Anda di halaman 1dari 12

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER

K3 RUMAH SAKIT

Silvi Kartikasari
R0215092
Kelas B

PROGRAM STUDI DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2018
A. Pengertian
1. Kesehatan kerja menurut WHO/ILO 1995
Kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat
kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua
jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari
risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, dan penempatan serta
pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan
kondisi fisiologi dan psikologisnya.

2. Kesehatan dan keselamatan kerja


Upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat
kesehatan para pekerja/buruh dengan pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, pengendalian bahaya ditempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan
rehabilitasi.

3. Manajemen K3 Rumah Sakit


Upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat
kesehatan para pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan
rehabilitasi.
Managemen K3 di Rumah Sakit adalah Suatu proses kegiatan yang
dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian yang bertujuan untuk membudayakan K3 di Rumah sakit.

B. Tujuan Penerapan Sistem Manajemen K3 Rumah Sakit


1. Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan Rumah sakit.
2. Mutu layanan yang baik.
3. Meningkatkan citra Rumah sakit.
4. Kepuasan pasien dan pengunjung.
C. Potensi Bahaya di Rumah Sakit
Bahaya potensial di Rumah Sakit dapat mengakibatkan penyakit dan
kecelakaan akibat kerja. Yaitu disebabkan faktor biologi (virus, bakteri dan jamur);
faktor kimia (antiseptik, gas anestasi); faktor ergonomi (cara kerja yang salah ); faktor
fisika (suhu, cahaya bising, listrik,getaran dan radiasi) faktor psikososial ( kerja
bergilir, hubungan sesama karyawan/ atasan).
Bahaya potensial yang dimungkinkan ada di Rumah sakit, diantaranya adalah
mikrobiologik, desain kerja/fisik, kebakaran, mekanik, kimia/gas/kaRumah
sakitinogen, radiasi dan risiko hukum/keamanan.
Penyakit akibat kerja (PAK) di Rumah sakit, umumnya berkaitan dengan
faktor biologik (kuman patogen yang umumnya berasal dari pasien); faktor fisik
(pemaparan dalam dosis kecil terus menerus seperti antiseptik kulit, gas anestesi pada
kulit, gas anestesi pada hati; faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat
pasien salah); faktor fisik dalam dosis terus menerus (panas pada kulit, tegangan
tinggi pada sistem reproduksi, radiasi pada sistem pemproduksi darah); faktor
psikologis (ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien, gawat darurat dan bangsal
penyakit jiwa).

D. Sistem Manajemen K3 Rumah Sakit


1. Komitmen dan Kebijakan
Komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis, jelas dan
mudah dimengerti serta diketahui oleh seluruh karyawan Rumah sakit.
Manajemen Rumah sakit mengidentifikasi dan menyediakan semua sumber daya
esensial seperti pendanaan, tenaga K3 dan sarana untuk terlaksannya program K3
di Rumah sakit. Kebijakan K3 di Rumah sakit diwujudkan dalam bentuk struktur
organisasi Rumah sakit.
Untuk melaksanakan komitmen dan kebijakan K3 Rumah sakit perlu
disusun strategi antara lain :
a. Advokasi sosialisasi program K3 Rumah Sakit
b. Menetapkan tujuan yang jelas
c. Organisasi dan penugasan yang jelas
d. Meningkatkan SDM profesional di bidang K3 Rumah Sakit pada setiap unit
kerja di lingkungan Rumah Sakit
e. Sumberdaya yang harus didukung oleh manajemen puncak
f. Kajian risiko secara kualitatif dan kuantitatif
g. Membuat program kerja K3 Rumah Sakit yang mengutamakan upaya
peningkatan dan pencegahan.
h. Monitoring dan evaluasi secara berkala.
Sedangkan dalam pembahasan yang difokuskan pada prinsip RS, program
K3RS, dan kebijakan pelaksanaan K3RS, di bagi dalam 3 (tiga) bagian yaitu;
a. Prinsip kesehatan dan keselamatan kerja di ruma sakit (K3RS) agar
kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah sakit (K3RS), dapat dipahami
secarah utuh, perlu diketahui pengertian 3 (tiga) komponen yang saling ber
interaksi, yaitu:
1) Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik
serta kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik. Contoh: Bila seorang pekerja kekurangan zat
besi yang menyebabkan anemia, maka kapasitas kerja Akan menurun
karna pengaruh kondisi fisik lemah dan lemas.
2) Beban kerja adalah beban fisik dan beban mental yang harus ditanggung
oleh pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Contoh: pekerja yang
bekerja melebihi waktu kerja maksimum.
3) Lingkungan kerja adalah lingkungan yang terdekat dari seorang pekerja.
b. Program kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah sakit (RS) program K3
di Rumah sakit (K3RS) bertujuan untuk melindungi kesehatan dan
keselamatan kerja serta meningkatkan produktifitas tenaga kerja, melindungi
keselamatan pasien, pengunjung dan masyarakat serta lingkungan Rumah
sakit. Kinerja setiap pengunjung kesehatan dan non kesehatan merupakan
resultante dari 3 (tiga) komponen yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan
kapasitas kerja. Program K3RSyang harus diterapkan adalah:
1) Pengembangan kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah
sakit (K3RS).
a) Pembuatan atau revitalisasi organisasi K3RS.
b) Merencanakan program K3RS selama 3 (tiga) tahun kedepan. Setiap
3 tahun dapat di revisi kembali sesuai dengan kebutuhan.
2) Pembudayaan perilaku Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah
sakit (K3RS).
a) Advokasi sosialisasi K3 pada seluruh jajaran Rumah sakit, baik bagi
pekerja, pasien serta pengunjung Rumah sakit.
b) Penyebaran media informasi dan komunikasi baik melalui film ,
leaflet, poster, pamflet dll.
c) Promosi K3 pada setiap pekerja yang bekerja disetiap unit di Rumah
Sakit.
3) Pengembangan sumber daya manusia (SDM) K3RS
a) Pelatihan umum K3RS,
b) Pelatihan itern Rumah Sakit, seperti pekerja perunit Rumah sakit
c) Pengiriman SDM untuk pendidikan formal, pelatihan lanjutan
seminar dan workshop yang berkaitan dengan K3.
4) Pengembangan pedoman dan Standar Operational Procedure (SOP)
K3RS.
a) Penyusunan pedoman praktek Ergonomi di Rumah sakit.
b) Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja.
c) Penyusunan pedoman pelaksanaan tanggap darurat di Rumah sakit.
d) Penyusunaan pedoman pelaksanaan penanggulangan kebakaran.
e) Penyusunan pedoman pengelolaan penyehatan lingkungan Rumah
sakit.
f) Penyusunan pengelolaan faktor resiko dan pengelolaan limbah
Rumah sakit.
g) Penyusunan kontrol terhadap penyakit infeksi.
h) Penyusunan konrol terhadap bahan berbahaya dan beracun (B3).
i) Penyusunan SOP kerja dan pelatihan di masing-masing unit kerja
Rumah sakit.
5) Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja
a) Mapping lingkungan tempat kerja.
b) Evaluasi lingkungan tempat kerja (wawancara pekerja, survei dan
kuesioner).
6) Pelayanan kesehatan kerja
a) Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan
secara khusus, dan secara berkala bagi pekerja sesuai pajananya di
Rumah sakit.
b) Melakukan pemeriksaan kesehatan khususnya pada pekerja di
Rumah sakit yang akan pensiun atau pindah kerja.
c) Pemeriksaan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi
pekerja yang menderita sakit.
d) Meningkatkan kesehatan badan, kondisi, mental (rohani) dan
kemampuan fisik pekerja.
7) Pelayanan keselamatan kerja
a) Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana
prasarana dan peralatan kesehatan di Rumah sakit.
b) Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja di
c) Rumah sakit.
d) Pengelolaan dan pemeliharaan serta sertifikasi sarana prasarana dan
pemeliharaan peralatan Rumah sakit
e) Pengadaan peralatan Rumah sakit.
8) Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah padat,cair
dan gas.
a) Penyediaan fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan limbah
padat, cair dan gas.
b) Pengelolaan limbah medis dan non medis.
9) Pengelolaan jasa bahan berbahaya, beracun dan barang berbahaya
a) Inventarisasi bahan beracun, berbahaya dan barang berbahaya
(Permennaker No 427 tahun 1996).
b) Membuat kebijakan prosedur pengadaan, penyimpanan dan
penaggulangan bila terjadi kontaminasi dengan acuan Material
Safety Data Sheet (MSDS).
10) Pengembangan manajemen tanggap darurat
a) Menyusun rencana tanggap darurat (survei bahaya, membentuk tim
tanggap darurat, menetapkan prosedur penanganan tanggap darurat,
pelatihan dll).
b) Pembentukan organisasi/tim kewaspadaan bencana.
c) Pelatihan dan uji coba terhadap kesiapan petugas tanggap darurat.
2. Perencanaan
Rumah sakit harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan
penerapan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.
Perencanaan K3 di Rumah sakit dapat mengacu pada standar sistem manajemen
K3 Rumah Sakit diantaranya self assesment akreditasi K3RS dan SMK3.
Perencanaan meliputi :
a. Identifikasi sumber bahaya penilaian dan pengendalian faktor risiko
b. Membuat peraturan
c. Tujuan dan sasaran
d. Indikator kerja
e. Program kerja

3. Pengorganisasian
Pelaksanaan K3 di Rumah sakit sangat bergantung dari rasa tanggung
jawab manajemen dan petugas, terhadap tugas dan kewajiban masing-masing
serta kerja dalam pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui
adanya aturan yang jelas. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada
semua petugas, bimbingan dan latihan serta penegakkan disiplin. Ketua
organisasi pelaksana K3 Rumah sakit secara spesifik harus mempersiapkan data
dan informasi pelaksanaan K3 di semua tempat kerja, merumuskan permasalahan
serta menganalisi penyebab timbulnya masalah beRumah sakitama unit-unit
kerja, sehingga dapat dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya memonitor dan
mengevaluasi pelaksanaan program, untuk menilai sejauh mana prorgam yang
dilaksanakan telah berhasil. Kalau masih terdapat kekurangan, maka perlu
diidentifikasi penyimpangannya serta dicari pemecahannya. Pelaksanaan SMK3
di Rumah Sakit dianataranya adalah :
a. Penyuluhan K3 ke semua Petugas Rumah Sakit
b. Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan dalam organisasi Rumah
sakit
c. Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku
1) Pemeriksaan keselamatan petugas
2) Penyediaan Alat Pelindung Diri dan Keselamatan Kerja
3) Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat
4) Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan
5) Pengobatan pekerja yang menderita sakit
6) Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur
7) Melaksakan biologikal monitoring
8) Melaksanakan surveilas kesehatan pekerja

4. Pemantauan dan Evaluasi


Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di rumah sakit adalah salah
satu fungsi manajemen K3 di rumah sakit yang berupa suatu langkah yang
diambil untuk mengetahui dan menilai samapai sejauh mana proses kegiatan K3
itu berjalan dan mempertanyakan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu
kegiatan K3 RS dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Pemantauan dan
evaluasi melalui :
a. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi kedalam sistem pelaporan Rumah
Sakit.
b. Insfeksi dan Pengujian merupakan suatu kegiatan untuk menilai keadaan K3
secara umum dan tidak terlalu mendalam.
c. Melaksanakan Audit K3.
Audit K3 yang meliputi falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan,
karyawan dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur,
pengembangan karyawan dan program pendidikan, evaluasi dan pengendalian.
Tujuan Audit K3 :
a. Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan keselamatan.
b. Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan sesuai
ketentuan.
c. Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta
pengembangan mutu.

5. Standar Pelayanan K3 di Rumah Sakit


Pelayanan K3 RS harus dilaksanakan secara terpadu melibatkan berbagai
komponen yang ada di rumah sakit. Pelayanan K3 di rumah sakit sampai saat ini
dirasakan belum maksimal. Hal ini dikarenakan masih banyak rumah sakit yang
belum menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan kerja
(SMK3).
a. Standar Pelayanan Kesehatan Kerja Di Rumah Sakit
Setiap Rumah Sakit wajib melaksanakan pelayanan kesehatan kerja
seperti tercantum pada pasal 23 UU kesehatan no.36 tahun 2009 dan
peraturan Menteri tenaga kerja dan Transmigrasi RI No.03/men/1982 tentang
pelayanan kesehatan kerja. Adapun bentuk pelayanan kesehatan kerja yang
perlu dilakukan, sebagai berikut :
1) Melakukan pemeriksaan kesehatan sebekum kerja bagi pekerja.
2) Melakukan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan
kerja dan memberikan bantuan kepada pekerja di rumah sakit dalam
penyesuaian diri baik fisik maupun mental terhadap pekerjanya.
3) Melakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus sesuai dengan
pajanan di rumah sakit.
4) Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan
fisik pekerja.
5) Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi pekerja
yang menderita sakit.
6) Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada pekerja rumah sakit
yang akan pensiun atau pindah kerja.
7) Melakukan koordinasi dengan tim Panitia Pencegahan dan Pengendalian.
8) Infeksi mengenai penularan infeksi terhadap pekerja dan pasien.
9) Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja.
10) Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang
berkaitan dengan kesehatan kerja (Pemantauan/pengukuran terhadap
faktor fisik, kimia, biologi, psikososial, dan ergonomi).
11) Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan kesehatan kerja
yang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan Unit teknis terkait
di wilayah kerja Rumah Sakit.

b. Standar Pelayanan Keselamatan Kerja Rumah Sakit


Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan
sarana, prasarana, dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan kerja
yang dilakukan :
1) Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana, prasarana,
dan peralatan kesehatan.
2) Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap
pekerja.
3) Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja.
4) Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi air.
5) Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja.
6) Pelatihan/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua pekerja.
7) Memberi rekomendasi/masukan mengenai perencanaan, pembuatan
tempat kerja dan pemilihan alat serta pengadaannya terkait
keselamatan/keamanan.
8) Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya
9) Pembinaan dan pengawasan Manajemen Sistem Penanggulangan
Kebakaran (MSPK).
10) Membuat evaluasi, pencatatan, dan pelaporan kegiatan pelayanan
keselamatan kerja yang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan
Unit teknis terkait di wilayah kerja kerja rumah sakit.

c. Standar K3 Sarana Dan Prasarana Di Rumah Sakit


Sarana didefinisikan sebagai segala sesuatu benda fisik yang dapat
tervisualisasi oleh mata maupun teraba panca indera dan dengan mudah dapat
dikenali oleh pasien dan umumnya merupakan bagian dari suatu bangunan
gedung (pintu, lantai, dinding, tiang, kolong gedung, jendela) ataupun
bangunan itu sendiri. Sedangkan prasarana adalah seluruh jaringan/instansi
yang membuat suatu sarana bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, antara lain : instalasi air bersih dan air kotor, instalasi listrik, gas
medis, komunikasi, dan pengkondisian udara, dan lain- lain.

d. Pembinaan, Pengawasan, Pencatatan Dan Pelaporan


1) Pembinaan dan pengawasan
Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui sistem berjenjang.
Pembinaan dan pengawasan tertinggi dilakukan oleh Departemen
Kesehatan. Pembinaan dapat dilaksanakan antara lain dengan melalui
pelatihan, penyuluhan, bimbingan teknis, dan temu konsultasi.
Pengawasan pelaksanaan Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
rumah sakit dibedakan dalam dua macam, yakni pengawasan internal,
yang dilakukan oleh pimpinan langsung rumah sakit yang bersangkutan,
dan pengawasan eksternal, yang dilakukan oleh Menteri kesehatan dan
Dinas Kesehatan setempat, sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-
masing.
2) Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan adalah pendokumentasian kegiatan K3
secara tertulis dari masing-masing unit kerja rumah sakit dan kegiatan
K3RS secara keseluruhan yang dilakukan oleh organisasi K3RS, yang
dikumpulkan dan dilaporkan / diinformasikan oleh organisasi K3RS, ke
Direktur Rumah Sakit dan unit teknis terkait di wilayah Rumah
Sakit.Tujuan kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan k3 adalah
menghimpun dan menyediakan data dan informasi kegiatan K3,
mendokumentasikan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan K3; mencatat dan
melaporkan setiap kejadian / kasus K3, dan menyusun dan melaksanakan
pelaporan kegiatan K3. Pelaporan terdiri dari : pelaporan berkala
(bulanan, semester, dan tahunan) dilakukan sesuai dengan jadual yang
telah ditetapkan dan pelaporan sesaat/insidentil, yaitu pelaporan yang
dilakukan sewaktu-waktu pada saat kejadian atau terjadi kasus yang
berkaitan dengan K3. Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan
kegiatan k3 adalah mencatat dan melaporkan pelaksanaan seluruh
kegiatan K3, yang tercakup di dalam :
1) Program K3, termasuk penanggulangan kebakaran dan kesehatan
lingkungan rumah sakit.
2) Kejadian/kasus yang berkaitan dengan K3 serta upaya
penanggulangan dan tindak lanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432/menkes/sk/iv/2007. Tentang


Pedoman manajemen kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1087/menkes/sk/viii/2010.


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.

http://www.fkunissula.ac.id/index.php?option=com_docman&task=doc_download&gi
d=569&Itemid=67&lang=id. Diakses: Selasa, 25 Desember 2018.

http://www.pdpersi.co.id/kegiatan/training_k3rs.pdf. Diakses: Selasa, 25 Desember 2018.

http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_protect/---protrav/---. Diakses: Selasa, 25


Desember 2018.

safework/documents/normativeinstrument/wcms_218602.pdf. Diakses: Sealasa, 25 Desember


18.

Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-journal), Volume 2, Nomor 1, Januari 2014. Analisa


Komitmen Manajemen Rumah Sakit terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
RS Prima Medika Pemalang. Azza Ivana, Baju Widjasena, Siswi Jayanti. Mahasiswa
Peminatan K3 Universitas Undip.

Anda mungkin juga menyukai