Anda di halaman 1dari 2

PAMBELUM, Puruk Cahu – Diduga melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK)

secara sepihak terhadap tujuh karyawannya, PT Harmoni Panca Utama (HPU)


(kontraktor PT. MGM) dinilai melanggar undang-undang nomor 13 tahun 2013 tentang
tenaga kerja.

Atas dasar tersebut, ketujuh karyawan dengan didampingi oleh Koordinator Daerah
Kalteng Serikat Buruh Federasi Kehutanan, Industri Umum, Perkayuan, pertanian dan
Perkebunan (Hukatan) Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI)
mendatangi Kantor Disnakertrans Kabupaten Murung Raya (Mura) untuk memohon
dilakukan mediasi.

RELATED POSTS
Banser Tiga Kabupaten Wilayah Barito Ikuti Diklatsar dan PKD di Barut
Puluhan Kader GP Ansor Mura Akan Ikuti Diklatsar Banser di Barito Utara
Mewakili para karywan yang di-PHK, Ketua Koordinator Daerah Kalteng Serikat Buruh
Federasi Hukatan KSBSI, M. Junaedi L. Gaol mengatakan, proses PHK yang dilakukan
oleh PT. HPU terhadap tujuh karyawannya tanpa adanya perundingan sesuai yang
diamanahkan undang-undang.

“Dari yang kami pelajari, alasan pemecatan berdasar tes urine dan positif menggunakan
Narkoba. Sedangkan dalam Permenaker No.11/Men/VI/2005 tidak ada ketentuan
perusahaan melakukan PHK hanya atas dasar tes urine,” ungkap Junaedi, Jumat
(24/1/2020).

Sekretaris DIsnakertrans Mura, Hendri Silvanus saat memerima permohonan mediasi.


Dijelaskan Junaedi lagi, hasil tes urine tidak bisa dijadikan alasan PHK, sebab hasil urine
itu bisa saja dipengaruhi obat (bukan Narkoba) atau minuman yang dikonsumsi oleh para
karyawan.

“Atau misalnya tertangkap tangan dan ada bukti menggunakan Narkoba, dalam mem-
PHKnya pun harus dilakukan setelah adanya keputusan hakim yang mempunyai hukum
tetap,” tambah Junaedi.

Menurut Junaedi lagi, seharusnya dalam menggapi hasil tes urine tersebut, PT HPU
terlebih dahulu memperhatikan undang-undang tenaga kerja, yakni memberikan surat
peringatan 1 sampai 3. “Jelas PHK ini dikategorikan sebagai pelanggaran dan kami
anggap surat PHK terhadap tujuh orang tersebut tidak sah,” tuturnya lagi.

Sementara itu, Sekretaris Disnakertrans Mura, Hendri Silvanus mengatakan, pihaknya


akan secepat mungkin menindaklanjuti permohonan mediasi tersebut.”Tentu kami
terlebih dahulu mempelajari kasus ini sambil menghubungi pihak perusahaan (PT HPU).
(SUPRI)
Sekret
aris DIsnakertrans Mura, Hendri Silvanus saat memerima permohonan mediasi.
Dijelaskan Junaedi lagi, hasil tes urine tidak bisa dijadikan alasan PHK, sebab hasil
urine itu bisa saja dipengaruhi obat (bukan Narkoba) atau minuman yang dikonsumsi
oleh para karyawan.

“Atau misalnya tertangkap tangan dan ada bukti menggunakan Narkoba, dalam mem-
PHKnya pun harus dilakukan setelah adanya keputusan hakim yang mempunyai hukum
tetap,” tambah Junaedi.

Menurut Junaedi lagi, seharusnya dalam menggapi hasil tes urine tersebut, PT HPU
terlebih dahulu memperhatikan undang-undang tenaga kerja, yakni memberikan surat
peringatan 1 sampai 3. “Jelas PHK ini dikategorikan sebagai pelanggaran dan kami
anggap surat PHK terhadap tujuh orang tersebut tidak sah,” tuturnya lagi.

Sementara itu, Sekretaris Disnakertrans Mura, Hendri Silvanus mengatakan, pihaknya


akan secepat mungkin menindaklanjuti permohonan mediasi tersebut.”Tentu kami
terlebih dahulu mempelajari kasus ini sambil menghubungi pihak perusahaan (PT
HPU).(SUPRI)

Anda mungkin juga menyukai