Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Dosen Pengampu : Ns. Desi Ariana Rahayu, M.Kep

Anggota Kelompok :

1. Ricky Arya Adinata (G0A019070)


2. Lilik Indrawati (G0A019071)
3. Dea Aprilia (G0A019072)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN


KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2020
DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………….3

A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………………3
B. TUJUAN PENULISAN………………………………………………………………….4
C. METODE PENULISAN………………………………………………………………....4
D. SISTEMATIKA PENULISAN…………………………………………………………..4

BAB II KONSEP DASAR……………………………………………………………………...5

A. PENGERTIAN…………………………………………………………………………….5
B. ETIOLOGI…………………………………………………………………………………5
C. TANDA DAN GEJALA…………………………………………………………………...6
D. AKIBAT…………………………………………………………………………………...7
E. PROSES KEPERAWATAN………………………………………………………………7
1. PENGKAJIAN FOKUS………………………………………………………………7
2. ANALISA DATA…………………………………………………………………….9
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN……………………………………………………..10
4. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN………………………………………..11

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………….13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di
negara berkembang. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan
yang menyebabkan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat
menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidaktepatan individu
dalam berperilaku yang dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif.
Kesehatan jiwa merupakan bagian intergral dari kesehatan, sehat jiwa tidak hanya
terbatas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua
orang. Kesehatan jiwa adalah sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh,
berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai
kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan (Yosep, 2007).
Pada orang gangguan jiwa biasanya akan terjadi masalah-masalah dalam
pemenuhan kebutuhan diri, diantaranya yaitu kurangnya kebutuhan merawat diri atau
perawatan diri. Menurut Wartonah (2006) personal hygiene berasal dari Bahasa Yunani
yang berarti Personal yang artinya perorangan dan Hygien berarti sehat kebersihan
perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang
untuk kesejahteraan fisik dan psikis sesuai kondisi kesehatannya.
Keadaan individu mengalami kerusakan fungsi motorik atau fungsi kognitif, yang
menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan masing-masing dari kelima
aktivitas perawatan diri (makan, mandi , berpakaian atau berhias, toileting, instrumental)
(Lynda Juall, 2007). Defisit Perawatan Diri gangguan kemampuan melakukan aktivitas
yang terdiri dari mandi, berpakaian, berhias, makan, toileting atau kebersihan diri secara
mandiri (Nanda, 2006).

3
B. TUJUAN PENULISAN
1. Melakukan pengkajian pada pasien defisit perawatan diri
2. Merumuskan dan menegakkan diagnose keperawatan pada pasien defisit perawatan
diri
3. Menyusun intervensi keperawtan pada pasien defisit perawatan diri

C. METODE PENULISAN
Dalam penulisan laporan asuhan keperawatan ini penulis menggunakan metode deskriptif
yaitu metode yang sifatnya mengumpulkan data, menganalisa,dan menarik kesimpulan.

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Laporan asuhan keperawtan ini disusun secara sistematika menjadi tiga bab sebagai
berikut :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari empat sub yang meliputi latar belakang,
tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : Konsep dasar pada bab ini diuraikan menjadi pengertian, etiologi, tanda
dan gejala, akibat, dan proses keperawatan.
BAB III : Penutup

4
BAB II
KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
 Herdman (2012) mendefinisi defisit perawatan diri sebagai suatu gangguan di
dalam melakukan aktifitas perawatan diri (kebersihan diri, berhias, makan,
toileting). Sedangkan perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar
manusia untuk memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupan,
kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.
 Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri (SDKI).

B. ETIOLOGI
Berikut ini adalah faktor yang menyebabakan individu mengalami defisit perawatan diri,
yaitu:
a. Faktor prediposisi
1) Biologis, seringkali defisit perawaan diri disebabkan karena adanya penyakit fisik
dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri dan
adanya defisit herediter yaitu ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
2) Psikologis, factor perkembangan memegang peranan yang tidak kalah penting hal
ini dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan memanjakan individu sehingga
perkembangan inisiatif terganggu. Pasien gangguan jiwa mengalamai defisit
perawatan diri dikarenakan kemampuan realitas yang kurang sehingga
menyebabkan pasien tidakpeduli terhadap diri dan lingkungannya termasuk
perawatan diri.
3) Sosial. Kurangnya dukungan dan situasi lingkungan mengakibatkan penurunan
kemampuan dalam perawatan diri.

b. Faktor presipitasi
Faktor presiptasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri adalah penurunan
motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, lemah yang dialami individu

5
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

C. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala defisit perawatan diri dapat dinilai dari pernyataan pasien tentang
kebersihan diri, berdandan dan berpakaian, makan dan minum, BAB dan BAK dan
didukung dengan data hasil observasi
b. Data subjektif
Pasien mengatakan tentang :
 Malas mandi
 Tidak mau menyisir rambut
 Tidak mau menggosok gigi
 Tidak mau memotong kuku
 Tidak mau berhias/ berdandan
 Tidak bisa / tidak mau menggunakan alat mandi / kebersihan diri
 Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
 BAB dan BAK sembarangan
 Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB dan BAK
 Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar
b. Data objektif
 Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang,
 Tidak menggunakan alat-alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi dengan
benar
 Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta tidak mampu
berdandan
 pakaian tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai, mengencangkan
dan memindahkan pakaian, tidak memakai sepatu, tidak mengkancingkan baju
atau celana.
 Memakai barang-barang yang tidak perlu dalam berpakaian,mis memakai pakaian
berlapis-lapis, penggunaan pakaian yang tidak sesuai. Melepas barang-barang yang
perlu dalam berpakaian, mis telajang.

6
 Makan dan minum sembarangan serta berceceran, tidak menggunakan alat makan,
tidak mampu (menyiapkan makanan, memindahkan makanan (dari/ke piring atau
mangkok, tidak mampu menggunakan sendok dan tidak mengetahui fungsi alat-
alat makan), memegang alat makan, membawa makanan dari piring ke mulut,
mengunyah, menelan makanan secara aman dan menghabiskan makanaan).
 BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri setelah BAB dan
BAK, tidak mampu ( menjaga kebersihan toilet dan menyiram toilet setelah BAB
atau BAK.)

D. AKIBAT
Akibat dari Defisit Perawatan Diri menurut Damaiyanti, 2012 sebagai berikut :

b. Dampak fisik

     Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseoang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan itegritas
kulit, gangguan membrane mokusa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan
fisik pada kuku.

2.  Dampak psikososial

masalah yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan aman
nyaman, kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial.

E. PROSES KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi kepada pasien dan
keluarga. Tanda dan gejala defisit perawatan diri yang dapat ditemukan dengan
wawancara, melalui pertanyaan sebagai berikut:
a. Coba ceritakan kebiasaan/ cara pasien dalam membersihkan diri?
b. Apa yang menyebabkan pasien malas mandi, mencuci rambut, menggosok gigi

7
dan,menggunting kuku?
c. Bagaimana pendapat pasisen tentang penampilan dirinya? Apakah pasien puas
dengan penampilan sehari-hari pasien?
d. Berapa kali sehari pasien menyisir rambut , berdandan, bercukur (untuk laki-laki)
secara teratur?
e. Menurut pasien apakah pakaian yang digunakan sesuai dengan kegiatan yang akan
dilakukan
f. Coba ceritakan bagaimana kebiasaaan pasien mandi sehari-hari ? peeralatan mandi
apa saja yang digunakan pasien ?
g. Coba ceritakan bagaimana kebiasaan makan dan minum pasien ?
h. Menurut pasien apakah alat makan yang digunakan sesuai dengan fungsinya ?
i. Coba ceritakan apa yang pasien lakukan ketikan selesai BAB atau BAK ?
j. Apakah pasien membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB dan
BAK?
k. Tanyakan mengenai pengetahuan pasien mengenai cara perawatan diri yang benar

Tanda dan gejala defisit perawatan diri yang dapat ditemukan melalui observasi
adalah sebagai berikut :
a. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki
dan bau, kuku panjang dan kotor.
b. Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian
kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur,
pada pasien wanita tidak berdandan.
c. Ketidakmampuan makan dan minum secara mandiri, ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan dan minum sendiri, makan berceceran, dan
makan tidak pada tempatnya.
d. Ketidakmampuan BAB dan BAK secara mandiri, ditAndai dengan BAB dan BAK
tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB dan
BAK.

1. Riwayat  keperawatan

8
a.       Pola kebersihan tubuh
b.      Perlengkapan personal hygine yang dipakai
c.       Faktor –faktor yang mempengaruhi personal hygine

2. Pemeriksaan fisik
a.       Rambut : Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah rontok,
keadaan rambut yang kusam, keadaan tekstur.
b.      Kepala : Adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu, kebersihan.
c.       Mata : Periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata merah
d.      Hidung : Lihat kebersihan hidung, mukosa
e.       Mulut : Lihat keadaan mukosa mulut, kelembabannya, kebersihan
f.       Gigi : Lihat adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi
g.      Telinga : Lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah infeksi
h.      Kulit : Lihat kebersihan, adakah lesi, warna kulit, teksturnya,
pertumbuhan bulu.
i.        Genetalia : Lihat kebersihan, keadaan kulit, keadaan lubang uretra, keadaan
skrotum, testis pada pria, cairan yang dikeluarkan

2. ANALISA DATA
b. Data subjektif
Pasien mengatakan tentang :
 Malas mandi
 Tidak mau menyisir rambut
 Tidak mau menggosok gigi
 Tidak mau memotong kuku
 Tidak mau berhias/ berdandan
 Tidak bisa / tidak mau menggunakan alat mandi / kebersihan diri
 Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
 BAB dan BAK sembarangan
 Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB dan BAK
 Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar.
9
b. Data objektif
 Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang,
 Tidak menggunakan alat-alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi dengan
benar
 Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta tidak mampu
berdandan
 pakaian tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai, mengencangkan
dan memindahkan pakaian, tidak memakai sepatu, tidak mengkancingkan baju
atau celana.
 Memakai barang-barang yang tidak perlu dalam berpakaian,misal memakai
pakaian
berlapis-lapis, penggunaan pakaian yang tidak sesuai. Melepas barang-barang yang
perlu dalam berpakaian, misal telajang.
 Makan dan minum sembarangan serta berceceran, tidak menggunakan alat makan,
tidak mampu (menyiapkan makanan, memindahkan makanan (dari/ke piring atau
mangkok, tidak mampu menggunakan sendok dan tidak mengetahui fungsi alat-
alat makan), memegang alat makan, membawa makanan dari piring ke mulut,
mengunyah, menelan makanan secara aman dan menghabiskan makanaan).
 BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri setelah BAB dan
BAK, tidak mampu ( menjaga kebersihan toilet dan menyiram toilet setelah BAB
atau BAK.)

3. DIAGNOSA
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala defisit perawatan
diri yang ditemukan. Jika hasil pengkajian menunjukkan tanda dan gejala deficit
perawatan diri, maka diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah :
Defisit perawatan diri : Kebersihan diri,berdandan, makan dan minum, BAB
dan BAK.

10
4. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan Intervensi Rasional
1. Melakukan a. Melatih pasien a. Untuk
kebersihan diri cara-cara melatih
secara mandiri perawatan pasien dalam
2. Melakukan kebersihan diri menjaga
berhias/berdan b. Melatih pasien kebersihan
dan secara berdandan/berhi diri
baik as b. Untuk pasien
3. Melakukan c. Melatih pasien laki-laki
makan dengan makan dan latihan
baik minum secara meliputi
4. Melakukan mandiri :Berpakaian,
BAB/BAK d. Mengajarkan Menyisir
secara mandiri pasien rambut dan
melakukan BAB Bercukur.
dan BAK secara Untuk pasien
mandiri wanita,
latihannya
meliputi
:Berpakaian,
Menyisir
rambut dan
Berhias.
c. Untuk
melatih
makan dan
minum
pasien
d. Untuk
melatih

11
pasien BAB
dan BAK
mandiri
sesuai
tahapan

12
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri hendaknya di berikan
perhatian yang lebih dalam perawatan diri sehingga peningkatan kebersihan klien
dapat lebih meningkatkan lebih baik. Klien yang sering menyendiri merupakan resiko
menjadi isolasi sosial maka komunikasi terapeutik yang digunakan sebagai landasan
untuk membina saling percaya sehingga dapat menggali semua permasalahan.
Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri harus selalu di libatakan
dalam kegiatan dan di temani setiap melakukan tindakan yang lebih. Identifikasi diri
mengenai penyebab awal terjadinya gangguan tersebut menjadi fokus perhatian
pemberian pelayanan kesehatan. Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan
diri membutuhkan dukungan dari keluarga sehingga dapat mempercepat proses
penyembuhan klien.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ns. Nurhalimah. 2016. Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan


PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta
NANDA. (2006). Diagnosa Keperawatan: defisit perawatan diri. Jakarta
Hasan Zaini. Pesantren dan Perilaku Hidup Sehat. El-Hekam: Jurnal Studi
Keislaman. Vol 1(1), 63-72, 2016

14

Anda mungkin juga menyukai