Anda di halaman 1dari 16

ENERGI LISTRIK ALTERNATIF

ENERGI LISTRIK DARI KULIT PISANG

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Karena banyaknya pedagang gorengan khususnya pisang molen di Tomoni yang menggunakan bahan
dasar pisang. Dari bahan tersebut mereka hanya mengambil daging buahnya saja, sedangkan kulitnya
dibuang begitu saja, hingga menimbulkan bau tidak sedap. Atas dasar itulah kami ingin mencari solusi
dari permasalahan tersebut. 
B. RUMUSAN MASALAH
1. Zat apa saja yang terkandung dalam kulit pisang  ?
2. Apakah kulit pisang dapat diubah menjadi energi listrik? 
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mencari solusi dari sampah kulit pisang yang dibuang begitu saja.
2. Mencari energi alternatif dari kulit pisang.
D. MANFAAT PENELITIAN 
1. Mendaurulang limbah yang terbuang begitu saja.
2. Menciptakan energi yang ramah lingkungan.
E. HIPOTESIS 
- Kulit Pisang Dapat Diubah Menjadi Energi Listrik 

BAB II KAJIAN PUSTAKA                          


A. Tanaman Pisang
      Pohon pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman yaang tidak mengenal musim, selalu
berkembang setiap waktu. Pohon pisang selalu melakukan regenerasi melalui tunas-tunas yang tumbuh
pada bonggolnya.Cara itulah pohon pisang mempertahankan eksitensinya untuk memberikan manfaat
kepada manusia. Hampir seluruh bagian dari tanaman pisang dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan, mulai dari bonggol, batang, daun, buah, bunga sampai kekulit pisang. Berikut ini manfaat dari
setiap bagian pohon pisang :
- Bonggol (umbi batang pisang ).
Dibeberapa daerah, bonggol batang pisang yang muda dapat dimanfaatkan untuk sayur dan keripik
pisang.
- Batang
Batang pisang banyak dimanfaatkan masyarakat,terutama pada bagian yang mengandung serat.Bagian ini
dimanfaatkan sebagai pembungkus untuk bibit tanaman sayur dan apabila dikeringkan dan diolah lebih
lanjut dapat digunakan sebagai tali pda pengolahan tembakau, untuk kompos dan dijadikan bahan baku
pembuat kertas.

- Daun
Masyarakat pedesaan memanfaatkan daun pisang sebagai pembungkus makanan,biasanya membungkus
kue-kue tradisional dan pembungkus nasi dan dimanfaatkan juga sebagai pakan ternak seperti
kambing,sapi dan kerbau.
 - Buah
Buah pisang selain dimanfaatkan sebagai sumber vitamin dan mineral juga dapat dimanfaatkan menjadi
produk olahan antara lain pisang sale, tepung pisang, sari buah, buah dalam sirup, keripik pisang dan
berbagai olahan kue moderen dan tradisional. Buah pisang mengandung vitamin C, B kompleks, B6.
Pisang bisa menjadi pengganti makanan pokok, sehingga mengurangi ketergantungan rakyat Indonesia
terhadap beras.
- Bunga
Bunga pisang disebut juga jantung pisang, karena bentuknya seperti jantung. Biasanya dimanfaatkan
untuk membuat sayur,karena kandungan protein dan vitaminnya. Selain dibuat sebagai sayur bunga
pisang dapat juga dijadikan manisan dan acar.
- Kulit buah
Kulit buah ini biasanya digunakan senagai bahan pakan ternak, namun seiring berjalannya waktu limbah
kulit pisang ini tidak lagi digunakan sebagai pakan ternak melainkan sebagai energi listrik yang ramah
lingkungan.
      B.  Teori Dasar Sel Listrik
      Baterai merupakan sistem elektrokimia. Tiap sel baterai terdiri atas elektroda yang berbeda dipisah
satu sama lain dalam cairan penghantar yang disebut elektrolit. Masing-masing elektroda memiliki sistem
sendiri dan menghasilkan potensial yang beda. Perbedaan potensial di antara keduanya disebut
elektromotive force.       Energi kimia yang dihasilkan dari reaksi sel merupakan sumber listrik yang
disuplai baterai ketika digunakan. Zat-zat periaksi dalam sel sekunder secara lengkap dan efisen dapat
dikembalikan ke keadaan asalnya dengan memberkan arus listrik dengan arah yang berlawanan, tetapi
dalam sel primer hal ini tidak mungkin atau hanya sebagian saja. Hanya jenis tertentu saja dari baterai
primer yang dapat diperbaharui, yaitu dengan cara menggati elektroda dan slektrolotnya.
      Ketika dua terminal sel dihubungkan dengan sirkuit luar dan kabel, arus yang mengalir proporsional
dengan besarnya EMF dan berbanding terbalik dengan besarnya hambatan baterai dan sirkuit luar. Arus
mengalir melewati elektrolit oleh partikel muatan yang disebut ion dan melewati bagian logam dari sirkui
oleh elektron. Reaksi kimia terjadi pada permukaan elektroda di mana terjadi perubahan dari konduksi
elektronik menjadi konduksi ionik dan sebaliknya.

Bab III METODE PENELITIAN


A. Subjek, tempat dan waktu penelitian
   a.) Sujek penelitian
Subjek penelitiannya adalah kulit pisang
   b.) Tempat penelitian
Tempat penelitian dilakukan dirumah serviana
   c.) Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 23 februari sampai 7 maret 2014
B. Metode penelitian
Metode yang digunakan yaitu metode eksperimen dengan tujuan menguji kebenaran dari hipotesis dengan
cara membandingkan sampel satu dengan sampel lainnya.
C. Rancangan penelitian
Caranya siapkan terlebih dahulu bahan dan alat:
Bahan :
 Kulit pisang
 Baterei bekas

Alat :
 Pisau
 Gergaji besi
 Obeng 
 Batang lidi
 Jam dinding

Cara membuat :
1. Siapkan semua barang yang dibutuhkan secara lengkap
2. Potong kulit pisang kecil-kecil
3. Buka tutup baterai ( - ) menggunakan gergaji besi, hati-hati batang karbon jangan sampai patah
4. Keluarkan semua isi karbon pembatas antara positive dan negative jangan sampai robek dan rusak
5. Masukkan kulit pisang yang sudah dipotong-potong menggunakan batang lidi dan tutup kembali tutup
baterai dengan rapi
6. Cek aliran listrik dengan menggunakan jam dinding 

D. Populasi Dan Sampel


1. Populasi penelitian
Jenis-jenis pisang
Pisang embun               Pisang emas                  Pisang rastali
       
Pisang kepok                Pisang awak                Pisang barangan
       
Pisang bunga                Pisang raja                   Pisang susu
       
Pisang tanduk              Pisang nangka           Pisang raja udang
       
2. Sampel penelitian
Sampel ini diperoleh dari kulit pisang kepok dan pisang susu di pasar.

BAB IV PEMBAHASAN
Dari hasil percobaan untuk mengetahui apakah kulit pisang berpotensi sebagai baterai ternyata benar,
bahwa memang kulit pisang berpotensi menjadi batrai kering ramah lingkungan. Percobaan yang
dilakukan oleh kami dapat membuktikan bahwa, kalau baterai kulit pisang yang kami buat dapat
menghasilkan listrik. Untuk kulit pisang kepok menggunakan jam dinding menghasilkan listrik selama
satu hari satu malam sedangkan kulit pisang susu menghasilkan listrik selama tujuh hari.
Baterai kulit pisang hasil percobaan kami dalam menghantarkan listrik tidak sesempurna  seperti baterai
umumnya. Hal ini karena faktor yang kurang mendukung penelitian yang dilakukan oleh kelompok kami.
Salah satu faktor tersebut adalah kurangnya sarana dan prasarana.
Konstruksi baterai kulit pisang sama dengan batrerai biasa. Perbedaannya hanya pada elektrolitnya. Kulit
pisang mangandung beberapa mineral yang dapat berfungsi sebagai elektrolit. Mineral yang terdapat pada
kulit pisang yang terbanyak adalah kalium (K+). Kulit pisang juga mengandung garam yodium yang
mengandung klorida (Cl-) dalam jumlah sedikit reaksi antara kalium dan garam sodium dapat membentuk
garam kalium klorida (KCl).
Menurut Drs, Asep Jamal 2008 (KCl) merupakan elektrolit kuat yang mampu terionisasi dan mampu
menghantarkan arus lisrtrik. Pisang juga mengandung magnesium dan seng. Magnesium dapat bereaksi
dengan klorida menjadi elektrolit kuat.
Dalam penelitian ini juga melakukan percobaan dengan baterai dengan pastanya yang telah diambil dan
dibiarkan kosong sebagai kontrol, kemudian dilakukan menggunakan jam dinding, ternyata tidak
menyala, ini membuktikan bahwa batrei yang tidak mempunyai pasta ( zat elektrolit ) tidak mampu
manghantarkan arus listrik.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis ternyata:
1. Semua kulit pisang dapat menghasilkan energi listrik dalam bentuk baterai kering
2. Di dalam kulit pisang terkandung zat yang dapat menghasilkan energi listrik, yaitu kalium ( K+ ) dan
klorida ( Cl- ) yang apabila digabungkan akan menghasilkan garam kalium klorida ( KCl ) yang dapat
menghantarkan arus listrik
3. Hipotesis berhasil
B. Saran
Penulis ingin memberikan saran atau masukan yaitu:
1. Kepada pembaca, untuk lebih mengerti karya tulis ini dan mengembangkannya menjadi sebuah karya
tulis ini dapat mengembangkan menjadi sebuah karya tulis ilmiah yang akan lebih baik nantinya
2. Kepada sekolah, agar menjadi karya tulis ini sebagai rujukan dalam pengembangan penelitian yang
berkenaan masalah diatas

ABSTRAK(INTISARI)

Judul karya ilmiah ini adalah : Pemanfaatan Kulit Pisang Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Brownis”
Latar Belakang penelitian ini adalah untuk memanfaatkan bagian tumbuhan atau buah yang tidak bisa
digunakan. Kita tahu bahwa kulit pisang hanya bisa dimanfaatkan sebagai makanan hewan, contohnya
kambing. Kami berfikir untuk memanfaatkannya, yaitu dengan cara dibuat bahan tambahan pembuatan
brownis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kulit pisang dapat dibuat brownies yang
mengandung cukup nutrisi.
Manfaat penelitian ini adalah kita bisa memanfaatkan bagian tumbuhan yang tidak dimanfaatkan. Metode
yang digunakan untuk memperoleh dan mengelola data adalah eksperimen langsung dan melalui tinjauan
pustaka.
Secara singkat dari hasil penelitian dapat dikataan bahwa kulit pisang bisa digunakan untuk pembuatan
brownis. Cara membuatnya sama dengan membuat bronis namun ditambahkan kulit pisang.
Dari hasil eksperimen dapat disimpulkan bahwa kulit pisang dapat dibuat sebagai bahan tambahan
pembuatan brownies.

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat umumnya hanya mengkonsumsi buahnya saja, sedangkan kulitnya dibuang yang akan
mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan. Apabila limbah kulit pisang tersebut dibiarkan begitu
saja maka tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya penumpukan sampah atau limbah kulit pisang.
Oleh karena itu pengolahan limbah kulit pisang merupakan salah satu alternatif masalah tersebut.
Semua bagian dari tanaman pisang dapat dimanfaatkan bukan hanya buahnya saja, namun daun dan
akarnya pun dapat bermanfaat. Namun masih ada yang belum dimanfaatkan yaitu kulinya.
Ketika seseorang memakan pisang dan membuang kulitnya sembarangan maka akan menyebabkan orang
lain tergelincir.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat tema mengenai pemanfaatan kulit pisang sebagai
bahan dasar pembuatan brownies sebagai alternatif bahan pangan yang dapat dikonsumsi banyak orang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini sebagai
berikut:
1. Apakah kulit pisang dapat dibuat makanan berupa kue brownies.
2. Bagaimana proses pembuatan kulit pisang sebagai bahan dasar pembuatan brownies
3. Apa kulit pisang bermanfaat bagi kesehatan
1.2 Tujuan
1. Mengetahui apakah kulit pisang dapat dijadikan makanan berupa brownies.
2. Untuk mengetahui kandungan yang terdapat didalam kulit pisang.
1.3 Manfaat
1. Dapat memanfaatkan kulit yang tidak dimanfaatkan.
2. Dapat memanfaatkan kulit pisang sebagai bahan dasar pembuatan brownies.
3. Menambah wawasan penulis tentang penelitian tumbuhan.
4. Untuk menambah wawasan bagi penulisa khususnya dibidang biologi
1.4 Ruang Lingkup
1. Dalam penulisan ini penulis menggunakan kulit pisang yang sudah matang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Pisang dan kulit pisang
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk
Indonesia). Tanaman pisang merupakan tanaman asli daerah Asia Tenggara dengan pusat
keanekaragaman utama wilayah Indo-Malaya.Tumbuhan pisang dapat tumbuh di daerah pantai maupun
di daerah pegunungan. Hampir semua wilayah yang ada di Indonesia dapat ditumbuhi tumbuhan pisang.
(http://id.Wikipedia.org/wiki/pisang)
Kulit adalah pembalut paling luar (manusia, binatang). Pembalut biji, buah, kayu, telur dan sebagainya.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hal 610)
Kulit pisang mengandung karbohidrat,vitamin C, vitamin B, kalsium dan protein.(Sulffahri.2008). kulit
pisang banyak mengandung air yaitu 68,90% dan karbohidrat sebesar 18,50%). (http://google/kulitpisang)

2.1.5 Brownies
Makanan yang dibuat dari tepung terigu, minyak, telur, gula dan biasanya ditambahkan dengan coklat dan
pemanis buatan.

2.2 Hipotesis
1. Kulit pisang dapat dibuat brownies
2. Brownies dari kulit pisang mengandung cukup nutrisi bagi tubuh
3. Kulit pisang memiliki banyak kandungan gizi yang penting bagi tubuh

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Populasi dan Sampel
3.1.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah kulit pisang yang telah matang.
3.1.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah 2 sisir kulit pisang (30 biji kulit pisang).
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data kami melakukan dengan teknik eksperimen sebagai berikut:
3.2.1 Pembuatan bronis dengan bahan tambahan kulit pisang
No Alat Jumlah
1 Pisau 2 buah
2 Mangkuk 2 buah
3 Kompor 1 buah
4 Oven 1 buah
5 Blender 1 buah
6 Talenan 1 buah
7 Sendok 2 buah
8 Ayakan 1 buah
9 Cetakan 30 buah

No Bahan Jumlah
1 Kulit Pisang 500 gram (30 biji)
2 Tepung Terigu 125 gram
3 Gula Putih 250 gram
4 Telur 250 gram
5 Minyak Goreng 250 gram
6 Beaking Powder 20 gram
7 Air 100 ml

Cara Membuat brownies kulit pisang


1. Kulit pisang dicuci hingga bersih
2. Setelah kulit pisang bersih, kupas bagian terluar kulit.
3. Potong kulit pisang kecil-kecil.
4. Setelah kulit pisang dipotong kecil-kecil, lalu dimasukan kedalam blender dan menambahkan air.
5. Sambil menunggu, telur dan gula dikocok hingga mengembang dengan menggunakan mixer
6. Lalu menambahkan minyak goreng dan aduk kembali.
7. Kemudian masukan kulit pisang yang telah diblender kedalam adonan dan aduk kembali sambil
memasukan beaking powder,
8. Setelah adonan merata, lalu menyiapkan cetakan dan memasukan adonan kedalam cetakan.
9. Tambahkan hiasan seperti kacang atau mesis di atas adonan yang telah dicetak.
10. Setelah itu masukan adonan yang sudah dicetakan ke dalam oven.
11. Lalu adonan dioven hingga ± 20 menit, sampai adonan matang
12. Setelah matang keluarkan dari oven
13. Diamkan sebentar, dan siap disajikan.

3.2.2 Waktu dan tempat penelitian


3.2.2.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian berlangsung ¬¬¬± 10 hari. Dimulai pada tanggal 26 Januari 2010 s/ 5 februari 2010,
dengan rincian:
o 2 hari untuk pencarian bahan baku
o 3 hari untuk penelitian dan pengujian
o 5 hari untuk menyusun karya tulis
3.2.2.2 Tempat Penelitian
Tempat penulisan adalah di desa Kaliwungu kec. Kalirejo dengan tempat pengambilan sampel adalah di
desa Kaliwungu.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian


Data tentang bisa atau tidaknya kulit pisang dibuat brownies, ada tidaknya kandungan gizi penulis peroleh
dari penelitian dan percobaan.
4.2 Hasil
Melalui beberapa percobaan, kami mendapatkan bahwa kulit pisang dapat dibuat Brownies. Dan menurut
pencarian data kami mendapatkan hasil kandungannya adalah karbohidrat, vitamin C, vitamin B, kalsium
dan protein.
4.3 Pembahasan
Kulit pisang dapat dibuat brownies dengan cara pembuatan brownies pada umumnya. Dan mengurangi
tepung terigu dengan menambahkan kulit pisang.

Kulit pisang banyak mengandung karbohidrat,vitamin C, vitamin B, kalsium, protein, glukosa dan air
sehingga baik untuk kesehatan.

Dalam segi ekonomis, brownies kulit pisang lebih murah dari brownies yang dijual di pasaran.
Modal yang dikeluarkan
• 500 gram Kulit pisang
• 250 gram Telur : Rp. 2500
• 125 gram Tepung terigu : Rp. 1000
• 250 gram Gula putih : Rp. 3000
• 250 gram Minyak goreng : Rp. 2500
• 20 gram Beaking powder : Rp. 2000
• 1 Liter Minyak tanah : Rp. 5500
• 100 Bungkus kue brownies : Rp. 1500
Jumlah Rp. 18000

Dari bahan di atas, dapat dihasilkan 100 bungkus x 19 gram = 1900 gram
• Brownis yang sering di jual :
 Rp. 3000 = 6 Biji
 Jadi, 1 biji = Rp. 500
• Brownis Kulit pisang :
 Rp. 3000 = 10 biji
 Jadi, 1 biji = Rp. 300
Maka Rp. 300 x 100 biji = Rp. 30000
Jadi, Brownies dari kulit pisang lebih murah dari pada brownies pada umumya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kulit pisang dapat dibuat brownies denagn cara seperti pembuatan brownies dengan menggunakan
tepung terigu.
2. Kulit pisang mengandungan karbohidrat, vitamin, kalsium, protein dan glukosa sehingga baik untuk
kesehatan.

5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut untuk mengetahui berapa persen
kandungannya.
2. Untuk pengujian lebih lanjut perlu adanya peralatan modern yang lebih memadai.
3. Perlu diadakan sosialisasi ke masyarakat tentang pemanfaatan kulit pisang sebagai bahan dasar
brownies

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang


Hampir semua orang mengenal tanaman jeruk, terutama bagian buahnya yang sangat digemari. Tanaman
jeruk ini semula hanya berupa vegetasi alami yang menempati areal yang cukup luas di Asia Timur dan
Asia Selatan mulai dari Cina sampai India, Malaysia, Indonesia, Filipina dan Kaledonia Baru. Namun
saat ini  tanaman tersebut telah dibudidayakan di hampir semua negara tropis dan sub tropis.
Tanaman jeruk ini tidak hanya disukai oleh masyarakat karena rasa buahnya yang segar dan manis namun
tanaman ini mempunyai begitu banyak manfaat antara lain beberapa produk makanan yang dibuat dari
jeruk, misalnya kulit buah untuk selai dan permen. Pektin dibuat juga dari kulit buah jeruk dan asam sitrat
dari jeruk lemon dan jeruk nipis. Bunga, buah dan daun jeruk yang harum itu di ekstrak menjadi minyak
atsiri. Kulit buahnya merupakan sumber yang baik, tetapi hanya bunga jeruk asam yang menghasilkan
wewangian yang paling mahal.
Di Indonesia sendiri jeruk merupakan komoditas buah-buahan terpenting setelah pisang dan mangga.
Produksi jeruk di Indonesia pada tahun 2001 mencapai 744.052 ton/tahun. Bila kebutuhan konsumsi buah
jeruk segar diasumsikan 3,26 kg/kapita/tahun atau 30 buah/kapita/tahun, maka dengan perhitungan
jumlah penduduk 204,4 juta jiwa memerlukan ketersediaan buah jeruk segar sebanyak 866.247 ton. Data
tahun 2001 menunjukkan bahwa Indonesia mengimpor jeruk sebesar 73.304 ton, sehingga total
ketersediaan mencapai jumlah 817.356 ton (Dirjenhorti; 2002).
Melihat kebutuhan akan tanaman jeruk cukup tinggi baik karena kandungan gizinya maupun manfaat lain
yang bisa diambil, maka penulis ingin mencoba menggali potensi lain dari buah jeruk yang sebenarnya
hampir terlupakan oleh kita, yaitu  pemanfaatan kulit jeruk.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh penulis, ternyata selama ini kulit jeruk kurang
dimanfaatkan terutama oleh masyarakat konsumen buah jeruk. Umumnya para konsumen hanya
memakan buah jeruk saja dan kulit jeruknya hanya dijadikan limbah terbuang. Padahal sebenarnya kulit
jeruk mempunyai potensi yang sangat besar. Salah satunya adalah potensi pemanfaatan kulit jeruk yang
dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil, karena penulis melihat beberapa tahun
terakhir ini energi dan bahan bakar merupakan persoalan yang krusial di dunia.
Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya
sumber cadangan minyak dunia serta permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan
kepada setiap negara untuk segera memproduksi dan menggunakan energi terbaharukan. Selain itu,
peningkatan harga minyak dunia hingga mencapai 100 U$ per barel juga menjadi alasan yang serius yang
menimpa banyak negara di dunia terutama Indonesia.
Melihat kondisi di atas penulis berusaha mengkaji potensi pada kulit jeruk yang ternyata mengandung
minyak atsiri yang mudah menguap dan terbakar. Minyak atsiri ini yang nantinya diharapkan dapat
dijadikan sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil. Selanjutnya penulis ingin mempublikasikan
potensi kulit jeruk diatas terutama untuk bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan bernilai
ekonomis yaitu sebagai pengganti bahan bakar fosil yang kita ketahui semakin lama semakin menipis
serta dampaknya terhadap kondisi lingkungan saat ini.
Oleh sebab itu, dengan karya tulis ini penulis berharap agar potensi minyak atsiri yang ada di dalam kulit
jeruk dapat di sosialisasikan kepada publik hingga pada akhirnya dapat diteliti lebih lanjut sampai dengan
pemanfaatannya langsung sebagai bahan bakar.

1.2    Rumusan Masalah


Apakan kulit jeruk berpotensi  sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil ?

1.3    Batasan Masalah


Dalam karya tulis ini penulis hanya mengungkapkan pemanfaatan potensi kulit jeruk sebagai alternatif
pengganti bahan bakar fosil.

1.4    Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui sejauh mana potensi yang dimiliki oleh minyak yang terkandung dalam kulit jeruk
sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil.

1.5    Manfaat Penulisan


Manfaat yang ingin diperoleh antara lain :
1    Dapat dijadikan objek masalah yang perlu dipikirkan lebih lanjut mengenai pemanfaatan potensi kulit
jeruk sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil.
2    Dengan adanya karya tulis ini memungkinkan dapat memberikan solusi, pemecahan dan jalan keluar
yang baik akan masalah global saat ini, terutama terhadap masalah lingkungan.
3    Dapat menjadi salah satu pilihan alternatif untuk menghadapi masalah krisis bahan bakar yang  perlu
dikaji lebih lanjut.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sekilas Mengenai Tanaman Jeruk


Tanaman  jeruk  adalah  tanaman  buah  tahunan  yang  berasal  dari  Asia.  Cina dipercaya sebagai
tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik
secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang
Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali. (http://www.ristek.go.id)
Klasifikasi botani tanaman jeruk adalah sebagai berikut :
Divisi    Spermatophyta
Sub divisi    Angiospermae
Kelas    Dicotyledonae
Ordo    Rutales
Keluarga    Rutaceae
Genus    Citrus
Spesies    Citrus sp.

Menurut Ir. Endang Vita A, MM tanaman jeruk adalah tanaman yang termasuk dalam Genus Citrus yang
terdiri dari 2 Sub Genus yaitu Eucitrus dan Papeda. Tanaman jeruk yang termasuk eucitrus paling banyak
dan paling luas dibudidayakan karena buahnya enak dimakan. Tanaman jeruk yang termasuk Papeda,
buahnya tidak enak dimakan karena daging buahnya terlalu banyak mengandung asam dan berbau wangi
agak keras seperti jeruk purut.
Pada hakekatnya tanaman jeruk merupakan tanaman khas dan cocok di daerah sub tropis. Dengan kata
lain hasil panen jeruk yang diperoleh dari daerah tropis sangat tinggi, baik secara kuantitas maupun
kualitas.
Suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman jeruk adalah antara 25 – 30C. Suhu rata-
rata 21C selama 2 sampai 3 bulan merupakan kondisi yang sangat baik. Ketingggian tempat di atas
permukaan laut menentukan juga apakah suatu jenis jeruk cocok bagi pertumbuhan dan
perkembangannya Ketinggian tempat menentukan suhu dimana setiap kenaikan tinggi tempat 100 meter,
suhu menurun sebesar 0,610C. Jeruk manis baik ditanam pada ketinggian 600-1200m diatas permukaan
laut, jeruk keprok dan jeruk siam pada ketinggian 500-1200m diatas permukaan laut. Curah hujan yang
optimum bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman jeruk adalah 1900-2400 m setahun.
Selain itu, tanaman jeruk memerlukan tanah yang relatif dalam, agar akar tanaman dapat tumbuh dengan
baik. Akar tanaman hanya tumbuh dan berkembang pada daerah yang tidak tergenang air. Sifat kimia
tanah yang paling menentukan untuk tanaman jeruk adalah keasaman tanah (pH) dan kemampuan tanah
untuk menahan unsur hara. Tanaman jeruk dapat tumbuh pada kisaran pH 4 – 9, tetapi pH yang optimal
adalah 4,5 -8,0.
Pada dasarnya jeruk dapat tumbuh pada semua jenis tanah, tetapi tanaman tersebut tidak tahan terhadap
genangan air dan kurang mampu bersaing dengan tanaman lainnya atau gulma untuk menyerap unsur
hara dalam tanah. Oleh karena itu, jeruk sangat cocok dibudidayakan pada tanah yang mempunyai
struktur gembur, tekstur berpasir hingga lempung berliat.
Kulit jeruk mengandung atsiri yang terdiri dari berbagai komponen seperti terpen, sesquiterpen, aldehida,
ester dan sterol3. Minyak kulit jeruk dapat digunakan sebagai flavor terhadap produk minuman,
kosmetika, dan sanitari. Harga ekstrak minyak jeruk relatif mahal. Penjelasan berikut ini adalah cara
membuat minyak kulit jeruk dengan cara yang sederhana dan murah.
Sering kali kita memakan jeruk dan membuang kulitnya begitu saja, padahal banyak  manfaat yang bisa
kita peroleh dari kulit jeruk. Seperti untuk manisan kulit jeruk, campuran pembuat kue, dan yang paling
produktif adalah minyak kulit jeruk yang dapat digunakan sebagai flavor terhadap produk minuman,
kosmetika, dan sanitari.
Jeruk merupakan tanaman khas dan memerlukan suhu rata-rata 20 derajat, cocok untuk ditanam pada
daerah sub tropis.
Rincian komponen minyak kulit jeruk adalah sebagai berikut: limonen (94%), mirsen (2%), llinalol
(0,5%), oktanal (0,5%), dekanal (0,4%), sitronelal (0,1%), neral (0,1%), geranial (0,1%), valensen
(0,05%), ¬-sinnsial (0,02%), dan ¬- sinensial (0,01%).

2.2 Jenis-Jenis Jeruk


Ada berbagai jenis jeruk diantaranya :
a)    Jeruk Nipis
Nama latin dari jeruk nipis adalah Citrus aurantifolia (christm) suringle. Tetapi banyak nama-nama
daerah dari jeruk nipis seperti : Kalangsa; Jeruk nipis; Jeruk pecel; Jeruk alit; Kuputangan; Limo. Jeruk
nipis merupakan tumbuhan perdu yang bercabang banyak, tingginya 6 m, daunnya berbentuk bulat-telur,
bunganya berbentuk bintang, warnanya putih. Buahnya bulat rata dan berkulit tipis, warnanya hijau
kekuning-kuningan kalau sudah tua. Tumbuah ini umumnya banyak ditanam di pekarangan dan di kebun.
Kandungan kimia jeruk nipis yaitu Asam sitral; Minyak atsiri; Linna; Lisasetat; d-limonen; L-linaliol;
Dihidrokumarinalkohol; Terpenool; Pinen; Kamfen. Tanaman ini berkhasiat sebagai ekspektoran.
b)    Jeruk Kikit
Nama latin dari jeruk kikit adalah Triphasia trifolia p.Wills . Nama daerah dari jeruk kikit seperti : Jeruk
kingkit; Liman kiah; Liman kunci; Kalijage; Jheruk rante. Jeruk kikit merupakan Perdu tegak, lemah,
tinggi 1,5-2,5 m ranting pada ujung membengkok kesana-kemari, duri dua dua terkumpul dalam ketiak
daun.
c)    Jenis-jenis Jeruk Lemon
rigi. Tanaman ini berbuah terus-menerustanpa mengenal musim. Pada umur 4 tahun tanaman sudah
berproduksi dan hasilnya bisa sampai 4 kuintal.
Bentuk buahnya bulat agak lonjong, dengan diameter 3 cm, sepanjang 3,5 cm, mirip jeruk nipis, tetapi
lebih besar. Tiap 1 kg berisi 20 buah. Warna kulit buahnya hijau kekuningan, tapi menjelang matang akan
menguning dan permukaannya menjadi halus. Daging buahnya cukup berair dengan biji lebih sedikit
dibanding jeruk nipis. Rasanya tidak terlalu masam dan aromanya kurang tajam. Lemon tea terutama
dimanfaatkan untuk minum teh dan juga untuk bumbu penyedap masakan ikan dan daging.
    Jeruk sitrun
Sebenarnya yang kita sebut jeruk sitrun ialah salah satu varietas C limonia. Bentuk buahnya bulat telur.
Ujung buahnya dihiasi pentil (puting) yang indah. Karena berputing, penggemar jeruk di Indonesia
menngenalnya dengan sebutan lemon susu. Sari buahnya sangat asam, tetapi aromanya sedap sekali khas
sitrun. Sehingga sari buah ini banyak dibotolkan sebagai limun, atau diminum sebagai sari buah segar.
Pada tanah yang baik dengan pengairan yang cukup, jeruk sitrun dapat berbuah sepanjang tahun.
Tanaman ini sangat baik dikebunkan di dtaran rendah maupun dataran tinggi sampai 1000 m dpl. Setelah
berumur 3 tahun, jeruk sitrun mulai berbuah. Per pohon menghasilkan rata-rata 90 buah.
    Jeruk sukade
Varietas jeruk sukade dan forma jeruk tangan (C. medica var. proper) berbentuk perdu, yang buahnya
serba menyimpang. Ia disebut jeruk sukade karena  kulit  buahnya yang tebal dimanfatkan sebagai
manisan yang pada zaman Belanda dulu terkenal sebagai sukade. Jeruk sukade juga sering dipakai untuk
campuran pembuatan kue. Buah jeruk sukade besar, pada ujungnya terdapat pentil yang menonjol seperti
pusar yang besar. Karena kulit buahnya tebal, daging buahnya jadi sedikit sekali. Saat masak kulit buahya
msih tetap hiaju. Jeruk sukade juga dapat diambil minyak atsirinya.
Forma jeruk tangan atau jeruk jari budha masih satu varietas dengan jeruk sukade, namun berbeda forma
(C. medica var. proper forma digitata). Jeruk tangan disebut “tangan” karena buahnya yag  masih muda
merupakan sekelompok buah bercabang seperti tangan dengan 5 jari. Selain untuk bahan kue, buah ini
juga dapat digunakan sebagai bahan obat yang dipercaya ampuh untuk mengatasi berbagai macam
penyakit.

    Lemon cui


Batangnya berwarna gelap, beranting banyak tanpa duri. Tajuknya mirip sapu terbalik. Daun lemon cui
kecil-kecil, hijau tua agak bulat dengan panjang 2-3 cm dan lebar 2 cm. pinggiran daun rata dan
cenderung menghadap ke atas.
Buah lemon cui yang juga disebut jeruk Manado ini bentuknya bulat sebesar ibu jari tangan dengan ujung
agak rata. Warna kulit buah sejak muda hingga tua tetap hijau tua. Buah yang matang pori-pori kulitnya
lebih besar dan tampak kuning kemerahan. Jika ditekan dengan jari, buahnya agak ‘gemur’. Daging
buahnya berair banyak, berbiji, asam rasanya, dan tajam aromanya. Lemon cui dimanfaatkan sebagai
bumbu masakan. Ia merupakan suatu forma dari jeruk lemon, Citrus limonia.
    Rough lemon
Ruogh lemon merupakan hibrida jeruk sitrun dengan jeruk manis. Tanaman ini sangat baik tumbuh di
dataran rendah sampai dengan ketinggian 800 m dpl. Buahnya juga sering disebut  lemon kasar karena
kulit buahnya yang bergelembung-gelembung kasar.
Bentuk buahnya agak bulat dengan dasar buah agak menonjol bewarna kuning oranye. Buah yang rasanya
masam sakali itu berbiji banyak yakni 10-15 butir. Bijinya mudah sekali ditumbuhkan dan dapat
menghasilkan turunan nucellar seedling keasliannya dapat terjamin 95%. Di Indonesia, rough lemon
hanya dikenal oleh pengusaha pembibitan saja, terutama dipakai sebagai batang bawah untuk bibit
okulasi.
(Sumber: Jenis-jenis Jeruk Lemon. Meina D dan Karjono. Trubus edisi Desember 1992/XXII).
d)    Jeruk Pontianak
Jeruk Pontianak (citrus nobilis var. microcarpa) merupakan jenis jeruk siam dengan ciri fisik kulitnya
tipis dan licin mengkilat. Jeruk Pontianak mempunyai rasa yang manis dan merupakan salah satu
komoditas unggulan Kota Pontianak.
Sebenarnya jeruk ini bukanlah hasil produksi pertanian Kota Pontianak. Sentral tanaman jeruk justru
berasal dari Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas. Namun sejak lama jeruk ini telah dikenal dengan
merek dagang “Jeruk Pontianak”. Dalam istilah bahasa Melayu, “Tebas punye jeruk, Pontianak punye
name”.
Sejarah pengembangan Jeruk Siam yang akhirnya terkenal sebagai Jeruk Pontianak di Kalimantan Barat
sejak tahun 1936 tepatnya di Kecamatan Tebas Kabupaten Sambas. Bibitnya berasal dari negara
Tiongkok. Hingga awal tahun 1950 jeruk siam telah berhasil dibudidayakan hingga mencapai 1.000 ha.
Tahun 1960 sebagian besar pohon jeruk ini ditebangi karena terserang penyakit.
(Sebagian besar sumber tulisan ini dari situs resmi Provinsi Kalimantan Barathttp://www.kalbar.go.id)
e)    Jeruk jeruk keprok Tejakula
Jeruk keprok Tejakula. Warna, rasa dan aroma buahnya pernah mengharumkan nama Bali dan
mengangkat tinggi kehidupan masyarakat, khususnya di Kabupaten Buleleng, Bali. Karena serangan
penyakit CVPD jeruk ini menjadi kultivar jeruk yang langka.
f)    Jeruk  jeruk keprok So’e
Jeruk keprok So’e, NTT, merupakan jeruk yang sangat mirip dengan jeruk Tejakula, karena memang
dalam sejarahnya bibit yang ditanam didatangkan dari Buleleng.
g)    Jenis jeruk lainnya
beberapa jenis jeruk yang banyak bereda di pasar seperti; jeruk Selayar, jeruk siem Kintamani, jeruk
Buleleng, jeruk So’e, keprok Lumajang, jeruk madu, dan lain-lain, yang masing-masing mempunyai
karakteristik yang berbeda.
Jeruk Siem Kintamani yang banyak ditanam di Kabupaten Bangli, Bali, terutama di daerah sekitar
Kintamani.  Serangan penyakit CVPD ditemukan secara meluas di daerah ini, yang sebagian besar (83%)
penyebarannya melalui bibit.
Jeruk keprok Jemberana (Bali Barat) yang mungkin bibitnya berasal dari jeruk Tejakula.
Jeruk keprok Plaga (Batu 55) yang secara terbatas ditanam di daerah Plaga, Badung, Bali.

2.3 Minyak Atsiri


Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, minyak terbang,
serta minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu
ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan
dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, sulingan
minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Para ahli biologi menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit sekunder yang biasanya berperan
sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing
dengan tumbuhan lain (lihat alelopati) dalam mempertahankan ruang hidup. Walaupun hewan kadang-
kadang juga mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari beberapa musang atau cairan yang berbau
menyengat dari beberapa kepik), zat-zat itu tidak digolongkan sebagai minyak atsiri.
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu, susunan senyawa
komponennya kuat mempengaruhi saraf manusia (terutama di hidung) sehingga seringkali memberikan
efek psikologis tertentu (baunya kuat). Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan
campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda.
Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai senyawa, namun suatu
senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu. Sebagian besar minyak atsiri
termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam
minyak/lipofil.
Beberapa minyak atsiri penting
•    Minyak adas atau fennel /foenicoli oil
•    Minyak cendana atau sandalwood oil
•    Minyak cengkih atau euganol oil
•    daun cengkih atau leaf clove oil
•    Minyak kayu putih
•    Minyak kenanga atau ylang-ylang oil
•    Minyak lawang
•    Minyak mawar
•    Minyak nilam
•    Minyak serai
Selain itu, dikenal pula beberapa “minyak” (atau dalam bentuk salep) yang sebenarnya merupakan
kombinasi antara beberapa minyak atsiri. Contohnya:
•    Minyak telon
•    Minyak tawon
•    Minyak angin
•    Beberapa minyak gosok dan salep gosok.
2.4 Mengenal Potensi Yang Ada Pada Jeruk
Jeruk merupakan komoditas buah-buahan terpenting di Indonesia setelah   pisang dan mangga. Di
Indonesia, beberapa jenis jeruk yang umum dibudidayakan dapat digolongkan pada beberapa kelompok
seperti : jeruk Keprok, jeruk Besar, jeruk Nipis dan jeruk Lemon. Jeruk Siam (Citrus nobilis var,
microcarpa Hassk) termasuk salah satu varietas jeruk Keprok yang paling banyak diusahakan dan
mendominasi 60% pasaran jeruk nasional. Jeruk Siam tumbuh baik di berbagai daerah sentra produksi
seperti Kalimantan Barat (Pontianak), Kalimantan Selatan (Banjar), Jawa Barat (Garut), Jawa Timur
(Pasuruan), dan Bali (Bangli) (Dirjenhorti; 2002).
Produksi jeruk di Indonesia pada tahun 2001 mencapai 744.052 ton/tahun. Bila kebutuhan konsumsi buah
jeruk segar diasumsikan 3,26 kg/kapita/tahun atau 30 buah/kapita/tahun, maka dengan perhitungan
jumlah penduduk 204,4 juta jiwa memerlukan ketersediaan buah jeruk segar sebanyak 866.247 ton. Data
tahun 2001 menunjukkan bahwa Indonesia mengimpor jeruk sebesar 73.304 ton, sehingga total
ketersediaan mencapai jumlah 817.356 ton (Dirjenhorti; 2002). Kebutuhan tersebut masih harus ditambah
untuk memenuhi kebutuhan ekspor dan industri pengolahan.
Mengingat prospek dan potensi pasar sangat besar baik di dalam maupun di luar negeri, maka
pengusahaan jeruk di Indonesia memerlukan peningkatan baik kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
Produksi jeruk di Indonesia sejak tahun 1995 sampai 1998 mengalami penurunan yaitu : tahun 1995
produksi jeruk mencapai 1.004.631 ton turun menjadi 730.860 ton pada tahun 1996, dan 696.422 ton pada
tahun 1997 serta 613.759 pada tahun 1998. Sampai saat ini produktivitas jeruk di Indonesia masih rendah
yaitu berkisar 8,6 – 15 ton/ha/tahun (BPS; 1995), sedangkan di daerah tropik lainnya produktivitas jeruk
mencapai 20 ton/ha, bahkan di daerah produsen utama jeruk dunia di daerah subtropik dapat mencapai 40
ton/ha.
Saat sekarang jeruk dinilai sebagai salah satu sumber utama vitamin C. Banyak macam sayuran dan buah
selain jeruk mengandung asam ascorbat namun jeruk segar dan hasi olahannyalah yang paling banyak
kandungan vitamin C-nya. Di negara Amerika Serikat vitamin C dari jeruk berikut hasil olahannya telah
menyumbangkan 60 % dari RDA penduduk. Kandungan vitamin C jeruk per unit berat sebenarnya tidak
terlalu tinggi hanya 50 mg/100g. Dibandingkan dengan kebanyakan sayuran atau buah-buahan lain yang
dikenal sebagai sumber vitamin C seperti jambu biji yang kandungan vitamin C-nya mencapai lebih dari
100 mg/100g, namun mungkin karena disukai oleh semua tingkat umur maka jeruk dapat berperan
menjadi sumber utama vitamin C.

PEMBAHASAN

4.1 Struktur dan kandungan kulit jeruk


Kulit jeruk adalah bagian penting dari keseluruhan buah jeruk. Kulit jeruk melindungi bagian yang ada di
dalamnya untuk tetap mengalami proses biologi. Secara umum kulit jeruk terdiri atas bagian luar dan
bagian dalam. Bagian luar cenderung berwarna tergantung dari jenis jeruknya. Untuk suatu proses
biologi, dalam perkembangannya kulit jeruk, terutama warnanya bagian bawah atau sisi bagian dalam
dari kulit jeruk umumnya berwarna putih dan terasa lembut bila disentuh. Kulit jeruk memiliki bintik
yang cukup besar sehingga terlihat seperti pori-pori. Namun pada dasarnya kulit jeruk itu terbentuk dari
kantong-kantong kecil yang rapat. Kantong inilah yang berisi cairan berupa minyak atsiri yang bila kulit
jeruk dilipat, kantong-kantongnya pecah dan minyak akan menguap menjadi gas. Komposisi-komposisi
dari gas pada kulit jeruk itu sendiri kompleks dan keseluruhannya membentuk gas yang mudah lepas pada
udara bebas.
Kulit jeruk mengandung atsiri yang terdiri dari berbagai komponen seperti terpen, sesquiterpen, aldehida,
ester dan sterol3. Minyak kulit jeruk dapat digunakan sebagai flavor terhadap produk minuman,
kosmetika, dan sanitari (Kresno Aji)

4.2 Potensi kulit jeruk sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil
Dalam kulit jeruk terdapat minyak atsiri yang mudah menguap. Selain itu, gas yang terdapat dari kulit
jeruk ini juga mudah terbakar. Dalam kondisi yang masih segar, penulis mencoba menyemprotkan
minyak atsiri tersebut pada nyala api lilin. Ternyata yang terjadi adalah api membesar dan menimbulkan
percikan-percikan api kecil.
Hal ini berarti bahwa minyak atsiri yang terkandung dalam kulit jeruk ini berpotensi sebagai bahan bakar.
Daya bakarnya cukup luar biasa, tanpa tambahan zat lain ataupun proses lainnya. Gas ini telah
menunjukkan bahwa minyak atsiri ini sangat berpotensi sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil.
Sebelumnya telah ada pihak yang mencoba mengkaji tentang apa yang terkandung dalam kulit jeruk ini
ternyata pada kulit jeruk mengandung atsiri yang terdiri dari berbagai komponen seperti terpen,
sesquiterpen, aldehida, ester dan sterol3. Minyak kulit jeruk dapat digunakan sebagai flavor terhadap
produk minuman, kosmetika, dan sanitari.
Rincian komponen minyak kulit jeruk adalah sebagai berikut: limonen (94%), mirsen (2%), llinalol
(0,5%), oktanal (0,5%), dekanal (0,4%), sitronelal (0,1%), neral (0,1%), geranial (0,1%), valensen
(0,05%), ¬-sinnsial (0,02%), dan ¬- sinensial (0,01%). (Kresno Aji)
Dalam kulit jeruk terdapat minyak atsiri yang mudah menguap dan terbakar. Atas kondisi itu, penulis
berpendapat bahwa minyak atsiri dari kulit jeruk digolongkan lebih dekat sebagai gas.
Dari fakta ini sangat memungkinkan minyak atsiri pada kulit jeruk ini sebagai pengganti bahan bakar
fosil, namun sejauh ini penulis belum bias mengkaji lebih jauh untuk memanfaatkan minyak atsiri ini
sebagai pengganti bahan bakar fosil. Kemungkinannya sangat dekat sekali minyak atsiri pada kulit jeruk
sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil karena daya bakarnya sangat luar biasa.

4.3    Minyak atsiri dari kulit jeruk sebagai minyak yang mudah menguap dan terbakar
Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, minyak terbang,
serta minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu
ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan
dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, sulingan
minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Para ahli biologi menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit sekunder yang biasanya berperan
sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing
dengan tumbuhan lain (lihat alelopati) dalam mempertahankan ruang hidup. Walaupun hewan kadang-
kadang juga mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari beberapa musang atau cairan yang berbau
menyengat dari beberapa kepik), zat-zat itu tidak digolongkan sebagai minyak atsiri.
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu, susunan senyawa
komponennya kuat mempengaruhi saraf manusia (terutama di hidung) sehingga seringkali memberikan
efek psikologis tertentu (baunya kuat). Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan
campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda.
Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai senyawa, namun suatu
senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu. Sebagian besar minyak atsiri
termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam
minyak/lipofil.
Di dalam kulit jeruk terdapat zat-zat seperti limonen (94%), mirsen (2%), llinalol (0,5%), oktanal (0,5%),
dekanal (0,4%), sitronelal (0,1%), neral (0,1%), geranial (0,1%), valensen (0,05%), ¬sinnsial (0,02%),
dan ¬sinensial (0,01%).
Menurut penulis, minyak atsiri yang terkandung dalam kulit jeruk terdapat senyawa-senyawa sejenis
senyawa yang menyebabakan titik didih minyak atsiri tersebut rendah, namun sejauh ini penulis hanya
dapat memprediksikan berdasarkan cirri-ciri kimia yang ada pada minyak atsiri.
Kami juga berpendapat bahwa minyak atsiri ini memiliki perubahan entalpi (H) atau kalor pembakaran
standar (HC, C adalah combustion atau pembakaran) yang kurang dari 1000 Kj/mol seperti yang ada
pada gas alam. (T.Sasongko,dkk)

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa minyak atsiri yang terkandung dalam kulit
jeruk memiliki potensi sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil.

5.2 Saran
Untuk penelitian lanjutan hendaknya dapat mengkaji lebih jauh bagaimana minyak atsiri dalam kulit jeruk
ini dapat menggantikan posisi bahan bakar fosil.
Kumpulan Contoh KIR Populer 
Setelah berbicara sedikit bau tentang ide kir sekarang saatnya saya akan memberikan hal yang lebih
real dari pada sekedar teori saja yaitu contoh. Untuk kir populer, kumpulan contohnya dapat sobat
pelajari melalui tautan-tautan berikut: 
1. Pemanfaatan Kulit Pisang Untuk Selai 
2. Contoh KIR Kulit Jeruk Untuk Bahan Bakar
3. Contoh KIR: Pemanfaatan Kulit Durian Di Indonesia 
4. Kulit Pisang Sebagai Sumber Gizi Alternatif
5. Zat Pada Ludah Manusia Dapat Percepat Penyembuhan Luka 
6. Manfaat Ginseng
7. Tentang Bahayanya Narkoba
8. Dampak Pencemaran Air Oleh Limbah Pemukiman Pada Masyarakat
9. Penggunaan Narkoba Dikalangan Para Remaja
10. Pemanfaatan Daun Mimba
11. Pencemaran Lingkungan oleh Limbah Pemukiman

Anda mungkin juga menyukai