Anda di halaman 1dari 20

HERNIA

27
28

2.2 HERNIA
2.2.1. Pengertian Hernia
Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskuloaponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia (Jong, 2005).
Hernia merupakan penonjolan visus atau organ dari posisi normal (dari satu
ruang ke ruang lain) melalui pintu yang lemah. Hernia terjadi pada locus
minorus resistensi atau daerah dengan resistensi rendah. Kantong hernia
merupakan divertikulum dari peritoneum dan mempunyai leher dan badan. lsi
hernia dapat terdiri atas setiap struktur yang ditemukan dan dapat merupakan
sepotong kecil omentum sampai organ padat yang besar. Pelapis hernia
dibentuk dari lapisan-lapisan dinding abdomen yang dilewati oleh kantong
hemia.

2.2.2. Klasifikasi Hernia


Menurut sifatnya hernia dibagi menjadi 4, yaitu:
1) Hernia Reponibel
Yaitu bila isi hernia dapt keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2) Hernia irreponibel / hernia akreta
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapt dikembalikan ke dalam rongga.
Biasanya disebabkan oleh perlengketan isi kantong pada perineum kantong
hernia. Tidak ada keluhan nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3) Hernia inkarserata
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, berarti isi kantong
terperangkap tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai terjadinya
gangguan pasase usus. Hernia ini merupakan penyebab obstruksi usus.
29

4) Hernia Strangulata
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap
dan terjadi gangguan pasase usus serta gangguan vaskularisasi sehingga
dapat terjadi nekrosis. Jika yang mengalami strangulasi hanya sebagian
dinding usus disebut Hernia Richter. Biasanya pasase usus masih ada,
mungkin terganggu karena usus terlipat sehingga disertai obstruksi usus.
Apabila sebagian dinding kantong hernia terbentuk dari organ yang
merupakan isis hernia seperti caecum, kolon sigmoid atau kandung kemih,
disebut hernia geser. Hernia geser dapat terjadi karena isi kantong berasal
dari organ yang letaknya retroperitoneal.
Menurut letaknya dibagi menjadi 6, yaitu:
1) Hernia inguinalis, terjadi apabila kantong dan isi hernia masuk ke dalam
annulus internus dan penonjolan pada trigonum Hasselbach . Hernia
inguinalis dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Hernia inguinalis lateralis
Hernia inguinalis lateralis (indirek) merupakan suatu benjolan yang
melewati annulus internus dan kanalis inguinalis yang terletak di
lateral pembuluh darah arteri dan vena epigastrika inferior dan hernia
dapat sampai ke scrotum yang disebut hemia scrotalis . Benjolan ini
dapat keluar masuk tergantung dari tekanan di dalam abdomen.
b. Hernia inguinalis medialis.
Hernia inguinalis medialis (direk) adalah hernia yang kantongnya
menonjol langsung ke anterior melalui dinding posterior canalis
inguinalis medial terhadap arteri vena epigastrika inferior. Pada hernia
ini mempunyai conjoint tendo yang kuat, hernia ini tidak lebih hanya
penonjolan umum dan tidak pernah sampai ke skrotum. Hernia ini
sering ditemukan pada laki-laki terutama laki-laki yang sudah lanjut
usia dan tidak pernah ditemukan pada wanita. Hernia direk sangat
jarang bahkan tidak pernah mengalami strangulasi atau inkaserata.
Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan hernia inguinalis direk
30

adalah peningkatan tekanan intra abdomen konik dan kelemahan otot


dinding di trigonom Hasselbach, batuk yang kronik, kerja berat dan
pada umumnya sering ditemukan pada perokok berat yang sudah
mengalami kelemahan atau gangguan jaringanjaringan penyokong
atau penyangga dan kerusakan dari saraf ilioinguinalis biasanya pada
pasien denga riwayat apendektomi. Gejala yang sering dirasakan
penderita hernia ini adalah nyeri tumpul yang biasanya menjalar ke
testis dan intensitas nyeri semakin meningkat apabila melakukan
pekerjaan yang sangat berat.
2) Hernia femoralis, terjadi bila kantong dan isi hernia masuk ke dalam kanalis
femoralis melalui annulus femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan
vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fossa ovalis di
lipat paha.
3) Hemia hiatus terjadi apabila benjolan terjadi pada diafragma.
4) Hemia venhalis merupakan nama semua hernia yang terjadi pada
anterolateral dinding abdomen seperti hernia sikatrikalis atau hernia
insisional.
5) Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya
ditutup dengan peritoneum dan kulit.
6) Hernia insisional, merupakan hernia yang dapat terjadi akibat komplikasi
dari penyembuhan luka pasca operasi abdomen. Hernia ini muncul sebagai
tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutup
sepenuhnya (Price & Wilson, 2006).
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Hernia bawaan atau hernia patogenosa pada jenis hernia inguinalis lateralis.
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum.
31

2) Hernia dapatan atau akuista yaitu hernia yang timbul karena berbagai faktor
pemicu. Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali congenital atau
kelemahan dinding.

2.2.3. Etiologi
Penyebab terjadinya hernia, yaitu:
1. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian
dalam hidup.
2. Akibat dari pembedahan sebelumnya.
3. Kongenital
a. Hernia congenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek pada tempat tempat
tertentu.
b. Hernia congenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi dia mempunyai
defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan
tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena
dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan, batuk,
menangis).
4. Aquisial adalah hernia yang buka disebabkan karena adanya defek bawaan
tetapi disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama hidupnya,
antara lain:
a. Tekanan intraabdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh pasien yang
sering mengejan yang baik saat BAB maupun BAK.
b. Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan ikatnya
yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia
karena banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban
kerja jaringan ikat penyokong pada LMR.
c. Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk.
d. Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal.
32

e. Sikatrik.
f. Penyakit yang melemahkan dinding perut.
g. Merokok
h. Diabetes mellitus

2.2.4. Manifestasi Klinis


Gejala dan tanda klinis sebagian besar ditentukan biasanya berupa:
1) Benjolan keluar masuk/keras dan yang tersering tampak benjolan dilipat
paha,
2) Adanya rasa nyeri pada benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual,
3) Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi,
4) Bila terjadi hernia inguinalis stratagulata perasaan sakit akan bertambah
hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas,
5) Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah
besar,

2.2.5. Penatalaksanaan
2.2.5.5 Manajemen Medis
Setiap penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan
jalan pembedahan. Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosa
ditegakkan. Adapun jenis tindakan pembedahan untuk hernia, yaitu:
1) Herniotomy
a. Indikasi Pembedahan
 Pada pasien yang mengalami hernia dimana tidak dapat kembali
dengan terapi konservatif.
 Pada pasien hernia ingunalis lateralis, hernia ingunalis lateralis
inkarserata, hernia ingunalis medialis (hernia ingunalis direkta),
hernia femoralis dan hernia femoralis inkarserata.
b. Kontra Indikasi
 Pasien dengan peninggian tekanan intra abdomen.
33

 Pasien dengan hipertrofi prostat.


 Pasien dengan kelainan paru
c. Persiapan
 Persiapan Pasien
o Memeriksakan faal hemostasis saat pasien berada di rawat inap
o Mempuasakan pasien pada malam hari sebelum operasi dilakukan
minimal 8 jam.
o Mengganti baju pasien dengan baju operasi saat pasien berada di
premedikasi.
o Periksa rekam medik pasien terutama nomor register dan lembar
inform consent tindakan operasi.
 Persiapan Lingkungan
o Memastikan bahwa pasien dalam keadaan aman dengan
memeriksa pagar brankart pasien terpasang dengan benar.
o Memastikan mesin couter berfungsi dengan benar.
o Memastikan mesin suction berfungsi dengan benar.
o Memastikan lampu operasi berfungsi dengan benar.
o Memastikan tersedianya tiang infus.
o Menyiapkan tempat sampah medis.
o Menyiapkan peralatan non steril seperti gunting verband, plat
diatermi, dll.
o Menyiapkan meja instrumen, meja mayo, dan troli baskom.
 Persiapan Alat
o Instrumen
- Instrumen dasar
Jumlah
No. Jenis Instrumen Gambar
(Buah)
34

1. Duk Klem 5

2. Desinfeksi Klem 1

3. Pinset Cirugis 2

4. Pinset Anatomis 2

5. Scaple Handle 1
No. 3
35

6. Mosquito Klem 1

7. Pean Bengkok 6

8. Pean Lurus 2

9. Kocher Lurus 2

10. Gunting 1
Metzembaum
36

11. Gunting jaringan 1

12. Needle holder 2

13. Gunting benang 1

14. Langenbeck 2

- Instrument tambahan: tidak ada


- Instrumen penunjang
No. Jenis Jumlah Gambar
Instrument (Buah)
1. Waskom 1
37

2. Bengkok 1

3. Cucing 1

4. Couter / 1/1
Conection
Suction

o Set Linen
Jumlah
No. Jenis Linen Gambar
(Buah)
1. Scort Steril 6

2. Duk besar / kecil 5/4


38

3. Sarung meja 1
mayo

4. Handuk streil 6

o Bahan Habis Pakai


No. Jenis Instrument Jumlah (Buah)
1. Plat diatermi 1
2. Handscoen steril ukuran 6.5/7/7.5 4/4/4
3. Tulle Dressing (Sofra-Tulle) 1
4. Mess 15 1/1
5. Underpad steril 2
6. Underpad on 1
7. Benang vicryl 3-0 2
8. Prolene 4-0 1
9. NaCl 0,9% ukuran 1 liter 1
10. Deppers 5
11. Kassa steril 10
12. Povidone iodine 10% 75 cc

d. Instrumentasi Teknik
 Lakukan serah terima pasien dengan perawat ruang rawat inap di
ruangan premedikasi.
 Saat pasien berada di ruang premedikasi, lakukan proses sign in
sebelum dilakukan induksi anestesi, meliputi:
o Konfirmasi identitas, area operasi, tindakan operasi, dan lembar
persetujuan operasi.
o Penandaan area operasi
39

o Kesiapan mesin anestesi dan obat-obatannya


o Kesiapan fungsi pulse oksimeter
o Riwayat alergi pasien
o Adanya penyulit airway atau resiko aspirasi
o Resiko kehilangan darah
 Pindahkan pasien ke kamar operasi, dekatkan brankart dengan meja
operasi
 Pasang underpad on di atas meja operasi
 Pindahkan pasien dari brankart ke meja operasi
 Pasang plat diatermi pada paha pasien
 Atur posisi pasien dalam posisi supinasi untuk dilakukan general
anastesi + caudal block
 Setelah proses pembiuasan, tim bedah dan tim anestesi memposisikan
pasien supinasi.
 Pasang decken bough (tirai penutup lapang pandang pasien).
 Pasang sabuk pada ekstremitas bawah pasien agar bantal dan kaki
pasien tidak berubah posisi.
 Cuci area operasi dengan sabun desinfektan yang telah dicampur
dengan air untuk mengurangi kotoran yang menempel di area operasi
pasien selama pasien dari ruangan rawat inap hingga pasien berada di
instalasi bedah sentral.
 Keringkan dengan duk atau handuk steril.
 Instrumentator melakukan scrubing, gowning, dan gloving
 Instrumentator membantu tim bedah melakukan scrubing, gowning,
dan gloving
 Perawat instrumen memberikan desinfeksi klem dan cucing yang
didalamnya telah diberi deppers dan povidon iodine pada operator
untuk desinfeksi dengan povidone iodine dan deppers yang telah
dituang perawat sirkuler ke dalam cucing
40

 Lakukan draping area oprasi, meliputi:


o Pasang underpad steril di bawah skrotum
o Berikan duk besar untuk menutupi tubuh pasien dari bawah perut
hingga kaki pasien.
o Berikan duk besar untuk menutupi kepala pasien hingga klavikula
o Berikan duk kecil untuk menutupi samping kiri dan kanan
o Fiksasi antar duk dengan towel klem
o Berikan duk besar lagi untuk menggandakan lapisan draping.
 Pasang kabel couter yang diikat dengan kasa steril dan difiksasi ke
duk menggunakan towel klem.
 Lakukan time out sebelum dilakukan insisi, meliputi:
o Konfirmasi pengenalan nama dan tugas masing-masing tim bedah
o Konfirmasi nama pasien, jenis tindakan, dan area yang akan
dioperasi
o Pemberian antibiotik profilaksis 60 menit sebelum operasi.
o Antisipasi kejadian kritis yang berkaitan dengan operator, anestesi
maupun instrumen.
 Penggunaan instrumentasi radiologi
 Marking daerah insisi di bagian dextra dengan menggunakan pinset
cirugis dan povidone iodine.
 Insisi dengan memberikan pinset cirugis dan scalpel handle yang
telah terpasang mess no 15
 Rawat perdarahan dengan memberikan couter pada operator dan
berikan pinset cirurgie dan mosquito pada asisten.
 Perdalam incisi dengan memberikan couter dan kocher hingga
terlihat fasia
 Berikan hak pyelum untuk meluaskan lapang pandang untuk
memudahkan insisi fasia
 Incisi fasia dengan mess 15
41

 Fasia yang terbuka dijepit dengan 2 kocher lurus kemudian lebarkan


dengan gunting mayo
 Identifikasi funikulus spermatikus dengan steel deppers kecil basah
yang sudah terjepit dengan kocher lurus untuk memastikan bila perlu
di Tarik.
 Cari kantong hernia dengan 2 pinset anatomis lalu buka kantung
dengan gunting metzenbaum.
 Kantong yang sudah terbuka dijepit dengan 4 klem pean di keempat
sisi.
 Berikan gunting metzenbaum dan kasa basah untuk memisahkan
kantong distal dan proksimal
 Kantong proksimal di bebaskan sampai preperitonial fat lalu dijahit
dengan benang absorbable vicryi 3-0 kemudian dipotong diatas
simpul jahitan dan memberikan benang vicryl 3-0, pinset
anatomis,dan gunting mayo untuk menggunting jahitan.
 Kantong distal yang tidak terambil, diangkat dengan beberapa pean
kemudian dimarsupialisasi (di couter keliling tepi kantong).
 Jahit fasia dengan benang vicryl 3-0
 Jahit lemak dan sub kutis dengan benang vicryl 3-0
 Jahit kulit dengan benang polipropilene ukuran 4.0
 LAKUKAN PADA HERNIA YANG SAMA PADA SISI LAIN
 Tutup luka dengan tulle dresing (sofra-tulle) lalu tutup dengan kasa
kering
 Tutup dengan hipavix
 Lakukan sign out.
o Jenis tindakan yang dilakukan.
o Kecocokan jumlah instrumen, kasa, dan jarum sebelum dan
sesudah operasi.
o Label pada specimen.
42

o Ada atau tidaknya permasalahan pada alat-alat yang digunakan.


o Perhatian khusus pada saat masa pemulihan.
 Operasi selesai.
 Rapikan pasien.
 Rapikan alat.

2) Herniorafi (Hernioplasty)
a. Definisi
Suatu tindakan dengan cara memotong kantong hernia, menutup defek
dan menjahit pintu hernia.
b. Ruang lingkup
Benjolan di daerah inguinal dan dinding depan abdomen yang masih
bisa dimasukkan ke dalam cavum abdomen. Kadang benjolan tidak bisa
diamsukkan ke cavum abdomen disertai tanda-tanda obrtruksi seperti
muntah, tidak bisa BAB serta nyeri.
c. Indikasi Operasi
- Hernia reponibel
- Hernia irreponibel
- Hernia inkaserata
- Hernia strangulata
d. Teknik Operasi
 Dengan menggunakan Metode Bassini merupakan teknik herniorafi
yang pertama dipublikasi, dilakukan rekonstruksi dasar lipat paha
dengan cara mengaproksimasi muskulus transversus abdominis, dan
fasia transversalis dengan traktus iliopubik dan ligamentum inguinale.
Teknik dapat diterapkan baik pada hernia direk maupun indirek.
 Herniotomi dan Herniorafi menurut Bassini
o Pasien tidur dalam posisi terlentang. Dilakukan antisepsis pada
daerah sekitar lipat paha sesisi hernia.
o Lakukan anastesi lokal menurut Brown dengan novokain 1% pada
tempat-tempat berikut:
- Suntikan intrakutan sampai membenjol pada tempat kira-kira dua
jari medial sias.
43

- Anestesia blok pada n ilioinguinal dengan cara menusukan jarum


suntik pada daerah medial SIAS tersebut, tegak lurus tulang
ileum sedalam-dalamnya sampai menyentuh tulang lalu ujung
jarum ditarik sedikit dan dipindahkan kekanan dan kekiri sambil
disemprotkan zat anestesik secukupnya.
- Tanpa mencabut jarum, anestesi diteruskan membujur kearah
femoral sepanjang 5 cm dengan suntikan subkutan infiltrasi
sebanyak 5 ml.
- Arah jarum kemudian dipindahkan ke median mendatar,
suntikan secara subkutan sejauh 5 cm.
- Suntikan subkutan infiltrasi ke arah simfisis pubis sebanyak 5-10
ml.
- Suntikan di bawah fasia sebanyak 5-10 ml lalu jarum diangkat
dari kulit.
- Suntikan infrakutan sampai membenjol diatas tuberkulum
pubikum.
- Lalu suntikan subkutan infiltrasi pada daerah tuberkulum
pubikum ke arah lateral sampai bertemu dengan bekas suntikan
yang ke arah femoral.
- Pindahan ke arah kranial dan suntikan subkutan infiltrasi sampai
bertemu bekas suntikan yang dilakukan pada poin d.
- Setelah diyakini anestesi berhasil, dilakukan sayatan sepanjang
10 cm terbawah diantara kedua benjolan (poin a dan poin g)
memotong kutis dan subkutis.
- Fasia dibersihkan lalu disayat, segera tampak aponeurosis m.
Oblikus abdominis eksternus dengan krural medial dan lateral
yang merupakan cincin luar kanalis inguinalis. Belah
aponeurosis m. Abdominis oblikus eksternus hingga anulus
inguinalis ikut terbelah.
- Kemudian funikulus spermatikus yang diselubungi m. Kremaster
dicari dan dibebaskan. Bebaskan pula ligamentum inguinale
yang tebal dan mengkilat di lateralnya dan conjoined area
(karena conjoined tendon hanya terdapat 5 % populasi) di
sebelah medial.
- Funikulus spermatikus dipreparasikan lalu ditarik dengan kasa
steril yang dilingkarkan mengelilinginya ke arah lateral. Nervous
ileoinguinal yang telah dibebaskan juga diamankan ke lateral.
Kantong hernia dicari dengan bantuan dua buah pinset anatomis
yang dicubitkan pada lapisan jaringan yang meliputinya, lalu
digunting dengan hati-hati dan dibebaskan lapis demi lapis
sampai akhirnya tammpak lapisan yang berwarna biru abu-abu
44

dan kuat. Ini berarti kita telah mencapai prosesus vaginalis


peritonei yang merupakan pembungkus kantong hernia.
- Kantong hernia kemudian dibuka 3-4 cm untuk melihat isinya.
Kemudian kantong hernia dibebaskan secara melingkar penuh
dengan arah melintang pada sumbunya dari jaringan sekitarnya,
yaitu m. Kremaster dan semua jaringan ikat dan vaskuler yang
meliputinya. Tindakan ini harus dilakukan secara hati-hati untuk
menghindari pendarahan. Lalu dimasukan satu jari ke dalam
kantong hernia dan dipegang dengan perantaraan sebuah kasa
steril, lalu dengan tangan yang lain dibebasan lapisan jaringan
yang meliputinya dengan kasa steril pula. Jari yang memegang
kantong digeserkan sedikit demi sedikit mengikuti arah jari yang
membebaskan kantong tersebut dari luar. Arah pembebasan
harus sedemikian rupa sehingga dari medial ke lateral dapat
bertemu dalam jarak yang terpendek. Setelah berhasil, maka
dinding kantong hernia dipegang dengan beberapa klem,
kemudian dinding kantong tersebut dibebaskan lagi dari jaringan
yang meliputinya sejauh mungkin ke proksimal sampai dapat
ditemukan lapisan lemak preperitoneal. Kantong hernia dijepit
pada batas ini, lalu distalnya dipotong melintang dengan gunting.
Kemudian dilakukan herniorafi menurut Bassini (Bassini plasty)
sebagai berikut setelah fasia tranversa dibelah:
- Bassini I: Jahitkan dengan benang besar dan kuat dan dengan
jarum yang ujungnya seperti paku, tuberkulum pubikum ke
fasia trasversa, dan fasia transversa lagi kemudian ke
conjoined tendon pada tepi terdekat m. Rektus abdominis.
- Bassini II: Jahitkan dengan jarum biasa dan benang yang
sama, ligamentum inguinale, fasia transversa, dan conjoined
tendon diantara tempat jahitan Bassini I dan III.
- Bassini III: Seperti di atas letak di lateral dari Bassini II bila
masih dilonggar dapat dilanjutkan IV, V dst.
o 4. Ikatan Bassini dipersiapkan semua dulu, baru disimpulkan
dengan erat satu persatu.
o 5. Pada ikatan Bassini III harus sedemikian erat tapi masih cukup
longgar bagi funikulus spermatikus, yaitu bila di ujung jari masih
bisa dimasukkan dengan mudah diantara anulus inguinalis
interna dengan jahitan Bassini III. Lalu funikulus spermatikus n.
Illioinguinal dan lain-lainnya dikembalikkan ke tempatnya.
o Perdarahan dirawat dan dinding perut kemudian ditutup lapis
demi lapis.
o Fasia dijahit dengan sutra, subkuts dengan catgut, dan kutis
dengan sutra.
45

o Luka operasi dibersihkan dan ditutup dengan kassa steril.


46

2. Manajemen keperawatan
a. Pre operasi :
Pengkajian : ditujukan pada nyeri, ada tonjolan (pembengkakan) di daerah
inguinal, cemas, tingkat pengetahuan pasien tentang hernia dan penanganannya.
Pengkajian juga ditujukan pada riwayat. Diagnosa keperawatan : masalah
keperawatan yang bisa muncul adala gangguan kenyamanan, kecemasan,
kurang pengetahuan dan resiko tinggi terjadi reinkarserata. Intervensi
keperawatan (secara umum) ; beri posisi kepala tempat tidur ditinggikan, bila
hernia turun/menonjol dimasukan kembali secara manual, anjurkan
menggunakan sabuk hernia, beri analgesik sesuai advis, hindari manuever yang
bisa meningkatkan tekanan intraabdominal : batuk kronik, angkat berat,
mengedan secara kuat dan anjurkan untuk kompres dingin pada daerah yang
bengkak.

b. Post operasi :
Dihubungkan dengan pembedahan umum lainnya seperti masalah resiko tinggi
infeksi, masalah gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan luka operasi,
dan pendidikan pasien untuk perencanaan pulang.

Anda mungkin juga menyukai