MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Bahasa Indonesia Keilmuan
Yang dibina oleh Bapak Aga Shakti Kristian
Oleh
Ahmad Husnul Huluq
100321400987
PENDAHULUAN
“Gaya gravitasi adalah kekuatan atau tarikan yang dimiliki oleh benda
tarikan gravitasi antara benda itu dan benda lain (Nasution,2010). Semakin besar
massa suatu benda, maka gaya gravitasi yang dimilikinya semakin besar, sehingga
benda yang mempunyai massa sangat besar akan lebih mudah untuk
mempengaruhi atau menarik benda-benda yang bermassa kecil. Hal ini dapat
dibuktikan dengan contoh bumi dan manusia. Bumi yang mempunyai massa
sangat besar akan dengan mudahnya mempengaruhi atau menarik manusia yang
bermassa kecil yang berada di atas bumi. Dalam hal ini manusia tersebut telah
mengalami gaya gravitasi bumi, sehingga manusia akan cenderung terus tertarik
oleh bumi.
Pada umumnya semua benda yang berada di atas bumi ini jika berada di
atas suatu bidang miring tanpa pengaruh gaya apapun pasti akan mengarah atau
menuju ke tempat yang lebih rendah, hal ini dikarenakan terjadinya gaya gravitasi
manusia awam hal ini tidak selamanya benar dan terjadi, karena terdapat
keanehan di beberapa daerah di belahan bumi ini terhadap hukum gravitasi
tersebut. Di beberapa daerah, jika sebuah benda ditaruh di atas bidang miring,
benda tersebut justru akan mengarah ke tempat yang lebih tinggi, hal inilah yang
semua ini? Apakah hukum gravitasi yang dinyatakan oleh Newton masih belum
sempurna? Hal ini perlu kita selidiki dengan menggunakan kacamata sains agar
masalah tersebut dapat terpecahkan secara logika dan rasional. Bahkan, tak jarang
keramat yang dijaga oleh makhluk halus, sehingga terjadi keanehan di daerah
tersebut.
awam dapat memahami apa yang sebenarnya terjadi pada daerah tersebut tanpa
bumi ini?
hukum gravitasi.
PEMBAHASAN
pengamatan gravitasi oleh orang awam. Normalnya, jika suatu benda bebas gerak
dilepas di daerah bidang miring, benda tersebut akan mendekati daerah yang lebih
rendah, namun hal tersebut tidak selamanya terjadi, benda tersebut dapat menuju
ke arah daerah yang lebih tinggi. Hal itu adalah salah satu contoh efek nyata dari
karena di daerah pegunungan berapi lebih sering terjadi letusan. Letusan ini dapat
berakibat pada perubahan kontur tanah maupun partikel penyusun gunung api
tersebut. Dengan terjadinya perubahan kontur dan struktur partikel gunung, hal ini
dapat pula merubah gaya gravitasi yang terjadi di sekitar lereng gunung tersebut.
Daerah-daerah yang dimaksud di atas di antaranya adalah: Jabal Magnet,
Gunung Kelud, dan Ladakh. Jabal Magnet adalah nama suatu daerah yang terletak
di Mantiqo Baidho sekitar 30 kilometer di luar kota Madinah, Arab Saudi. Jabal
Magnet mempunyai kontur perbukitan dan tersusun oleh batuan dengan cuaca
yang gersang. Jika bus atau kendaraan lain yang melewati lokasi tersebut bisa
tertahan lajunya atau terdorong hingga kecepatan 120 Km/Jam tanpa memasukkan
gigi persneling mobil. Jalan yang dipengaruhi oleh gaya magnet tersebut
sepanjang 4 kilometer.
lereng yang terdapat di salah satu gunung di Indonesia, gunung tersebut berada di
daerah Jawa Timur, tepatnya di perbatasan kota Blitar dan Kediri. Keanehan ini
biasa disebut sebagai Mystery Road oleh masyarakat sekitar, bahkan di antara
mereka ada yang menganggap bahwa daerah tersebut aneh karena terdapat jin
penunggu daerah tersebut sedang asik usil menjahili manusia yang lewat. Sepintas
jalan misteri tersebut seperti jalan biasa, tetapi yang membuat istimewa adalah
Ladakh berada di negara India, di tempat ini pula juga terdapat keanehan
Himalaya dan Silver Valley. Keanehan tersebut terletak pada jarak 30 km dari ibu
kota Leh dan terletak di jalan raya nasional Leh-Kargil-Baltik pada ketinggian
14.000 meter di atas permukaan laut. Daerah ini juga sering disebut sebagai
wilayah ini, orang-orang akan merasakan gaya tarikan atau gaya magnet yang
cukup kuat, bahkan ketika sebuah pesawat atau helikopter melintas di atas
wilayah ini, diharapkan pesawat tersebut melintas dengan kecepatan yang cukup
tinggi, karena jika tidak dikhawatirkan pesawat tersebut akan ngadat atau
pemecahannya tersebut dapat diterima secara logika dan akal. Perlu diketahui
bahwa pada dasarnya tidak ada kekeliruan dalam penjabaran hukum gravitasi
yang membutukan telaah lebih dalam dari perkembangan teori gravitasi universal
Newton.
universal. Dua formula hasil penelitian para ilmuan tersebut adalah pusat massa
dan ilusi optikal. Terlebih dahulu akan dijelaskan konsep mengenai pusat massa.
Seperti yang sudah dibahas berulang kali, gaya gravitasi erat hubungannya
dengan massa. Tanpa adanya perbedaan massa maupun massa itu sendiri pada
benda-benda yang akan kita ketahui gaya gravitasinya, gaya gravitasi tidak akan
dihasilkan, karena hakikatnya massa merupakan objek yang kita acu sebagai
Newton setiap massa titik menarik semua massa titik lainnya dengan gaya segaris
dengan garis yang menghubungkan kedua titik. Besar gaya tersebut berbanding
lurus dengan perkalian kedua massa tersebut dan berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak antara kedua massa titik tersebut. Secara matematis, hal ini dapat
m 1 m2
F=G
r2
dengan F adalah besar dari gaya gravitasi antara kedua massa titik tersebut yang
dalam sistem Satuan Internasional (SI) diukur dalam satuan newton (N), G adalah
konstanta gravitasi yang mempunyai nilai sebanding dengan 6,67 x 10−11 N m2 kg−2
, m1 adalahbesar massa titik pertama dan m2 adalah besar massa titik kedua yang
dimana m1 dan m2 tersebut diukur dalam satuan kilogram (kg), dan r adalah jarak
tersebut, tanpa melakukan uji coba pada daerah yang sebenarnya, permasalahan di
atas tersebut dapat dipecahkan melalu cara berfikir logika. Cara berfikir secara
logika tersebut dapat dijelaskan bahwa terdapat sebuah pusat massa yang
bertempat di permukaan bumi yang mempunyai jarak lebih dekat daripada pusat
massa bumi hingga mengakibatkan timbulnya gaya gravitasi yang lebih besar
daripada gaya gravitasi bumi terhadap benda-benda disekitar pusat massa tersebut
(lihat gambar 2.3.1). Nilai dari pusat massa tersebut dapat kita hitung pula secara
permukaan bumi dan dalam radius tertentu. Secara metematis hal ini dapat
rumus yang dimaksud untuk mencari besar pusat massa yang terjadi di permukaan
bumi dengan konstanta gravitasi (G) sebesar 6,67 x 10 -11 Nm2kg-2, massa bumi
sebesar 5,98 x 1024 kg, dan jari-jari bumi sebesar 4,2 x 107 m.
Gambar 2.3.1 Hubungan Gravitasi Antara Bumi, Benda, dan Pusat Massa
dari penurunan rumus hukum gravitasi universal Newton di atas dapat kita lihat
bersama bahwa pusat massa yang terdapat pada daerah anomali gravitasi haruslah
benda di sekitar pusat massa cenderung lebih tertarik kepada pusat massa tersebut.
anomali gravitasi. Seperti yang sudah disebutkan, cara ini lazim disebut sebagai
ilusi optikal.
Namun, di daerah inilah terbukti bahwa persepsi manusia tidaklah terus sesuai
dengan realita yang terjadi. Akan terjadi banyak keanehan yang terungkap jika
diamati secara detail dan teliti terhadap daerah tersebut, pengamatan mulai dari
Ilusi optikal sering digunakan oleh pesulap atau seorang ilusionist untuk
menciptakan efek-efek yang kasat mata, sehingga dapat menipu pandangan alami
kita jika kita tidak mengamatinya dengan teliti. Ilusi optikal yang pernah dipakai
oleh pesulap atau seorang ilusionist untuk menipu mata penontonnya adalah
kembali tanpa harus memindahkan posisi gajah. Namun ilusi optikal yang terjadi
di daerah anomali gravitasi ini adalah tipuan mata yang sudah terdapat di alam
maupun tipuan mata yang memang sengaja dibuat oleh manusia untuk membuat
efek tipuan mata. Alam dengan caranya yang unik memutuskan untuk
jalan, arah pandang, dan benda sekitar bekerja sama untuk menciptakan sebuah
ilusi yang luar biasa hingga membuat mata kita tertipu dan persepsi kita
terbelokkan. Persepsi yang telah terbelokkan tersebut salah satunya adalah jalan
yang menurun justru terlihat seperti menanjak, jadi menurut pandangan kacamata
dan sulit untuk diterima secara akal sehat, tetapi justru malah ilusi optikal inilah
yang mengungkap masalah anomali gravitasi secara akal dan logika. Ilusi optikal
ini telah diuji oleh banyak ilmuwan dengan menggunakan teknologi canggih.
Fisikawan Brock Weiss dari Pennsylvania, State University berkata, “Jalur jalan
yang ada di tempat itu memiliki lekuk yang memberikan efek seakan-akan jalur
itu menanjak. Ini ditambah lagi dengan posisi pohon di sekitarnya dengan horizon
yang membengkok yang akhirnya bercampur aduk dan menipu mata kita.”
Bagi pandangan mata kita, jalan bisa terlihat seperti menanjak, tetapi
dalam penelitian menggunakan alat-alat canggih seperti GPS dan waterpass, jalan
yang menanjak tersebut sebenarnya menurun. Faktor yang terpenting dari ilusi
optikal ini adalah horizon atau aksen pendukung, dengan adanya aksen pendukung
tersebut ilusi optikal yang menipu mata kita akan tergoyahkan dan kita akan lebih
mudah untuk menentukan apakah suatu jalan tersebut menanjak ataukah menurun.
Untuk memahami masalah ini lebih lanjut, lihatlah gambar ilusi optikal
untuk membantu anda lebih memahami tentang horizon dan ilusi optikal.
yang bernama Akiyoshi. Jika kita melihat gambar di sebelah kiri dari gambar
2.3.2, maka kita akan melihat jalan raya itu seperti menanjak. Tapi ketika kita
menambah horizon seperti di gambar sebelah kanan, maka jalan raya itu akan
terlihat menurun.
Kemudian lihatlah gambar 2.3.3! Jalan yang dekat dengan kita (yang lebar
di bawah kotak) terlihat menurun di gambar sebelah kiri. Tapi ketika kita
terlihat di gambar kanan, maka jalan yang dekat dengan kita menjadi seperti
menanjak.
Gambar
rayanya berbentuk cekung, karena itu jalan raya yang terdekat dengan kita akan
terlihat seperti menurun, namun jika bentuk jalannya kita ubah menjadi cembung
seperti gambar 2.3.4, maka jalan raya yang terdekat dengan kita (yang lebar di
bagian
bawah
kotak)
akan terlihat
seperti
menanjak.
optikal di alam ini. Gambar jalan pada gambar2.3.5 ada di Magnetic Hill, Canada.
Jalan yang ada di dekat kita
menurun, walaupun
sebenarnya menanjak
gambar 2.3.6 adalah gambar jalan yang ada di Ariccia, Itali. Jalan raya yang di
dekat kita terlihat seperti menurun, sedangkan jalan yang di ujung terlihat seperti
menanjak. Padahal sebenarnya tidak, justru jalan jalan raya yang di dekat kita
gambar 2.3.7 berasal dari jalan bercabang di Montagnaga, Italia. Jalan di cabang
kanan terlihat seperti menanjak, padahal sebenarnya tidak. Yang benar adalah
Indonesia adalah gunung Kelud, lebih tepatnya berada di sebuah jalan menuju
kawah gunung Kelud. Daerah ini sepintas terlihat tidak ada bedanya dengan jalan-
jalan lainnya, tapi jika diperhatikan akan ditemukan sebuah keanehan yang
menurut kacamata sains ini merupakan salah satu gejala anomali gravitasi.
Sudah dipaparkan tentang kemungkinan-kemungkinan apa saja yang dapat
memecahkan misteri anomali gravitasi, dan sekarang akan coba diungkap apa
yang sebenarnya terjadi pada lereng gunung Kelud tersebut. Setelah dilakukan
penelitian, ternyata anomali gravitasi yang terjadi pada daerah lereng gunung
Kelud tersebut adalah termasuk anomali gravitasi yang disebabkan oleh ilusi
optikal. Berikut ditampilkan foto daerah anomali gravitasi lereng gunung Kelud
(gambar 2.4.1) dan gambar ilustrasi medan anomali gravitasi gunung Kelud
(gambar 2.4.2). Gambar ilustrasi pada gambar 2.4.2 adalah gambar olahan dari
motor dengan arah seperti yang telah ditunjukkan pada gambar 2.4.2, seolah-olah
orang tersebut akan merasa naik, padahal kenyataannya tidak. Hal ini tak lain
Mungkin hal ini sulit dipahami dan diterima, tetapi akan coba dijelaskan
satu-persatu apa saja yang menjadi efek pendukung terciptanya ilusi optikal.
Seperti yang sudah dibahas, ilusi optikal adalah tipuan mata yang telah terdapat di
alam maupun tipuan mata yang memang sengaja dibuat oleh manusia untuk
membuat efek tipuan mata. Dengan begitu terdapat faktor-faktor pendukung yang
membuat terbentuknya ilusi optikal pada daerah ini, baik yang dibuat secara alami
Dari segi faktor yang disebabkan oleh alam, dapat kita perhatikan model
jalan pada gambar ilustrasi (gambar 2.4.2). Jalan tersebut mempunyai model
menurun dari kiri kemudian menanjak kembali pada sisi kanan, salah satu yang
dapat menimbulkan efek ilusi optikal adalah model jalan tersebut. Dapat kita
ketahui pada gambar ilustrasi (gambar 2.4.2) bahwa jalan yang berapa di sebelah
kiri mempunyai ketinggian 1,6 meter, sedangkan jalan yang berada di sebelah
hal ini seloha-olah jika seseorang berdiri di jalan yang berada di sebelah kiri dan
langsung memandang jalan yang ada di sebelah kanan, orang tersebut pasti akan
merasa bahwa jalan dari ujung kiri ke ujung kanan menanjak, padahal sebenarnya
tidak. Jalan tersebut terlebih dahulu menurun, kemudian ketika mencapai jarak
82,43 meter jalan tersebut berubah menanjak dengan jarak menanjak tersebut
sebesar 13,08 meter dan dengan ketinggian maksimum 4,32 meter, yaitu
ketinggian yang melebihi ketinggian jalan sebelah kiri yang setinggi 1,6 meter.
Jadi sebenarnya jika seseorang melepas bola dari jalan sebelah kiri, bola tersebut
akan mengarah ke jalan sebelah kanan yang seolah-olah naik, padahal bola
tersebut justru turun dan dengan kecepatan yang tersisa dari jalan menurun
tersebut bola masih dapat melewati jalan sebelah kanan yang menanjak, sehingga
bola tersebut dapat sampai hingga jalan sebelah kanan dengan kecepatan yang
optikal pada daerah ini adalah adanya tembok di sebelah jalan. Jika diperhatikan
dari foto (gambar 2.4.1) dan gambar ilustrasi (gambar 2.4.2), di tepi jalan tersebut
terdapat tembok yang dibangun dengan model dari kiri ke kanan semakin naik,
pondasi dari tembok tersebut, meskipun tembok bermodel semakin naik dari
sebelah kiri ke sebelah kanan, namun pondasi dari tembok tersebut haruslah tetap
mendatar, sehingga dapat kita amati selang atau jarak pemisah antara jalan dengan
pondasi tembok dari kiri ke kanan semakin melebar. Hal ini cukup untuk
membuktikan bahwa sebenarnya jalan tersebut menurun dan tembok di tepi jalan
Dua faktor alami dan buatan di atas telah membuktikan adanya ilusi
anomali gravitasi.
BAB III
PENUTUP
gravitasi normal yang mengacu pada perhitungan rumus gravitasi. Kasus anomali
gravitasi ini sering terjadi di daerah pegunungan berapi, karena pada pegunungan
lempeng satu dengan lempeng yang lain, sehingga besar kemungkinan lempeng
beberapa daerah di belahan dunia ini, di antaranya Jabal Magnet, Gunung Kelud,
dan Ladakh.
Terdapat dua pemecahan terhadap kasus anomali gravitasi ini. Dua kasus
tersebut telah dibuktikan oleh beberapa ilmuan dan didapatkan hasil yang cukup
akurat. Pemecahan yang pertama yaitu teori pemusatan massa, teori ini mengacu
karena pemusatan massa, hal ini juga dipengaruhi oleh jarak benda yang
terpengaruh oleh pusat massa dengan pusat massa tersebut. Semakin dekat jarak
benda terhadap pusat massa, maka gaya gravitasi yang akan dihasilkan di antara
Selain teori pemusatan massa, terdapat teori lain yang dapat dipakai untuk
pemecahan masalah ini. Teori tersebut biasa disebut sebagai ilusi optikal. Ilusi
optikal sering dipakai oleh pesulap atau ilusionist untuk menipu pandangan mata
penontonnya. Konsep ilusi optikal pada anomali gravitasi ini juga sama, yaitu
alam berusaha untuk membuat suatu ilusi yang dapat membuat manusia yang
Faktor ilusi optikal tersebut diciptakan oleh alam maupun diciptakan oleh manusia
secara buatan. Jadi, besar kemungkinan pula faktor ilusi yang sudah terdapat di
pemecahan dengan menggunakan teori ilusi optikal. Hal ini dapat didukung oleh
faktor-faktor yang dapat membutakan mata kita dalam melihat daerah anomali
gravitasi tersebut. Faktor-faktor tersebut ada yang alami dilakukan oleh alam dan
adapula yang secara sengaja dibuat oleh manusia dengan tujuan untuk
Faktor alami yang dibentuk pada lereng gunung kelud adalah model jalan
raya. Jalan raya yang sebenarnya menurun dari sebelah kiri ke kanan pada gambar
2.4.1 maupun gambar 2.4.2 dan kemudian menanjak dengan ketinggian melebihi
jalan yang berada di seblah kiri seolah-olah membuat seseorang yang berdiri di
jalan sebalah kiri melihat jalan yang menanjak. Sehingga persepsi seseorang
ketika melihat jalan raya di sebelah kanan akan merasa jalan tersebut lebih tinggi
Selain faktor alami yang dibuat oleh alam, manusia pun juga dapat
membuat faktor buatan untuk meciptakan ilusi optikal. Ilusi optikal buatan yang
terdapat pada daerah anomali gravitasi lereng gunung Kelud adalah struktur
bangunan tembok di tepi jalan yang semakin menaik. Pada gambar 2.4.1 maupun
gambar 2.4.2 dapat kita lihat bahwa tembok yang berada di tepi jalan tersebut
dibangun dengan struktur semakin menaik, padahal jika anda mengamati jarak
antara pondasi tembok dengan jalan raya, selang atau jarak antara pondasi tembok
dengan jalan raya akan semakin menjauh, hal ini cukup untuk membuktikan
bahwa jalan tersebut menurun dan tembok tersebut memang sengaja dibangun
untuk menambah adanya faktor ilusi optikal. Sehingga, faktor ilusi buatan tersebut
DAFTAR RUJUKAN
(http://belajarbareng.unimedcenter.org/repositori/fmipa/fisika/274-
Hermana, Dodo. 2009. Ayo Belajar Ilmu Pengetahuan Alam IPA Kelas 5 SD.
Yogyakarta: Kanisius
Gaol, Karit L. 2007. Sistim Geodetik Global 1984 (WGS 1984) dalam
(online), (http://teamtouring.net/membuktikan-kebenaran-the-mysterius-
7 Desember 2010).
___. 2010. Cerita Misteri Gravity Hill atau Magnetic Hill, (Online),
(http://www.myinfo-net.com/cerita-misteri-gravity-hill-atau-magnetic-
Strathern, Paul. 2002. Ide Besar Newton dan Gravitasi. Terjemahan oleh
Young, Hugh D & Freedman, Roger A. 2002. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh
Rajawaras. 2008. Tanya Saja. Jalan Anti Gravitasi di Gunung Kelud?, (Online),
(http://tanyasaja.detik.com/pertanyaan/8579-jalan-anti-gravitasi-di-
Dalimunthe. 25 Februari 2010. Misteri Road di Gunung Kelud. Lintas Berita, hlm
7.
Ibrahim, Eddy. 1996. Penerapan Metode Kedepan: Model Poligon Talwani 2-D
___. 12 Januari 2009. Apa itu Gravitasi?. Kompas Forum, (Online), (diakses 29
November 2010).