Anda di halaman 1dari 29

SKENARIO

Seorang laki-laki, 60 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan utama mata kirinya merah,
disertai nyeri, berair, silau, penglihatan kabur. Kira-kira 1 minggu lalu saat sedang menuai
padi, mata kirinya tergores batang padi. Tiga hari kemudian mata kirinya merah, disertai rasa
ganjel seperti kelilipan. Mengira hanya kelilipan biasa, pasien merimbang(membilas) mata
kirinya dengan air rebusan daun sirih. Ternyata dari hari ke hari, keluhannya bertambah berat.
Selain keluhan di atas, pasien juga mengatakan kelopak mata bengkak dan sulit dibuka
karena tidak tahan tehadap cahaya maupun hembusan angin. Tampak bercak berwarna putih
sebesar biji kacang hijau disertai gumpalan putih seperti nanah di bagian hitam mata kirinya.
Dokter Puskesmas menuliskan hasil pemeriksaan mata kiri di catatan medis sebagai berikut :
VOS 1/60, fotofobi, lakrimasi dan blefarospasme (+), infiltrat dengan jaringan nekrotik (+),
hipopion (+) dan merujuk pasien ke dokter spesialis mata.
STEP 1
- Lakrimasi: kelebihan produksi air mata disebabkan rangsangan kelenjar lakrimasi.
Penyebabnya stimulasi psikis yang merangsang n.V , adanya benda asing ataupun
peradangan
- Blefarospasme: kelainan kontraksi otot kelopak mata sehingga mata terus berkedut
atau berkedip
- Hipopion: pus steril yang berada di bilik anterior mata. Tampak seperti lapisan pucat.
Kumpulan sel radang yang mengendap dibagaian bawah mata karena proses gravitasi.

STEP 2
1. Mengapa pasien mengeluh mata kiri merah, nyeri, berair, silau disertai penurunan
visus?
2. Mengapa pasien merasa matanya seperti ada yang mengganjal/ kelilipan?
3. Apa hubungan 1 minggu yang lalu mata tergores batang padi dengan keluhan
sekarang?
4. Mengapa pasien mengeluh kelopak mata susah membuka tidak tahan dengan cahaya
dan hembusan angin?
5. Mengapa ditemukan bercak berwarna putih sebesar biji kacang hijau dibagaian
hitamm mata kirinya?
6. Mengapa setelah dirimbas dengan daun sirih pasien merasa keluhannya memberat?
7. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan VOS 1/60, fotofobi, lakrimasi dan
blefarospasme (+), infiltrat dengan jaringan nekrotik (+), hipopion (+)?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari kasus tersebut?
9. Apa diagnosis dan diagnosis banding pada scenario?
10. Bagaimana tatalaksana dari kasus tersebut?
STEP 3
1. Mengapa pasien mengeluh mata kiri merah, nyeri, berair, silau disertai penurunan
visus?
Tertusuk batang padi ada bakteri, fungi masuk kornea melepaskan enzim dan toksin
reaksi antigen antibodyproses inflamasiterbentuk infiltrate PMNterbentuk
bintik putih kekuningan lesi kornea progresif mata kabur
Proses inflamasi merangsang serabut saraf kornea (cabang n. V)menekan saraf pada
matablefarospasme
Rangsangan serabut sarafIris juga kontraksi pupil midriasis silau
Rangsangan serabut saraf nyeri
Proses inflamasi menyebabkan vasodilatasimata merah dan berair
Mata merah dengan penurunan visus: berhubungan dengan media refrakta
Bakteri melekat di prmukaan epitel kornea
Kornea jaringana avaskuler wandering cell di stroma kornea bekerja sebagai makrofag
dilatasie pembuluh darah injeksi perikornea
Sel PMN memfagosit bakteri lapisan kolagen dihancurkan proses degenerasi
penipisan lapisan … bila kornea sembuh banyak kolagenasisikatrik
Mediator inflamasi gimana caranya datang?

Sel di stroma kornea dilatasi pembuluh darah


2. Mengapa pasien merasa matanya seperti ada yang mengganjal/ kelilipan?
Goresan padi di korneadi stroma ada wandering cell jadi makrofag ulkus
sikatrikmata terasa ada yang mengganjal
Proses inflamasi: tumor
Benda asing?
3. Apa hubungan 1 minggu yang lalu mata tergores batang padi dengan keluhan
sekarang?

4. Mengapa pasien mengeluh kelopak mata bengkak dan susah membuka tidak tahan
dengan cahaya dan hembusan angin?
Adanya benda asing proses inflamasi di kelopak mata penngkatan permeabilitas
pembuluh darah meluas samppai arteri konjungtiva dan a. siliaris mengganggu
pompa Na K edem infiltrasi sel radang
Kemasukan benda asing air mata mencegah infeksi bakteri, mengandung
antibakterilakrimasi untuk menghilangkan infeksi berkedip terus supaya
memompa kelenjar lakrimaloverstimulasi
Penglihatan kabur pembuluh dimata banyak yang..--> keruh bayangan yang masuk
ke mata tidak jatuh di maukula karena anomaly media refrakta silau
Sensitifitas kornea terhadap cahaya nyeri saat ada cahaya dipengaruhi oleh N.V
Jaras nyeri ke reflek menutup mata
Lesi berkas papilomakular defek menghalangi bagian pandangan tengah lesi
merusak akson pada berkas arkuata yang atas.
Lesi di saraf optic menyebabkan kebutaan
5. Mengapa ditemukan bercak berwarna putih sebesar biji kacang hijau dibagian hitam
mata kirinya?-->NO.1
Ulkus kornea toksin didaerah kornea bisa sampai iris dan badan siliar melalui
membrane descement, endotel kornea kamera okuli anterior
Iris dan badan siliar mengalami peradangan, kamera okuli anterior terkenan
menyebabkan pandangan buram
Terbentuk pus hipopion
6. Mengapa setelah dirimbas dengan daun sirih pasien merasa keluhannya memberat?
Daun sirih memiliki fungsi sebagai antibakteri sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
pembersih, digunakannya dengan direbus. Hasil rebusannya memiliki PH sangat
asam. PH asam tersebut akan mengubah PH di area mata terutama di kornea. Jika
sudah ada kerusakan sebelumnya, ditambah perubahan PH menimbulkan rasa sakit
karena banyak ujung saraf nyeri yang terlibat semakin parah sakitnya

7. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan VOS 1/60, fotofobi, lakrimasi dan


blefarospasme (+), infiltrat dengan jaringan nekrotik (+), hipopion (+)?
VOS 1/60  pasien dapat melihat jelas dari jarak 1 meter sedangkan orang normal
dapat melihat jelas suatu objek dari 60 m
Fotofobi terlalu peka terhadap cahaya
Infiltrate jaringan nekrotik kemungkinan adanya peradangan
Hipopion curiga ada peradangan
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari kasus tersebut?
Curiga akibat jamur pewarnaan KOH 10%, dikultur di media sabouroud agar
Snellen chart memeriksa visus
Tonografi tekanan intraokuler
Oftalmoskopi
Tes toleransi glukosa
Tes fluoresin  melihat kerusakan epitel. Dengan pewarna oranye dan cahaya biru

9. Apa diagnosis dan diagnosis banding pada scenario?


Diagnosis banding:
Mata merah dengan penurunan visus:
- Keratitis: silau, kelilipan, mata merah, lakrimasi, visus menurun. Etiologi: dry eye,
sinar UV
Pf: infiltrate bercak halus
TX: airmata buatan
- Ulkus kornea: mata sakit ringan-berat, fotofobia, mata merah, visus turun dan kotor
Etiologi: bakteri,jamur, autoimun DIAGNOSIS
PF: ada defek epitel, tesfluoresin ada warna hijau, penipisan kornea, hipopion
TX: antibiotic yang sesuai, steroid
- Glaucoma akut: mata merah, visus turun mendadak, nyeri mendadak, pusing, mual
Lapang pandang berkurang
Etiologi: sumbatan
Tx: iridektomi
- Uveitis: mata sakit ringan penglihatan turun, kesulitan melihat dekat
Lakrimasi, mata merah
Etiologi: trauma
Px: pupil miosis, efek tyndall
Tx: steroid topical, antibiotic
- Endoftalmitis: kelopak mata bengkak, merah, susah dibuka
Etiologi: kuman jamur bakteri(staphilokokus, streptokokkus)
Pf: pupil miosis, granulomatosa(presipitat)
Tx: steroid, antibiotik
- panoftalmitis
10. Bagaimana tatalaksana dari kasus tersebut?
Farmakokinetik dan farmakodinamik

STEP 4

STEP 7
1. Mengapa pasien mengeluh mata kiri merah, nyeri, berair, silau disertai penurunan
visus dan ditemukan bercak berwarna putih sebesar biji kacang hijau dibagian hitam
mata kirinya?
a. Silau dan penglihatan kabur :
b. mata mengganjal :
 Epitel kornea merupakan sawar yang mudah bagi mikroorganisme masuk
ke dalam kornea. Begitu terdapat cedera pada kornea, stroma yang
avaskuler dan membran bowman mudah terkena infeksi oleh berbagai
organisme seperti bakteri, amuba, dan jamur.
 Akibat adanya benda asing yang masuk ke kornea akan mejadikan mata
terasa mengganjal seperti kelilipan.

c. Penglihatan kabur :
Penurunan visus dapat terjadi karena 3 hal, yaitu :
1) Gangguan pada media refrakta
2) Refraksi anomali, dan
3) Gangguan pada sistem saraf

- Penurunan visus pada keratitis


Infeksi pada kornea dapat menyebabkan kerusakan epitel dan timbulah
ulkus (tukak kornea). Ulkus ini dapat menyebar ke permukaan atau masuk ke
dalam stroma. Apabila terdapat ulkus pada bagian central kornea dapat
mengganggu pembiasan cahaya, sehingga menyebabkan penurunan visus.

d. Nyeri pada kornea


Diinervasi oleh N V (Trigeminus), merupakan organ yang paling banyak
mempunyai serabut syaraf sensibel terutama bagian sentralnya sehingga sentuhan
sedikit pada kornea akan dirasakan sangat sakit. Timbul pada keadaan :
- Adanya benda asing di kornea
- Abrasi kornea
- Keratitis intersisial

Rasa sakit ini dapat diperberat oleh gesekan palpebra (terutama pada palpebra
superior).

Hipopion

Kornea adalah jaringan yang avaskuler, hal ini menyebabkan pertahanan pada waktu
peradangan tak dapat segera datang seperti pada jaringan lain yang mengandung
banyak vaskularisasi bila terjadi infeksi maka proses infiltrasi dan vaskularisasi dari
limbus baru akan terjadi 48 jam kemudian  Dengan adanya defek atau trauma pada
kornea, maka badan kornea, wandering cells, dan sel-sel lain yang terdapat pada
stroma kornea segera bekerja sebagai makrofag  kemudian disusul dengan dilatasi
pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi di perikorneal 
Proses selanjutnya adalah terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel plasma,
leukosit polimorfonuklear  yang mengakibatkan timbulnya infiltrat yang tampak
sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas tak jelas dan permukaan tidak
licin  Kemudian dapat terjadi kerusakan epitel, infiltrasi, peradangan  dan
terjadilah ulkus kornea  Ulkus kornea dapat menyebar ke permukaan atau masuk ke
dalam stroma  Kalau terjadi peradangan yang hebat, tetapi belum ada perforasi
ulkus  maka toksin dari peradangan kornea dapat sampai ke iris dan badan siliar
dengan melalui membrana Descemet, endotel kornea dan akhirnya ke camera oculi
anterior (COA)  Dengan demikian iris dan badan siliar meradang  dan timbullah
kekeruhan di cairan COA  disusul dengan terbentuknya hipopion (pus di dalam
COA).

Nyeri  banyaknya serabut saraf baik superfisial maupun dalam (benda asing kornea,
abrasi kornea, fliktenula, keratitis interstisial), menimbulkan rasa nyeri dan fotofobia.
Rasa nyeri ini diperberat oleh gerak palpebra (terutama palpebra superior) di atas
kornea dan biasanya menetap sampai sembuh.
Mata merah Dilatasi pembuluh iris adalah fenomena refleks yang timbul akibat
iritasi pada ujung saraf kornea sehingga mata menjadimerah.
Silau Karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan mem-
biaskan berkas cahaya, lesi kornea umumnya mengabur-
kan penglihatarl terutama bila letaknya di pusat.
Lakrimasi
Goresan padi  menyebabkan mata terluka sehingga resiko untuk infeksi lebih tinggi
Sumber : Ausbury, Vaughan. Oftalmologi Umum. Elsevier
Berair/ lakrimasi
Lakrimasi : produksi air mata yang berlebihan sehingga meleleh ke pipi
Penyebab :
a) Stimulasi psikis (menangis, kegembiraan yang sangat)
b) Rangsangan pada ujung N.V, misalnya oleh benda asing, peradangan mata
c) Peradangan hidung, traktus respiratorius bagian atas, peradangan mata
d) Rangsangan oleh cahaya terang, pantulan cahaya melalui kaca
e) Pada orang tua tanpa sebab yang nyata
Wijaya Nana.1993. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Abadi Tegal

Mediator inflamasi gimana caranya datang?


2. Mengapa pasien merasa matanya seperti ada yang mengganjal/ kelilipan?
mata mengganjal :
 Epitel kornea merupakan sawar yang mudah bagi mikroorganisme masuk
ke dalam kornea. Begitu terdapat cedera pada kornea, stroma yang
avaskuler dan membran bowman mudah terkena infeksi oleh berbagai
organisme seperti bakteri, amuba, dan jamur.
Akibat adanya benda asing yang masuk ke kornea akan mejadikan mata terasa
mengganjal seperti kelilipan.
Proses inflamasi: tumor
Benda asing?
a. Mata nyeri
Ulkus kornea menyebabkan nyeri karena kornea memiliki banyak serabut nyeri dimana
kebanyakan lesi kornea akibat benda asing kornea, keratitis serta ulkus kornea akan
menimbulkan rasa sakit, rasa sakit ini diperhebat dengan adanya gesekan palpebra
terutama palpebra superior pada kornea dan menetap sampai sembuh.
Wirata, G. 2017. Ulkus Kornea. FK UNUD

The human cornea is often referred to as one of the most potent pain generators in the human
body.[6] Unsurprisingly, it is also among the most densely innervated tissues with
approximately 7000 nerve terminals per square millimeter, making the cornea about 300 to
600 times more sensitive than skin.[6] Corneal nerves carry the sensation of touch, pain, and
temperature.[8] Most of the nerves of corneal subbasal plexus are unmyelinated (C fibers)
and some are myelinated (Ad fibers).

Corneal nerves detect mechanical, thermal, and chemical stimuli. Input is perceivable as pain
or a range of dysesthesias (unpleasant abnormal sensations)[6]:
 Photoallodynia (pain sensation in response to a non-painful stimulus, light)

 Burning

 Irritation

 Dryness

 Grittiness 

Pain protects tissue from injury. Detection of painful stimuli by nociceptors transmits via
action potentials to higher order centers where the pain is perceived.[1] Iatrogenic damage,
trauma, and inflammation of the ocular surface can result in damage to this system, which
may increase the sensitivity of peripheral nerves.[1][3] This increased sensitivity, or
peripheral sensitization, intensifies pain signaling. Chronic stimulation can cause
sensitization of the central nervous system and thus increased awareness of pain and
photoallodynia.[1]

Moshirfar M, Benstead EE, Sorrentino PM, et al. Ocular Neuropathic Pain. [Updated 2021
Feb 14]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK542282/
Belmonte C, Acosta MC, Merayo-Lloves J, Gallar J. What Causes Eye Pain? Curr
Ophthalmol Rep. 2015;3(2):111-121. doi: 10.1007/s40135-015-0073-9. PMID:
26000205; PMCID: PMC4432221.

b. Rasa ganjel seperti kelilipan


Foreign body sensation is usually caused by corneal edema.
Hampir seluruh peradangan pada kornea disertai dengan edema kornea.

Wijaya Nana.1993. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Abadi Tegal

Sensasi mengganjal / kelilipan

Dapat disebabkan oleh 2 hal yaitu adanya corpus alienum (benda asing) atau
timbulnya kotoran pada kornea.

Corpus alienum (seperti serpihan daun atau serpihan ranting kayu) dapat merangsang
reaksi inflamasi, dilatasi pembuluh darah, udem kelopak mata, kornea, konjungtiva 
leukosit dilepas  reaksi COA  infiltrate kornea

Benda asing tidak dihilangkan  infeksi  ulkus dan nekrosis jaringan.

Sedangkan untuk kotoran dapat timbul akibat corpus alienum atau penyebab lain yang
mengubah mekanisme pertahanan terhadap permukaan okular sehingga memungkinkan
invasi bakteri/virus/jamur terhadap kornea  timbul kotoran  sensasi mengganjal.

Novyana,Rienda M. 2019. Corpus Alienum Sklera Okuli Sinistra. Medula Vol9 No1

Ilmu Kesehatan Mata Edisi pertama (pp 93). Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Kama G, Jeffrey EL. Rosen's Emergency Medicine: Concepts and Clinical Practice. Edisi
ke-9. San Fransisco: Elsevier; 2018. hlm 790-819.e3
Mina F, Ronil P, Surendar D. Infectious corneal ulcers. Disease-a-Month. 2017; 63(2):
33-37

Joag MG, Sayid-Ahmed IO, Karp CL. The Corneal Ulcer. Dalam: Cornea. Edisi ke-4.
London: Elsevier; 2017. hlm 667-675

1. Mengapa kelopak mata pasien tidak tahan terhadap cahaya dan hembusan angin sehingga
sulit terbuka? FOTOFOBIA TERJAWAB DI NOMOR ATAS
Allodynia nyeri yang diakibatkan oleh stimulus tak berbahaya

The human cornea is often referred to as one of the most potent pain generators in the
human body.[6] Unsurprisingly, it is also among the most densely innervated tissues
with approximately 7000 nerve terminals per square millimeter, making the cornea
about 300 to 600 times more sensitive than skin.[6] Corneal nerves carry the sensation
of touch, pain, and temperature.[8] Most of the nerves of corneal subbasal plexus are
unmyelinated (C fibers) and some are myelinated (Ad fibers).

Corneal nerves detect mechanical, thermal, and chemical stimuli. Input is perceivable
as pain or a range of dysesthesias (unpleasant abnormal sensations)[6]:
 Photoallodynia (pain sensation in response to a non-painful stimulus, light)

 Burning

 Irritation

 Dryness

 Grittiness 

Pain protects tissue from injury. Detection of painful stimuli by nociceptors transmits
via action potentials to higher order centers where the pain is perceived.[1] Iatrogenic
damage, trauma, and inflammation of the ocular surface can result in damage to this
system, which may increase the sensitivity of peripheral nerves.[1][3] This increased
sensitivity, or peripheral sensitization, intensifies pain signaling. Chronic stimulation
can cause sensitization of the central nervous system and thus increased awareness of
pain and photoallodynia.[1]

Moshirfar M, Benstead EE, Sorrentino PM, et al. Ocular Neuropathic Pain. [Updated
2021 Feb 14]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK542282/

 Tidak tahan cahaya dan hembusan angin, air mata, fotofobia


Sensasi nyeri di ujung serat saraf kornea  diteruskan melalui cabang saraf
trigeminal
Pertama, cahaya yang masuk ke mata  bagian retina, sel ganglion fotoaktif intrinsik
yang disebut sel melanopsin  diproyeksikan ke thalamus posterior, terhubung
dengan sistem trigeminal.
Ini menjelaskan mengapa ada "ketidaknyamanan" atau bahkan rasa sakit ketika
cahaya bersinar di mata individu tertentu
Produksi air mata akibat rangsangan pada kelenjar lakrimal melalui stimuli sensoris
seperti angin, suhu, sentuhan dan nyeri dan stimulasi psikis yang diteruskan melalui
cabang saraf trigeminal.

Noseda R, Kainz V, Jakubowski M, Gooley JJ, Saper CB Digre KB, Burstein R. A


neural mechanism for exacerbation of headache by light. Nature Neuroscience 2010
Feb;13(2):239- 45.

3. Apa hubungan 1 minggu yang lalu mata tergores batang padi dengan keluhan
sekarang?
Ada trauma mata karena benda asing bisa dari tumbuhan  menyebabkan ulkus ang
infeksius terutama orang yang bekerja di sector pertanian  system pertahanan tidak
segera dating karena kornea avaskuler  saat ada peradangan stroma bekerja sebagai
makrofag  injeksi perikornea  merah
Goresan  kerusakan epitel  infiltrasi  peradngan  ulkus kornea  peradangan
bisa sampai badan siliar dan iris  Iris dan badan siliaris akan ikut peradangan akan
disusul dengan hipopion isinya pus steril di COA yang terjadi karena reaksi inflamasi
sebelumnya bukan karena bakteri kornea di ulkus lebih tipis  TIO menyebab
kornea bisa keraektasi, peradangan mendalam  ulkus perforasi bisa membahayakan
mata  kuman bisa masuk  endoftalmitis, panoftalmitis
Ada perforasi dari cairan COA bisa mengalir keluar  iris ke depan nempel dengan
luka kornea yang perforasi sinekia anterior iris sampai menonjol keluar disebut
iris prolapse sampai menyumbat fistel

4. Mengapa pasien mengeluh kelopak mata bengkak dan susah membuka tidak tahan
dengan cahaya dan hembusan angin?
Diinervasi oleh N V (Trigeminus), merupakan organ yang paling banyak
mempunyai serabut syaraf sensibel terutama bagian sentralnya sehingga sentuhan
sedikit pada kornea akan dirasakan sangat sakit. Timbul pada keadaan :
- Adanya benda asing di kornea
- Abrasi kornea
- Keratitis intersisial

Rasa sakit ini dapat diperberat oleh gesekan palpebra (terutama pada palpebra
superior).

proses inflamasi di kelopak mata


Jaras nyeri ke reflek menutup mata
5. Mengapa setelah dirimbang dengan daun sirih pasien merasa keluhannya memberat?

Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri dari hidroksi kavikol, kavibetol,
estargiol, eugenol, metileugenol, karvakrol, terpen, seskuiterpen, fenilpropan dan
tanin. Senyawa-senyawa tersebut memiliki kemampuan untuk mematikan bakteri,
mematikan jamur, dan juga memiliki peranan sebagai antioksidan. Karena itu, daun
sirih telah lama digunakan sebagai antiseptik untuk pengobatan luka luar. Sedangkan
cairan hasil rebusan daun sirih akan menghasilkan cairan berwarna kuning muda
kehijauan dan bersifat asam dengan pH ± 4. Semakin banyak daun sirih yang direbus,
maka tingkat keasaman cairan rebusannya akan bertambah. Paparan cairan yang
bersifat asam ini akan bereaksi dengan air mata yang melapisi permukaan mata, yang
selanjutnya akan menimbulkan perubahan pH (tingkat keasaman) di permukaan mata
menjadi lebih asam. Perubahan pH ini dapat menimbulkan kerusakan pada permukaan
mata, yaitu pada lapisan epitel kornea dan konjungtiva. Rasa perih yang timbul setiap
kali seseorang mencoba membersihkan matanya dengan air rebusan daun sirih
merupakan suatu pertanda terjadinya kerusakan pada permukaan mata, terutama pada
permukaan kornea yang banyak mengandung ujung-ujung serat saraf. Daun sirih yang
kotor dan tidak steril banyak mengandung mikroorganisme yang dapat menimbulkan
infeksi mata. Jamur merupakan salah satu mikroorganisme yang sering ditemukan
pada materi yang bersifat organik seperti daun-daunan. Adanya kerusakan pada
permukaan kornea akan mempermudah jamur tersebut untuk masuk ke dalam kornea
mata dan menimbulkan infeksi pada kornea mata. Infeksi jamur pada kornea mata ini
dalam dunia kedokteran dikenal sebagai keratitis jamur. Pengobatan yang tidak tepat
terhadap keratitis jamur seringkali akan berakhir pada kebutaan.
Pradhan, Deepak & Suri, K & Pradhan, D & Biswasroy, P. (2013). Journal of
Pharmacognosy and Phytochemistry Golden Heart of the Nature: Piper betle L.
6. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan VOS 1/60, fotofobi, lakrimasi dan
blefarospasme (+), infiltrat dengan jaringan nekrotik (+), hipopion (+)?
VOS 1/60
Pasien hanya bisa lihat jarak 1 meter padahal orang normal 60 m

Fotofobi
Sensitive terhadap cahaya  merasa nyeri dan tidak nyaman saat melihat cahaya
Normalnya orang tidak ada fotofobi
Bisa terjadi fotofobi karena peradangan hepat sampai iris dan korpus siliars
mengganggu kontraksi m.spincter dan dilator pupil  pupil mengatur intensitas
cahaya  fotofobi

lakrimasi dan blefarospasme (+)


adanya sekresi air mata berlebih  mekanisme defensive
blefarospasme  pada ulkus marginal akan terlihat penglihatan pasien turun disertai
rasa sakit, berkedip di kelopak mata kalau semakin parah sampai tidak bisa lihat
di serabut kornea banyak seabut nyeri  berkedip
pembagian uluks marginal =
- ulkus cincin  ulkus konea perifer sifat destruktif mengenai 1 mata, reaksi alergi,
ditemukan dengan disentri, influenza berat, enyakit imunologi , sifat rekuren berulang
- ulkus kataral simplek  letak tidak dalam dan warna abu-abu, sumbu terpanjang
sejajr limbus, ditepi aka nada bagian bening, pada lansia
- ulkus mooren  kronik, mulai dari perifer ke sentral cenderung tidak perforasi, khas
 tepi ulus bergaung, karena hipersensitivitas thd virus, tuberkuloprotein, diseertai
rasa sakit berat di mata, pengobatan dengan steroid atau radioterapi

infiltrat dengan jaringan nekrotik (+)


keratitis bisa dengan bakteri dan tidak bakteri  hipopian dengan bakteri warna
kuning atau putih dan tidak bening, jaringan nekrotik di tepat trauma oleh lidi 
sekitarnya ada infiltrate dari bakteri

hipopion (+)
ada hipopion dimata bisa warna puti kuning hijau. Ada dari streptococcus  hijau,
puth biasa  karena staphylococcus aureus
tidak infeksius  bisa Namanya ulus/infiltrate marginal  bisa hilang 7-10 hari 
infiltrate linear atau lonjong  akhirnya jadi ulkus ada vaskularisasi
bisa juga ada blefarokonjungtivitis

a. VOS 1/60
Penurunan visus oculi sinistra karena pasien hanya dapat melihat pada jarak 1 m yang
normalnya orang dapat melihat sampai jarak 60 m.
Wirata, G. 2017. Ulkus Kornea. FK UNUD
b. Fotofobia
Aferen yang terletak di bagian oftalmikus (V1) dari ganglion trigeminal mengirimkan
informasi nyeri dari mata. Konjungtiva, kornea, sklera, dan uvea (iris, badan siliaris, dan
koroid) dipersarafi secara padat dengan serabut trigeminal, dan sangat sensitif terhadap
nyeri. Cahaya yang masuk ke mata  bagian retina, sel ganglion fotoaktif intrinsik yang
disebut sel melanopsin  diproyeksikan ke thalamus posterior, terhubung dengan sistem
trigeminal.
Wirata, G. 2017. Ulkus Kornea. FK UNUD
c. Lakrimasi
Sebagai respon terhadap proses inflamasi. Dapat juga disebabkan stimulasi nyeri yang
diteruskan melalui cabang saraf trigeminal.
Wirata, G. 2017. Ulkus Kornea. FK UNUD

d. Blefarospasme (+)
Distonia fokal (dystonia yang mempengaruhi satu bagian tubuh) yang dihubungkan
dengan gerakan berkedip secara tidak sadar, menekan, dan menutup kelopak mata akibat
gangguan keseimbangan eksitasi / inhibisi pada jalur reflex berkedip batang otak. Sering
dihubungkan dengan photophobia dalam keadaan menyetir, menonton TV, membaca.
Noseda R, Kainz V, Jakubowski M, Gooley JJ, Saper CB Digre KB, Burstein R. A
Neural Mechanism for Exacerbation of Headache by Light. Nature Neuroscience 2010
Feb;13(2):239- 45.

Blefarospasme/ spasme m. orbicularis oculi menyebabkan palpebral tertutup erat. Ada 2


macam, yaitu tonis dan klonis.
a) Tonis (mata tertutup terus menerus) disebabkan oleh :
a. Peradangan mata pada umumnya
b. Ada korpus alienum di mata
c. Glaucoma akuta
d. Hysteria, kelainan neurologis (jarang)
Yang terganggu ujung N.V

b) Klonis (kedipan fibriler). Terjadinya sebentar-sebentar terutama di palpebral inferior


disebabkan oleh :
a. Kelainan refraksi tidak dikoreksi
b. Memakai kaca mata yang salah
c. Kecapaian
d. Senilitas, dapat disertai gerakan otot muka yang lain
Wijaya Nana.1993. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Abadi Tegal

e. Infiltrate dengan jaringan nekrotik (+)


Defek atau trauma kornea  kornea adalah jaringan yang avaskuler, hal ini menyebabkan
pertahanan pada waktu peradangan tak dapat segera datang  maka badan kornea,
wandering cells, dan sel-sel lain yang terdapat pada stroma kornea segera bekerja sebagai
makrofag  dilatasi pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi
di perikornea  infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear
 timbulnya infiltrat yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas
tak jelas dan permukaan tidak licin  kerusakan epitel, infiltrasi, peradangan dan
terjadilah ulkus kornea.
Wirata, G. 2017. Ulkus Kornea. FK UNUD

f. Hipopion (+)
Ulkus kornea dapat menyebar ke permukaan atau masuk ke dalam stroma. Kalau terjadi
peradangan yang hebat, tetapi belum ada perforasi ulkus, maka toksin dari peradangan
kornea dapat sampai ke iris dan badan siliar dengan melalui membrana Descement,
endotel kornea dan akhirnya ke camera oculi anterior (COA). Dengan demikian iris dan
badan siliar meradang dan timbullah kekeruhan di cairan COA disusul dengan
terbentuknya hipopion (pus di dalam COA). Hipopion ini steril, tidak mengandung
kuman.
Wirata, G. 2017. Ulkus Kornea. FK UNUD
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari kasus tersebut?
Pemeriksaan ulkus kornea dapat dilakukam pada beberapa sampel antara lain
swab kelopak mata, konjungtiva, kerokan kornea, lensa kontak (beserta wadah
penyimpanan dan cairannya), dan hipopion melalui parasentesis segmen anterior.
dengan menggunakan bisturi atau spatula Kimura. Hasil apus akan diletakkan pada
objek glass untuk pewarnaan gram, KOH (potassium hidroksida), dan pewarnaan
optional lainnya seperti pewarnaan Giemsa atau Calcoflour. Untuk pemeriksaan
kultur maka dapat disiapkan juga agar plate misalnya Blood agar, chocolate agar,
Potato dextrose agar, Saboraud agar sesuai mikroorganisme yang ingin akan
dibiakkan.
Prosedur didahului dengan pemberian topikal anestetik sebanyak dua tetes di fornix
inferior.

- Px =
1) Fluoresin  untuk mengetahui defek pada mata
Dinyatakan positif apabila terdapat warna hijau kekuningan pada kornea
Dinyatakan negative apabila tidak terdapat bercak kuning kehijauan
2) Seidel Test  untuk mengetahui kebocoran pada kornea
(+) apabila warna kehijauan pudar di kornea karena humor aquous yang keluar
(-) apabila warna kehijauan tetap tertinggal di permukaan kornea

Sumber: Jogi.2009. Basic Opthalmology 4th Ed. Jaypee Brother Medical Publisher

Diagnosis ulkus kornea


Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan oftalmologis dengan
menggunakan lampu celah fungi, virus terutama keratitis herpes simplek.

- Anamnesis pasien penyakit kornea, diungkapkan adanya :

a. Riwayat trauma, benda asing, abrasi


b. adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat
infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh
c. Hendaknya ditanyakan pula riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien seperti
kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama
keratitis herpes simpleks

- Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan gejala berupa :


a. adanya injeksi siliar
b. kornea edema
c. terdapat infiltrate
d. hilangnya jaringan kornea disertai adanya jaringan nekrotik
e. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion.

- Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostic seperti :

a. ketajaman penglihatan

b. pemeriksaan slit-lamp

c. respon reflek pupil

d. pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi

e. scrapping untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH).

- Karena gambaran klinis tidak dapat digunakan untuk membuat diagnosis etiologik secara
spesifik, diperlukan :
a. pemeriksaan mikrobiologik, sebelum diberikan pengobatan empirik dengan antibiotika.
Pengambilan spesimen harus dari tempat ulkusnya, dengan membersihkan jaringan
nekrotik terlebih dahulu; dilakukan secara aseptik menggunakan spatula Kimura, lidi
kapas steril, kertas saring atau Kalsium alginate swab. Pemakaian media penyubur BHI
(Brain Heart Infusion Broth) akan memberikan hasil positif yang lebih baik daripada
penanaman langsung pada medium isolasi. Medium yang digunakan adalah medium
pelat agar darah, media coklat, medium Sabaraud untuk jamur dan Thioglycolat. Selain
itu dibuat preparat untuk pengecatan gram. Hasil pewarnaan gram dapat memberikan
informasi morfologik tentang kuman penyebab yaitu termasuk kuman gram (+) atau
Gram (-) dan dapat digunakan sebagai dasar pemilihan antibiotika awal sebagai
pengobatan empiric.

8. Apa diagnosis dan diagnosis banding pada scenario?


9. Diagnosis : ulkus kornea
A corneal ulcer is a defect in the epithelial layer of the cornea.
History taking: Presenting complaints include pain, irritation, decreased vision or
foreign-body sensation.

Ballim, S. (2013). Corneal ulcers: For the general practitioner. Continuing Medical


Education, 31(11), 399-401. Retrieved
from http://www.cmej.org.za/index.php/cmej/article/view/2910/3288

Panduan Praktik Klinis Mata RS Islam Sultan Agung Semarang


Khurana.2015.Comprehensive Ophthalmology.New Delhi: New Age International (P)
Limited, Publishers
10. Diagnosis banding
DD ulkus kornea antara lain keratitis, endoftalmitis dan sikatrik kornea.
Ilyas, Sidarta.2005. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas. Jakarta: Kedokteran Universitas
Indonesia

Sikatrik Infiltrat
Tidak ada tanda-tanda radang, mungkin Ada tanda-tanda radang: injeksi
ada blefarospasme perikornea, lakrimasi, fotofobi,
blefarospasme, rasa sakit
Tidak ada edema kornea Ada edema kornea
Permukaan mengkilat licin berwarna abu- Permukaan suram, tidak licin, berwarna
abu putih abu-abu pada infeksi yang purulent
berwarna kuning
Batasnya jelas, kadang seperti terpecah- Batasnya tidak jelas oleh karena pada
pecah pinggirnya masih terdapat bintik-bintik
infiltrat
Wijaya Nana.1993. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Abadi Tegal

The differential diagnosis for the patient presenting with red, painful eye includes corneal
abrasions, nonulcerative keratitis, foreign body, iritis, acute angle-closure glaucoma,
chemical burns, episcleritis, scleritis, and anterior uveitis.
Byrd LB, Martin N. Corneal Ulcer. [Updated 2020 Aug 10]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539689/
Oxford Handbook of Clinical Specialties
Hoebeke, R. (2008). The Red Eye: A Systematic Approach to Diagnosis. The Journal
for Nurse Practitioners, 4(9), 710–711. doi:10.1016/j.nurpra.2008.07.019 

Sumber: Jogi.2009. Basic Opthalmology 4th Ed. Jaypee Brother Medical Publisher

A. Diagnosis banding :
B. Diagnosis :

Diagnosis yang sangat memungkinkan pada kasus ini adalah ulkus kornea. Gejala
ulkus kornea secara umum berupa nyeri, turunnya tajam penglihatan, mata merah,
fotofobia, dan sekret purulen atau mukopurulen. Sering disertai dengan hipopion,
suatu penumpukan sel inflamasi yang terlihat sebagai lapisan sekret keruh di bagian
bawah kamera okuli anterior. Hipopion pada ulkus kornea bakterialis bersifat steril
kecuali terdapat ruptur pada membran Descemet

Diagnosis ulkus kornea ini dapat ditegakkan karena ditemukan adanya penurunan
visus disertai dengan mata yang merah, nyeri, silau, dan berair. Adanya riwayat
trauma sebelumnya, semakin memperjelas kemungkinan suatu ulkus.

Klasifikasi ulkus kornea


Berdasarkan lokasi, dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea, yaitu:
1) Ulkus kornea sentral.
A. Ulkus kornea bakterialis
a. Ulkus Streptokokus
Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea (serpinginous).
Ulkus bewarna kuning keabu- abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang
menggaung.
b. Ulkus Stafilokokus
Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuning- an disertai infiltrat
berbatas tegas tepat dibawah defek epitel.
c. Ulkus Pseudomonas
Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea yang dapat menyebar
ke samping dan ke dalam kornea. Gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-
abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang- kadang
bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat
hipopion yang banyak. Secara histopatologi, khas pada ulkus ini ditemukan
sel neutrofil yang dominan.
d. Ulkus Pneumokokus
Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus akan
terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambar- an
karakteristik yang disebut ulkus serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel
yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat
dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini terdapat banyak
kuman.
e. Ulkus Neisseria gonorrhoeae
Ulkus kornea yang terjadi karena Neisseria gonorrhoeae dan merupakan salah satu
dari penyakit menular seksual. Gonore bisa menyebabkan perforasi kornea dan
kerusakan yang sangat berarti pada struktur mata yang lebih dalam.

B. Ulkus kornea fungi


Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak
kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular, feathery edge dan terlihat penyebaran seperti
bulu di bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di
bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitar- nya. Pada infeksi kandida
bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik dan dapat terjadi neovasku- larisasi
akibat rangsangan radang.

C. Ulkus kornea virus


a. Ulkus kornea Herpes Zoster
Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan lesu timbul 1-3 hari sebelum
timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra,
konjung- tiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan
stroma. Dendrit herpes zoster berwarna abu- abu kotor.

b. Ulkus kornea Herpes Simplex


Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya
suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau
bintang infiltrasi. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulseratif, jelas diwarnai dengan
fluoresein.

c. Ulkus kornea Acanthamoeba


Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya, kemerahan dan
fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrate
perineural

Gambar 1. Ulkus kornea Acanthamoeba

2) Ulkus kornea perifer


A. Ulkus marginal
Merupakan peradangan kornea bagian perifer dapat berbentuk bulat atau segiempat,
dapat satu atau banyak dan terdapat daerah kornea yang sehat dengan limbus.
B. Ulkus Mooren

Merupakan ulkus kronik yang biasanya mulai dari bagian perifer kornea berjalan
progresif ke arah sentral tanpa adanya kecenderungan untuk perforasi ditandai tepi
tukak bergaung dengan bagian sentral tanpa adanya kelainan dalam waktu yang agak
lama.

11. Bagaimana tatalaksana dari kasus tersebut?


12.

Pilihan antibiotic pada ulkus kornea suspek infeksi bakteri


Farmakokinetik dan farmakodinamik

Anda mungkin juga menyukai