Anda di halaman 1dari 27

KIMIA MATERIAL

TUGAS II

Disusun Oleh :

Maria Yuliana Panie (S092002005)

PROGRAM STUDY MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2021
METODE KERAMIK,SOLGEL,TEKANAN TINGGI DAN MIKROWAVE PADA
MATERIAL BERBASIS SILIKA UNTUK APLIKASI DEGRADASI METILEN BIRU

A. PENDAHULUAN
1. Metode Solgel
Proses sol-gel merupakan teknik sintesis yang sangat menarik untuk larutan
pada temperatur rendah untuk pembuatan padatan nonkristalin (kaca dan material
seperti kaca) dan kristal keramik. Proses sol-gel tersebut namanya berasal dari dua
tahap yang dilibatkan, yaitu pembentukan sol dan gel. Sol adalah suspensi koloid
partikel padat dalam fasa cair melalui reaksi hidrolisis dan polimerisasi dari prekursor
tertentu. Dengan kata lain, sol merupakan dispersi stabil dari partikel koloid atau
polimer dalam sebuah pelarut. Partikel bisa dalam bentuk amorf atau kristalin.
Partikel sol secara umum dapat berinteraksi dengan gaya van der Waals atau ikatan
hydrogen. Aerosol adalah partikel dalam fasa gas, sedangkan sol adalah partikel
dalam fasa cair. Gel adalah zat yang memiliki pori yang semirigid yang terdiri atas
jaringan kontiniu dalam tiga dimensi. Gel dapat terbentuk dari rantai polimer.
Interaksinya adalah memiliki sifat kovalen dan tidak dapat balik (irreversible).
Kristalinitas produk akhir didapat setelah menghilangkan pelarut atau residual lainnya
dari porinya melalui proses pengeringan (drying) dan annealing (kalsinasi). Hal itu
tergantung pada kondisi eksperimen yang digunakan. Proses sol-gel digunakan
sebagai template untuk mendapatkan morfologi permukaan dalam skala mikro dan
skala nano. Metode sol-gel adalah suatu proses yang digunakan untuk pembuatan
material anorganik melalui suatu reaksi kimia dalam suatu larutan pada suhu relatif
rendah. Metode sol-gel pertama kali digunakan sebagai teknik pembentukan keramik
dan kaca dengan kualitas yang tinggi. Judeinsten Sanches memberikan definisi proses
sol-gel suatu teknik yang digunakan untuk penyebaran bahan anorganik dalam suatu
larutan melalui pertumbuhan logam oksopolimer.
Proses sol-gel merupakan proses yang memiliki banyak tahap yang melibatkan
proses fisika dan proses kimia yang terdiri atas hidrolisis, polimerisasi, pembentukan
gel, kondensasi, pengeringan, dan densifikasi. Proses itu diawali dengan
mencampurkan logam alkoksida atau garam dalam air atau pelarut yang cocok,
misalnya alkohol pada temperatur kamar atau temperatur rendah. Pada proses sol gel,
kontrol pH sangat penting untuk mendapatkan endapan yang akan menghasilkan gel
yang homogen dengan menambahkan aditif baik larutan asam atau basa.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Sol-Gel :
Ada delapan kelebihan metode sol-gel. Kedelapan kelebihan itu seperti berikut ini :
a) Homogenitas produknya tinggi karena reagen-reagen dicampur pada tingkat
molekular.
b) Produk yang dihasilkan kemurniannya tinggi, hal ini disebabkan prekursor
alkoksida organologam dapat dimurni-kan melalui proses distilasi atau
rekristalisasi.
c) Suhu yang digunakan relatif rendah.
d) Kehilangan bahan akibat penguapan dapat diperkecil.
e) Porositasnya rendah atau tinggi dengan cara memanaskan pada temperatur
tertentu.
f) Mampu menghasilkan material glass dalam bentuk non-amorphous dengan
cara pendinginan dari fasa cair.
g) Mampu menghasilkan keramik dengan kristalinitas yang bagus jika
dibandingkan dengan metode konvensional.
h) Mampu menghasilkan material novel.
Selain kelebihan tersebut, metode sol-gel juga mempunyai kelemahan. Kelemahan
yang dimaksud seperti berikut ini :
a) Membutuhkan prekursor yang relatif mahal.
b) Waktu pemprosesan relatif lama.
c) Terbentuknya sisa hidroksil dan karbon.
d) Terjadi penyusutan yang besar dalam pemprosesan.
e) Menggunakan pelarut organik yang bersifat toksik.
f) Sukar untuk mendapatkan produk yang bebas dari keretakan pada waktu
pengeringan.
Contoh metode solgel :
Pembuatan katalis alumina mesopori menggunakan proses sol-gel (Nan Yao) karena
dapat mengontrol ukuran partikel dan luas permukaan material alumina. Pembuatan
alumina itu meng-gunakan prekursor anorganik, yaitu aluminium nitrat, aquabidest
sebagai pelarut dan dengan penambahan aditif ammonium hidroksida sehingga pHnya
berkisar 9,4. Pembuatan sol dilakukan pada suhu kamar. Larutan tersebut diaduk
dengan sentrifugasi dan didapatkan endapan. Endapan itu dicuci dengan akuades,
selanjutnya dikalsinasi pada suhu sekitar 300–500 oC.
Aplikasi metode solgel :
a. Novel Glasses
Novel glasses dibuat dari prekursor gel dengan tiga cara, yaitu: (1) melelehkan gel
yang didapatkan dari powder, (2) sintering atau memanaskan gel untuk
menghilangkan impuritas organik, dan (3) perlakuan panas untuk menghasilkan
monolith. Mutu glass yang didapatkan hampir sama dengan cara melelehkan.
Contoh materialnya adalah CaO-SiO2, Na2O-ZrO2-SiO2 dengan kandungan
ZrO2 yang tinggi.
b. Fiber
Fiber menggunakan kondisi hidrolisis yang tepat. Fiber kontiniu dapat dihasilkan
dari larutan logam alkoksida dan dikonversikan menjadi serat kaca (glass fiber)
dengan memanaskan, misalnya ZrO2-SiO2 atau Na2O-ZrO2-SiO2. Fiber juga
dapat dibuat dengan ekstruding larutan berupa koloid atau gel polimer dengan
diameter tertentu, misalnya polikristalin alumina, mikrokristalin Al2O3-Cr2O3-
SiO2, mullite 3Al2O3.2SiO2, dan aluminium borosilikat 3Al2O3.B2O3.3SiO2.
c. Abrasive
Setelah proses gelation dan pengeringan terdapat proses crushed yaitu suatu proses
mengeringkan gel dan ukuran powdernya didapatkan. Abrasive partikel Al2O3
dengan dispersi yang seragam dengan partikel ZrO2 dan ukuran partikelnya sangat
bagus yaitu  300 nm. Partikel abrasive itu memiliki sifat grinding superior bila
dibandingkan dengan abrasiv Al2O3 yang disintering.
d. Thin Film dan Coating
Lapisan tipis atau coating didapatkan dari sol yang dilapiskan pada substrat
dengan menggunakan berbagai metode sehingga didapatkan lapisan dengan
ketebalan yang rendah dan kehomogenan yang tinggi.
Karakter silika dengan metode sol-gel :
Pada tahun 2018 metode sol-gel berkembang pada sintesis Lithium Mangan
Oksida Spinel (LiMn2O4)(38). Dengan serangkaian silicon(97-99) melalui proses
sol gel, hasil XRD menunjukkan bahwa sampel silicon yang didoping dapat
mempertahankan struktur spinel dari LiMn2O4.LiMn2O4. Doping(100; 101)
silicon ini menggunakan silicon dengan tetraethoxysilan sebagai dopantnya.
Tahap awalnya yaitu lithium hidroksida stoikiometrik dan asam sitrat dilarutkan
dalam air. Kemudian tambahkan larutan mangan asetat dan lauratan campuran
TEOS,larutan
2. Metode keramik
Yaitu suatu metoda reaksi antar padatan yang secara langsung menghasilkan
produk akhir. Pada dasarnya reaksi ini tidak melibatkan dekomposisi bahan.
Beberapa contoh reaksi dari metode keramik adalah sebagai berikut :
a) Dekomposisi, yaitu reaksi kimia dimana senyawa tunggal terurai menjadi dua atau
lebih unsur atau senyawa baru
b) Kombinasi, yaitu reaksi sintesis, dua atau lebih senyawa kimia sederhana bergabung
untuk membentuk produk yang lebih kompleks.
c) Metatesis, yaitu reaksi pertukaran pasangan ion dari dua elektrolit. Pada reaksi ini,
setidaknya satu produk reaksi akan membentuk endapan, gas atau elektrolit lemah.
d) Adisi, yaitu reaksi penggabungan dua atau lebih molekul menjadi sebuah molekul
yang lebih besar dengan disertai berkurangnya ikatan rangkap dari salah satu molekul
yang bereaksi akibat adanya penggabungan
Contoh penggunaan metode keramik adalah :
Pada proses sintesis samarium sulfide (SmS). Samarium sulfide (SmS) merupakan
material yang penting karena mengandung samarium yang merupakan unsur lantanida
dalam keadaan oksidasi yang tidak biasa (+2) dibandingkan keadaan umum (+3).
Logam samarium dalam bentuk serbuk dicampur dengan serbuk sulfur dan
dipanaskan sekitar 1000 K dalam tabung silica terevaluasi. Produk dari pemanasan
pertama dihomogenasi dan dipanaskan pada 2300 K di dalam tabung tantalum
tertutup dengan melewatkan arus listrik sepanjang tabung.
Metode keramik memiliki beberapa kelemahan (Trisunaryanti, 2006) yaitu:
a) Membutuhkan temperatur tinggi (energi tinggi). Metode ini berlangsung pada suhu
tinggi yaitu antara 500 dan 2000οC, dan ini merupakan sejumlah energi
yang besar. Energi yang besar dibutuhkan untuk mengatasi energi kisi sehingga kation
dapat meninggalkan posisinya dan menata-ulang ke posisi yang berbeda (Lesley
E. Smart dan Elaine A. Moore, 2005:149).
b) Fasa atau senyawa yang diinginkan kadang tidak stabil atau terdekomposisi pada
temperatur tinggi.
c) Lambatnya reaksi padatan. Padatan tidak mencapai titik leburnya dan reaksi terjadi
dalam keadaan padat.
d) Reaksi keadaan padatan hanya terjadi pada interface (antarmuka) dari dua padatan
dan satu kali lapisan permukaan bereaksi, reaksi hanya dapat diteruskan jika reaktan
terdifusi dari badan (bulk) ke permukaan. Sebaiknya material awal digerus dan
dihaluskan untuk mendapatkan partikel dengan ukuran kecil, dan dapat bercampur
dengan baik untuk memaksimalkan luas kontak permukaan dan meminimalkan jarak
difusi reaktan.
e) Waktu reaksi sangat panjang. Contoh untuk pembentukan CuFe2O4membutuhkan
waktu 23 jam.
f) Produk tidak homogen dalam komposisi.

3. Metode Microwave
Microwave extraction (MAE) adalah teknik untuk mengekstraksi bahan-bahan
terlarut di dalam sampel menggunakan pelarut air dengan bantuan energi gelombang
mikro. Keunggulan MAE sebagai metode ekstraksi adalah meminimalkan
penggunaan pelarut organik, efisiensi waktu, dan sebagai metode ektraksi yang ramah
lingkungan.Transesterifikasi dapat dilakukan secara efektif dan efisien dengan
bantuan radiasi gelombang mikro, hal ini dikarenakan fenomena konduksi ionik.
Prinsip kerja oven microwave yaitu dengan melewatkan radiasi gelombang mikro
pada molekul air, lemak maupun gula yang sering terdapat pada bahan pangan.
Molekul tersebut selanjutnya menyerap energi elektromagnetik yang ada didalamnya.
Proses penyerapan molekul pada suatu makanan bersifat elektrik dipol, artinya bahwa
molekul tersebut memiliki muatan negatif pada salah satu sisinya dan bermuatan
positif pada sisi lainnya. Akibatnya, adanya medan elektrik yang berubah-ubah dan
diinduksikan melalui gelombang mikro tersebut menyebabkan masing-masing sisi
akan berputar untuk saling mensejajarkan diri antara yang satu dengan lainnya.
Pergerakan molekul tersebut akan menciptakan panas seiring dengan timbulnya
gesekan antar molekul. Pada peristiwa inilah akan menghasilkan energi panas yang
berfungsi sebagai agen pemanasan bahan makanan dalam oven microwave (Saputra
dan Ningrum, 2010:2). Penggunaan microwave memberikan banyak keuntungan yaitu
mempercepat proses pengeringan, meminimalkan perubahan warna akibat proses
pemanasan dan mempercepat proses laju pengeringan (Decareau,1985:54). Namun,
microwave juga memiliki kekurangan yaitu temperatur yang ada dalam microwave
tidak dapat diukur menggunakan thermometer atau termokopel sederhana karena
memiliki energi panas cukup besar yang akan berinteraksi dengan logam termokopel
dan mengakibatkan kerusakan pada alat ukur tersebut.
Metode sintesis microwave mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan
metode konvensional, yaitu dapat menurunkan waktu reaksi dan tidak terjadi
perengkahan pada senyawa hasil sintesis karena pemanasannya dari dalam
(Trisunaryanti, 2006), signifikan menurunkan biaya produksi karena hemat energi dan
waktu proses, memperbaiki keseragaman produk, memperbaiki mikrostruktur dan
sifat produk, dan prosesnya berlangsung sangat cepat (2-50 kali lebih cepat
dibandingkan metode konvensional) (Baykal et al., 2001). Adapun kelemahan metode
microwave adalah tidak mengatasi masalah ketidakhomogenan komposisi kimia dan
memerlukan temperatur tinggi (Trisunaryanti, 2006).
Contoh metode microwave yaitu :
a) Sintesis superkonduktor YBa2Cu3O7-x. Superkonduktor YBa2Cu3O7-xdisintesis
dengan metode sintesis microwave dari campuran stoikiometri      Cu (II) oksida,
CuO, barium ntrat, Ba(NO3)2, dan Yttrium oksida, Y2O3 yang ditempatkan di dalam
oven microwave yang telah dimodifikasi untuk memudahkan penghilangan nitrogen
oksida yang terbentuk selama reaksi. Campuran diperlakukan dengan radiasi
microwave 500 W selama 5 menit dan dihaluskan kembali dan diradiasi dengan
microwave pada 130-500 W selama 15 menit. Terakhir campuran dihaluskan lagi dan
diradiasi selama 25 menit. Diketahui bahwa jika menggunakan metode keramik
konvensional, pembuatan  semikonduktor ini memerlukan waktu 24 jam, sedangkan
jika dengan menggunakan metode microwave hanya memerlukan waktu 2 jam
(Trisunaryanti, 2006).
b) Sintesis serbuk monofase silikon karbida. Silikon karbida (SiC) merupakan keramik
non-oksida yang paling banyak diaplikasikan dalam industri karena sifatnya attractive
high-temperature, seperti sangat kuat, sangat keras, dan thermal shock resistence,
serta excellent oxidation resistence. Serbuk monofase SiC disintesis dengan metode
sintesis microwave dari reaksi Sid an serbuk C amorf dicampurkan dalam reactor
tubular microwave. Ternyata penggunaan pembakaran dengan radiasi microwave
membuat proses reaksi relatif sederhana, cepat, dan ekonomis (Satapathy et al., 2005).
c) Sintesis senyawa boron phospat, BPO4. BPO4 merupakan senyawa yang sangat
terkenal karena merupakan katalis penting, terutama untuk reaksi-reaksi organik.
Fungsi penting lain dari BPO4 adalah sebagai posphating agent. Kekuatan porselin
dapat ditingkatkan dengan penambahan BPO4. BPO4 juga dipergunakan sebagai
isolator (Baykal, et al., 2001). BPO4 disintesis secara microwave dari campuran
padatan (NH4)2B4O7.4H2O dan H3PO4 yang diletakkan pada beaker Teflon dan
dipanaskan dalam oven microwave selama 3 menit. Reaksi yang terjadi pada sintesis
BPO4 adalah (Baykal, et al., 2001):
(NH4)2B4O7.4H2O(s) + 4H3PO4(s)  à  4BPO4(s) + 2NH3(g) + 11H2O(g)
4. Metode Tekanan Tinggi ( Hidrotermal )
Hidrotermal berasal dari kata hidro yang artinya air dan termal yang berarti
panas. Jadi, metode hidrotermal adalah proses pemanasan pelarut air. Teknik
hidrotermal melibatkan pemanasan reaktan dalam wadah tertutup (autoclave)
menggunakan air. Dalam wadah tertutup, tekanan meningkat dan air tetap sebagai
cairan. Jika pemanasan air di atas titik didih normalnya yaitu 373 K disebut dengan
superheated water. Kondisi dimana tekanan meningkat di atas tekanan atmosfer
dikenal sebagai kondisi hidrotermal. Sintesis hidrotermal secara umum didefinisikan
sebagai sintesis kristal atau pertumbuhan kristal pada temperatur dan tekanan tinggi.
Sintesis hidrotermal biasanya dilakukan pada suhu di bawah 300 oC.
Sintesis hidrotermal banyak diaplikasikan untuk pembuatan oksida. Sintesis
oksida logam pada kondisi hidrotermal dapat terjadi dengan dua tahap. Tahap pertama
yaitu hidrolisis dari larutan garam menghasilkan logam hidroksida. Selama tahap
kedua hidroksida akan terhidrasi menghasilkan oksida logam yang diinginkan. Laju
reaksinya adalah sebagai fungsi temperatur, konstanta dielektrik pelarut. Pada kasus
penggunaan pelarut menggunakan larutan berair (aqueous) telah dikembangkan
metode hydrothermal. Metode hidrotermal digunakan untuk ekstraksi mineral, sintesis
material geologi, sintesis material novel dan pertumbuhan kristal, deposisi larutan
film.
Air merupakan pelarut yang cocok melarutkan untuk senyawa ionik. Air dapat
melarutkan senyawa ionik pada tekanan dan suhu yang tinggi. Dalam sintesis
hidrotermal, penggunaan air sangat efektif untuk mendapatkan oksida logam yang
berbentuk powder atau bubuk yang bagus. Pada kondisi hidrotermal air berperan
sebagai medium transmisi tekanan dan sebagai pelarut untuk prekursor. Autoclave
digunakan dalam sintesis material dengan teknik hidrotermal, tekanan dipertahankan
dengan rentangan 10–150 kilobar yang bergantung pada pemilihan temperatur air (
373 K). Bubuk yang dihasilkan bisa memiliki bentuk amorf atau kristal. Hal itu
tergantung pada kondisi hidrotermal. Reaksi hidrotermal digunakan dalam bidang
kimia material atau material sains untuk pengembangan proses lunak dari material
anorganik lanjutan atau pembentukan keramik.
Contoh metode hidrotermal yaitu :
a) Sintesis kromium dioksida. Kromium dioksida, CrO2 dipergunakan pada audio tape
karena sifat magnetiknya, mengandung kromium pada keadaan oksidasi tidak umum
(+4). Mineral ini disintesis dari oksidasi kromium (II) oksida, Cr2O3. Cr2O3 dan
CrO3 ditempatkan di dalam autoclave dengan air dan dipanaskan sampai 623 K.
Oksigen dialirkan selama reaksi dan karena autoclave tertutup, maka tekanan
parsialnya tinggi (440 bar). Tekanan parsial oksigen yang tinggi ini menyebabkan
terbentuknya kromium dioksida (Trisunaryanti, 2006).
b) Sintesis senyawa TMA-SnS-1 (TMA = tetramethylammonium). TMA-SnS-1
(mempunyai rumus empiris (NMe4)2Sn3S7. xH2O, x=1-3) disintesis dari reaksi
timah dan sumber sulfur pada kondisi hidrotermal dengan adanya kation TMA+.
Senyawa TMA-SnS-1 mempunyai struktur kompleks ((Francis et al., 1996).
c) Sintesis senyawa serbuk Co3O4 dengan metoda hidrotermal-ultrasonic. Dilaporkan
bahwa hidrolisis temperatur tinggi dari cobalt (II) nitrat pada medan ultrasonic
menghasilkan serbuk Co3O4 dengan ukuran partikel leboh kecil dibandingkan dengan
hidrolisis temperatur tinggi secara konvensional (rata-rata ukuran partikel turun dari
600-650 nm menjadi 60-70 nm). Senyawa produk Co3O4 yang diperoleh dari metode
hidrotermal-ultrasonic mempunyai struktur mesopori (Meskin  et al., 2004).

Kelebihan dan Kelemahan Metode Hidrotermal :


Ada tiga kelebihan metode hidrotermal, yaitu
(1) terbentuk powder secara langsung dari larutan
(2) ukuran partikel dan bentuknya dapat dikontrol dengan menggunakan material
awal dan kondisi hidrotermal yang berbeda
(3) kereaktifan bubuk yang dihasilkan tinggi. Selain kelebihan itu, metode
hidrotermal juga memiliki kelemahan.
Ada tiga kelemahan metode hidrotermal, yaitu
(1) solubilitas material awal harus diketahui
(2) slurry hidrothermal bersifat korosif
(3) penggunaan bejana tekanan yang tinggi akan berbahaya jika terjadi kecelakaan.
B. TINJAUAN PUSTAKA

METODE KERAMIK SOL GEL MICROWAVE HIDROTERMAL


(TEKANAN
TINGGI )
Nama sampel senyawa SrxBa1-xSnO3 abu daun bambu Limbah sekam padi Nanostruktur Zink Oksida
(ZnO)
Alat yang Peralatan yang diperlukan: Alat yang digunakan dalam penelitian hot plate, kertas saring, magnetic stirrer, wadah
dibutuhka difraktometer Sinar-X (XRD) ini adalah peralatan gelas, furnace, stirrer magnetic alumunium foil, gelas
beaker ukuran 50 mL,
n powder tipe Shimadzu S6000, neraca analitik, oven, botol merk Schott Duran
Scanning Electron Microscopy spektrofotometer UV-VIS, X-ray berukuran 50 mL ,oven,
(SEM), oven, tungku pemanas Diffraction (XRD), dan Surface Area dan pipet
(muffle furnace) 1300 Barnstead Analyzer (SAA).
Thermolyne, neraca analitik,
molten, krus alumina
Jenis ikatan ion - ion Ikatan ion
Unsur SrCO3, BaCO3 dan SnO2 ZnO
penyusun (%) 58% silika silika (sio2) dan alumina
(al2o3)
Tipe kisi Kristal Amofr Kristal Kristal
Indeks miller - - - -
Luas permukaan Diameter partikel BaSnO3 - Hasil karakterisasi
berkisar antara 0,698 – 1,720 µm Silika xerogel dihasilkan bersifat morfologi menggunakan
SEM menghasilkan
dan diameter partikel amorf dengan luas permukaan nanostruktur
Sr0,25Ba0,75SnO3 berkisar antara 177,2858 m2/g dan diameter pori ZnO berbentuk
0,621 – 1,580 µm 10,51 nm, nanoflowers dengan
ukuran diameter sebesar
60-80 nm dan panjang
600-800 nm.
Ukuran pori Untuk pori kristal BaSnO3 - Berdasarkan persamaan
berkisar antara 1,020 – 3,860 µm. Scherrer diperoleh ukuran
Sedangkan ukuran pori kristal kristalit nanostruktur ZnO
sebesar 59 nm
Sr0,25Ba0,75SnO3 berkisar antara dengan ukuran kisi
0,370 – 2,400 µm. sebesar a : 3.26664 Å dan
c: 5.1232 Å
Volume pori 7,0400 - - Nanostruktur ZnO juga
memiliki perubahan
sensitivitas
sebesar 0,000495 MΩ/mL
pada rentang laju aliran
gas 50-250 mL/menit
Sudut XRD Pola XRD dari senyawa SrxBa1- Spektrum hasil analisa menggunakan Hasil X-Ray Diffraction Hasil grafik pola difraksi
xSnO3 ( x = 0,00; 0,10; 0,25 dan X-Ray Diffraction menunjukkan (XRD) menunjukkan bahwa XRD membentuk puncak-
puncak pada posisi
0,50 ) hasil analisis menggunakan bahwa silika xerogel yang dihasilkan pada proses sintering tertentu. Puncak-puncak
program Origin 8.5 menunjukkan berbentuk amorf dengan nilai menggunakan microwave yang
bahwa terjadi pergeseran puncak kristalinitas 73,14% amorf. Sifat seiring dengan naiknya teramati berbentuk sharp
ke arah sudut difraksi yang lebih amorf inilah yang menyebabkan suhu, puncak (peak) dan narrow
tinggi, yaitu dari senyawa BaSnO3 silika xerogel bersifat reaktif dan mengindikasikan bahwa
difraktogram yang
sampel membentuk
sampai dengan senyawa dapat digunakan sebagai adsorben. terbentuk lebih tajam atau struktur kristal. Hasil
Sr0,5Ba0,5SnO3. Hal ini dapat kristalinitas yang terjadi puncak-puncak sampel
terjadi karena adanya substitusi lebih cepat, jarak antar kisi bersesuaian dengan
oleh Sr2+ yang lebih kecil (1,44 dan ukuran partikel database ZnO referensi
Ǻ) yang menggantikan posisi ion COD [96-900-8877]
semakin teratur daripada (pada gambar berupa
yang lebih besar yaitu Ba2+ (1,61 sintering menggunakan garis berwarna merah
Ǻ) tanur. Hal ini menunjukkan dibawah grafik) dalam
adanya efek gelombang posisi 31,6° dengan
mikro (microwave effect) orientasi (100), 35° pada
(002), 37,65° pada
terhadap kristalisasi
(101) dan 43,19° pada
alumina silika selama (012) mengindikasikan
proses sintering. struktur kristal ZnO
berwujud wurzite dengan
bentuk hexagonal.
Pada grafik teramati ada
beberapa puncak lain
yang tidak bersesuaian
dengan posisi puncak
pada database
ZnO. Puncak lain tersebut
bersesuaian dengan
database Al2O3 COD [96-
101-0915] (pada gambar
merupakan
garis berwarna hijau
dibawah grafik). Puncak-
puncak lain ini muncul
karena nanostruktur ZnO
ditumbuhkan
diatas substrat alumina,
sehingga pada saat
pengujian dengan XRD
bagian substrat alumina
turut terdifraksi
oleh sinar X. Berdasarkan
persamaan Scherrer
diperoleh ukuran kristalit
nanostruktur ZnO sebesar
59 nm
dengan ukuran kisi
sebesar a : 3.26664 Å dan
c: 5.1232 Å.
Gugus fungsi - Hasil FTIR ini sesuai degan hasil - -
FTIR penelitian Ayu (2013). Pada
penelitian Ayu (2013), gugus silanol
ditandai dengan adanya vibrasi pada
bilangan gelombang 3467,77 cm-1
dan gugus siloksan pada bilangan
gelombang 1082,96 cm-1.
Karakterisasi dengan FTIR
memperlihatkan munculnya puncak
Si-OH dan Si-O-Si yang
menunjukkan adanya gugus fungsi
siloksan, yang mengindikasikan
bahwa silika dari abu daun bambu
merupakan silika reaktif.
Bentuk SEM Sampel yang dikarakterisasi - Karakterisasi Karakterisasi morfologi
adalah kristal BaSnO3 dan menggunakan Scanning dengan SEM
menunjukkan bahwa
Sr0,25Ba0,75SnO3, karena kedua Electron Microscope sampel membentuk
sampel tersebut merupakan (SEM) bertujuan untuk nanoflowers.
sampel yang paling bagus di melihat karakteristik Nanoflowers merupakan
antara kristal yang lain, yaitu mikrostruktur sampel sebutan lain dari
sampel yang paling sedikit alumina silika dengan nanostruktur yang
berbentuk rods tetapi
pengotornya. Sampel yang akan pembesaran 200 kali. menyerupai flowers atau
dikarakterisasi direkatkan pada Hasil Scanning Electron bunga. Hasil penelitian ini
holder secara merata. Hasil Microscope (SEM) bersesuaian dengan
karakterisasi senyawa BaSnO3 menunjukkan perbedaan penelitian sebelumnya
dan Sr0,25Ba0,75SnO3 mikrostruktur yang yang menyebutkan bahwa
signifikan antara sampel sintesis
menggunakan SEM berupa nanostruktur ZnO
gambar permukaan dari SrSnO3 yang disinterring
menggunakan prekursor
0,754 sampai 1,86 µm. Semua menggunakan dengan pH tinggi atau
gambar kristal hasil karakterisasi microwave dan sampel bersifat basa seperti
terlihat bahwa kristal yang yang disinterring NaOH atau KOH akan
menggunakan tanur. memiliki bentuk
terbentuk berpori.
nanostruktur menyerupai
Pada sampel yang
flowers [9].Nanostruktur
disinterring ZnO diketahui memiliki
menggunakan diameter sebesar
microwave menunjukkan 60-80nm dengan panjang
adanya efekg elombang 600-800nm. Uji dengan
EDS menunjukkan
mikro (microwave effect),
nanostruktur ZnO
yang terlihat dari memiliki komposisi
perubahan dan material dari sampel
perbedaan nanostruktur ZnO terdiri
mikrostruktur untuk dari unsur Zn, O, C dan
tiap-tiap suhu sintering Na. Masing-masing unsur
tersebut
yang digunakan. merupakan kandungan
Dimana semakin tinggi dari prekursor Zinc
suhu sintering yang Acetate Dihydrate
digunakan, ((Zn(O2CCH3)2(H2O)2)
mikrostruktur dan NaOH. Kandungan
Zn dominan yaitu sebesar
permukaan sampel
59,12% dan O sebesar
alumina silika semakin 13,96 menandakan
padat dan menyatu sampel terbukti ZnO.
(solid and compact), Adapun unsur C
porositas mengalami dan Na menandakan
bahwa ada beberapa
penurunan dan diikuti
unsur dari kandungan
peningkatan densitas, prekursor yang tidak
shrinkage maupun hilang selama proses
kekerasan. Sedangkan sintesis.
pada proses sintering
menggunakan tanur
mikrostruktur sampel
alumina silika pada
setiap suhu sintering
semakin padat dan
menyatu pula tetapi
bentuk permukaan
sampel tidak merata dan
memiliki pori yang
cukup besar sehingga
akan mengalami
penurunan densitas
maupun kekerasannya.
Hal ini menunjukkan
adanya perbedaan
kecepatan difusi atom
selama sintering
menggunakan
microwave dan sintering
konvensional
(menggunakan tanur).
Bentuk TEM - - - -
Referensi Lesbani, A., & Mohadi, R. (2013). Megasari, K., Herdiyanti, H., O, A. Al, Lestari, L., Lestari, V. P., &
SINTESIS DAN Nurliati, G., Kadarwati, A., & Riwasa, R., Fathona, I. W.
KARAKTERISASI Swantomo, D. (2019). Sintesis Susilowati, P. E., & (2019). No Title.
SENYAWA Silika Xerogel Dari Abu Daun Sudiana, I. N. 6(2), 5375–
OKSOTRINUKLIR Bambu Sebagai Adsorben (2017). Jurnal 5382.
[Cr3O(OOCC6H5)6(H2O)3] Uranium. Jurnal Forum Nuklir aplikasi fisika
(NO3)×nH2O. Molekul, 8(2), (JFN), 13, 27–36. volume 13 nomor 1
142. pebruari 2017. 13,
https://doi.org/10.20884/1.jm 1–6.
.2013.8.2.136
TABLE 2 SINTESIS DAN KARAKTER PORI KERAMIK BERBASIS SILIKA DAN METODE

Nama sampel Bahan sintesis Fungsi tiap bahan Metode Kondisi Aplikasi/hasil Referensi
sintesis/p reaksi,suhu,tekanan,waktu
roses
Keramik Cordierite dapat Sol-gel Pada penelitian ini akan Kenaikan suhu sintering Yusandika, A. D.
dihasilkan dari berbagai dilakukan sintesis Cordierite terhadap pembentukan (2016). SINTESIS
keramik silika sekam padi bahan baku sebagai sumber dengan bahan dasar Mg(NO3)2 struktur Cordierite semakin
Silika, diantaranya TEOS 6H2O, Al(NO3)3.9H2O dan meningkat ditandai semakin
KERAMIK
Cordierite
(Tetraethylortosilikat), Silika sol dan Silika hasil terbentuknya struktur α- COERDIERITE
TMOS ekstraksi sekam padi dengan Cordierite dengan intensitas BERBASIS
(Tetramethylortosilikat), perbandingan 2:2:5 tinggi dan gugurnya struktur SILIKA SEKAM
dan sekam padi. menggunakan pelarut air bebas lain pada hasil X-Ray PADI SEBAGAI
Silika adalah salah satu ion (aquades) dan amonia Diffraction (XRD).
bahan keramik, yang (NH3). Larutan Magnesuim Kenaikan suhu sintering
MATERIAL
memilki daya tahan Nitrat (Mg(NO3)2.6H2O) dan terhadap sifat termal ISOLATOR
terhadap temperatur tinggi, Alumunium Nitrat Cordierite semakin stabil LISTRIK. 05(2),
pemuaian termal (Al(NO3)3.9H2O) dihidrolisis ditandai dengan puncak 161–172.
(expansion thermal) rendah dengan menggunakan aquades endoterm dan eksoterm yang https://doi.org/10.
dan bersifat resistant sebanyak 10 ml kemudian semakin kecil pada hasil
dengan nilai resistivitas > kedua larutan distirrer dan Differential Thermal
24042/jpifalbiruni
1014 sehingga baik ditambahkan dengan NH3 Analysis (DTA). .v5i2.116
digunakan sebagai bahan (amonia) yang terus stirrer
isolator (Wikipedia, 2006). pada temperatur ruang agar
larutan homogen. Selanjutnya,
larutan dipanaskan pada suhu
80 ±1 0C hingga mencapai pH
3,2 dengan kekentalan 25 mPa
s dan larutan terlihat jernih dan
transparan. Hasil campuran ini
menghasilkan komponen
Magnesia-Alumina. Larutan
bi-component (Magnesia-
Alumina) yang diperoleh
kemudian dicampurkan dengan
larutan (sol) Silika. Hasil
campuran yang diperoleh akan
bersifat netral karena larutan
Magnesia-Alumina bersifat
asam dan sol Silika bersifat
basa, dapat dikatakan bersifat
netral apabila telah terjadi
endapan yang berupa gel, gel
ini didefinisikan sebagai
Cordierite gel. Cordierite gel
yang diuperoleh kemudian
dipanaskan pada suhu 90 0C
sambil diaduk terus-menerus
sampai terbentuknya dry gel
dan akhirnya akan membentuk
bubuk Cordierite. Setelah itu
dihaluskan dengan
menggunakan mortar dan
pastle, dan disaring dengan
menggunakan ayakan
berdiameter 125 μm, agar
didapat yang lebih halus.
Cangkang sawit diambil dari Metode Muis, L., Permana, E.,
Cangkang NaOH penampungan cangkang hidrotermal Sampel halus cangkang sawit Industri Elektroplating & Anwar, H.
kelapa sawit PT. PN VI. Sampel dilebur dengan NaOH pada suhu
Kelapa Sawit dicuci dahulu, lalu dikeringkan 500°C selama 1 jam dan (2019). Aplikasi
sambil diangin-anginkan diencerkan untuk menghasilkan Zeolite dari
kemudian dioven selanjutnya reaktan natrium silikat. Pembuatan Cangkang Kelapa
dilakukan pengabuan pada reaktan natrium aluminat
suhu 5000C. Sampel kemudian dilakukan dengan melarutkan Sawit Pada
dihaluskan dan diayak dengan NaOH dalam aquades kemudian Penyerapan
ayakan 100 mesh sehingga dipanaskan dan ditambahkan Logam Kromium
Al(OH)3 kedalam larutan NaOH
diperoler serbuk halus
disertai pengadukan. Pembuatan Heksavalen ( Cr 6
cangkang kelapa sawit
zeolit dilakukan dengan cara + ) Heksavalen
mencampurkan reaktan natrium Pada Industri
silikat dan natrium aluminat dan
proses kristalisasi zeolit dilakukan Elektroplating.
menggunakan reaktor hidrotermal 2(1), 1–6.
yang dipanaskan didalam oven
dengan memvariasikan temperatur
hidroternal 1200C,150°C dan
1800C selama 8 jam. Zeolit hasil
sintesis dikarakterisasi
menggunakan XRF, FTIR dan
SEM EDX.
C. TINJAUAN PUSTAKA
Penjelasan Tabel I ( 5 paragraf ) :

Apakah anda mengetahui terbuat dari bahan apakah peralatan-peralatan elektonik,


seperti panel sel surya, kapasitor, baterai notebook, baterai handphone, processor komputer,
dan lain-lain? Peralatan-peralatan elektronik tersebut semuanya terbuat dari bahan/material
anorganik yang disintesis dengan menggunakan metode-metode tertentu dan instrument
pendukung yang canggih. Jadi anda jangan membayangkan material-material anorganik
bahan dasar peralatan elektronik tersebut dibuat dengan cara direaksikan dalam tabung reaksi
seperti reaksi-reaksi sederhana. Penting anda ketahui bahwa hampir kebanyakan sintesis
material anorganik dilakukan pada fase padat dan temperatur tinggi. Dewasa ini aktivitas
mensintesis berbagai material anorganik dengan berbagai sifat dan kegunaan banyak
dilakukan para ilmuwan. Pemilihan metode yang tepat dalam mensintesis suatu bahan sangat
diperlukan. Pemilihan metode sintesis/preparasi dapat dilakukan atas dasar komposisi dan
bentuk zat padat, serta energi yang diperlukan dalam pembuatannya. Sudah lebih dari ratusan
tahun yang lalu, para ilmuwan mulai tertarik untuk meneliti pembuatan nanomaterial berpori.
Penelitian yang dilakukan baik dalam hal bentuk, komposisi, dan struktur nanomaterial, serta
sifat atau karakteristiknya. Aplikasi potensial dari nanomaterial di berbagai bidang dalam
kehidupan sehari-hari, meliputi optik, elektronik, perangkat, sensor, katalis, dan obat-obatan
(Nandiyanto, et al., 2010).

Berikut ini akan dijelaskan beberapa metode sintesis material anorganik untuk
memberikan pengetahuan kepada anda bagaimana para ilmuwan  mensintesis material-
material  anorganik. Berbagai macam metode sintesis dalam kimia anorganik bisa dilakukan
dengan berbagai metode , tergantung senyawa yang diinginkan. Dalam menentukan metode
sintesis yang akan dipergunakan, seorang peneliti harus memperhatikan beberapa hal, yaitu
stabilitas senyawa produk, bentuk produk yang dikehendaki, kemurnian produk dan
ketersediaan zat reaktan.

Dalam jurnal yang saya review ini menggunakan beberapa metode diantaranya
metode solgel, microwave, hidrotermal ( tekanan tingi) dan keramik. Penjelasannya sebagai
berikut ini :

1) Pada jurnal pertama untuk sintesis dengan metode keramik dengan judul “[The
synthesis and characterization of SrxBa1-XSno3 (x = 0.00; 0.10; 0.25; 0.50;0.75; 0.90
And 1.00) compounds using ceramic method]” bertujuan untuk mempelajari sintesis
dan karakterisasi senyawa SrxBa1-xSnO3 dengan metode keramik. Bahan yang
digunakan dalam sintesis senyawa SrxBa1-xSnO3 (x = 0; 0,1; 0,25 0,5; 0,75,0,9 dan
1) adalah SnO2, BaCO3 dan SrCO3 yang dihitung secara stoikiometrik. Kemudian
ketiga bahan digerus, dikalsinasi secara bertahap, yaitu dari temperatur 700 °C dan
800 °C selama 6 jam, 900 °C dan 1100 °C selama 12 jam. Senyawa hasil sintesis
kemudian dikarakterisasi menggunakan Difraktometer Sinar-X (XRD) dan Scanning
Electron Microscopy (SEM). Data hasil pengukuran dengan XRD diolah dengan
program Origin 8.5 untuk analisis awal, yaitu mengetahui adanya pergeseran puncak
pada pola difraksi, program Atoms 50 untuk melihat bentuk struktur dan program
Rietica untuk mengetahui bidang refleksi (hkl) serta untuk menentukan parameter kisi
(a,b, dan c). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa senyawa SrxBa1-xSnO3 (x = 0;
0,1; 0,25 0,5; 0,75, 0,9 dan 1) dapat disintesis dengan metode keramik dari prekursor
senyawa BaSnO3, SrSnO3 dan SnO2. Nilai parameter kisi dari senyawa SrxBa1-
xSnO3 (x = 0; 0,1; 0,25 0,5;0,75, 0,9 dan 1) semakin menurun seiring dengan
bertambahnya komposisi logam (mol) stronsium (Sr) dalam senyawa tersebut. Selain
itu, senyawa SrxBa1-xSnO3 hasil sintesis memiliki struktur kubus. Dengan demikian
diperoleh kesimpulan dari penelitian ini yaitu Senyawa SrxBa1-xSnO3 (x = 0;0,1;
0,25; 0,50; 0,75; 0,90 dan 1,00) dapat disintesis dengan metode keramik dari
prekursor senyawa BaSnO3, SrSnO3 dan SnO2 dengan perbandingan mol yang
stoikiometrik.
2) Pada jurnal kedua untuk sintesis dengan metode sol gel dengan judul penelitian yaitu
“ sintesis silika xerogel dari abu daun bambu sebagai adsorben uranium “ peneliti
melakukan penelitian tentang sintesis silika xerogel dari abu daun bambu dengan
metode sol gel menggunakan prekursor natrium silikat untuk adsorpsi limbah simulasi
uranium. Abu daun bambu mangandung sekitar 58% silika yang bisa dimanfaatkan
sebagai bahan baku pembuatan silika xerogel. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pH dan waktu aging serta mengetahui karakter silika xerogel,
model isoterm adsorpsi, dan termodinamika adsorpsi uranium oleh silika xerogel.
Karakterisasi silika xerogel yang dilakukan adalah menentukan gugus fungsi, uji
kristalinitas dan luas permukaannya. Identifikasi gugus fungsi dan struktur kristal
menggunakan FTIR dan XRD. Luas permukaan silika xerogel ditentukan dengan
metode metilen biru dan BET. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sintesis silika
xerogel terjadi pada pH optimum 7 dengan waktu aging optimum 3 jam. Hasil
karakterisasi silika xerogel pada keadaan optimum menunjukkan luas permukaan
sebesar 177,2858 m2/g. Spektra Infra Red silika xerogel hasil sintesis mengandung
gugus silanol (Si-OH) dan siloksan (Si-O-Si) serta data XRD menunjukkan silika
xerogel berstruktur amorf. Hasil percobaan menunjukkan bahwa adsorpsi uranium
dengan silika xerogel mengikuti model isoterm Freundlich. Berdasarkan kajian
termodinamika terhadap nilai ΔH, ΔS, dan ΔG, adsorpsi limbah uranium dengan
adsorben silika xerogel dari abu daun bambu merupakan fisisorpsi yang berlangsung
secara tidak spontan pada reaksi endoterm. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu
a) Sintesis silika xerogel optimum pada pH 7 dan waktu aging 3 jam.
b) Silika xerogel dihasilkan bersifat amorf dengan luas permukaan 177,2858 m2/g dan
diameter pori 10,51 nm.
c) Silika xerogel dapat digunakan sebagai adsorben untuk adsorpsi limbah simulasi
uranium mengikuti persamaan Freundlich.
d) Nilai ΔH, ΔS, dan ΔG menunjukkan bahwa adsorpsi limbah uranium dengan
adsorben silika xerogel dari abu daun bambu berlangsung secara tidak spontan, pada
reaksi endoterm, terjadi mekanisme asosiatif, dan termasuk proses fisisorpsi.

3) Pada jurnal ketiga untuk sintesis dengan metode microwave dengan judul " EVOLUSI
MIKROSTRUKTUR DARI KERAMIK PADUAN SILIKA (SiO2) DAN ALUMINA
(Al2O3)”. Hasil SEM menunjukan bahwa pada proses sintering menggunakan
mocrowave seiring dengan naiknya suhu, permukaan sampel alumina silika semakin
padat dan menyatu (solid and compact), porositas mengalami penurunan dan diikuti
peningkatan densitas, shrinkage maupun kekerasan. Sedangkan pada proses sintering
menggunakan tanur mikrostruktur sampel alumina silika pada setiap suhu sintering
semakin padat dan menyatu pula tetapi bentuk permukaan sampel tidak merata dan
memiliki pori yang cukup besar sehingga akan mengalami penurunan densitas
maupun kekerasanya. Sedangkan hasil XRD menunjukan bahwa pada proses sintering
menggunakan microwave seiring dengan naiknya suhu, puncak (peak) difraktogram
yang terbentuk lebih tajam atau kristalinitas yang terjadi lebih cepat, jarak antar kisi
dan ukuran partikel semakin teratur daripada sintering menggunakan tanur.
4) Pada jurnal keempat untuk sintesis dengan metode hidrotermal dengan judul
penelitian yaitu “sintesis nanostruktur zno dengan metode hidrotermal untuk aplikasi
sensor gas butana “. Pada penelitian ini Nanostruktur Zink Oksida (ZnO) telah
berhasil disintesis diatas substrat alumina dengan metode hidrotermal. Metode
hidrotermal terdiri dari dua tahapan yaitu pemberian seeding layer dan penumbuhan
nanostruktur ZnO. 0,4 M Zinc Acetate Dihydrate ((Zn(O2CCH3)2(H2O)2) dan 3 M
Natrium Hidroksida (NaOH) digunakan sebagai prekursor. Proses hidrotermal
dilakukan dengan suhu 90°C selama 4 jam. Karakterisasi morfologi nanostruktur ZnO
menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) menghasilkan ukuran diameter
sebesar 60-80 nm dan panjang 600-800 nm berbentuk nanoflowers. Karakterisasi
struktur kristal dengan XRD menunjukkan nanostruktur ZnO adalah kristal berwujud
wurzite dalam bentuk hexagonal dan memiliki ukuran kristalit sebesar 59 nm.
Karakteristik I-V nanostruktur ZnO menunjukkan nilai arus berbanding lurus dengan
tegangan membentuk kurva ohmic. Nanostruktur ZnO dengan ukuran kecil dan
persebaran pertumbuhan merata menghasilkan nilai konduktivitas listrik yang baik.
Nanostruktur ZnO berpotensi sebagai sensor gas karena responsif terhadap
keberadaan gas butana. Pada laju aliran gas butana 200 mL/menit nanostruktur ZnO
mengalami perubahan resistansi sebesar 0,17 MΩ/s dengan waktu pemulihan selama
30 detik ketika terpapar gas butana selama satu menit. Nanostruktur ZnO juga
memiliki perubahan sensitivitas sebesar 0,000495 MΩ/mL pada rentang laju aliran
gas 50-250 mL/menit.

Untuk bagian tabel 2 yaitu pada bagian aplikasi saya mereview untuk aplikasi
silika dengan metode hidroternal dan solgel. Penjelasannya yaitu sebagai berikut ini :
1) Metode solgel
Pada sintesis dengan metode ini dengan judul “sintesis keramik coerdierite berbasis
silika sekam padi sebagai material isolator listrik” dilakukan sintesis keramik
Cordierite menggunakan silika sekam padi.dengan metode sol-gel. Cordierite yang
dihasilkan berbentuk serbuk dan kemudian dicetak dalam bentuk pellet. Pellet
kemudian dsintering selama 6 jam pada suhu 1000ºC, 1200ºC dan 1400ºC. Untuk
mengetahui struktur bahan maka dilakukan karakterisasi menggunakan XRD dan
DTA. Selanjutnya dilakukan uji tahanan sehingga dididapatkan nilai resistansinya.
Pada umumnya, dalam pembuatan Cordierite dapat menggunakan Silika sintesis,
mineral, dan nabati. Secara komersial Silika sintesis yakni TEOS
(Tetraethylortosilicate) dan TMOS (Tetramethylortosilikat) sudah digunakan sebagai
bahan pembuat Cordierite. Mineral yang mengandung Silika diantaranya pasir kuarsa
(Amuni, 1998), lempung dan juga abu terbang batu bara sebesar 57, 50 % (PT. Bukit
Asam Tarahan, 2005) dan nabati diantaranya bambu, tongkol jagung, dan sekam padi.
Dari ketiga sumber Silika nabati tersebut Silika sekam padi dengan mudah dapat
diperoleh baik secara pembakaran maupun ekstraksi, dibandingkan dengan Silika
sintesis dan mineral yang memerlukan biaya cukup tinggi dan sulit untuk diekstraksi.
Dari penelitian sebelumnya, sekam padi diketahui mengandung Silika aktif dengan
kadar cukup tinggi 87 – 97 % berat sekam padi (Daifullah, dkk, 2004; Yalcin dan
Sevinc, 2001; Sofyan, 2012) yang bersifat amorf, berbutiran halus, dan reaktif.
Sintesis Coerdierite pada penelitian lainnya juga telah dilakukan menggunakan
metode padatan pada suhu sintering 1200 0C dengan penambahan Alumina (Al2O3)
(Oktavianty, dkk, 2016). Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa
Provinsi Lampung menghasilkan padi sebanyak 2 ton/tahun, dari jumlah tersebut
diperkirakan akan dihasilkan sekam padi sekitar 45 % (Badan Pusat Statistik Provinsi
Lampung, 2004). Ketersediaan sekam padi dalam jumlah melimpah di Propinsi
Lampung dan kandungan Silika yang ada di dalamnya, merupakan alasan praktis yang
melatarbelakangi pengajuan penelitian ini dan memiliki aspek pemanfaatan residu
pertanian untuk pembuatan produk bermanfaat yang selama ini belum dikembangkan.
Sehingga berdasarkan pemaparan di atas, sekam padi berpotensi besar dapat
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan keramik Cordierite sebagai material
isolator listrik yang tahan terhadap tegangan tinggi.
Cordierite adalah nama mineral dari bahan keramik dengan rumus kimia
Mg2Al4Si5O18. Cordierite merupakan bahan yang tidak radioaktif (Cordierite
Mineral Data, 2007), yang memilki sifat fisik yaitu tidak tak berwarna, biru muda,
violet dan kuning dengan massa jenis 2,5 gr/cc (Smallman, 2000). Keramik Cordierite
dapat dihasilkan dari berbagai bahan baku sebagai sumber Silika, diantaranya TEOS
(Tetraethylortosilikat), TMOS (Tetramethylortosilikat), dan sekam padi. Selain itu,
dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa sampel Cordierite juga telah
disintesis dengan Silika aktif-Alumina–talc dan Kaolinite–Alumina-talc (Kurama,
2006). Cordierite yang dihasilkan dari Silika aktif menunjukan pembentukan
Cordierite terjadi pada suhu sintering yang rendah sehingga energi aktivasi yang
dibutuhkan juga akan rendah. Penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan
bahan baku Silika sekam padi menunjukkan bahwa struktur Cordierite akan terbentuk
seiring dengan kenaikan suhu sintering (Naskar, 2004).
Kesimpulan dari penelitian yang dilkukan peneliti yaitu sebagai berikut :
 Kenaikan suhu sintering terhadap pembentukan struktur Cordierite semakin
meningkat ditandai semakin terbentuknya struktur α-Cordierite dengan
intensitas tinggi dan gugurnya struktur lain pada hasil X-Ray Diffraction
(XRD).
 Kenaikan suhu sintering terhadap sifat termal Cordierite semakin stabil
ditandai dengan puncak endoterm dan eksoterm yang semakin kecil pada hasil
Differential Thermal Analysis (DTA). Meningkatnya nilai resistivitas sampel
Cordierite setiap kenaikan suhu sinte ring. Semakin stabilnya sifat termal
Cordierite mengakibatkan semakin terbentuknya struktur α-Cordierite dengan
intensitas tinggi dan gugurnya struktur lain berdasarkan hasil DTA dan XRD.
 Kestabilan Cordierite pada termal tinggi yang ditunjukkan pada hasil DTA
mengakibatkan nilai resistivitas sampel Cordierite meningkat setiap kenaikan
suhu sintering. Kestabilan pada termal tinggi dan terbentuknya struktur
Cordierite yang menghasilkan nilai resistivitas yang semakin tinggi setiap
kenaikkan suhu sintering menunjukkan bahwa Cordierite sebagai material
isolator listrik.
2) Metode Hidrotermal
Pada metode hidrotermal dengan judul “ Aplikasi Zeolite Dari Cangkang Kelapa
Sawit Pada Penyerapan Logam Kromium Heksavalen (Cr6+) Heksavalen Pada
Industri Elektroplating” . pada penelitian ini peneliti menggunakan sampel cangkang
kelapa sawit. Cangkang kelapa sawit merupakan salah satu limbah industri yang
mengandung banyak mineral seperti SiO2 58,02%; Al2O3 8,7%. Sumber silika dan
alumina pada cangkang kelapa sawit digunakan sebagai bahan dasar pembuatan zeolit
dengan menggunakan metode hidrotermal didalam sebuah reaktor. Sampel halus
cangkang sawit dilebur dengan NaOH pada suhu 500°C selama 1 jam dan diencerkan
untuk menghasilkan reaktan natrium silikat. Pembuatan reaktan natrium aluminat
dilakukan dengan melarutkan NaOH dalam aquades kemudian dipanaskan dan
ditambahkan Al(OH)3 kedalam larutan NaOH disertai pengadukan. Pembuatan zeolit
dilakukan dengan cara mencampurkan reaktan natrium silikat dan natrium aluminat
dan proses kristalisasi zeolit dilakukan menggunakan reaktor hidrotermal yang
dipanaskan didalam oven dengan memvariasikan temperatur hidroternal
1200C,150°C dan 1800C selama 8 jam. Zeolit hasil sintesis dikarakterisasi
menggunakan XRF, FTIR dan SEM EDX. Salah satu adsorben yang telah
dimanfaatkan oleh peneliti untuk adsorben logam berat adalah cangkang kelapa sawit.
Dengan memanfaatkan cangkang kelapa sawit sebagai adsorben, berarti juga
menyelamatkan lingkungan dari pencemaran oleh limbah industri ini. Saat ini
pemanfaatan cangkang belum digunakan secara maksimal. Salah satu penyebabnya,
karena limbah jenis ini sangat sukar terdekomposisi secara alami. Salah satu teknologi
alternatif yang dapat menjadi solusi bagi penanganan permasalahan limbah padat
kelapa sawit ialah dengan teknik hidrotermal. Dengan teknik hidrotermal limbah
padat kelapa sawit dapat diolah secara cepat untuk menghasilkan produk salah
satunya zeolit. Zeolit adalah senyawa alumino silikat dengan struktur rangka
(frameworks) dan mempunyai pori (rongga) dan saluran yang diisi oleh kation dan
molekl air yang dapat mudah dipertukarkan (exchangeable) sehingga dapat
mengadsorpsi ion. Zeolit sebagai adsorben logam berat telah banyak dilakukan oleh
peneliti sebelumnya. Beberapa zeolit yang telah diteliti antara lain adsorben logam
berat Pb(II) (Woolard et al.,2000), logam berat ion Cadmium (Lucia et al.,2001),
Logam berat Tembaga (II) (Ahmad et al.,2012) dan Logam berat Seng dan Tembaga
(Wang et al.,2009).
Pembuatan zeolit dilakukan dengan mereaksikan 60 mL natrium silikat dengan 40 mL
natrium aluminat dengan disertai pengadukan selama 3 jam. Campuran dimasukkan
kedalam reaktor hidrotermal dan dilakukan proses kristalisasi pada 120°C, 150°C dan
180°C selama 8 jam. Padatan hasil kristalisasi dicuci hingga filtrat bening dan padatan
dikeringkan pada suhu 80°C selama 4 jam. Padatan yang diperoleh selanjutnya
dikarakterisasi menggunakan XRF dan SEM.
Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu :
 Pembuatan zeolit dari cangkang kelapa sawit dilakukan dengan melebur abu
cangkang kelapa sawit dengan basa NaOH diperoleh Natrium Silikat dan
direaksikan dengan Natrium Aluminat dengan menggunakan reaktor
hidrotermal.
 Variasi temperatur hidrotermal menghasilkan jenis zeolit berbeda dengan
tingkat kristalinitas yang berbeda. Pada T=120°C menghasilkan zeolit
campuran yaitu 4A, Sodalit dan Faujasit, pada T=150°C menghasilkan Sodalit
dan pada T=180°C lebih cenderung amorf.
 Ion logam Cr3+ yang terserap terjadi pada suhu 150oC.
DAFTAR PUSTAKA

353972274-Ringkas-SL. (n.d.).

Industri, F. T. (2017). BROMIDE.

Lestari, V. P., & Fathona, I. W. (2019). No Title. 6(2), 5375–5382.

Lesbani, A., & Mohadi, R. (2013). SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA


OKSOTRINUKLIR [Cr3O(OOCC6H5)6(H2O)3](NO3)×nH2O. Molekul, 8(2), 142.
https://doi.org/10.20884/1.jm.2013.8.2.136

Megasari, K., Herdiyanti, H., Nurliati, G., Kadarwati, A., & Swantomo, D. (2019). Sintesis
Silika Xerogel Dari Abu Daun Bambu Sebagai Adsorben Uranium. Jurnal Forum
Nuklir (JFN), 13, 27–36.

Muis, L., Permana, E., & Anwar, H. (2019). Aplikasi Zeolite dari Cangkang Kelapa Sawit
Pada Penyerapan Logam Kromium Heksavalen ( Cr 6 + ) Heksavalen Pada Industri
Elektroplating. 2(1), 1–6.

O, A. Al, Lestari, L., Riwasa, R., Susilowati, P. E., & Sudiana, I. N. (2017). Jurnal aplikasi
fisika volume 13 nomor 1 pebruari 2017. 13, 1–6.

Pertanian, J. T., Pertanian, F. T., & Jember, U. (2015). Digital Repository Universitas
Jember.

Yusandika, A. D. (2016). SINTESIS KERAMIK COERDIERITE BERBASIS SILIKA SEKAM


PADI SEBAGAI MATERIAL ISOLATOR LISTRIK. 05(2), 161–172.
https://doi.org/10.24042/jpifalbiruni.v5i2.116

Anda mungkin juga menyukai