jalan tersebut. Dapat kita

ketahui pada gambar ilustrasi (gambar 2.4.2) bahwa jalan yang berapa di sebelah

kiri mempunyai ketinggian 1,6 meter, sedangkan jalan yang berada di sebelah

kanan mempunyai ketinggian 4,32 meter. Dengan perbedaan ketinggian tersebut,

hal ini seloha-olah jika seseorang berdiri di jalan yang berada di sebelah kiri dan

langsung memandang jalan yang ada di sebelah kanan, orang tersebut pasti akan

merasa bahwa jalan dari ujung kiri ke ujung kanan menanjak, padahal sebenarnya
tidak. Jalan tersebut terlebih dahulu menurun, kemudian ketika mencapai jarak

82,43 meter jalan tersebut berubah menanjak dengan jarak menanjak tersebut

sebesar 13,08 meter dan dengan ketinggian maksimum 4,32 meter, yaitu

ketinggian yang melebihi ketinggian jalan sebelah kiri yang setinggi 1,6 meter.

Jadi sebenarnya jika seseorang melepas bola dari jalan sebelah kiri, bola tersebut

akan mengarah ke jalan sebelah kanan yang seolah-olah naik, padahal bola

tersebut justru turun dan dengan kecepatan yang tersisa dari jalan menurun

tersebut bola masih dapat melewati jalan sebelah kanan yang menanjak, sehingga

bola tersebut dapat sampai hingga jalan sebelah kanan dengan kecepatan yang

masih cukup cepat.

Sedang faktor buatan manusia yang ikut mendukung terjadinya ilusi

optikal pada daerah ini adalah adanya tembok di sebelah jalan. Jika diperhatikan

dari foto (gambar 2.4.1) dan gambar ilustrasi (gambar 2.4.2), di tepi jalan tersebut

terdapat tembok yang dibangun dengan model dari kiri ke kanan semakin naik,

padahal kenyataannya jalan tersebut menurun. Dapat dibuktikan dengan melihat

pondasi dari tembok tersebut, meskipun tembok bermodel semakin naik dari

sebelah kiri ke sebelah kanan, namun pondasi dari tembok tersebut haruslah tetap

mendatar, sehingga dapat kita amati selang atau jarak pemisah antara jalan dengan

pondasi tembok dari kiri ke kanan semakin melebar. Hal ini cukup untuk

membuktikan bahwa sebenarnya jalan tersebut menurun dan tembok di tepi jalan

tersebut memang sengaja dibuat menaik untuk menimbulkan efek seolah-olah

jalan tersebut menanjak.

Dua faktor alami dan buatan di atas telah membuktikan adanya ilusi

optikal di daerah anomali gravitasi lereng gunung Kelud. Sehingga sebenarnya


Newton tidaklah keliru dalam mendefinisikan hukum gravitasi universal, tetapi

memang anomali gravitasi di lereng gunung Kelud tersebut mempunyai gejala

anomali gravitasi.

BAB III

PENUTUP

Anomali gravitasi adalah perbedaan antara gravitasi yang diamati dengan

gravitasi normal yang mengacu pada perhitungan rumus gravitasi. Kasus anomali

gravitasi ini sering terjadi di daerah pegunungan berapi, karena pada pegunungan

berapi sering terjadi pergeseran lempeng gunung yang dapat menabrakkan

lempeng satu dengan lempeng yang lain, sehingga besar kemungkinan lempeng

bertabrakan dengan lempeng lain kemudian mengakibatkan lempeng saling

bertindihan dan menimbulkan pemusatan massa. Anomali gravitasi tersebar di

beberapa daerah di belahan dunia ini, di antaranya Jabal Magnet, Gunung Kelud,

dan Ladakh.

Terdapat dua pemecahan terhadap kasus anomali gravitasi ini. Dua kasus

tersebut telah dibuktikan oleh beberapa ilmuan dan didapatkan hasil yang cukup

akurat. Pemecahan yang pertama yaitu teori pemusatan massa, teori ini mengacu

pada terjadinya pemusatan massa di permukaan bumi yang dapat menghasilkan


gaya gravitsai yang lebih besar daripada gaya gravitasi bumi. Selain disebabkan

karena pemusatan massa, hal ini juga dipengaruhi oleh jarak benda yang

terpengaruh oleh pusat massa dengan pusat massa tersebut. Semakin dekat jarak

benda terhadap pusat massa, maka gaya gravitasi yang akan dihasilkan di antara

keduanya juga akan semakin besar.

Selain teori pemusatan massa, terdapat teori lain yang dapat dipakai untuk

pemecahan masalah ini. Teori tersebut biasa disebut sebagai ilusi optikal. Ilusi

optikal sering dipakai oleh pesulap atau ilusionist untuk menipu pandangan mata

penontonnya. Konsep ilusi optikal pada anomali gravitasi ini juga sama, yaitu

alam berusaha untuk membuat suatu ilusi yang dapat membuat manusia yang

melihatnya dengan tanpa teliti merasakan suatu keanehan atau kejanggalan.

Faktor ilusi optikal tersebut diciptakan oleh alam maupun diciptakan oleh manusia

secara buatan. Jadi, besar kemungkinan pula faktor ilusi yang sudah terdapat di

alam ditambah oeh faktor buatan manusia.

Kasus anomali gravitasi pada lereng gunung Kelud mengacu pada

pemecahan dengan menggunakan teori ilusi optikal. Hal ini dapat didukung oleh

faktor-faktor yang dapat membutakan mata kita dalam melihat daerah anomali

gravitasi tersebut. Faktor-faktor tersebut ada yang alami dilakukan oleh alam dan

adapula yang secara sengaja dibuat oleh manusia dengan tujuan untuk

memperkuat efek ilusi optikal.

Faktor alami yang dibentuk pada lereng gunung kelud adalah model jalan

raya. Jalan raya yang sebenarnya menurun dari sebelah kiri ke kanan pada gambar

2.4.1 maupun gambar 2.4.2 dan kemudian menanjak dengan ketinggian melebihi

jalan yang berada di seblah kiri seolah-olah membuat seseorang yang berdiri di
jalan sebalah kiri melihat jalan yang menanjak. Sehingga persepsi seseorang

ketika melihat jalan raya di sebelah kanan akan merasa jalan tersebut lebih tinggi

dari jalan sebelah kiri mulai dari awal hingga akhir.

Selain faktor alami yang dibuat oleh alam, manusia pun juga dapat

membuat faktor buatan untuk meciptakan ilusi optikal. Ilusi optikal buatan yang

terdapat pada daerah anomali gravitasi lereng gunung Kelud adalah struktur

bangunan tembok di tepi jalan yang semakin menaik. Pada gambar 2.4.1 maupun

gambar 2.4.2 dapat kita lihat bahwa tembok yang berada di tepi jalan tersebut

dibangun dengan struktur semakin menaik, padahal jika anda mengamati jarak

antara pondasi tembok dengan jalan raya, selang atau jarak antara pondasi tembok

dengan jalan raya akan semakin menjauh, hal ini cukup untuk membuktikan

bahwa jalan tersebut menurun dan tembok tersebut memang sengaja dibangun

untuk menambah adanya faktor ilusi optikal. Sehingga, faktor ilusi buatan tersebut

membuat seolah-olah jalan tersebut menanjak.


BAB IV

DAFTAR RUJUKAN

Nasution, Sumiati. 2010. Gravitasi dan Mekanisme Alam, (online),

(http://belajarbareng.unimedcenter.org/repositori/fmipa/fisika/274-

gravitasi-dan-mekanisme-alam.html, diakses 29 Oktober 2010)

Hermana, Dodo. 2009. Ayo Belajar Ilmu Pengetahuan Alam IPA Kelas 5 SD.

Yogyakarta: Kanisius

Gaol, Karit L. 2007. Sistim Geodetik Global 1984 (WGS 1984) dalam

Menentukan Nilai Gravitasi Normal (Gn). Makalah disajikan dalam

Seminar Geoteknologi Kontribusi Ilmu Kebumian dalam Pembangunan

Berkelanjutan, Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Bandung, 3 Desember.

___. 2009. Membuktikan Kebenaran The Mysterius Road di Gunung Kelud,

(online), (http://teamtouring.net/membuktikan-kebenaran-the-mysterius-

road-di-gunung-kelud.html, diakses 1 Desember 2010).


Rachman, Achmad Widad. 2010. Magnetic Hill Vs Mystery Road of Gunung

Kelud, (Online), (http://widadrachman.blogspot.com/2010/10/magnetic-

hill-vs-mystery-road-of-gunung.html, diakses 30 November 2010).

Lilaroja. 2010. Gravitasi, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Gravitasi, diakses

7 Desember 2010).

___. 2010. Cerita Misteri Gravity Hill atau Magnetic Hill, (Online),

(http://www.myinfo-net.com/cerita-misteri-gravity-hill-atau-magnetic-

hill.html, diakses 5 Desember 2010).

___. 2010. Jabal Magnet, (Online), (http://tutorkom.blogspot.com/2010/09/jabal-

magnet.html, diakses 7 Desember 2010).

Wicaksana, Widya. 9 September 2009. Jabal Magnet, Misteri Gunung Magnet di

Madinah, (Online), (diakses 1 Desember 2010).

Strathern, Paul. 2002. Ide Besar Newton dan Gravitasi. Terjemahan oleh

Fransisca Petrajani. 2002. Jakarta : Erlangga

“Gravitasi”. Ensiklopedi Kamus Fisika Bergambar. 2000. Vol I. Hal 18

Young, Hugh D & Freedman, Roger A. 2002. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh

Jilid I. Terjemahan oleh Endang Juliastuti. 2002. Jakarta : Erlangga

“Gravitasi”. Ensiklopedia Mini Sains. 2003. Vol I. Hal 42

Rajawaras. 2008. Tanya Saja. Jalan Anti Gravitasi di Gunung Kelud?, (Online),

(http://tanyasaja.detik.com/pertanyaan/8579-jalan-anti-gravitasi-di-

gunung-kelud-, diakses 7 November 2010).

Dalimunthe. 25 Februari 2010. Misteri Road di Gunung Kelud. Lintas Berita, hlm

7.
Ibrahim, Eddy. 1996. Penerapan Metode Kedepan: Model Poligon Talwani 2-D

Untuk Kuantifikasi Data Anomali Gravitasi Teluk Tering Pulau Batam

(Via Data Geologi). Indonesian Scientific Journal Database, 1(1): 59-54.

___. 12 Januari 2009. Apa itu Gravitasi?. Kompas Forum, (Online), (diakses 29

November 2010).

Anda mungkin juga menyukai